Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
PT. Boehringer Ingelheim, located at Jalan Lawang Gintung 89, Sub-Bogor Sukasari, was
founded in 1885, Germany. PT Boehringer Ingelheim Indonesia Groups is one of the world‘s 20
leading pharmaceutical in manufacturing and producting medicines for humans phamaceutical
and animal heatlh. The type product produced by PT. Boehringer Ingelheim Indonesia are solid
medicines (tablet, the film coating, sugar coating), semisolid medicines (suppository, emulgel &
cream), and liquid medicines (syrup and suspension). To maintain consumer belief PT.
Boehringer has controlled both raw quality and packaging materials, the production process
and the finishing product. PT. Boehringer Ingelheim Indonesia has established the standard
damage of product tolerance of 5%’s total production. However, the reality on the field shows
that the level of the most widely produced products and exceeded the control limit is Bisolvon Ex
60 ml, 60 ml and Kids Bisolvon Bisolvon Ped 60 ml. Analysis of the quality control is done by
using statistical tools those are check sheet, control chart p, pareto diagrams and fishbone. The
research result indicates that PT. Boehringer Ingelheim Indonesia needs to improve to hold
down and reduce the amount of damage that occurred during the production process.
Keywords: Quality Control, Check Sheet, Control Chart P, Pareto Diagram, dan
Fishbone Chart.
ABSTRAK
PT. Boehringer Ingelheim yang terletak di Jalan Lawang Gintung No.89, Kelurahan Sukasari-
Bogor yang didirikan pada tahun 1885 yang berpusat di Jerman ini merupakan salah satu
perusahaan global yang bergerak di bidang farmasi yang memproduksi dan menghasilkan obat-
obatan bagi manusia dan hewan. Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Boehringer Ingelheim
Indonesia adalah berupa solid (tablet, film coating, sugar coating), semisolid (suppository,
emulgel & cream), dan liquid (sirup dan suspensi). Untuk menjaga kepercayaan konsumennya
PT. Boehringer telah melakukan pengendalian kualitas terhadap produknya, baik itu
pengendalian kualitas terhadap bahan baku dan bahan pengemas, pengendalian kualitas terhadap
proses produksi maupun pengendalian kualitas terhadap produk jadi. PT. Boehringer Ingelheim
Indonesia telah menetapkan bahwa standar toleransi kerusakan produk sebesar 5% dari jumlah
produksi. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukan bahwa tingkat produk yang paling
banyak diproduksi dan melebihi batas kendali adalah produk Bisolvon Ex 60 ml, Bisolvon Kids
60 ml dan Bisolvon Ped 60 ml. Analisis pengendalian kualitas dilakukan dengan menggunakan
alat bantu statistik yaitu check sheet, peta kendali p, diagram pareto, dan fishbone. Hasil
penelitian menujukan bahwa PT. Boehringer Ingelheim Indonesia perlu melakukan perbaikan
untuk menekan dan mengurangi jumlah kerusakan yang terjadi pada saat proses produksi.
Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Check Sheet, Peta Kendali P, Diagram Pareto, dan
Fishbone Chart.
16 Restu Oktafiani Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian...
Keterangan :
= rata-rata kerusakan produk
= jumlah produksi
d. Menghitung batas kendali
bawah atau Lower Control limit
(LCL)
Untuk menghitung batas kendali
bawah atau LCL dilakukan
dengan rumus :
Bisolvon Ex 60 ml 1500
1000
40%
Desember 2014
Jenis Kerusakan Jumlah Gambar 2. Diagram Pareto Frekwensi
Kerusakan Produk Bisolvon Ex 60 ml
Loose Cap 3908
Periode Januari-Desember 2014
Cap Penyok 1303 Sumber: Diolah, 2015
Folding Carton Berbeda Warna 1291 Dari hasil pengamatan gambar 2, hampir
80% kerusakan yang terjadi pada produksi
Folding Carton Tersodok Mesin 900
Bisolvon Ex 60 ml periode Januari-
Partikel Asing 0 Desember 2014 dapat diketahui bahwa
Diameter Botol Berbeda 0 sebanyak 53% produk yang rusak di
dominasi oleh Loose Cap , 18 % pada cap
Warna dan Bau Produk 0 penyok, 17% pada folding carton yang
Volume Tidak Sama 0 berbeda warna, 12 % pada folding carton
Cap Mengelupas 0 yang tersodok mesin.
1000
40% penyok. Terjadinya kerusakan produk
500 20% oleh cap penyok disebabkan oleh
0 0%
beberapa faktor :
Loose Cap Cap Penyok Folding Carton
Tersodok Mesin
Folding Carton
Berbeda Warna
a) Faktor mesin : mesin rusak
Jumlah Presentase Kumulatif b) Faktor material : terjadinya
kerusakan material dari supplier.
c) Faktor metode : pengambilan
Sumber : Diolah,2015 sample secara random, supplier
Gambar 3. Diagram Pareto Frekuensi tidak konsisten dalam pembuatan
Kerusakan Produk Bisolvon Kids 60 ml material, tidak ketatnya metode
Periode Januari – Desember 2014 sampling
d) Faktor manusia : melakukan kesalah
Dari hasil pengamatan gambar 3 pada saat setting mesin, teledor,
bahwa hampir 80% kerusakan yang terjadi kurang terampil
pada Produksi Bisolvon Kids 60 ml periode
Januari-Desember 2014, dapat diketahui 3) Folding Carton Berbeda Warna
bahwa sebanyak 46% produk yang rusak di Kerusakan ketiga didominasi oleh folding
dominasi oleh loose cap, 34 % pada cap carton yang berbeda warna. Terjadinya
penyok
yang berbeda warna, 12 % pada kerusakan produk oleh folding carton yang
folding carton yang berbeda warna, dan 8% berbeda warna disebabkan oleh beberapa
pada folding carton yang tersodok mesin. faktor :
Jurnal Visionida, Volume 2 Nomor 1, Juni 2016 23
dan SOP pengambilan sample kurang mesin karena garpunya lepas atau rusak.
detail. Usulan tindakan yang dilakukan Usulan tindakan yang dilakukan adalah
adalah pengambilan metode sampling melakukan perawatan mesin secara rutin,
secara merata dan tidak melakukan tidak hanya dilakukan ketika mesin
pengambilan hanya dari beberapa box saja mengalami kerusakan, dilakukan second
tetapi harus secara keseluruhan, mengubah, checker pada saat mesin akan beroperasi,
menambah standar di SOP pengambilan dan menyediakan suku cadang mesin yang
sampel dan melakukan penjelasan kembali penggantian komponennya cukup sering
secara terperinci yaitu dengan agar tidak menghambat proses produksi
melaksanakan re-training. Terakhir meskipun harganya mahal.
penyebab kerusakan oleh faktor manusia
karena kurang teliti, lolos pada saat KESIMPULAN DAN IMPILIKASI
sampling, dan teledor. Usulan tindakan
yang dilakukan adalah Operator QC 1. Pelaksanaan pengendalian kualitas
hendaknya tidak terburu-buru terhadap produk yang dilakukan oleh PT.
pengambilan sample karena di targetkan Boehringer Ingelheim Indonesia adalah
oleh PPIC untuk perilisan material hari itu pengendalian kualitas terhadap bahan
juga dan material minimal datang seminggu baku dan bahan pengemas,
lebih awal sebelum material tersebut akan pengendalian proses produksi dan
di pakai. pengendalian kualitas terhadap produk
Jenis kerusakan yang keempat jadi.
terjadi pada material tersodok mesin yang 2. Penggunaan alat bantu statistik dengan
ditemukan kusut dan sobek pada saat awal peta kendali p dalam pengendalian
proses, maka harus lebih berhati-hati pada kualitas produk dapat
saat awal setting mesin dan melakukan mengidentifikasikan bahwa ternyata
pengecekan kembali oleh second checker kualitas produk berada di luar batas
pada saat mesin akan beroperasi. Faktor kendali yang seharusnya, meskipun
penyebab selanjutnya disebabkan oleh jika berdasarkan data produksi jumlah
metode pengambilan sampling secara kerusakan yang terjadi sebagian besar
random, tidak ketatnya metode sampling memenuhi target dibawah 5 %.
dan SOP pengambilan sampel kurang Berdasarkan diagram pareto, prioritas
detail. Usulan tindakan yang dilakukan perbaikan yang perlu dilakukan oleh
adalah pengambilan metode sampling PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
secara merata dan tidak melakukan untuk menekan atau mengurangi
pengambilan hanya dari beberapa box saja jumlah kerusakan yang terjadi dalam
tetapi harus secara keseluruhan, mengubah, produksi Bisolvon Ex 60 ml oleh loose
menambah standar di SOP pengambilan cap (46%), cap penyok (34 %), folding
sampel dan melakukan penjelasan kembali carton yang berbeda warna (12 %),
secara terperinci yaitu dengan dan folding carton yang tersodok
melaksanakan re-training. Kemudian mesin (8%). Untuk produk kedua
penyebab selanjutnya disebabkan oleh adalah produksi Bisolvon Kids 60 ml
faktor manusia, yaitu karena manusia adalah di dominasi oleh loose cap
kurang teliti, lolos pada saat sampling, dan (46%), cap penyok (29 %), folding
teledor. Usulan tindakan yang dilakukan carton yang tersodok mesin (20 %),
adalah Operator QC hendaknya tidak dan folding carton yang berbeda warna
terburu-buru terhadap pengambilan sample (5%). Produk ketiga adalah Bisolvon
karena di targetkan oleh PPIC untuk Ped 60 ml disebabkan oleh produk
perilisan material hari itu juga dan material yang rusak di dominasi oleh Loose Cap
minimal datang seminggu lebih awal (53%), cap penyok (18 %), folding
sebelum material tersebut akan dipakai. carton yang berbeda warna (17%),
Terakhir faktor kerusakan disebabkan oleh
Jurnal Visionida, Volume 2 Nomor 1, Juni 2016 27