You are on page 1of 2

SEKOLAH DICAP INTOLERAN AKIBAT MENYURUH SISWA

MENUTUP AURAT

Tuduhan perilaku intoleran kembali disematkan pada sekolah-sekolah negeri


yang mencoba menerapkan beberapa ajaran agama kepada peserta didiknya. Kali ini,
sepuluh sekolah negeri di Jakarta diduga membiarkan sejumlah aksi intoleran kepada
para siswa. Dugaan tersebut berasal dari beberapa pengaduan masyarakat kepada
Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta tentang diskriminasi dalam sekolah negeri. Setelah
itu, PDI-P DPRD DKI Jakarta menginterogasi Disdik DKI Jakarta dalam sebuah
pertemuan pada Rabu (10/8/2022).

Sebagian besar dari pengaduan masyarakat itu berkaitan dengan kebijakan


sekolah negeri Jakarta tentang penutupan aurat. Mulai dari penegasan siswi Muslimah
untuk mengenakan jilbab, pelarangan celana / rok pendek untuk anak SD, sampai
perintah penggunaan jilbab saat hari untuk Jumat siswi non-muslim. Kebijakan-
kebijakan seperti itu dianggap intoleran terhadap keberagaman masyarakat.

Sebagai respon dari pengaduan-pengaduan tersebut, Distik DKI Jakarta


bertekad menjamin tiga hal kepada Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta. Pertama,
tumbuh kembangnya keberagaman di sekolah negeri. Kedua, larangan pemaksaan
terkait pemasangan atribut di sekolah negeri. Ketiga, adanya sanksi tegas terhadap
oknum guru intoleran di sekolah. Sanksi ini juga berlaku untuk semua apartur sipil
negeri di lingkungan pemprov DKI Jakarta, khususnya di bidang pendidikan.

Sahabat-sahabat Muslim, penting sekali kita pahami bahwa sistem pendidikan


di Indonesia sudah tercemar oleh pemahaman sekuler. Yakni pemahaman yang
memisahkan agama dalam kehidupan bernegara. Tak heran jika kebijakan menutup
aurat siswa maupun siswi dalam sekolah negeri dicap intoleran. Sebab sekolah negeri
tidak eksklusif terhadap suatu agama, sehingga pihak sekolah negeri tidak diberi
wewenang untuk mengatur pakaian sekolah sesuai syariat Islam. Jangankan
menyuruh siswa non-muslim untuk menutup aurat dengan niat perlindungan.
Menyuruh yang muslim saja sudah dinilai memaksakan pilihan individu.

Adapun cara komunikasi yang dipermasalahkan saat siswi Muslimah dipaksa


memakai jilbab. Maka yang salah adalah cara komunikasinya, bukan jilbabnya. Sebab
dalil tentang kewajiban mengenakan jilbab bagi muslimah sudah sangat gamblang
dalam Al-Quran dan hadits. Namun pemahaman sekuler dalam dunia pendidikan
menganggap bahwa atribut keagamaan seperti jilbab itu pilihan individu, sehingga
pemaksaan berjilbab pun dianggap melanggar hak asasi manusia.

Lantas bagaimana caranya agar pemuda-pemudi muslim tetap menjaga


auratnya sesuai syariat Islam di lingkungan sekolah? Apakah anak-anak kita perlu
dimasukkan ke dalam sekolah Islam atau pesantran saja supaya pakaiannya diatur?
Silahkan saja, tetapi hal tersebut tidak menyelesaikan masalah dari akarnya. Sebab
kewajiban menutup aurat tidak hanya berlaku di lingkungan sekolah saja. Menutup
aurat itu berlaku di segala tempat yang memungkinkan kita dipandang oleh mereka
yang bukan mahram. Adapun orang-orang yang termasuk mahram kita, terdapat
bagian-bagian tubuh khusus yang tidak boleh diperlihatkan begitu saja.
Jika melihat realita yang terjadi, tak sedikit siswa-siswi yang menempuh
pendidikan di sekolah Islam atau pesantren tidak bersungguh-sungguh dalam menutup
aurat. Sebagai contoh, banyak dari mereka yang melepas pakaian syar’i saat sudah
berada di luar lingkungan sekolah. Lagi-lagi ini dampak yang ditimbulkan saat
menerapkan sisten kehidupan sekuler. Upaya penegakkan syariat yang dilakukan oleh
masyarakat mudah sekali luntur karena tidak ada perisai yang melindungi syariat
Islam yakni Khilafah.

Sahabat-sahabat beriman, inilah pentingnya mengembalikan Khilafah untuk


menyelasaikan segala persoalan umat dari akarnya. Karena tak cukup kita
memanfaatkan kekuatan individu untuk melindungi umat kita dari maksiat tanpa ada
Daulah Islamiyyah yang menegakkan syariat Islam dalam kehidupan bernegara. Maka
dari itu, kita harus konsisten menyuarakan Islam Kaffah sebagai jalan kehiduan umat.

REFERENSI:

Muhammad. 2022. “Aksi Intoleran di Sekolah Jakarta, Guru Larang Murid Pilih
Ketua OSIS Nonmuslim hingga Paksa Siswi Berjilbab”.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/11/08400201/aksi-intoleran-di-
sekolah-jakarta-guru-larang-murid-pilih-ketua-osis?page=all

Winda. 2022. “Disdik DKI Jakarta Jamin Beri Sanksi Oknum Guru Intoleran di
Sekolah”. https://www.liputan6.com/news/read/5038611/disdik-dki-jakarta-jamin-
beri-sanksi-oknum-guru-intoleran-di-sekolah

You might also like