You are on page 1of 10

HEMIPARESIS SINISTRA

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidlis sesisi
menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron) pada belahan tubuh
sisi kontralateral.

Hemiparesis Dextra adalah kelemahan yang terjadi pada sebelah kanan


bagian tubuh ditandai dengan adanya tonus yang abnormal.
2. Etiologi
a. Trombus
Timbunan / kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh
darah akan menggangg aliran darah bila terjadi di otak maka akan
menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah sehingga akan mengakibatkan
penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, bila dalam waktu yang lama
maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya infark dan terjadi kematian
jaringan otak
b. Emboli
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang
akan mengikuti aliran darah hingga sampai pada otak dan akan menempel
pada pembuluh darah di otak. Bila terjadi pada pembuluh darah kecil akan
menimbulkan sumbatan, gejala muncul tergantung dari daerah yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut.
c. Hemoragik intraserebral
Pecahan pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan
aliran darah sehingga terjadi iskemik dan akhirnya infark
d. Hemoragik subaraknoid
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak sehingga terjadi edema
serebri yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadihipoksia lalu
iskemik dan bila terjadi lama maka akan infark dan akhirnya kematian
jaringan.

3. Faktor Resiko
a. Faktor yang tidak dapat dirubah
1) Jenis kelamin: pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibandingkan
wanita
2) Usia: makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
3) Keturunan: adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
b. Faktor yang dapat dirubah
1) Hipertensi
2) Penyakit jantung
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Diabetes mellitus
6) Polisetemia
7) Stress emosional
c. Kebiasaan hidup
1) Merokok
2) Peminum alcohol
3) Obat-obatan terlarang
4) Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolesterol
4. Patofisiologi
Jika terdapat kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama, dan
jika tanda UMN merujuk pada lesi sentral, .aka lesi mumungkinan berada di
kord spinalis servikal atau otak. nyeri leher atau pada daerah dermatom servikal
dapat menjadi bukti tempat lesi.
Penyebab terserang hemiparesis pada orang dewasa yaitu infark serebral
atau perdarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemik transien
sebelumnya dan progresi menjadi derajat maksimum dalam 24 jam pada orang
dengan hipertensi atau usia lanjut merupakan indikasi telah terjadi stroke. Jika
tidak terdapat gejala gejala serebral, dapat diduga terjadi myelitis transversus
dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini berprogresi secara lambat
(beberapa hari) dan lebih sering menyerang keempat tungkai. Begitu pula
dengan sklerosis multipel yang biasanya bermanifestasi menjadi tanda
kortikospinal bilateral dari pada hemiplegia murni.
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau
Minggu, dapat dicurigai lessi massa serebral, baik pada pasien anak-anak atau
dewasa. Selain tumor otak ke lain termasuk malformasi arteriovenosus, abses
otak, atau infeksi lainnya. Kelainan otak metabolik biasanya mengakibatkan
tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi merupakan penyebab
hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis biasanya merujuk pada lesi
serebral dari pada lessi di leher, dan penyebabnya dapat ditemukan dengan
melihat gejala klinis dan dengan CT atau MRI.

5. Manifestasi Klinis
a. Jika terjadi peningkatan TIK maka:
1) Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respon terhadap
stimulus
2) Perubahan kemampuan gerak ekstremitas : kelemahan sampai paralisis
3) Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi. Unilateral tanda
dari perdarahan serebral
4) Perubahan tanda vital: nadi rendah, tekanan nadi melebar, napas ireguler,
peningkatan suhu tubuh
5) Keluhan kepala pusing
6) Muntah projectile (tanpa adanya rangsangan)
b. Kelumpuhan dan kelemahan
c. Penurunan penglihatan
d. Deficit kognitif dan bahasa
e. Pelo / disartria
f.Kerusakan nervous kranialis
g. Inkontinensia Alvi dan urin

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark
b. Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
c. Fungsi lumbal:
1) Menunjukkan adanya tekanan abnormal
2) Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya perdarahan
d. MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik
e. EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. USG Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Kepala : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

7. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infu
2) Pencegahan peningkatan TIK
a) Antihipertensi
b) Deuritika
c) Vasodilator Perifer
d) Anti koagulan
e) Diazepam bila kejang
f) Anti tukak misal cimetidine
g) Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya
h) Manitol : mengurangi edema otak
b. Operating
Apabila upaya penurunan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom Karena hipertensi intrakranial yang menetap dan
membahayakan hidup
c. Pada fase sub akut / pemulihan (> 10 hari) perlu:
1) Terapi wicara
2) Terapi fisik
3) Stoking anti embolisme

8. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke otak
tidak adekuat
b. Edema cerebri : karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam
cairan ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke
intrasel
c. Distritmia jantung : irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di
otak
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata : Pengkajian biodata difokuskan pada umur, dan ras
b. Keluhan utama : Biasanya pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi
penurunan kesadaran disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat
bila masih sadar
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat penyakit keluarga
f.Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g. Pemeriksaan fisik dan observasi
h. Sosial interaksi : Biasanya dijumpai tanda kecemasan karena ancaman
kematian diekspresikan dengan menangiss, pasien dan keluarga sering
bertanya tentang pengobatan dan kesembuhan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromoskular
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
serebral
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal

3. Intervensi
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromoskular Intervensi : Dukungan mobilisasi
Observasi :
- Dentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
serebral
Intervensi : promosi komunikasi (deficit
bicara) Observasi
- Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan diksi bicara
- Monitor progres kognitif anatomis dan fisiologis yang berkaitan dengan
bicara (mis. Memori, pendengaran dan bahasa)
- Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang menggangu bicara
- Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk
komunikasi Terapeutik
- Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip,
papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan
computer)
- Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
- Ulangi apa yang disampaikan pasien
- Berikan dukungan psikologis
- Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan berbicara perlahan
- Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan fisiologis
yang berhubungan dengan kemampuan bicara
Kolaborasi
- Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan Intervensi : manajemen nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan selang ngt
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Hentikan pemberian pakan melalui selang ngt jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal
Intervensi : Dukungan perawatan diri
Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian berhias dan
makan
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks,
privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan
diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan
diri Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten secara kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Baticaca, F. B. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Persyaratan. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta: DPP PPN
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta: DPP PPN

You might also like