Professional Documents
Culture Documents
Makalah Alks Kel 6 - Istishna'-1
Makalah Alks Kel 6 - Istishna'-1
PEMBAHASAN
A. Definisi Istishna
Bai’ al istishna’ atau biasa disebut dengan istishna’ merupakan kontrak jual
beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’). Transaksi ini mempunyai kesamaan dengan transaksi
salam, dalam hal barang yang dibeli tersebut belum ada pada saat terjadinya transaksi
melainkan wajib dilunasi dengan dahulu. Namun berbeda dengan transaksi salam
yang barang tersebut merupakan hasil dari pertanian, pada transaksi istishna barang
yang di jual belikan biasanya merupakan barang manufaktur. Sedangkan dalam hal
pembayarannya, dari transaksi istishna ini bisa dilakukan dimuka, dengan cicilan atau
dapat ditangguhkan sampai batas waktu di masa mendatang.
1. Ketentuan Syar’I Transaksi Istishna
Menurut mazhab Hanafi, Istishna hukumnya boleh karena hal itu telah
dilakukan oleh masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang
mengingkarinya. Ketentuan syari transaksi istishna diatur dalam fatwa DSN nomor
06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli Istishna’. Fatwa diatas mengatur mengenai
ketentuan dari pembayaran dan ketentuan oleh barang. Oleh karena istishna mirip
dengan transaksi salam maka beberapa ketentuan salam juga berlaku pada transaksi
istishna. Ketentuan ketentuan tersebut yang akan dibahas pada rukun istishna.
2. Rukun Transaksi Istishna’
a. Transaktor
Transaktor terdiri atas pembeli dan penjual. Kedua transktor disyaratkan
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal
seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dll sejenisnya. Sedangkan transaksi untuk
anak dibawah umur bisa dilakukan melalui izin dari orang tuanya. Sedangkan
dengan penjual, DSN mewajibkan para penjual harus menyerahkan barang dengan
tepat waktu dan dengan kualitas serta jumlah yang sudah disepakati. Penjual
diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan
syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan tidak boleh
menuntut tambahan harga. Sedangkan untuk pesanan sudah sesuai dengan
kesepakatannya, dan hukumnya wajib bagi pembeli untuk menerima barang dan
melakukan semua ketentuan dalam kesepakatan istishna. Namun, jika ada barang
yang dilunasi tersebut terdapat cacat atau tidak sesuai dengan kesepakatannya,
maka pemesan tersebut mempunyai hak memilih atau hak khiyar untuk
melanjutkan atau memilih membatalkan akad.
b. Objek Istishna
Rukun dalam objek transaksi jual beli dalam istishna terdapat barang
yang di jual belikan dan juga mengenai harga barang tersebut. terkait dengan
barang istishna’ DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan
yang harus dipenuhi. Ketentuan tersebut yaitu:
- Harus jelas spesifikasinya.
- Penyerahan barang dapat dilakukan setelahnya.
- Waktu serta tempat penyerahannya harus ditetapkan melalui
kesepakatan.
- Pembeli tidak diperbolehkan untuk jual barang sebelum barang
tersebut diterima.
- Tidak diperbolehkan untuk menukar barang kecuali dengan barang
sejenis yang telah sesuai dengan kesepakatan.
- Diperlukannya proses pembuatan setelah akad disepakati.
- Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan
bukan barang massal.
Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus diketahui
jumlah dan bentuknya diawal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad. Alat pembayaran dapat berupa uang, barang, dan
mengandung manfaat. Pembayaran harus dilakukan sesuai kesepakatan. Pembayaran
itu sendiri tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.
Dalam laporan keuangan, beban pra-akad disajikan dalam neraca bagian aset
lancar sebagai beban dibayar di muka. Karena rekening ini bersifat sementara maka
saldo rekening ini nol dan tidak disajikan pada laporan keuangan.
Penandatanganan Akad dengan Pembeli ( Bank sebagai penjual)
Saat akad ditandatangani antara bank dengan pembeli, tidak perlu membuat
jurnal dalam mengakui adanya jual beli istishna’. Tetapi adanya kesepakatan pada
jual beli istishna’ menyebabkan pengeluaran-pengeluaran pra-akad diakui sebagai
biaya istishna’ . Berdasarkan PSAK 104 paragraf 26 bahwa biaya pra-akad diakui
sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad
disepakati.
Misalnya kasus dr.Ursila dengan Bank Berkah Syariah diatas,transaksi
istishna’ jadi disepakati pada tanggal 10 februari, maka jurnal pengakuan beban pra-
akad menjadi biaya istishna sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/02/XA Db.Biaya Istishna’ 2.000.000
Kr. Beban pra-akad 2.000.000
yang ditangguhkan
Dalam praktik perbankan jika akad jadi disepakati, maka beberapa bank memperlakuan pra-
akad sebagai piutang istishna’.
Pembuatan Akad Istishna’ Paralel dengan Pembuat Barang (Bank sebagai Pembeli)
Pada saat akad istishna’ paralel disepakati dengan pembuat barang,dalam jual
beli istishna’ tidak ada jurnal yang harus dibuat. Dalam kasus 11.1 diketahui bahwa
pembayaran dilakukan berdasarkan tingkat penyelesaian, sehingga pada saat akad,
tidak ada kas yang harus dikeluarkan oleh bank syariah. Berdasarkan PSAK 104
paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’ paralel terdiri dari:
1. Biaya perolehan barang pesanan meliputi sebesar tagihan produsen atau
kontraktor kepada entitas
2. Biaya tidak langsung merupakan biaya overhead termasuk biaya akad dan pra-
akad dan
3. Semua biaya akibat dari produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya,jika ada.
Penerimaan dan Pembayaran Tagihan Kepada Penjual (pembuat) Barang Istishna’
Berdasarkan PSAK 104 paragraf 36 menjelaskan bahwa pembeli mengakui
aset istishna’ sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual yang dalam hal ini
pembuat barang dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada pembuat barang
tersebut. Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan
dalam tiga termin, yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50%, dan 100%. Berikut contoh
tabel pembahasannya.
No Termin Tingkat Tanggal Jumlah Tanggal Jumlah
Penyelesaian Penagihan Tagihan (Rp) Pembayaran Pembayaran
(Rp)
I 20% 1 April 26.000.000 8 April 26.000.000
II 50% 15 Mei 39.000.000 22 Mei 39.000.000
III 100% 25 Juni 65.000.000 2 Juli 65.000.000
Misalnya pada tanggal 1 April, PT Thariq Konstruksi menyelesaikan 20%
pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20%
x Rp 130.000.000) terhadap Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan
pembayaran oleh pembuat barang sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit ( Rp)
01/04/XA Db. Aset Istishna 26.000.000
dalam penyelesaian
Kr. Utang Istishna’ 26.000.000
Selanjutnya, untuk membayar tagihan pembuat barang, bank syariah dapat membayar
secara tunai maupun melalui kredit rekening. Praktik yang lazim di perbankan,
tagihan bisa dibayar melalui rekening.
Misalkan pembayaran yang dilakukan tanggal 8 April, maka jurnal pembayaran
tersebut adalah sebagai berikut.
Note : Jurnal sejenis juga dilakukan pada saat penerimaan tagihan dan pembayaran
kedua
( penyelesaian 50%) dan ketiga (penyelesaian 100%).
Misalnya, tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan
pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Tagihan ketiga diterima tanggal
25 Juni 20XA dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transaksi
tersebut adalah sebagai berikut.
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/05/XA Db. Aset Istishna’ dalam 39.000.000
penyelesaian
Kr. Utang Istishna’ 39.000.000
(50%-20%) x Rp 130.000.000 = Rp
39.000.000
Note: Umumnya, pembayaran dilakukan tidak 100% lunas pada saat serah terima
barang selesai, namun ditahan sebesar 5% untuk masa commissioning. 5% adalah
nilai the best practice. Setelah bank yakin tidak ada permasalahan teknis atas barang
yang selesai dibangun, baru 5% sisa pembayaran diserahkan. Masa commissiong
dapat berlangsung 1-3 bulan setelah penyerahan barang tergantung dari kesiapan
penggunaan operasional aset istishna’ tersebut.
Secara keseluruhan, jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan saat
penyelesaian 20%, 50%, dan 100% sebagai berikut.
Aset istishna’
=(% penyelesaian x keuntungan
istishna’ dalam penyelesaian)
= (20% x Rp 120.000.000)
= Rp 4.000.000
15/05/XA Db. Aset istishna’ dalam 6.000.000
penyelesaian
Db. Harga pokok istishna’ 39.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 45.000.000
Ket
Pendapatan margin
= (% penyelesaian x harga jual)
=(50%-20%)x Rp 150.000.000
= Rp 45.000.000
Aset istishna’
=(% penyelesaian x keuntungan
istishna’ dalam penyelesaian)
= (50%-20%) x Rp 120.000.000
= Rp 6.000.000
25/06/XA Db. Aset istishna’ dalam 10.000.000
penyelesaian
Db. Harga pokok istishna’ 65.000.000
Kr. Pendapatan istishna’ 75.000.000
Ket
Pendapatan margin
= (% penyelesaian x harga jual)
=(100%-50%)x Rp 150.000.000
= Rp 75.000.000
Aset istishna’
=(% penyelesaian x keuntungan
istishna’ dalam penyelesaian)
=(100%-50%)x Rp 120.000.000
= Rp 10.000.000
Rp 40.000.000
Pendapatan perbulan =
36 bulan
Alternatif 2
Rekening Debit Kredit
Db. Kas 63.333.333
Kr. Piutang istishna 63.333.333
Db. Pendapoatan istishna 13.333.333
tangguh
Kr. Kas /rekening 10.000.000
nasabah
Kr. Pendapatan istishna 3.333.333
Ket ; saldo pendapatan
istishna Tangguh pada
akhir tahun kedua
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim (2013) “Akuntansi
Perbankan Syariah” Salemba Empat
LAMPIRAN TUGAS
- Lampiran Plagiasi