You are on page 1of 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Istishna
Bai’ al istishna’ atau biasa disebut dengan istishna’ merupakan kontrak jual
beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’). Transaksi ini mempunyai kesamaan dengan transaksi
salam, dalam hal barang yang dibeli tersebut belum ada pada saat terjadinya transaksi
melainkan wajib dilunasi dengan dahulu. Namun berbeda dengan transaksi salam
yang barang tersebut merupakan hasil dari pertanian, pada transaksi istishna barang
yang di jual belikan biasanya merupakan barang manufaktur. Sedangkan dalam hal
pembayarannya, dari transaksi istishna ini bisa dilakukan dimuka, dengan cicilan atau
dapat ditangguhkan sampai batas waktu di masa mendatang.
1. Ketentuan Syar’I Transaksi Istishna
Menurut mazhab Hanafi, Istishna hukumnya boleh karena hal itu telah
dilakukan oleh masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang
mengingkarinya. Ketentuan syari transaksi istishna diatur dalam fatwa DSN nomor
06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli Istishna’. Fatwa diatas mengatur mengenai
ketentuan dari pembayaran dan ketentuan oleh barang. Oleh karena istishna mirip
dengan transaksi salam maka beberapa ketentuan salam juga berlaku pada transaksi
istishna. Ketentuan ketentuan tersebut yang akan dibahas pada rukun istishna.
2. Rukun Transaksi Istishna’

a. Transaktor
Transaktor terdiri atas pembeli dan penjual. Kedua transktor disyaratkan
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal
seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dll sejenisnya. Sedangkan transaksi untuk
anak dibawah umur bisa dilakukan melalui izin dari orang tuanya. Sedangkan
dengan penjual, DSN mewajibkan para penjual harus menyerahkan barang dengan
tepat waktu dan dengan kualitas serta jumlah yang sudah disepakati. Penjual
diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan
syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan tidak boleh
menuntut tambahan harga. Sedangkan untuk pesanan sudah sesuai dengan
kesepakatannya, dan hukumnya wajib bagi pembeli untuk menerima barang dan
melakukan semua ketentuan dalam kesepakatan istishna. Namun, jika ada barang
yang dilunasi tersebut terdapat cacat atau tidak sesuai dengan kesepakatannya,
maka pemesan tersebut mempunyai hak memilih atau hak khiyar untuk
melanjutkan atau memilih membatalkan akad.

b. Objek Istishna
Rukun dalam objek transaksi jual beli dalam istishna terdapat barang
yang di jual belikan dan juga mengenai harga barang tersebut. terkait dengan
barang istishna’ DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan
yang harus dipenuhi. Ketentuan tersebut yaitu:
- Harus jelas spesifikasinya.
- Penyerahan barang dapat dilakukan setelahnya.
- Waktu serta tempat penyerahannya harus ditetapkan melalui
kesepakatan.
- Pembeli tidak diperbolehkan untuk jual barang sebelum barang
tersebut diterima.
- Tidak diperbolehkan untuk menukar barang kecuali dengan barang
sejenis yang telah sesuai dengan kesepakatan.
- Diperlukannya proses pembuatan setelah akad disepakati.
- Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan
bukan barang massal.
Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus diketahui
jumlah dan bentuknya diawal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad. Alat pembayaran dapat berupa uang, barang, dan
mengandung manfaat. Pembayaran harus dilakukan sesuai kesepakatan. Pembayaran
itu sendiri tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.

c. Ijab dan Kabul


Ijab dan Kabul istishna merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak dengan cara penawaran dari penjual (bank syariah) dan penerimaan
yang dinyatakan oleh pembeli (nasabah). Pelafalan perjanjian dapat dilakukan
dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa bicara), Tindakan maupun tulisan,
bergantung pada praktik yang lazim di masyarakat dan menunjukkan keridhaan
satu pihak untuk menjual barang istishna dan pihak lain untuk membeli barang
istishna. Menurut PSAK 104 paragraf 12 pada dasarnya istishna tidak dapat
dibatalkan kecuali memenuhi kondisi sebagai berikut:

- Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya.


- Akad batal demi hukum karena adanya kondisi hukum yang bisa
menghambat pelaksanaan maupun penyelesaian akad.

B. Rukun Transaksi Istishna Paralel


Berdasarkan fatwa DSN Nomor 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad
istishna kedua (antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus
dilakukan terpisah dari akad pertama. Sedangkan akad yang kedua akan dilaksanakan
setelah akad pertama sah. Rukun rukun yang terdapat pada akad istishna pertama juga
berlaku pada akad istishna kedua.
● Pengawasan Syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
Untuk memastikan kesesuaian syariah terhadap praktik jual beli istishna dan
istishna pararel DPS biasanya melakukan pengawasan syariah secara periodic.
Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pengawasan tersebut
dilakukan untuk:
- Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh
syariah islam
- Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan
nasabah sesuai pesanan dan kriteria yang telah disepakati
- Memastikan akad istishna dan akad istishna pararel dibuat dalam
akad yang terpisah
- Memastikan bahwa akad istishna yang sudah dikerjakan sesuai
kesepakatan hukumnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan
kecuali memenuhi kondisi antara lain: kedua belah pihak setuju untuk
menghentikan akad istishna dan akad istishna batal demi hukum
karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan
atau penyelesaian akad.
Adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS menuntut bank syariah
untuk hati hati dalam melakukan transaksi jual beli istishna dan istishna paralel
dengan nasabah. Selain itu bank juga dituntut dapat melakukan tertib administrasi
agar dokumen dokumen yang dibutuhkan DPS bisa tersedia setiap akan dilakukannya
pengawasan.

C. Alur Transaksi Istishna’ dan Istishna Paralel

- Pertama, nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi


kesepakatan antara penjual dan pembeli terkait transaksi istishna yang akan
dilaksanakan.
- Kedua, pada transaksi istishna setelah akad disepakati, penjual mulai membuat atau
menyelesaikan tahapan pembuatan barang yang diinginkan pembeli. Setelah barang
dihasilkan pada saat atau sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang
sesuai dengan spesfikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli.
Adapun transaksi istishna pararel yang biasanya digunakan oleh penjual (bank
syariah) yang tidak membayar sendiri barang istishna, setelah menyepakati kontrak
istishna dan menerima dana dari nasabah istishna selanjutnya secara terpisah
membuat akad istishna dengan produsen barang istishna.
- Ketiga, setelah disepakatinya transaksi tersebut di jangka waktu tertentu, pemasok
selanjutnya harus mulai melaksanakan kegiatan pengerjaan barang yang sudah
dipesan.
- Keempat, selama mengerjakan barang yang dipesan pemasok melakukan tagihan
kepada bank syariah senilai tingkat penyelesaian barang pesanan.
- Kelima, dilakukannya pembayaran dari bank syariah kepada pembuat barang tersebut
senilai yang sudah ditagihkan.
- Keenam, kemudian dilakukannya tagihan oleh bank syariah kepada nasabah yang
membeli berdasarkan tingkat penyelesaian barang.
- Ketujuh, pemasok melakukan pengiriman barang untuk nasabah pembeli.
- Kedelapan, pemasok mengirim bukti dari kirim barang tersebut kepada bank syariah.
- Kesembilan, nasabah yang membeli barang tersebut melunasi pembayaran barang
istishna sesuai akad yang sudah disepakatinya.
● Cakupan Standar Akuntansi Istishna’ Paralel
Akuntansi istishna’ diatur dalam pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) nomor 104 tentang istishna’. Terkait dengan pengakuan dan pengukuran
transaksi, standar ini mengatur tentang penyatuan dan segmentasi akad, pendapatan
istishna’ dan istishna paralel, istishna dengan pembayaran tangguh, biaya perolehan
istishna, penyelesaian awal, pengakuan taksiran rugi, perubahan pesanan, dan tagihan
tambahan. Pembahasan mengenai konsep dan penerapan akuntansi istishna akan
dibahas di bagian teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi istishna.
● Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Istishna’

Transaksi istishna pertama


Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. ursila mempunyai
rencana akan menambah 1 unit bangunan seluas 100 M2 untuk rawat inap di sebelah
barat bangunan utama kliniknya. Untuk kebutuhan itu, dr ursila menghubungi bank
syariah untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkannya. Setelah dilakukannya negosiasi dan juga kegiatan survei untuk
mendapatkan desain bangunan yang dapat dijadikan acuan dari spesifikasi barang,
pada tanggal 10 februari 20XA ditandatangani akad transaksi istishna pengadaan
bangunan untuk rawat inap. Selanjutnya terjadilah kesepakatan antara dr ursila
dengan bank berkah syariah yaitu:
Harga bangunan : Rp. 150.000.000
Lama penyelesaian: 5 bulan (paling lambat tanggal 10 juli)
Mekanisme tagihan : 5 termin sebesar Rp. 30.000.000 per termin mulai tanggal 10
Agustus.
Mekanisme pembayaran: setiap tiga hari setelah tanggal penagihan.
Transaksi istishna kedua
Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr ursila pada tanggal 12 Februari
20XA, bank berkah syariah memesan kepada kontraktor PT Thariq Konstruksi
dengan kesepakatan sebagai berikut:

Harga bangunan : Rp. 130.000.000


Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tanggal 25 juni)
Mekanisme penagihan kontraktor : tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan
100%.
Mekanisme pembayaran oleh bank: dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor.

D. Perjunalan Transaksi Istishna’


 Transaksi Biaya Pra-Akad (Bank sebagai Penjual)
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 25, disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’ terdiri
dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung yang bertugas untuk membuat barang pesanan. Sedangkan biaya
tidak langsung meliputi biaya akad dan biaya praakad. Selanjutnya pada paragraf 26
dijelaskan bahwa biaya pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai
biaya istishna’ jika akad disepakati.
Misalnya pada kasus 11.1 di atas, pada tanggal 5 Februari 20XA, untuk
keperluan survei dan pembuatan desain bangunan yang akan dijadikan acuan
spesifikasi barang, Bank Berkah Syariah telah mengeluarkan kas hingga Rp
2.000.000. Jurnal untuk mengakui transaksi tersebut sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


05/02/XA Db. Beban Pra-akad 2.000.000
yang ditangguhkan
Kr. Kas 2.000.000

Dalam laporan keuangan, beban pra-akad disajikan dalam neraca bagian aset
lancar sebagai beban dibayar di muka. Karena rekening ini bersifat sementara maka
saldo rekening ini nol dan tidak disajikan pada laporan keuangan.
Penandatanganan Akad dengan Pembeli ( Bank sebagai penjual)
Saat akad ditandatangani antara bank dengan pembeli, tidak perlu membuat
jurnal dalam mengakui adanya jual beli istishna’. Tetapi adanya kesepakatan pada
jual beli istishna’ menyebabkan pengeluaran-pengeluaran pra-akad diakui sebagai
biaya istishna’ . Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26 bahwa biaya pra-akad diakui
sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad
disepakati.
Misalnya kasus dr.Ursila dengan Bank Berkah Syariah diatas,transaksi
istishna’ jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban pra-
akad menjadi biaya istishna sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/02/XA Db.Biaya Istishna’ 2.000.000
Kr. Beban pra-akad 2.000.000
yang ditangguhkan

Dalam praktik perbankan jika akad jadi disepakati, maka beberapa bank memperlakuan pra-
akad sebagai piutang istishna’.
 Pembuatan Akad Istishna’ Paralel dengan Pembuat Barang (Bank sebagai Pembeli)
Pada saat akad istishna’ paralel disepakati dengan pembuat barang,dalam jual
beli istishna’ tidak ada jurnal yang harus dibuat. Dalam kasus 11.1 diketahui bahwa
pembayaran dilakukan berdasarkan tingkat penyelesaian, sehingga pada saat akad,
tidak ada kas yang harus dikeluarkan oleh bank syariah. Berdasarkan PSAK 104
paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’ paralel terdiri dari:
1. Biaya perolehan barang pesanan meliputi sebesar tagihan produsen atau
kontraktor kepada entitas
2. Biaya tidak langsung merupakan biaya overhead termasuk biaya akad dan pra-
akad dan
3. Semua biaya akibat dari produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya,jika ada.
 Penerimaan dan Pembayaran Tagihan Kepada Penjual (pembuat) Barang Istishna’
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 36 menjelaskan bahwa pembeli mengakui
aset istishna’ sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini
pembuat barang dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada pembuat barang
tersebut. Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan
dalam tiga termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50%, dan 100%. Berikut contoh
tabel pembahasannya.
No Termin Tingkat Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah
Penyelesaian Penagihan Tagihan (Rp) Pembayaran Pembayaran
(Rp)
I 20% 1 April 26.000.000 8 April 26.000.000
II 50% 15 Mei 39.000.000 22 Mei 39.000.000
III 100% 25 Juni 65.000.000 2 Juli 65.000.000
Misalnya pada tanggal 1 April, PT Thariq Konstruksi menyelesaikan 20%
pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20%
x Rp 130.000.000) terhadap Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan
pembayaran oleh pembuat barang sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit ( Rp)
01/04/XA Db. Aset Istishna 26.000.000
dalam penyelesaian
Kr. Utang Istishna’ 26.000.000
Selanjutnya, untuk membayar tagihan pembuat barang, bank syariah dapat membayar
secara tunai maupun melalui kredit rekening. Praktik yang lazim di perbankan,
tagihan bisa dibayar melalui rekening.
Misalkan pembayaran yang dilakukan tanggal 8 April, maka jurnal pembayaran
tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


08/04/XA Db. Utang Istishna’ 26.000.000
Kr. Kas/rekening 26.000.000
nasabah pemasok

Note : Jurnal sejenis juga dilakukan pada saat penerimaan tagihan dan pembayaran
kedua
( penyelesaian 50%) dan ketiga (penyelesaian 100%).
Misalnya, tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan
pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal
25 Juni 20XA dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transaksi
tersebut adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/05/XA Db. Aset Istishna’ dalam 39.000.000
penyelesaian
Kr. Utang Istishna’ 39.000.000
(50%-20%) x Rp 130.000.000 = Rp
39.000.000

22/05/XA Db. Utang istishna’ - pembuatan 39.000.000


barang

Kr.Kas/rekening nasabah 39.000.000


pemasok

25/06/XA Db. Aset istishna’dalam 65.000.000


penyelesaian

Kr. Utang istishna’ 65.000.000


(100%-50%) x Rp 130.000.000
= Rp 65.000.000

02/07/XA Db. Utang istishna’-pembuat 65.000.000


barang
Kr. Kas/rekening nasabah 65.000.000
pemasok

Note: Umumnya, pembayaran dilakukan tidak 100% lunas pada saat serah terima
barang selesai, namun ditahan sebesar 5% untuk masa commissioning. 5% adalah
nilai the best practice. Setelah bank yakin tidak ada permasalahan teknis atas barang
yang selesai dibangun, baru 5% sisa pembayaran diserahkan. Masa commissiong
dapat berlangsung 1-3 bulan setelah penyerahan barang tergantung dari kesiapan
penggunaan operasional aset istishna’ tersebut.

● Pengakuan Pendapatan Istishna’


Pada istishna’ paralel terdapat dua metode pengakuan pendapatan , yaitu metode
persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Saat metode akad selesai,
pengakuan pendapatan diakui setelah barang selesai. Sedangkan metode persentase
penyelesaian, pendapatan diakui sesuai persentase penyelesaian. Pengakuan
pendapatan ini dapat dilakukan secara periodik (bulan,triwulan, dll). Berdasarkan
PSAK 104 paragraf 18, menjelaskan bahwa jika metode persentase penyelesaian
digunakan, maka:
1.Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang sudah diselesaikan dalam periode
tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan.
2.Bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama masa periode pelaporan
ditambahkan pada aset istishna’ dalam penyelesaian dan
3.Pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah
dikeluarkan sampai periode tersebut.
Adapun perhitungan pendapatan istishna’ , harga pokok istishna’ dan keuntungan istishna’
sebagai berikut.
● Pendapatan istishna’ dapat diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan
pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut.
Pendapatan istishna’ = persentase penyelesaian x nilai akad penjualan
Maka pada tanggal 1 April saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan sebesar
Rp 30.000.000 (20% x Rp 150.000.000).
● Harga pokok istishna’ diakui sebesar persentase penyelesaian aset istisna’.
Harga pokok istishna’ = persentase penyelesaian x nilai akad pembelian
= 20% x Rp 130.000.000
= Rp 26.000.000
● Keuntungan istishna’ yang dimaksud adalah bagian margin keuntungan istishna’ yang
diakui selama periode pelaporan yang ditambahkan kepada aset istishna’ dalam
penyelesaian.
Keuntungan istishna’ = persentase penyelesaian x margin keuntungan istishna’
= 20% x (Rp 150.000.000 – Rp 130.000.000)
= Rp 4.000.000
Dari jurnal penyesuaian yang dibuat, pengakuan keuntungan istishna’ dilakukan
dengan mendebit aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar Rp 4.000.000

Secara keseluruhan, jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan saat
penyelesaian 20%, 50%, dan 100% sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/04/XA Db. Aset istishna’ dalam 4.000.000
penyelesaian
Db. Harga pokok istishna’ 26.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 30.000.000
Ket
Pendapatan margin
= (% penyelesaian x harga jual)
=( 20% x Rp 150.000.000)
= Rp 30.000.000

Harga Pokok Istishna’


=(% penyelesaian x harga beli)
=(20% x Rp 130.000.000)
=Rp 26.000.000

Aset istishna’
=(% penyelesaian x keuntungan
istishna’ dalam penyelesaian)
= (20% x Rp 120.000.000)
= Rp 4.000.000
15/05/XA Db. Aset istishna’ dalam 6.000.000
penyelesaian
Db. Harga pokok istishna’ 39.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 45.000.000
Ket
Pendapatan margin
= (% penyelesaian x harga jual)
=(50%-20%)x Rp 150.000.000
= Rp 45.000.000

Harga Pokok Istishna’


=(% penyelesaian x harga beli)
=(50%-20%) x Rp 130.000.000
=Rp 39.000.000

Aset istishna’
=(% penyelesaian x keuntungan
istishna’ dalam penyelesaian)
= (50%-20%) x Rp 120.000.000
= Rp 6.000.000
25/06/XA Db. Aset istishna’ dalam 10.000.000
penyelesaian
Db. Harga pokok istishna’ 65.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 75.000.000
Ket
Pendapatan margin
= (% penyelesaian x harga jual)
=(100%-50%)x Rp 150.000.000
= Rp 75.000.000

Harga Pokok Istishna’


=(% penyelesaian x harga beli)
=(100%-50%)x Rp 130.000.000
=Rp 65.000.000

Aset istishna’
=(% penyelesaian x keuntungan
istishna’ dalam penyelesaian)
=(100%-50%)x Rp 120.000.000
= Rp 10.000.000

● Penagihan Piutang Istishna’ Pembeli


Penagihan dilakukan penjual dilakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad dan
tidak selalu sesuai dengan persentase penyelesaian pembuatan barang pesanan (PSAK
104 paragraf 24). Berdasarkan PSAK 104 paragraf 23 disebutkan bahwa tagihan
setiap termin pada pembeli diakui sebagai piutang istishna’ dan termin istishna’
(billing) pada pos lawannya.
Misalnya dalam kasus diatas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan
dalam 5 termin dalam jumlah yang sama, yaitu Rp 30.000.000, setiap tanggal 10
mulai bulan April. Maka, jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang istishna’
kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut sebagai berikut.

tanggal Rekening Debit Kredit


10/004/XA Db. Piutang istishna’ 30.000.000
Kr. Termin istishna’ 30. 000.000
*Rp.150.000.000/5 termin
10/05/XA Db. Piutang istishna’ 30. 000.000
Kr. Termin istishna’ 30. 000.000
10/06/XA Db. Piutang istishna’ 30. 000.000
Kr. Termin istishna’ 30. 000.000
10/07/XA Db. Piutang istishna’ 30. 000.000
Kr . Termin istishna’ 30. 000.000
10/08/XA Db. Piutang istishna’ 30. 000.000
Kr. Termin istishna’ 30. 000.000

● Penerimaan Pembayaran piutang Istishna’ dari pembeli


Dilakukan oleh nasabah setelah menerima tagihan istishna’ dari bank. Oleh karena
termin istishna’ merupakan pos lawan dari piutang istishna’ maka pada waktu
pembayaran piutang, bank sebagai penjual perlu menutup termin istishna;.
Misalkan dalam kasus diatas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3
hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual. Maka, jurnal untuk
mengakui 5 kali penerimaan pembayaran dan pembeli berikut :

Tanggal Rekening Debit(Rp) Kredit (Rp)


13/04/XA Db. Kas/ rekening nasabah pembeli 30.000.000
istisna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000

13/05/XA Db. Kas/ rekening nasabah pembeli 30.000.000


istisna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/06/XA Db. Kas/ rekening nasabah pembeli 30.000.000
istisna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/07/XA Db. Kas/ rekening nasabah pembeli 30.000.000
istisna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000
13/08/XA Db. Kas/ rekening nasabah pembeli 30.000.000
istisna’
Kr. Piutang istishna’ 30.000.000

Misalkan barang pesanan diserahkan tanggal 13/08/XA, maka jurnal :


Tanggal Rekening Debit Kredit
13/08/XA Db. Termin istishna 150.000.000
Kr. Aset istishna’ dalam penyelesaian 150.000.000
13/08/XA Db. Termin istishna’ 150.000.000

Variasi transaksi dan Kebijakan Akuntansi


1. Perlakuan akuntansi terhadap beban pra akad jika transaksi tidak disepakati
Maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan, jurnal sebagai berikut :

Rekening Debit(Rp) Kredit(Rp)


Db. Beban operasional 2.000.000
Kr. Beban pra- akad yang ditangguhkan 2.000.000

2. Pengakuan pendapatan dengan metode akad selesai


Akad dikatakan selesai jika proses pembuatan suatu barang pesanan selesai dan
diserahkan kepada pembeli. Berdasarkan PSAK 104 paragraf 19, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan itu
selesai
2. tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dalam penyelesaian
pekerjaan tersebut
3. tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ sampai pekerjaan
tersebut selesai
4. pengakuan pendapatan istishna’, harga pokok istishna’, dan keuntungan
dilakukan hanya saat penyelesaian pekerjaan
pada tanggal 25 juni 20XA, pemasok melaporkan pekerjaan telah selesai maka
jurnal:
Tanggal Rekening Debit Kredit
25/06/XA Db. Asset istishna’ dalam penyelesaian 20.000.000
Db. Harga pokok ishtishna’ 130.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 150.000.000

3. Pembayaran dengan cara Tangguh


Berdasarkan PSAK 104 paragraf 20, jika menggunakan metode persentase
penyelesaian dalam proses pelunasan dalam periode dari satu tahun setelah barang
diserahkan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan dihitung Ketika istishna
dilakukan tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian
b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai jumlah pembayaran
Kasus istishna dengan pembayaran Tangguh
Misalkan barang bangunan yang dipesan oleh dr. ursila disepakati untuk dibayar
dalam masa 3 tahun. Dalam pembayaran tangguh secara angsuran selama 3 tahun
adalah Rp.190.000.000 dengan ringkasan transaksi berikut :
Biaya perolehan bangunan : 130. 000.000
Margin keuntungan : 200.000.000
Nilai tunai saat barang diserahkan : 150.000.00
Nilai akad untuk pembayaran angsuran 3 tahun : 190.000.000
Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun : Rp 40.000.000
1. Jurnal saat pengakuan pengeluaran untuk memperoleh istishna’
Sesuai dengan tagihan dan pembayaran oleh bank kepada pemasok

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Db. Asset istishna’ dalam penyelesaian 26.000.000
Kr. Utang 26.000.000
Db. Utang 26.000.000
Kr. Kas/rekening 26.000.000
Ket: tagihan dan pembayaran pertama oleh
bank kepada pemasok
Db. Asset istishna’ dalam penyelesaian 39.000.000
Kr. Utang 39.000.000
Db. Utang 39.000.000
Kr. Kas/rekening 39.000.000
Ket: tagihan dan pembayaran pertama oleh
bank kepada pemasok
Db. Asset istishna’ dalam penyelesaian 65.000.000
Kr. Utang 65.000.000
Db. Utang 65.000.000
Kr. Kas/rekening 65.000.000
Ket: tagihan dan pembayaran ke 3 oleh bank
kepada pemasok sehingga seluruh tagihan dari
pemasok adalah 130.000.00
(Rp26.000.000+Rp39.000.000+Rp65.000.000
)
2. Jurnal saat pengakuan pendapatan
Sebagaimana halnya pada istishna’ dengan pembayaran tunai, pengakuan
Tangguh berdasar metode yang dipilih persentase penyelesaian atau akad
selesai. Jurnalnya yaitu:
Rekening Debit Kredit
Db. Istishna’ dalam penyelesaian 20.000.000
Db. Haga pokok istishna, 13.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 150.000.0000

3. Jurnal saat penagihan dan penyerahan aset istishna’ kepada pembeli


Rekening Debit Kredit
Db. Piutang istishna’ 150.000.000
Kr. Termin istisna’ 150.000.000
Kr. Margin istishna’ ditangguhkan 40.000.000

Saat proyek diserahkan, jurnal sebagai berikut:


Rekening Debit Kredit
Db. Termin istishna’ 150.000.000
Kr. Margin istishna’ 150.000.000
ditangguhkan

4. Jurnal saat pembayaran oleh pembeli


Rp 190.000 .000
Pembayaran perbulan =
36 bulan

Pembayaran perbulan = Rp. 5.277.778

Saat yang sama pendapatan istishna’ ditangguhkan berubah menjadi


pendapatan istishna

Rp 40.000.000
Pendapatan perbulan =
36 bulan

Pendapatan perbulan = Rp 1.111.111


Rekening Debit Kredit
Db. Kas /rekening nasabah 5.277.778
Kr, piutang usaha 5.277.778
Db. Margun istishna ditangguhkan
Kr. Pendapatan istishna 1.111.111
1.111.111

5. Jurnal pemberian potongan jika pembeli melunasi lebih awal


a. Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna saat
pembayaran
b. Pengganti reimbursement pada pembeli sejumlah keuntungan yang
dihapus tersebut setelah menerima piutang seluruhnya
Missal nasabah melunasi pembayaran lebih awal pada akhir tahun kedua saat
sisa pembayaran Rp63.333.333. atas pelunasan lebih awal bank memberikan
potongan Rp10.000.000
Alternatif 1:
Rekening Debit Kredit
Db. Kas 5.333.333
Kr. potongan 10.000.000
Kr. Piutang istishna Rp63.333.333.

Alternatif 2
Rekening Debit Kredit
Db. Kas 63.333.333
Kr. Piutang istishna 63.333.333
Db. Pendapoatan istishna 13.333.333
tangguh
Kr. Kas /rekening 10.000.000
nasabah
Kr. Pendapatan istishna 3.333.333
Ket ; saldo pendapatan
istishna Tangguh pada
akhir tahun kedua
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim (2013) “Akuntansi
Perbankan Syariah” Salemba Empat
LAMPIRAN TUGAS

- Pembagian Tugas Kelompok:


- Kavita Kirana Nur Anisa : Membuat Makalah Bagian Teori
- Nurfitasari Febrianti: Membuat makalah bagian penjurnalan
- Vina Paramita Dewi: Membuat makalah bagian penjurnalan
- Devinta Aulia Ardhianita: Mmebuat PPT

- Lampiran Plagiasi

You might also like