You are on page 1of 8

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

HUBUNGAN PEMBERIAN VAKSIN HAEMOPHILUS INFLUENZAE TYPE B


DAN VITAMIN A DENGAN KEJADIAN ISPA PADA
BALITA DI PUSKESMAS GELA KECAMATAN
TALIABU UTARA

Ety Safitri Bora


Mulyadi
A. Yudi Ismanto

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email: safitri_bora@yahoo.com

Abstrack: ARTI ( Acute Respiratory Tract Infection) will be occured when the immune system of
the body is getting down. Some efforts could reduce the risk of ART, such as by giving Hib
Vaccine and Vitamin A. The Incidence of ARTI on toddler at work area of Gela Primary Health
Care Of Notrh Taliabu District in one of the most prevalent disease rather than the other disease.
The aim of this research are to identify the Hib Vaccine and Vitamin A giving, also to analyze the
correlation of Haemophilus Infection Type B Vaccine and Vitamin A Giving with Incidents of
ARTI on Toddler. The sample in this research was taken with total sampling technique with 72
respondents as sample. The research design is using retrospective desing and the data are collected
from respondents by observation sheet. The result of this research using analysis statistic Chi-
Square test have gained value p= 0,001. Which is means that the value of p<α (0,05). The
conclusion of this research, there is a correlation of Haemophilus Infection Type B Vaccine and
Vitamin A Giving with incidents of ARTI on toddler at gela primary healrh care of north taliabu
district. Recomeendation for the next research the proceed with provision of vaccine Haemophilus
Infection Type B and Vitamin A in toddlers.
Keyword : ARTI, Hib Vaccine, Vitamin A.

Abstrak: ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) akan terjadi apabila kekebalan tubuh menurun.
Beberapa upaya yang dilakukan dalam menurunkan resiko penyebab ISPA, antara lain dengan
pemberian Imunisasi Hib dan pemberian Vitamin A. Kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu Utara merupakan salah satu penyakit terbanyak dari penyakit
yang lain. Tujuan penelitian mengidentifikasi pemberian Vaksin Hib dan Vitamin A serta untuk
menganalisis hubungan pemberian Vaksin Hib dan Vitamin A dengan kejadian ISPA. Sampel
berjumlah 72 responden yang didapat menggunakan teknik total sampling. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain Retrospektif dan data dikumpulkan dari responden menggunakan lembar
observasi. Hasil penelitian uji statistik menggunakan uji chi-square pada tingkat kemaknaan 95%
(α ≤ 0,05), maka didapatkan nilai p= 0,001. Ini berarti bahwa nilai p< α (0,05). Dengan demikian
bahwa terdapat hubungan pemberian Vaksin Haemophilus Influenzae Type B (Hib) dan Vitamin A
dengan kejadian ISPA pada balita. Rekomendasi peneliti yaitu lengkapi pemberian Vaksin
Haemophilus Influenzae Type B dan Vitamin A pada balita.
Kata Kunci : ISPA, Vaksin Hib, Vitamin A.

1
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

PENDAHULUAN selaput otak (meningitis), radang paru-paru


(pneumonia), sulit bernapas akibat epiglotitis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (infeksi dan pembengkakan epiglotis atau
(ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan katup tulang rawan di dalam tenggorokan yang
organ saluran pernapasan bagian atas dan menutup saat kita menelan, agar makanan
saluran pernapasan bagian bawah yang tidak masuk dalam tenggorokan). Anak
disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri.ISPA berusia 5 tahun yang tidak pernah
akan menyerang host apabila ketahanan tubuh mendapatkan vaksin Hib lengkap saat bayi,
(immunologi) menurun pada bayi di bawah juga perlu mendapatkan vaksin Hib melalui
lima tahun dan bayi merupakan salah satu imunisasi Hib (Mulyani dan Rinawari 2013).
kelompok yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang masih rentan terhadap berbagai Imunisasi Hib tergolong imunisasi
penyakit (Probowo, 2012). Kejadian ISPA di yang dianjurkan. Imunisasi Hib diberikan agar
Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat tubuh mempunyai kekebalan terhadap bakteri
pada tahun 2010 jumlah kejadian pneumonia Haemophilus Influenza Type B yang dapat
pada balita mencapai 499.259 atau 23.00% menyebabkan ISPA. Pencegahan ISPA dapat
sedangkan pada tahun 2011 kejadian dicegah dengan salah satu program pemerintah
pneumonia pada balita mencapai 559,114 yaitu berupa pemberian suplemen vitamin A (
kasus atau 23.98%. Dari data WHO dan Asfianti F, Nazir M, dan Husin F. 2013).
United Nations Internasional Children’s
Emergency Fund (UNICEF) dalam buku Sesuai dengan penyebab kematian
Pneumonia The Forgotten Killer Of Disaeses penyakit ISPA yang menjadi penyebab
menunjukan bahwa penyebab utama kematian balita yang paling menonjol di
pneumonia 50% adalah bakteri Streptococcus Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu Utara
pneumonia (pneumokokus), 20% oleh peneliti ingin meneliti tentang “hubungan
Haemophilus Influenzae Type B (Hib) pemberian vaksin Haemophilus Influenza Type
(Kemenkes RI, 2013). B dan vitamin A dengan kejadian ISPA pada
balita di puskesmas Gela Kecamatan Taliabu
Haemophilus Influenzae Type B (Hib) utara”.
termaksud suatu bakteri gram negatif. Bakteri
ini merupakan penyebab tersering pneumonia METODE PENILITIAN
dan meningitis serta beberapa keadaan serius
Penelitian ini peneliti mengunakan
lain yang berpotensi mengancam hidup seperti
metode deskriptif yaitu suatu metode
epiglotitis, osteomyelitis, arthritis dan
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
septikemia. Penyakit ini paling banyak
utama untuk membuat gambaran atau
menyerang anak usia 4-18 bulan, dan jarang
mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara
ditemukan pada bayi usia kurang dari 3 bulan
objektif. Dimana pendekatan yang digunakan
atau pada anak berusia lebih dari 5 tahun.
adalah pendekatan retrospektif yaitu penelitian
Upaya untuk menurunkan resiko penyakit
yang berusaha melihat kebelakang, artinya
ISPA dapat di lakukan, dengan cara pemberian
pengumpulan data di mulai dari efek atau
Imunisasi dasar lengkap dan Hib dapat dicegah
akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek
dengan pemberian vaksin Hib (Mulyani dan
tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-
Rinawari 2013). variabel yang mempengaruhi tersebut
Pemberian vaksin Hib bertujuan (Notoatmodjo, 2010).
mencegah infeksi bakteri Haemophilus
Instrumen pengumpulan data yang
Influenzae Type B (Hib) yang sering
digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
menyerang anak-anak berusia 3 bulan hingga 3
observasi. Untuk kejadian ISPA diukur dengan
tahun, dan puncaknya pada anak usia 6-7
cara observasi dengan melihat apaka balita
tahun. Infeksi Hib dapat menyebabkan
mengalami ISPA berulang atau Tidak
berbagai penyakit yang cukup serius pada
2
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Berulang, sedangkan untuk pemberian Vaksin Jenis kelamin n %


Hib dan pemberian Vitamin A dengan Perempuan 19 47,2
menggunakan lembar observasi dengan cara Laki-laki 17 52,8
melihat KMS/KIA balita. Lembar observasi Total 36 100,0
untuk pemberian Vaksin Hib dan Vitamin A Data Primer, 2015
sendiri diisi dengan cara memberi centang Tabel 2. Distribusi frekuensi
pemberian yang sudah diterima balita. berdasarkan jenis kelamin
responden dengan pemberian
Pengumpulan data dilakukan setelah
Vitamin A
proposal disetujui oleh pembimbing, peneliti
Jenis kelamin n %
mengajukan surat permohonan izin ke pihak
Perempuan 20 44,4
Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu Utara
Laki-laki 16 55,6
untuk menggambil data dan melakukan
Total 36 100,0
penelitian pada bulan Januari- Februari 2015.
Data Primer, 2015
Peneliti menemui calon responden yang
datang di Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Utara dan mengadakan pendekatan serta Berdasarkan Umur Responden
memberikan penjelasan kepada responden Dengan Pemberian Vaksin
mengenai penelitian yang akan dilakukan Haemophilus Influenzae Type
serta-serta hak responden. Responden yang B.
bersedia menjadi sample penelitian diberi Umur
n %
lembar persetujuan menjadi responden serta Responden
menandatangani lembar persetujuan tersebut. 10 Bulan 6 16,7
Selanjutnya peneliti melihat KMS/KIA yang 9 Bulan 5 13,9
dibawa oleh responden dan mengisi lembar 8 Bulan 7 19,4
observasi yang sudah tersedia. Jika responden 7 Bulan 13 36,1
tidak membawa KMS/KIA peneliti akan 6 Bulan 5 13,9
meminta ijin untuk ikut ke rumah responden Total 36 100,0
dan melihat KMS/KIA balita untuk Data Primer, 2015
mendapatkan data. Semua lembar observasi Tabel 4. Distribusi Frekuensi
yang telah diisi akan dikumpulkan oleh Berdasarkan Umur
peneliti untuk kemudian akan diseleksi dan Responden Dengan
dilakukan pengolahan data. Pemberian Vitamin A

Analisa Univariabel pada penelitian ini Umur


n %
adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau Responden
diagram untuk melihat distribusi frekuensi Perempuan 20 44,4
responden berdasarkan data demografi Laki-laki 16 55,6
responden. Analisa Bivariabel, yaitu untuk Total 36 100,0
melihat hubungan variabel independen
pemberian imunisasi dasar lengkap dengan Tabel 5. Distribusi Frekuensi
variabel dependen kejadian penyakit ISPA dan Berdasarkan Kelengkapan
menggunakan uji chi-square dengan tingkat Pemberian Vaksin
kemaknaan 95% (α ≤ 0,05). Haemophilus Influenzae Type B
Dengan Kejadian ISPA.
HASIL dan PEMBAHASAN Pemberian Vaksin
n %
A. Hasil Penelitian Hib
Tabel 1. Distribusi frekuensi Lengkap 12 33,3
berdasarkan jenis kelamin Tidak Lengkap 24 66,7
responden dengan pemberian Total 36 100,0
Vaksin Haemophilus Influenzae Data Primer, 2015
Type B
3
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Tabel 6. Distribusi Frekuensi yaitu berjenis kelamin perempuan berjumlah


Berdasarkan Kelengkapan 20 responden (55,6%). ISPA dapat
Pemberian Vitamin A Dengan menyerang semua tingkat usia, terutama pada
Kejadian ISPA usia kurang dari 5 tahun karena daya tahan
tubuh balita lebih rendah dari orang dewasa
Pemberian Vit A n % sehingga mudah menderita ISPA. Bayi dan
balita merupakan kelompok yang kekebalan
Lengkap 19 52,8 tubuhnya belum sempurna, sehingga masih
rentan terhadap berbagai penyakit infeksi
Tidak Lengkap 17 47,2
bahkan semakin muda usia anak makin
sering mendapat seranga ISPA (Suwendra,
Total 36 100,0
1988).
Data Primer, 2015
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
Tabel 7. Analisis Hubungan Pemberian
responden dengan Pemberian Vaksin
Vaksin Haemophilus
Haemophilus Influenzae Type B menunjukan
Influenzae Type B dengan
responden yang paling banyak yaitu umur 7
kejadian ISPA Pada Balita
bulan berjumlah 13 responden (36,1%)
Kejadian Ispa sedangakan yang paling sedikit yaitu umur 9
Vaksin Tidak Total P bulan dan 6 bulan yang memiliki jumlah
Berulang yang sama banyak yaitu berjumlah 5
Hib Berulang
n % n % n % responden (13,9%). Berdasarkan hasil
Lengkap 10 83,3 2 16,7 12 100 penelitian, didapatkaan responden dengan
0,001
Tidak 5 20,8 19 79,2 24 100 Pemberian Vitamin A menunjukan
jumlah 15 41,7 21 58,3 36 100 responden yang paling banyak yaitu umur >
Data primer, 2015 2 Tahuan 5 bulan berjumlah 24 responden
(66,7%). ISPA dapat menyerang semua
Tabel 8. Analisis Hubungan Pemberian manusia baik perempuan maupun laki-laki,
Vitamin A dengan kejadian karena kekebalan tubuh seorang balita tidak
ISPA Pada Balita menjamin dari jenis kelamin balita itu
sendiri, melainkan dari kekebalan tubuh yang
Kejadian Ispa
dimiliki oleh balita itu sendiri. Sesungguhnya
Vitamin Tidak Total P
Berulang anak perempuan yang mempunyai
A Berulang
keuntungan bilogis dan pada lingkungan
n % n % n %
yang optimal mempunyai keuntungan yang
Lengkap 12 63,2 7 35,8 19 100
0,001 diperkirakan sebesar 0,15-1 kali lebih di atas
Tidak 1 5,9 16 94,1 17 100
anak laki-laki (suwendra, 1988).
Jumlah 13 36,1 23 63,9 36 100
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
Data Primer, 2015 responden dengan kelengkapan pemberian
B. Pembahasan Vaksin Haemophilus Influenzae Type B
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas menunjukan responden terbanyak yaitu
Gela Kecamatan Taliabu Utara dengan responden dengan pemnberian tidak lengkap
jumlah sampel sebanyak 72 orang yang dengan jumlah 24 responden (66,7%) .
diambil dengan teknik Total Sampling. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan responden dengan kelengkapan pemberian
responden dengan Pemberian Vaksin Vitamin A menunjukan responden yang
Haemophilus Influenzae Type B menunjukan paling banyak yaitu responden dengan
responden yang paling banyak yaitu pemnberian lengkap dengan jumlah 19
perempuan berjumlah 19 responden (52,8%). responden (52,8%). Ada dua jenis imunisasi,
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
responden dengan Pemberian Vitamin A Pemberian imunisasi pada anak biasanya
menunjukan responden yang paling banyak dilakukan dengan cara imunisasi aktif, akan
memberikan kekebalan yang lebih lama
4
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

dibandingkan dengan imunisasi pasif lengkap contohnya dari segi tempat


(Suwendra, 1988). penyimpanan Vaksin Hib itu sendiri dimana
Berdasarkan hasil penelitian, untuk listrik di wilayah kerja puskesmas
menunjukan dari 36 responden (100%), belum ada dan masih menggunakan listrik
didapatkan balita yang menerima Vaksin Hib manual. Faktor yang lain juga dapat
lengkap dan tidak berulang mengalami ISPA didukung dengan penelitian Akbar ( 2013)
sebanyak 10 orang(83,3%), balita yang yang menunjukan beberapa faktor-faktor
menerima Vaksin Hib lengkap dan sudah penyebab ISPA seperti anggota keluarga
mengalami ISPA berulang sebanyak 2 yang merokok, anggota keluarga yang
orang(16,7%), balita yang menerima Vaksin menderita ISPA dan kepadatan penghuni
Hib tidak lengkap dan tidak berulang rumah merupakan faktor-faktor penyebab
mengalami ISPA sebanyak 5 orang 3 ISPA pada balita.
(20,8%), balita yang menerima Vaksin Hib Dengan demikian peneliti
tidak lengkap dan mengalami ISPA berulang menambahkan bahwa pemberian Vaksin Hib
sebanyak 19 orang (79,2%). melalui imunisasi Hib sangatlah penting bagi
Pada penelitian ini didapatkan p value ≤ kesehatan balita dan pencegahan terhadap
0,001 (α ≤ 0,05 ) yang menunjukan Ha1 penyaki-penyakit yang timbul akibat
diteriama dan menunjukan terdapat kekurangan vaksin Hib. Sehingga sangatlah
hubungan antara pemberian Imunisasi Hib penting bagi pelayan kesehatan khususnya
dengan kejadin ISPA pada balita di Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu Utara
puskesma Gela Kecamatan Taliabu Utara, untuk memperhatikan Vaksin yang diberikan
dengan odds ratio ( OR) sebesar 19 kali apakah masih layak diberikan atau tidak, agar
yang berarti responden dengan pemberian pencegahan penyakit yang lainnya dapat
Vaksin Hib lengkap berpeluang 19 kali tidak berjalan sesuai yang diinginkan dan dapat
menderita ISPA berulang dibandingkan memberikan informasi kepada masyarakat
dengan pemberian Vaksin Hib tidak lengkap. dalam rangka mengenal dan mengetahui
Hasil penelitian ini sejalan dengan tentang penyakit ISPA serta manfaat dan
penelitian yang dilakukan oleh Presilya pentingnya imunisasi Hib pada balita,
(2014), yang menyatakan terdapat hubungan sehingga dapat mengurangi angka kejadian
antara pemberian Vaksin Hib dengan ISPA berulang pada balita.
kejadian ISPA pada balita berulang. Bakteri Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat menyebabkan penyakit yang menunjukan dari 36 responden (100%),
tergolong berat seperti pneumonia dan didapatkan balita yang menerima Vitamin A
meningitis. Bakteri Haemophilus Influanzae lengkap dan tidak berulan mengalami ISPA
Type B paling sering terpapar pada anak yang sebanyak 12 orang (63,2%), balita yang
berusia dibawah lima tahun, bakteri menerima Vitamin A lengkap dan sudah
Haemophilus Influanzae Type B ini biasanya mengalami ISPA berulang sebanyak 7 orang
hidup pada jalur pernafasan bagian atas ( (35,8%), balita yang menerima Vitamin A
Mulyani & Rinawati, 2013). tidak lengkap dan tidak beruang mengalami
Pada penelitian ini didapatka balita ISPA sebanyak 1 orang (5,9%), balita yang
dengan kelengkapan pemberian Vaksin Hib menerima Vitamin A tidak lengkap dan
lengkap tetapi mengalami ISPA berulang, mengalami ISPA berulang sebanyak 16
dan balita dengan kelengkapan pemberian orang (94,1%).
Vaksin Hib yang tidak lengkap tetapi Pada penelitian ini didapatkan p value ≤
mengalami ISPA tidak berulang ini 0,001 atau (α ≤ 0,05 ) yang menunjukan Ha2
menunjukan bahwa ISPA pada balita bukan diteriama dan menunjukan terdapat
hanya disebabkan karena pemberian Vaksin hubungan antara pemberian Vitamin A
Hib yang lengkap tetapi juga mempunyai dengan kejadian ISPA pada balita di
faktor-faktor penyebab lainnya, seperti yang Puskesma Gela Kecamatan Taliabu Utara,
peneliti ketahui didaerah wilayah kerja dengan odds ratio ( OR) sebesar 27 kali
Puskesma Gela Kecamatan Taliabu Utara yang berarti responden dengan pemberian
belum memiliki sarana prasarana yang Vitamin A lengkap berpeluang 27 kali tidak
5
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

menderita ISPA berulang dibandingkan masih layak diberikan atau tidak karena
dengan pemberian Vitamin A yang tidak jangka waktu kadarluasa, agarp pemberian
lengkap. suplemen Vitamin A dapat berfungsi sesuai
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan fungsi yang terdapat dalam
hasil peneitian yang dilakukan oleh Mahrama kandungan Vitamin A itu sendiri dan dapat
(2012) dimana terdapat hubungan yang mencegah penyakit yang lain serta dapat
bermakna antara pemberian Vitamin A memberikan informasi kepada masyarakat
dengan kejadian ISPA. Pemberian Vitamin A dalam rangka mengenal dan mengetahui
yang secara rutin sangat berperan untuk masa tentang penyakit ISPA serta manfaat dan
pertumbuhan dan perkembangan karena pentingnya imunisasi Hib pada balita,
Vitamin A dapat memelihara sel, sehingga dapat mengurangi angka kejadian
meningkatkan respon antibodi terhadap ISPA berulang pada balita.
toksoidmdan dapat meningkatkan jumlah
limfosit total, sehingga pertumbuhan dan Simpulan
perkembangan dapat berlangsung dengan
Status pemberian Vaksin Hib pada
maksimal.
balita di Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu
Pada penelitia ini peneliti juga
Utara menunjukkan sebagian besar balita
mendapatkan hasil yang menunjukan balita
belum mendapatkan imunisasi Hib dan untuk
dengan kelengkapan pemberian Vitamin A
pemberian Vitamin A menunjukan sebagian
lengkap tetapi mengalami Ispa berulang, dan
besar balita telah mendapatkan pemberian
balita dengan kelengkapan pemberian
Vitamin A, di Puskesmas Gela Kecamatan
Vitamin A yang tidak lengkap tetapi
Taliabu Utara menunjukkan sebagian besar
mengalami Ispa tidak berulang ini
balita telah mendapatkan imunisasi lengkap
menunjukan bahwa Ispa pada balita bukan
Kejadian penyakit ISPA pada balita di
hanya disebabkan karena pemberian Vitamin
Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu Utara
A tetapi juga mempunyai faktor-faktor
sebagian besar balita yang datang yaitu
penyebab lainnya seperti faktor listrik untuk
dengan kasus ISPA tidak berulang. Terdapat
suhu yang dibutuhkan dalam menyimpan
hubungan antara pemberian Vaksin
suplemen Vitamin A, faktor jarak yang jauh
Haemophilus Influenzae Type B dan Vitamin
untuk proses pengiriman, dan mungkun saja
A kejadian penyakit ISPA berulang pada
kekurang pengetahuan atau kelalaian petugas
balita di Puskesmas Gela Kecamatan Taliabu
kesehatan dalam memperhatikan waktu
Utara dengan (p value = 0,001).
kadarluasa dari suplemen Vitamin A
sehingga tidak dapat berfungsi sesuai Daftar Pustaka
manfaat dari Vitamin A itu sendiri.
Faktor yang lain juga dapat didukung Agussalim, 2012. Hubungan Pengetahuan,
dengan penelitian Rahmawati (2013) yang Status Imunisasi Dan Keberadaan
menunjukan beberapa faktor-faktor penyebab Perokok Dalam Rumah Dengan
ISPA seperti pengetahuan ibu dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
kejadian ISPA dan keberadaan anggota Akut Pada Balita Di Puskesmas
keluarga yang merokok dengan kejadian Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.
ISPA pada balita. STIKES U’Budiyah. Banda Aceh.
Dengan demikian peneliti Diakses tanggal 29 Maret 2014 pukul
menambahkan bahwa pemberian Vitamin 10.15 WITA dari
melalui imunisasi sangatlah penting bagi http://lppm.stikesubudiyah.ac.id/jurn
kesehatan balita dan pencegahan terhadap al/AGUSSALIM-dou-1-
penyaki-penyakit yang timbul akibat agussalim.pdf
kekurangan suplemen Vitamin A. Sehingga
sangatlah penting bagi petuga kesehatan Agrawal, A. Dkk. Minireview, Haemophilus
khususnya Puskesmas Gela Kecamatan influenzae Infections in the H.
Taliabu Utara untuk memperhatikan influenzae Type b. University at
suplemen Vitamin A yang diberikan apakah
6
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Buffalo, State University of New Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan


York. Amerika. 2011. Indonesia 2012. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Akbar, K. Faktor Yang Berhubungan Dengan Jakarta
Kejadian Ispa Pada Balita Di
Puskesmas Pulau Sembilan Layuk, R.R. 2012. Faktor Yang Berhubungan
Kabupaten Sinjai. Stikes Nani Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Hasanuddin Makasar. Makasar.Di di Lembang Batu Suwu. FKM
publikasikan Tahun 2013. Universitas Hassanudin. Makassar.
Diakses tanggal 29 Maret 2014 pukul
Almatsier, Sunita, 2003 Prinsip Dasar Ilmu 10.10 WITA dari
Gizi, Jakarta; Gramedia Pustaka http://repository.unhas.ac.id/bitstrea
Utama. m/handle/123456789/4279/RIBKA%
20RERUNG%20LAYUK%20(K111
Asfianti, F. Nazir, M dan Husin,F. Pengaruh
09326).pdf?sequence=1
Suplementasi Seng dan Vitamin A
Terhadap Kejadian ISPA Dan Diare Mahrama., Arsin, A.A. & Wahiduddin. 2012.
Pada Anak. Fakultas Kedokteran Faktor Yang Berhubungan Dengan
Universitas Sriwijaya. Palembang.Di Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di
publikasikan tahun 2013. Desa Bontongan Kabupaten
Enrekang. Fakultas Kesehatan
Domili, M.F. 2013. Faktor-faktor Yang
Masyarakat Universitas Hasanuddin
Berhubungan Dengan Kejadian
Makassar. Makassar. Diakses tanggal
Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
29 Maret 2014 pukul 09.10 WITA
Kerja Puskesmas Global Mongolato.
dari
Universitas Negeri Gorontalo.
http://repository.unhas.ac.id/bitstrea
Gorontalo. Diakses tanggal 1 April
m/handle/123456789/4602/MAHRA
2014 pukul 17.50 WITA dari
MA_K11109323.pdf
http://eprints.ung.ac.id/4596/.
Markum, A.H. 1997. Imunisasi, Edisi Kedua.
Hamaguchi, S. dkk, Case Of Invasive
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Nontypable Haemophilus Influenzae
Respiratory Tract Infection With A Mulyani, N.S., & Rinawata, M. 2013.
Large Quantity Of Neutrophil Imunisasi Untuk Anak. Penerbit Nuha
Extracellular Traps In Sputum. Medika. Yogyakarta
Osaka University Hospital. Osaka.
2012 Muscari, M.E. 2004. Panduan Belajar
Keperawatan Pediatrik (Ed 3).
Hidayat, A.A.A. 2012. Pengantar Ilmu Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keperawatan Anak. Penerbit Jakarta.
Salemba Medika. Jakarta
Notoatmodjo, 2003. Prinsip-Prinsip Dasar
Hidayat, A.A.A. 2007. Riset Keperawatan dan lmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Teknik Penulisan Ilmiah (Ed 2). Rineka Cipta.
Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Probowo, S. 2012. Penyakit yang Paling
Kawenas, J. 2010. Hubugan Status Gizi Dan Umum pada Anak. Majalah
Imunisasi Dengan Kejadian ISPA Kesehatan.
Pada Anak di Kelurahan Sumompo http://majalahkesehatan.com/penyakit
Wilayah kerja Puskesmas Tuminting -yang-paling-umumpada-anak-bag1/
Kecamatan Tuminting Kota Manado. Diakses 11 Oktober 2012.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran UNSRAT.
Manado.
7
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Mei 2015

Puspitorini, 2006, Vitamin A, Diterjemahkan oleh Monica Ester.


http://www.fortunecity.com/boozers/ Jakarta: EGC.
blueangel/539/vita.html.
World Health Organizatian (WHO).2011.
Rachmawati, D. A. 2013. Jurnal Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia Data
Masyarakat 2013, volume 2, Faktor Penderita ISPA. Jakarta.
Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita
Umur 12-48 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mijen Kota
Semarang.Universitas Diponegoro
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Semarang . online di
http://ejournals1.undip.ac.id/index.ph
p/jkm

Sambominanga, P. S. 2014. Hubungan


Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Dengan Kejadian Ispa Berulang
Pada Balita Di Puskesmas Ranotana
Weru Kota Manado. Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Sam
Ratulangi . Manado.
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset
Keperawatan.Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi


Penelitian Keperawatan. Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta
Utami, S. 2013. Studi Deskriptif Pemetaan
Faktor Resiko ISPA Pada Balita Usia
0-5 Tahun Yang Tinggal Di Rumah
Hunian Akibat Bencana Lahar Dingin
Merapi Di Kecamatan Salam
Kabupaten Magelang. Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang. Semarang. Diakses
tanggal 22 Maret 2014 pukul 10.30
WITA dari
http://lib.unnes.ac.id/18897/1/645040
8121.pdf.

Wong, D.L. 2000. Pedoman Klinis


Keperawatan Pediatrik.
8

You might also like