Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
A. Definisi
Melanoma adalah keganasan sel yang menghasilkan pigmen (melanosit) yang terletak
terutama di kulit, tetapi juga ditemukan dimata, telinga, saluran pencernaan, leptomeninges,
serta membrane mukosa oral dan kelamin. Melanoma hanya 4% dari semua kanker kulit,
namun hal itu menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait kanker kulit di seluruh dunia.
Deteksi dini melanoma kulit adalah cara terbaik untuk mengurangi kematian. (Arif Mutaqqin,
2012)
Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang ganas
dan merupakan kanker kulit yang paling berbahaya. Kanker ini berkaitan dengan pajanan
yang berlebihan terhadap radiasi ultra violet paling sering menyerang individu berkulit terang
dan berambut pirang atau merah. Penyakit ini ditandai perubahan dalam warna, bentuk dan
ukuran tahi lalat atau tahi lalat yang berdarah atau gatal. Prognosis bergantung pada ketebalan
breslow penetapan stadium yang melibatkan penetuan status kelenjar limfe dengan biopsi
kelenjar sentinel. Karsinoma sel basal atau ulkus rodens merupakan kanker kulit yang paling
sering penyakit ini umum nya terkalit dengan pajanan terhadap sinar matahari yang
berlansung bertahun – tahun. Misalnya individu yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau
mereka yang berkulit terang dan tinggal di dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan
kerusakan lokal yang luas namaun kanker ini tidak pernah bermetatastis. Karsinoma sel
skuamosa adalah sel kanker invasit yang jika di biarkan dapat bermetastatis. Terapi kanker ini
mungkin eksisi yang luas. (Eksklopedia keperawatan: 2009 hal 334 – 335)
B. Patofisiologi
Melanoma bisa berawal sebagai pertumbuhan kulit baru yang kecil dan berpigmen
pada kulit yang normal paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar sinar matahari, tetapi
hampir separuh kasus tumbuh dari tahi lalat yang berpigmen. Melanoma mudah menyebar
kebagian tubuh yang jauh (metastase), dimana akan terus tumbuh dan menghancurkan
jaringan. Semakin sedikit pertumbuhan melanoma ke dalam kulit, maka semakin besar
peluang untuk menyembuhkannya, jika melanoma telah tumbuh jauh ke dalam kulit akan
lebih mungkin menyebar melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah dan bisa
menyebabkan kematian dalam beberapa bulan atau tahun. Perjalanan penyakit melanoma
bervariasi dan tampaknya dipengaruhi oleh kekuatan pertahanan sistem kekebalan tubuh.
Beberapa penderita yang keadaan kesehatannya baik bisa bertahan hidup selama bertahun-
tahun meskipun melanomanya telah menyebar.
Melanoma berasal dari melanosit yang timbul dari puncak saraf dan bermigrasi ke
epidermis, uvea, meninges, dan mukosa ectodermal. Melanosit berada di kulit dan
menghasilkan melanin pelindung yang terkandung dalam lapisan basal epidermis di antara
dermis dan epidermis. Melanoma dapat berkembang di atau dekat lesi yang sudah ada
sebelumnya atau di kulit yang tampak sehat. Sebuah melanoma ganas yang berkembang
dalam kulit yang sehat dapat dikatakan timbul de novo, tanpa bukti adanya lesi sebelumnya.
Banyak dari melanoma yang diinduksi oleh radiasi matahari risiko terbesar yang disebabkan
paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan melanoma dikaitkan dengan terbakar oleh
sinar matahari secara akut, intens, dan berselang. Risiko ini berbeda dibandingkan dengan
kanker sel skuamosa dan basal kulit, yang terkait dengan lama, paparan sinar matahari jangka
panjang. Melanoma juga dapat terjadi didaerah tidak terbakar kulit termasuk telapak tangan,
telapak kaki, dan perineum. Lesi tertentu dianggap prekursor lesi melanom termasuk nevus
diperoleh secara biasa nevus displastik, nevus kongenital, dan nevus biru selular. Melanoma
memiliki 2 fase pertumbuhan, radial dan vertikal. Selama fase pertumbuhan radial sel-sel
ganas tumbuh dalam mode radial pada epidermis dengan waktu berlangsung, sebagian besar
melanoma ke fase pertumbuhan vertikal,di mana sel-sel ganas menginvasi dermis dan
mengembangkan kemampuan untuk bermetastasis.
C. Etiologi
1. Sinar Ultra Violet paling dicurigai sebagai penyebab melanoma maligna. Umumnya
resiko tertinggi dihadapi oleh orang yang berkulit putih/cerah, bermata biru, bermata
pirang atau coklat dengan bercak-bercak kecoklatan pada kulitnya. Orang-orang ini
menyintesis melanin lebih lambat. Orang keturunan Celtic atau Skandinavia
menghadapi risiko lebih besar dibandingkan dengan orang yang sering terbakar sinar
matahari tetapi kulitnya tidak pernah menjadi coklat kekuningan. Populasi lain yang
berisiko pernah menderita melanoma dimasa lalu
2. memiliki riwayat melanoma dalam keluarga,
3. mempunyai nevus kongenital yang berukuran raksasa, atau
4. memiliki riwayat luka bakar matahari yang parah.
Hingga 10% penderita melanoma merupakan anggota keluarga yang cenderung menderita
melanoma dan memiliki lebih dari satu nervu yang terus berubah (nevi displastik), serta
rentan terhadap transformasi maligna (Arif Amuttaqin:2011).
D. Komplikasi
a) Hipertensi.
Metastasis dalam waktu singkat tidak hanya melalui kelenjar limfe regional tetapi juga
melalui aliran darah sehingga menyebabkan hipertensi.
b) Hypercholesterolemia.
Menderita kanker kulit karena kelainan pada genetikanya.
E. Manifestasi klinis
Gejala atau tanda yang patut di curigai sebagai tanda keganasan suatu lesi adalah perubahan
warna seperti lebih terang atau lebih gelap, gatal, perubahan bentuk menjadi tidak teratur atau
nevus bertambah luas serta bertambah tebal, pertumbuhan horizontal dan vertikal, permukaan
tidak rata, dan akhirnya pembentukan tukak. Pendarahan menandakan proses sudah sangat
lanjut.
Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena melanoma maligna
merupakan penyakit yang fatal bila telah metastasis jauh, maka kemampuan untuk mengenali
keganasan dini perlu diperdalam. Lokalisasi dilaporkan terbanyak di ekstremitas bawah,
kemudian didaerah badan, kepala/leher, ektremitas atas, kuku. Kunci penyembuhan
melanoma maligna adalah penemuan dini, sehingga diagnosis melanoma harus ditingkatkan
bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya tahi lalat yang
berubah(Arif Amuttaqin:2011), seperti: berpigmen, yaitu:
1. perubahan dalam warna
2. perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar, atau rasa sakit)
4. terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
6. berkembangnya lesi satelit
F. Pemeriksaan Diagnostik
Selain biopsi dari dugaan lesi, laboratori dan tes diagnostik digunakan menentukan
keadaan tumor apakah telah metastase. Karena malignan melanoma dapat metastase pada
beberapa organ atau jaringan dari tubuh, dilakukan macam-macam tes.
a. Tes laboratorium
1) Tes fungsi liver untuk menentukan keadaan tumor yang telah metastasis pada liver.
Kombinasi dari elevasi LDH, alkaline phosphatase, dan SGOT mempengaruhi liver.
2) Menghitung jumlah darah yang dilakukan untuk menentukan abnormalitas hematologi
3) Tes serum darah dilakukan untuk mengindentifikasi elektrolit mineral yang abnormal).
b. Tes diagnostik dapat meliputi juga seperti ini:
1) Biopsi lesi adalah hanya metode definitif pada diagnosa malignan melanoma.
Eksisi biopsy adalah prosedur diagnostik dari pilihan karena dibawah ini lebih komplit
histologic evaluasi dan tingkat mikroskop. Biopsi tidak harus dilakukan jika terduga
melanoma, karena ketebalan dan dalamnya lesi tidak dapat di kaji, membuat keputusan
tentang prognosis dan pengobatan sangat sulit.
2) CT–scan liver menentukan jika enzim hati abnormal dan menentukan luasnya
metastasis dari hati lebih akurat.
3) X-ray dada dilakukan jika klien sulit bernafas atau hemoptisis, dimana
rangsangan paru-paru menjadi metastasis.
4) Scan tulang dilakukan untuk menentukan metastatik karena tidak dapat
menentukan nyeri tulang.
5) CT scan atau MQI dari otak yaitu menentukan pengkajian dari metastasis jika
klien sakit kepala, seizure, atau defisit neurology.
6) Biopsi jaringan dari limpa tulang belakang atau lesi kulit lain dilakukan untuk
mengidentifikasi metastasis.
G. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Eksisi dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan fasia profunda
tidak mempengaruhi prognosis, demikian juga di seksi getah bening regional pada tumor
yang belum menunjukkan tanda metastasis jauh.
b. Perfusi
Setelah eksisi melanoma di ekstremitas, dapat di lakukan perfusi untuk pembertian
sitostatik ajuvan. Perfusi merupakan tindakan bedah yang agak besar sebab ekstremitas harus
di kosongkan dari peredaran darah sehingga harus di kerjakan dengan pompa pengatur suhu
dan oksigenator (mesin jantung paru).
c. Imunologi
Melanoma memperlihatkan reaksi yang tidak di mengerti yang di duga berdasarkan
pengaruh imunologik. Penggunaan vaksin sebagai terapi seperti vaksin BCG kadang
menyebabkan regresi parsial untuk waktu terbatas tetapi tidak mempengaruhi prignosis.
Setelah pembedahan perlu ditekankan pentingnya pengawasan berkala karena walaupun di
temukan pada derajat satu, kemungkinan kambuh cukup besar.
H. Pathway
I. Asuhan Keperawatan
Kasus:
1. Tn.K umur 55 tahun, pekerjaan petani, dan sering kontak dengan sinar Ultra Violet. Pada
tanggal 15 maret 1014 datang ke puskesmas Putri Ayu dengan keluhan kulit terasa gatal,
nyeri seperti terbakar didaerah abdomen kanan atas, tampak adanya lesi, bersisik, dan
hiperpigmentasi yaitu bercak kehitaman dengan diameter 6cm. Pada tanggal 20 maret 2014
pasien dirujuk ke Rumah Sakit Abdul Manap. Dari hasil pemeriksaan infeksi terlihat adanya
peningkatan melanosin di superficial kulit abdomen, palpebra kehitaman, dan wajah terlihat
pucat, pemeriksaan palpasiabdomen kuadran kanan atas teraba keras masa sekitar 2cm.
Pasien menjelaskan sering merasakan mual, tidak nafsu makan sehingga berat badan
menjadi turun 3kg. Pemeriksaan penunjang biopsi lesi pada tanggal 21 maret menunjukkan
terjadinya lentigo maligna. Dari hasil laboratorium didapatkan hasil Hb: 11 gr/dl, leukosit: 9
103/ µl, SGPT 55 U/l, SGOT 35 u/l. Dari pemeriksaan vital sign: TD: 150/80 Mmhg, suhu:
36ºc, nadi: 110x/menit, RR: 27x/menit. Pasien menjelaskan bahwa selama di rumah sakit
tidak bisa tidur karena lingkungannya sangat rame, tidur malam hanya sekitar 4jam dan
tidak pernah tidur siang. Pasien mengatakan mudah lelah saat melakukan aktifitasnya
sehingga tidak dapat melakukan aktifitas bertani lagi. Pasien terpasang infus RL dengan 30
TPM.
a. Identitas pasien
Nama: Tn. K
Umur: 55 tahun
Pekerjaan: Petani
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan sekarang:
P: Nyeri
S: -
T: -
Riwayat alergi:
c. Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda vital:
TD 150/80 mmHg
Suhu 36oC
RR 27x/menit
- Aktivitas Istirahat
- Sirkulasi :
Takikardi, pucat
Neurosensori
Nyeri
- Nyeri/Kenyamanan
Keamanan
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Pemeriksaan Laboratorium
Hb: 11 gr/dl
Leukosit: 9 103/μl
SGPT 55 u/l
SGOT 35 u/l
f. Terapi
2. Analisis Data
DO:
- Lesi
- RR = 27 x/i
2. DS: - lesi Kerusakan integritas
tidur
DO:
- Lesi
- Kulit bersisik
- Hiperpigmentasi
- Hb = 11 gr/l
- Palpebra kehitaman
- Pucat
- Mudah lelah
3. Diagnosa Keperawatan
4. NCP
Diagnosa Tujuan & Kriteria
No. Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1. Nyeri b.d Dalam waktu 1 x Mandiri : Mandiri:
tindakan eksisi. 24 jam nyeri 1. Kaji nyeri dengan1. Menjadi parameter
DS: klien berkurang/hilang pendekatan PQRS. dasar untuk
mengeluh nyeri atau teradaptasi. 2. Kaaji faktor yang mengetahui sejauh
seperti terbakar. KH: meningkatkan dan mana intervensi
1. Secara subjektif menurunkan yang diperlukan dan
DO: melaporkan nyeri respons nyeri pada sebagai evaluasi
Lesi
berkurang atau melanoma. keberhasilan dari
Nadi = 110 x/i
dapat diadap. Skala3. Jelas dan bantu intervensi
nyeri 0-1 (0-4). pasien dengan manajemen nyeri
RR = 27 x/i
2. Dapat tindakan pereda keperawatan.
mengidentifikasi nyeri 2. Pengangkatan
aktivitas yang nonfarmokologi dan melanoma dengan
meningkatkan atau noninvasif. pembedahan pada
menurunkan nyeri.4. Lakukam berbagi tempat yang
3. Pasien tidak manajemen nyeri berbeda(kepala serta
gelisah. keperawatan: leher, mata, batang
1.Atur posisi tubuh, abdomen,
fissiologis dan ekstremitas, sistem
imobilisasi saraf pusat) akan
ekstremitas yang menimbulkan
mengalami selulitis. berbagai tantangan
2.Manajemen dengan
lingkungan: mempertimbangkan
lingkungan tenang pengangkatan
dan batasi melanoma primer,
pengunjung. pembuluh dan
3.Ajarkan teknik kelenjar limfe yang
distraksi pada saat mengintervensi lesi
nyeri. tersebut, serta
menjadi tempat
Kolaborasi: penyebaran lesi
Pemberian analgetik. metastatik.Intevensi
keperawatan pasca
bedah untuk
melanoma maligna
berfokus pada
peningkaatan rasaa
nyaaman karena
mungkin di perlukan
tindakan eksisi yang
luas.
3. Pendekatan dengan
mengunakan
relaksasi dan
nonfarmakologi
lainnya telah
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
4. Posisi fisiologis
akan meningkatkan
asupan O2 ke
jaringan yang
mengalami
peradangan
subkutan.
Pengaturan posisi
idealnya adalah pada
arah yang
berlawanan dengan
letak dari selulitis.
Bagian tubuh yang
mengalami
inflamasi lokal
dilakukan
imobilisasi untuk
menurunkan respons
pradangan dan
meningkatkan
kesembuhan.
Lingkungan tenang
akan menurunkn
stimulus nyeri
eksternal dan
pembatasaan
pengunjung akan
membantu
meningkatkan
kondisi O2ruangaan
yang akan berkurang
apabila banyak
pengunjung yang
berada di ruangan.
Distrakssi
(pengalihan
perhatian) dapat
menurunkan
stimulus internal
dengan meknisme
peningkatan
produksi endorfin
dan enkefalin yang
dapat memblok
reseptor nyeri untuk
tidak di kirimkan ke
korteks serebri
sehingga
menurunkan
persepsi nyeri.
Kolaborasi:
Analgetik
memblok lintasan
nyeri, sehingga akan
berkurang.
A. Kesimpulan
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melingdungi,dan menginformasikan hewan atau manusia terhadap lingkungan sekitarnya.
Melanoma maligna merupakan jenis kanker yang sangat agresif dan bisa cepat
menyebar. Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang
ganas dan merupakan kanker kulit yang paling berbahaya. Melanoma maligna
berkembang dari sel-sel melanosit. Sel melanosit adalah selyang menghasilkan
pigmen melanin berwarna gelap, yang bertanggung jawab untuk warna kulit.
Referensi
https://www.who.int/ith/links/national_links/en/
Elisabet Cormin. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Price A Sylvina, Wilson M Lorraine. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Muttaqin arif, Kumala Sari. 2011.Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen
Pearce C Evenlyn. 2011. Anatomi Dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka
Utama
www.artikelmateri.com/2016/09/anatomi-dan-fisiologi-sistem-integumen-manusia-fungsi-organ-
pengertian.html?m=1