You are on page 1of 11

PETUNJUK UMUM PEMBELAJARAN

Program pembelajaran disusun dalam bentuk 1 modul. Modul ini terdiri


dari 2 bagian yaitu Petunjuk Umum dan Kegiatan Belajar. Kegiatan belajar terdiri
dari : kegiatan belajar 1-5, topik, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus
pembelajaran, uraian dan contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, unpan balik
dan tindak lanjut, referensi dan kunci jawaban. Setiap kegiatan belajar di tulis
kompetensi dan sub kompetensi, diuraukan petunjuk belajar, kegiatan dan
latihan yang akan dilakukan, dan dilengkapi dengan rangkuman . Setelah semua
kegiatan dilakukan dan rangkuman telah dibaca, maka mahasiswa dapat
mengerjakan tes formatif yang telah disediakan. Mahasiswa harus mengikuti
urutan kegiatan yang harus dilakukan. Setelah tes formatif selesai dikerjakan
mahasiswa, pekerjaan diperiksa sendiri dengan menggunakan kunci jawaban.
Jika memenuhi syarat maka mahasiswa dapat pindah ke kegiatan belajar lain,
jika tidak maka mahasiswa mengulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai.

24
KEGIATAN BELAJAR
A. Kegiatan Belajar 3

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH

1. Tujuan Umum Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan benar faktor-faktor pembentuk


tanah.

2. Tujuan Khusus Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar lima faktor pembentuk tanah

2. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar faktor iklim dan mahluk hidup
sebagai faktor aktif

3. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar faktor topografi dan bahan induk
sebagai faktor pasif.

4. mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar waktu sebagai faktor netral.

25
BAB III

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH

Pembentukan suatu jenis tanah ditentukan oleh kerjasama beberapa


faktor pada batuan induk. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi proses
perjalanan pembentukan tanah di sebut faktor-faktor pembentuk tanah yang
meliputi: iklim (ik), bahan induk (b), topografi (t), makhluk hidup (h) dan waktu
(w). Hubungan kelima faktor tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

T = f (ik, h, b, t,
w

Oleh karena itu dari persamaan tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa
pembentukan tanah di suatu wilayah tertentu ditentukan oleh kondisi iklim di
suatu wilayah, jenis bahan induk, topografi(relief), flora dan fauna dalam jangka
waktu tertentu (Jenny, 1941). Faktor iklim dan makhluk hidup disebut faktor aktif
sedangkan faktor bahan induk dan topografi disebut faktor pasif sedangkan
waktu disebut faktor netral.

1. Iklim

Faktor iklim merupakan faktor pembentuk tanah yang sangat


berpengaruh karena peranannya yang besar dalam proses pembentukan tanah
mulai dari awal terjadi proses pelapukan sampai terjadi perubahan mineral
primer menjadi mineral sekunder, sehingga sangat menonjol pengaruhnya dalam

26
pembentukan tanah. Beberapa unsur iklim seperti penerimaan radiasi surya,
suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin, penutupan
awan, presipitasi (embun, hujan dan salju) dan evapotranspirasi, dari faktor iklim
unsur-unsurnya yang utama adalah suhu dan curah hujan. Kedua unsur ini
sangat berpengaruh dalam proses pelapukan fisik dan kimia tanah. Perbedaan
temperatur yang besar dan berlangsung terus-menerus menimbulkan proses
pemuaian, pada saat panas terutama siang hari dan mengalami pengkerutan di
malam hari. Bila hal ini berlangsung secara terus menerus maka batuan yang
disusun oleh mineral-mineral berbeda menyebabkan proses pemuaian dan
pengkerutan yang berbeda sehingga dapat menimbulkan suatu retakan yang
lama kelamaan pecah. Air hujan disamping mempermudah penguraian mineral
dan pelapukan kimia juga mempermudah penguraian bahan organik oleh
mikroorganisme, sehingga menimbulkan proses pelindian dalam tanah terhadap
unsur-unsur yang ada dalam larutan tanah, yang selanjutnya mendorong
terbentuknya horison-horison pada profil tanah Jenny, 1980).

2. Bahan Induk

Tanah yang berkembang memperlihatkan sifat-sifat yang khas


terutama disebabkan batuan induk. Batuan induk yang mengalami pelapukan
menjadi bahan induk kecepatan pembentukannya di tentukan oleh sifat fisik dan
sifat kimia mineraloginya. Sifat fisik mineral sangat tergantung dari susunan atau
struktur kristal yang dimilikinya dan komposisi kimia dari mineral yang
menyusunnya. Sifat-sifat fisik mineral batuan antara lain:

27
1. Sifat kohesif (belahan, pecahan, kekerasan, daya tahan terhadap pukulan).
2. Reaksi terhadap warna (warna, gores, kilap, derajat ketransparanan,
pertukaran warna).
3. Perawakan kristal (berserabut, lembaran tipis, membutir)
4. Sifat kemagnetan.
5. Gejala emisi cahaya
6. Berat jenis
7. Sifat permukaan
Komposisi kimia mineral di tentukan oleh unsur-unsur penyusun batuan,
yang berpengaruh terhadap kecepatan proses pelapukan dan jenis tanah yang
berkembang. Proses perubahan batuan induk menjadi bahan induk dipengaruhi
oleh tingkat kekerasan batuan secara relatif, semakin keras batuan maka proses
pelapukan semakin lambat dibanding dengan yang lebih lemah bila dalam
kondisi lingkungan yang sama. Disamping itu juga dipengaruhi susunan kristal
dan susunan kimia unsur-unsur penyusunnya. Warna batuan juga berpengaruh,
pada batuan yang berwarna gelap lebih banyak menyerap panas dibanding
dengan yang berwarna cerah, sehingga pelapukannya lebih cepat dibanding
yang berwarna cerah (Jenny, 1980).
Kekerasan batuan dapat ditentukan secara relatif yang dikenal dengan
skala MOHS (Graha, 1987).

28
Adapun skala kekerasan batuan menurut Mohs adalah :

Derajat Kekerasan Jenis Mineral


Paling Lemah 1 Talk [Mg3Si4O10(OH)2]
2 Gipsum (CaSO42H2O)
3 Kalsit (CaCO3)
4 Flourit (CaF2)
5 Apatit [Ca5F(PO4)3]
6 Ortoklas (KAlSi3O8)
7 Kuarsa (SiO2)
8 Topas [2AlO(FOH)SiO2]
9 Korondum (Al2O3)
Paling keras 10 Intan (C)

3. Topografi

Topografi yang diartikan sebagai gambaran bentuk permukaan bumi


termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah. Ekspresi
topografi seperti kemiringan lereng, bentuk lereng tunggal maupun gabungan.
Beberapa ahli telah merumuskan kesan topografi yang ada dipermukaan bumi
dengan pendekatan bentuk lahan sebagai unit geomorfologi. Sebab disamping
menggambarkan konfigurasi permukaan juga memberikan keterangan tentang
asal mula terjadinya. Karena itu akan diperoleh pengelompokan ke dalam
kelompok yang mempunyai kesamaan atau hampir sama yang tidak hanya
bentuknya saja, tetapi juga asal mula terjadinya dan perkembangannya,
sehingga diperoleh pengelompokan bentuk lahan yang mempunyai kesamaan

29
dalam asal mula terjadinya dan perkembangannya sebagai suatu hasil yang
memperlihatkan kesan topografinya (Sunardi, 1980)
Bentuk lahan bermacam-macam, tetapi semuanya merupakan bahan
initial yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya (struktur geologis dan
struktur geomorfologis). Berbagai macam bentuk inipun bila di kelompokkan
mempunyia persamaan. Kesamaan tersebut adalah kesamaan proses, seperti
proses pluvial, proses oleh angin dan tenaga glasial atau proses pelarutan,
kesamaan atas hasil kerja tersebut seperti bentuk erosional, deposisional dan
bentuk sisa residual sebagai ekspresi topografi. Bentuk topografi akan
berpengaruh terhadap proses-proses bekerjanya faktor pembentukan tanah
seperti gerakan air hujan baik yang menjadi aliran, infiltrasi dan perkolasi
menjadi air tanah.

4. Makhluk Hidup

Makhluk hidup dapat mempengaruhi proses pembentukan tanah,


seperti jasad makro dan mikro tanah, vegetasi dan manusia. Jasad makro dan
mikro tanah membantu penguraian bahan organik dan mineral-mineral tanah.
Vegetasi sebagai penghasil utama bahan organik dan apabila mengalami
dekomposisi menghasilkan asam-asam organik berbobot molekul rendah. Sifat
dan jumlah relatif asam tergantung pada sifat tanaman (spesies, umur) dan
pada faktor lingkungan (sinar, suhu, pH dan karbondioksida, garam larutan
tanah dan konsentrasi ion). Kondisi aerasi menjadi sangat penting, dengan
aerasi yang baik asam oksalat, tatrat, malat menjadi dominan, tetapi dalam
kondisi anaerobik asam volatil menjadi dominan (Robert dan Berthelin; 1986).

30
Konsentrasi asam dapat berkisar dari 10 -3 hingga 10-5 N. Konsentrasi yang lebih
tinggi (lebih dari 10-3 N) berada di bawah seresah, pada kontak dengan
organisme hidup yang terdapat polisakarida yang mengadung unsur S
(produksi asam sulfat H2SO4).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, senyawa organik dapat
menghancukan silikat. Proton dari asam organik atau yang dihasilkan oleh
tanaman masuk kedalam struktur atau ruang antar lapisan dari filosilikat melalui
reaksi pertukaran, pembentukan kompleks. Fungsi mikrobia berversikulasi-
arbuskular (Glomus) dan bakteri yang melarutkan fosfat telah dilaporkan
mendorong serapan P dari fospat yang sulit larut. Endomikorisa Glomus dapat
melarutkan biotit sehingga dapat meningkatkan serapan K oleh tanaman (Robert
dan Berthelin, 1983)

5. Waktu

Waktu sebenarnya bukan merupakan faktor yang berpengaruh hanya


merupakan suatu rentangan dimana tanah berkembang sesuai dengan waktu
yang selalu berjalan. Perubahan dari batuan menjadi tanah dengan horison-
horison yang lengkap memerlukan waktu yang lama . Tanah merupakan suatu
sistim terbuka dari masukan energi , sehingga merupakan sistim dinamis yang
selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Tanah disebut masih muda bila belum
ada perkembangan profil dalam arti belum terbentuk horison-horison tanah,
misalnya pada tanah dari abu dan tuf vulkan atau tanah endapan disepanjang
sungai. Tanah disebut sudah berkembang lanjut bila membentuk horison-
horison yang jelas dan mudah dibedakan (Jenny, 1980).

31
Kesimpulan

Faktor pembentuk tanah menurut Jenny (1980) terdiri atas lima faktor.
Kelima faktor tersebut adalah bahan induk, iklim, makhluk hidup, topografi dan
waktu. Dalam proses pembentukan tanah faktor iklim dam mahluk hidup (baik
hewan, tumbuhan) disebut faktor aktif, sedangkan faktor bahan induk dan
topografi disebut fgaktor fasif sedangkan faktor waktu disebut faktor netral.

Soal-Soal

1. Sebutkan lima faktor pembentuk tanah


2. Mengapa faktor iklim dan mahluk hidup disebut faktor aktif dan bahan
induk serta topografi di sebut faktor pasif?
3. Mengapa suhu dan curah hujan sangat berperan dalam proses
pembentukan tanah?
4. Mengapa waktu dikatakan faktor netral dalam pembentukan tanah?

32
Daftar Pustaka

A. Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksana Pertanian di Indonesia . Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.

B. Harjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis ,


Akademika Pressindo.

C. Harjowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta, Akademika Pressindo.

D. Jenny, H. 1980. The Soil Resource. New York, Springer-Verlag.

E. Paton, T. R. 1978. The Formation of Soil Material. London, George Allen &
Unwin

33
34

You might also like