You are on page 1of 10

DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).

4808 P-ISSN 2527-9610


E-ISSN 2549-8770

Membangun Pendidikan Karakter Santri Melalui Panca Jiwa


Pondok Pesantren

Lisda Nurul Romdoni*, Elly Malihah

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia


Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Isola, Sukasari, Bandung, Jawa Barat, 40154
Email: lisdaromdani@upi.edu

Abstract: The five souls of the Islamic boarding school are not just slogans, but the five
souls are a character education that must be formed for students. To build the character
of students there must be considered by a teacher or caregiver through the process of
activities that are often done. The five souls are the five values that must be imbued and
instilled by the students in building the character that is carried out in life. The
atmosphere of the Islamic boarding school is very close to the values of life that build
the character of students to have a spirit of sincerity, a spirit of simplicity, a spirit of
independence, a spirit of brotherhood, and a spirit of freedom to prepare themselves to
be virtuous, noble, and meaningful for a better life.

Keywords: Character Education, Five Souls, Islamic Boarding Schools

Abstrak: Panca jiwa pondok pesantren bukan hanya slogan saja, tetapi lima jiwa
tersebut merupakan sebuah pendidikan karakter yang harus dibentuk untuk para
santri. Untuk membangun karakter santri ada yang harus diperhatikan oleh seorang
pengajar atau pengasuh melalui proses kegiatan yang sering dilakukan. Panca jiwa
adalah lima nilai yang harus dijiwai dan ditanamkan oleh para santri dalam membangun
karakter yang dijalankan dalam kehidupan. Suasana pondok pesantren sangat dekat
dengan nilai-nilai kehidupan yang membangun karakter santri untuk mempunyai jiwa
keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kemandirian, jiwa persaudaraan, dan jiwa
kebebasan untuk mempersiapkan diri menjadi individu berbudi luhur, berakhlak mulia,
dan bermakna untuk kehidupan yang lebih baik.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Panca Jiwa, Pondok Pesantren

Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 5, No. 2, Juli - Desember 2020
Received: 11 April 2020; Accepted 21 June 2020; Published 06 December 2020
*Corresponding Author: lisdaromdani@upi.edu
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

PENDAHULUAN Kehidupan di pondok pesantren para


Pondok pesantren merupakan santri tidak lepas dari bimbingan,
lembaga pendidikan Islam tertua dan pendidikan, dan pengawasan dari para
sebagai budaya asli (indigenous) kiai, dan ustadz. Pembelajaran berbasis
Indonesia serta memiliki akar kuat dalam pondok pesantren dari realitas alam dan
masyarakat. Pondok pesantren mengalami kehidupan membangun karakter mandiri
transformasi yang fenomenal di yang dikembangkan adalah disiplin dan
Indonesia, hal ini terlihat bahwa pondok bersungguh-sungguh, kemandirian dan
pesantren dan madrasah semakin terlibat kerja keras, religius, kebersamaan, peduli,
dan memberikan kontribusi terhadap kasih sayang, kesederhanaan, hormat,
pendidikan Islam di Indonesia (Hamid, santun, tanggung jawab, jujur, dan ikhlas
2017: 130). Sebuah pondok pesantren (Budiyanto, 2014: 108).
memiliki 5 unsur atau komponen yang Tujuan pondok pesantren sendiri
membedakan dengan lembaga pendidikan pada umumnya yaitu menciptakan santri
lainnya, yaitu adanya kiai, santri, masjid, yang mempunyai akhlakul karimah
asrama, dan pengajian kitab. Hal ini disertai dengan landasan hidup yang kuat
menandakan bahwa karakteristik pondok berdasarkan Alquran dan Hadist. Sehingga
pesantren adalah lembaga pendidikan jiwa seorang santri dapat dibentuk dan
yang merupakan tempat santri dikembangan dengan baik untuk menjadi
mempelajari, memahami, mengamalkan Muslim yang patuh pada perintah Allah
ajaran agama Islam dengan diiringi Swt, memiliki kebaikan dan karakter yang
akhlakul karimah dalam kehidupan, baik, dapat menunjukkan kepribadian
dengan bimbingan seorang guru yang yang kuat dan mandiri, dan memiliki
dikenal sebagai kiai atau ustadz. kemampuan intelektual (Musqon, 2011:
Di lingkungan pondok pesantren, kiai 156).
mempunyai peran sentral dimana hal Seiring perkembangan jaman,
tersebut terjadi karena tingkat keillmuan lembaga pondok pesantren yang bersifat
yang dimiliki seorang kiai sangatlah tinggi. tradisional mulai mengalami pergeseran
Secara sosiologis peran kiai memiliki dengan perkembangan ilmu pengetahuan
kelebihan dalam lingkungan masyarakat dan teknologi. Perkembangan teknologi,
sebagai figur yang berpengaruh dan informasi dan komunikasi yang begitu
memungkinkan memberikan kontribusi pesat dan sulit dibendung, hal ini sangat
untuk berbagai permasalahan masyarakat. berpengaruh terhadap pembiasaan dan
Disini figur pemimpin atau kyai yang perubahan karakter seorang santri
mempunyai jiwa keteladanan, maka (Hidayat, 2015: 129). Hari ini, banyak
dianggap sebagai modal berharga dalam pondok pesantren modern yang terbuka
menanamkan pembiasaan para santri bagi siapapun dan membuka diri dalam
melalui proses belajar mengajar berbagai pelajaran umum. Sementara dari
(Muhaimin, 2002: 25). Oleh karena itu, segi sarana, pondok pesantren modern
peran kiai sangatlah penting dalam sudah memiliki alat-alat elektronik untuk
berbagai aspek kehidupan dari mulai menunjang proses pendidikan seperti
spiritual, sosial, budaya, dan pendidikan. laptop, infocus, dan lainnya (Sulaiman,
Namun saat ini, sudah banyak guru atau 2013: 135). Keadaan tersebut
ustadz yang membantu peran tersebut menyebabkan adanya sumber
dalam mengembangkan akhlak, ilmu dan pembelajaran baru santri terhadap ilmu
pengetahuan santri di pondok pesantren. dan pengetahuan.
Hal ini menjadi perbedaan lain dari Dengan kata lain culture pesantren
pondok pesantren yaitu lebih selalu mengalam proses perubahan, hal ini
menekankan pada akhlak yang lebih dilakukan oleh kyai terhadap lembaga-
dikenal sebagai karakter santri. lembaga pesantren dewasa ini bukanlah

14
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

merupakan pilihan alternatif yang (al-i'timad'ala-l-nafsi), Ikhwanul Muslimin


bersilang jalan, melainkan merupakan (al-ukhuwah al-Islamiya), Kebebasan (al-
akumulasi nilai-nilai kehidupan yang huriyâh).
dialami pondok pesantren sepanjang Penelitian yang dilakukan Tanszhil
sejarahnya, tanpa meninggalkan ruh (2012) menunjukkan bahwa membangun
(jiwa) atau tradisi-tradisi khasnya (Suradi, sebuah karakter kemandirian serta
2017: 273). Hal ini membuktikan bahwa kedisiplinan santri di lingkungan pondok
lembaga pendidikan pondok pesantren pesantren dilaksanakan melalui metode
memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan pembiasaan, dan pemberian pelajaran
perkembangan ilmu pengetahuan dan atau nasihat, metode pahala dan sanksi,
teknologi. serta metode keteladanan dari para kyiai
Jiwa kepemimpinan yang diharapkan serta pengajarnya. Sehingga hasil yang
mengalami pergeseran yang menjadi didapatkan dalam membangun karakter
persoalan dimana adanya kekhawatiran kemandirian dan kedisiplinan tersebut
tidak adanya regenerasi dalam memimpin. dibuktikan dengan adanya perubahan
Sehingga harus dibangun dari sistem sikap, dan perilaku santri. Kemudian
pengelolaan pondok pesantren dengan hadirnya kemandirian santri dalam
baik. Mempertahankan culture pesantren berfikir dan bertindak, kedisiplinan santri
yang berorientasi pada kesederhanaan dalam mengelola waktu, serta lahirnya
dan keikhlasan seorang kyai dalam figur-figur panutan dalam lingkungan
memberikan pengajaran untuk masyarakat, hal tersebut menunjukkan
menciptakan generasi pemimpin yang berhasilnya pembinaan pendidikan
baik diharapkan mampu memberikan karakter yang berdasarkan pada
pendidikan yang efektif dalam pembiasaan yang dilakukan di pondok
membentuk karakter santri di tengah- pesantren.
tengah perkembangan zaman yang Penelitian serupa yang dilakukan
semakin kompleks. Hal itu bisa dilakukan Suradi (2017) menunjukkan bahwa
dengan upaya meningkatkan kualitas menanamkan panca jiwa perlu dilakukan
pesantren, dengan menginternalisasikan secara fleksibel dan seiring dengan
pendidikan karakter didalamnya. tuntutan dan perkembangan zaman,
Pada dasarnya hakekat pondok namun hal ini tetap harus memberikan
pesantren terletak pada isi dan ruh (jiwa) filter sehingga nilai-nilai yang terkandung
nya, hal inilah yang membekali santri dalam pondok pesantren itu tidak pudar
kelak dalam kehidupan di masyarakat. dari ajaran Islam. Hal ini sejatinya, sebuah
Jiwa-jiwa santri dibangun dengan suasana pondok pesantren harus tetap
kehidupan yang Islami penuh nilai-nilai mempertahankan budaya dan ajaran yang
perjuangan dan pengorbanan, bahkan telah menjadi ruh (jiwa) nya ditengah-
dengan kehidupan yang diliputi oleh jiwa tengah arus perkembangan dunia.
keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa Berdasarkan uraian diatas,
kemandirian, jiwa ukhuwah Islamiyah dan membangun pendidikan karakter yang
jiwa kebebasan yang bertanggungjawab dibangun melalui panca jiwa merupakan
adalah pemandangan yang dapat cara yang dianggap efektif dalam rangka
disaksikan dan suasana yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan
dirasakan langsung dalam kehidupan pesantren, dan mendorong santri
sehari-hari di pesantren (Ummah, 2017: memiliki karakter panca jiwa sebagai ruh
206). Jiwa-jiwa tersebut menurut Imam (jiwa) perubahan ke arah kemajuan
Zarkasyi (Musqon, 2011: 159) dapat bangsa. Seiring dengan harapan
disederhanakan menjadilima roh, Panca penerapan panca jiwa dapat membangun
Jiwa, yaitu: Ketulusan (al-ikhlâs), karakter santri di pondok pesantren di
Kesederhanaan (al-basâtah), Kemandirian tengah-tengah perkembangan arus

15
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

kemajuan teknologi yang pesat, dengan ini Pendidikan karakter yang berlandaskan
perlu diteliti lebih jauh bagaimana Islam, merupakan pendidikan yang
internalisasi nilai-nilai panca jiwa dibangun dari aspek epistimologi yang
terhadap penanaman karakter santri di membuktikan bahwa sumber yang
pondok pesantren terhadap dinamika menentukan karakter seseorang tidak
keilmuan yang dapat mengahadapi hanya berlandaskan akal semata, jauh dari
kemajuan ilmu pengetahan dan teknologi. itu melibatkan Allah SWT. dalam setiap
kehidupannya (Agung, 2018: 52).
KONSEP TEORI Oleh karena itu proses pendidikan
Pada dasarnya pendidikan karakter karakter membutuhkan hubungan yang
merujuk kepada Undang-Undang Nomor holistic dapat menghubungkan berbagai
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan dimensi moral kehidupan sebagai dasar
nasional, yang menyatakan bahwa sebuah terbentuknya generasi yang mandiri.
pendidikan merupakan uasaha terencana Demikian penelitian yang dilakukan
untuk mewujudkan peserta didik Muminah (2015: 100) bahwa aspek panca
mengembangkan potensi dirinya memiliki jiwa sangatlah mendorong program
sprititual keagamaan, pengendalian diri, pendidikan karakter yang memiliki
kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, relevansinya dengan keunggulan
serta keterampilan yang berguna bagi kepemimpinan, akhlak mulia, serta
dirinya dan bangsa. pengembangan lingkungan pendidikan
Konsep panca jiwa merupakan sebuah yang lebih optimis.
penanaman karakter santri dalam
memahami makna akhlakul karimah dan METODE PENELITIAN
kepribadian yang didukung dengan Pada penelitian ini berdasarkan
pengetahuan yang luas. Panca Jiwa (library research) atau penelitian dengan
pertama kali digagas oleh K.H Iman studi pustaka, yaitu pengumpulan data
Zakarsyi pada tahun 1939, pondok dan informasi dari jurnal ilmiah dan buku
pesantren Gontor. Dimana 5 jiwa tersebut serta hasil penelitian. Dalam riset pustaka,
terdiri; Jiwa keikhlasan yang menciptakan menurut Zed (2004: 1) yaitu sebuah
suasana kehidupan pondok yang penelusuran atau penelitian yang
harmonis, Jiwa kesederhanaan meliputi memanfaatkan sumber kepustakaan
jiwa besar yang yang dapat membangun untuk memperoleh sebuah data dalam
karakter yang kuat dalam sebuah penelitiannya. Demikian, sebuah riset
perjuangan, Jiwa berdikari dalam dengan metode studi pustaka membatasi
kesanggupan menolong dirinya sendiri kegiatannya pada bahan koleksi data dari
dalam segala kepentingannya, Jiwa kepustakaan saja tanpa memerlukan
ukhuwah islamiyah membangun untuk penelitian riset lapangan.
persaudaraan yang dapat meningkatkan Data yang didapatkan kemudian
jiwa persatuan dalam kehidupan, dan Jiwa dianalisis menggunakan pendekatan
kebebasan yang bisa menanamkan masa teoritis ilmiah (bedah pustaka) dengan
depan dan memilih tujuan hidup atas menggabungkan beberapa pandangan
dasar kemampuan yang dimilikinya. tentang pendidikan karakter di pondok
Konsep teori pendidikan karakter pesantren dan pandangan penelitian
tidak hanya mengajarkan sesuatu yang tentang pendidikan karakter lainnya yang
dianggap baik atau salah kepada anak, relevan. Hasil dari riset ini adalah
jauh dari itu pendidikan karakter menjelaskan bagaimana pendidikan
merupakan sebuah habituasi tentang karakter di pondok pesantren, dan
kebaikan sehingga anak memiliki membangun karakter santri melalui panca
pemahaman, dan kemampuan dalam jiwa pondok pesantren.
menjalankan kehidupan yang baik.

16
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

HASIL DAN PEMBAHASAN hubungan yang akrab antar santri dan


Pendidikan pada dasarnya adalah guru, ciri lainnya yang paling khas yaitu
suatu usaha sadar untuk mewujudkan adanya semangat gotong royong dalam
suasana belajar dan proses pembelajaran melakukan suatu pekerjaan yang
yang bertujuan untuk mengembangkan bermanfaat. Hal ini menjadi karakteristik
kepribadian dan kecerdasan serta pondok pesantren bahwa pendidikan di
keterampilan peserta didik. Sedangkan pondok pesantren tidak hanya
karakter adalah sifat alami seseorang yang mengajarkan berbagai cabang keilmuan
dapat merespon situasi secara dinamis yang terdapat dalam ajaran Islam, lebih
yang dalam tindakannya bisa melalui dari itu para kiai, ustadz, dan pengasuh
perilaku. Demikian pendidikan karakter tentunya menyelipkan pembelajaran
adalah pendidikan nilai atau value tentang kehidupan yang akan
education yang dibangun sebagai diimplementasikan langsung dalam
pemahaman untuk menanamkan watak kehidupannya kelak, mulai dari
dan perilaku yang baik (Mulyasa: 2012). kesederhanaan, adab berpakaian, adab
Pendidikan karakter merupakan makan dan minum, adab tidur, adab
usaha sadar terencana untuk pergaulan dan lainnya (Sumardi, 2012:
melaksanakan pola aturan perilaku yang 284).
dianggap baik. Pendidikan karakter tidak Pola pendidikan yang diterapkan di
hanya dilaksanakan oleh santri, namun pondok pesantren sangat beragam, hal ini
semua unsur pondok pesantren ikut bergantung pada target, kurikulum,
melaksanakan pendidikan karakter. metode, sistem manajemen pondok
Aristoteles mendefinisikan karakter yang pesantren. Otonomi dalam pengelolaan
baik sebagai tingkah laku yang baik. Pondok Pesantren pun dipegang oleh Kiai
Tingkah laku yang benar dalam dalam mengelola santri sesuai dengan
hubungannya dengan orang lain dan juga evaluasi yang dilakukan selama proses
dengan diri-sendiri. Hal ini juga pembelajaran (Sumardi, 2012: 283).
dimaksudkan sebagai bekal santri di Namun dibalik itu, fungsi dan tujuan
kemudian hari dan dalam kehidupan pendidikan di pondok pesantren tidak lain
bermasyarakat kelak. yakni mendidik para santri untuk menjadi
Sistem penanaman nilai-nilai pribadi yang mempunyai akhlakul
pendidikan karakter santri melalui karimah berdasarkan Alquran dan Hadist.
komponen atau pendekatan pengetahuan, Keberhasilan pendidikan karakter di
kesadaran, kemauan, serta kemampuan pondok pesantren dapat dilihat dari
untuk melaksanakan nilai-nilai beberapa faktor, pertama adanya peran
pendidikan karakter tersebut. sentral dari kiai yang memiliki figure
Pembentukan karakter dibangun pada sehingga santri bisa meneladani setiap
santri yang memiliki kecenderungan perilaku kiai. Penelitian yang dilakukan
untuk mengikuti atau meniru pola Masrur (2017: 272) menunjukkan model
perilaku sekitarnya, hal ini sangat mudah kepemimpinan kyai merupakan tokoh
nilai-nilai pendidikan karakter ini masuk yang tidak hanya dilihat oleh santri, tetapi
ke dalam long system memory santri. kepemimpinan kyai juga dilihat oleh
Pondok pesantren adalah lembaga masyarakat sebagai tokoh yang ahli dalam
pendidikan Islam yang menjadi sarana bidang agama, sehingga dipandang dan
bagi para santri dalam mempelajari, dipercaya mampu memberikan solusi
memahami, menghayati, serta setiap permasalahan yang ada di
mengamalkan ajaran Islam dan masyarakat. Dengan demikian, pendidikan
menekankan akhlakul karimah dalam karakter yang dibangun atas dasar
kehidupan sehari-hari. Ciri khas pondok keteladanan, akan menghasilkan generasi
pesantren bisa dilihat dari adanya muda yang mempunyai jiwa yang

17
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

semangat, kerja keras, ikhlas, disiplin, dan Kyai yang mempunyai peran sentral, dan
mandiri sesuai dengan harapan bangsa. pengaruh yang besar pun harus
Kedua, proses interaksi antara guru mempunyai jiwa keikhlasan dalam
dan pengajar yang harmonis, penelitian mengajarkan ilmu. Berikut ustadz, guru,
yang dilakukan Zuhriy (2011: 306) dan pengelola manajemen pun harus
bahwa peran guru atau pengasuh sangat berlaku demikian. Demikian suasana yang
penting dalam pendidikan karakter santri. dirasakan antar unsur pondok pesantren
Guru atau pengasuh menasihati dan akan berjalan dengan harmonis.
membimbing, santri mengikutinya sebagai Jiwa ikhlas merupakan suatu hal yang
bentuk ketaatan pada sosok yang mudah diucapkan tetapi tidak mudah
dikagumi. Selain itu, agar pelaksanaan untuk ditanamkan dalam hati. Sejak
seluruh aktivitas pondok berjalan pertama kali anak masuk pondok
sebagaimana yang diharapkan oleh pesantren dan dirinya telah resmi menjadi
pengasuh, maka perlu aturan santri santri pondok, maka disitulah jiwa
ditegakkan. Dengan begitu proses keikhlasan harus ditanamkan dengan
penanaman karakter yang disinari oleh sebaik-baiknya. Jiwa ikhlas tidak hanya
ajaran-ajaran kitab yang dipelajari serta dalam belajar dan mencari ilmu, tetapi
teladan dari Kiai bisa dijalankan efektif. ikhlas harus ditanamkan dalam setiap
Pondok pesantren memiliki pola perbuatan termasuk melaksanakan
hidup yang dikenal dengan Panca Jiwa. ibadah, membantu orang lain, dan ikhlas
Artinya 5 jiwa yang harus ditanamkan berbuat kebaikan. Oleh karena itu, Ikhlas
dalam jiwa santri dan di aplikasikan sangat penting untuk melihat sejauhmana
dalam proses pendidikan di pondok para santri melakukan semua kegiatan
pesantren, serta sebagai pembentukan yang sudah ditetapkan dengan jiwa yang
karakter dan kepribadian santri dalam lapang, hanya karena Allah semata
kehidupannya. Panca jiwa pondok (Ummah, 2017: 210) Jiwa keihlasan itu
pesantren merupakan nilai-nilai yang yang belum sepenuhnya diterapkan oleh
menjadi fokus dalam mengembangkan para santri di pondok pesantren.
dan membangun potensi santri dalam Dalam penelitian Dermawan (2016:
membentuk softskill santri sebagai tujuan 239) menunjukkan sikap ikhlas seorang
membentuk manusia yang beriman dan santri memberikan kesadaran bahwa
bertakwa, dan siap dalam menjalani apapun yang diberikan dan diperintahkan
kehidupan yang akan datang, serta pondok pesantren merupakan kebaikan.
diharapkan dapat menjadi generasi muda Hal ini diyakini santri sebagai pandangan
dalam membangun bangsa dan Negara bahwa ikhlas merupakan bagian dari
kedepan (Asrori, 2017: 25). ibadah. Penelitian Nujhan (2019: 103)
Imam Zarkasyi (dalam Masqon. 2011, juga menunjukkan bahwa dengan adanya
159) panca jiwa tersebut dapat dijelaskan jiwa keikhlasan ini santri dan guru serta
sebagai berikut; pertama, jiwa keikhlasan semua unsur pondok pesantren bekerja
adalah prinsip yang ditanamkan dalam keras serta bekerjasama saling
jiwa santri sebagai bentuk semangat mendukung satu sama lain untuk
untuk mengikuti semua kegiatan pondok kemajuan pondok pesantren karena Allah
pesantren. Sepi ing pamirih sebagai SWT. Jiwa keikhlasan yang terdapat pada
semboyan yang memberikan arti bahwa panca jiwa pondok pesantren menjadi
melakukan semua kegiatan pondok penguatan karakter yang dimulai dari
pesantren didorongan dengan keinginan lingkungan terdekat, hal ini menjadi
dari hati, dan tidak didorong oleh habituasi yang akan membangun karakter
keinginan lain (Suradi, 2017: 278). Jiwa individu selaras dengan nilai-nilai
ini begitupun harus di tanamkan oleh karakter (Puspitasari, 2016: 49).
seluruh unsur pondok pesantren. Seorang

18
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

Kedua, jiwa kesederhanaan berapa jumlah baju yang harus dibawa,


menunjukkan kehidupan santri yang sampai uang yang harus dipegang akan
sederhana. Kesederhanaan sebagai mendapatkan pantauan dari ustadz. Hal
perilaku yang positive dalam situasi ini lah yang menjadikan jiwa
kehidupan bahwa seseorang harus hidup kesederhanan yang membangun karakter
berdasarkan pada kebutuhan dasar, santri untuk tetap mempunyai semangat,
bukan atas permintaan. Dengan hal ini dan tanggung jawab dalam jiwanya.
setiap kesederhanaan santri dapat Ketiga, jiwa kemandirian seorang
menumbuhkan kekuataan, keberanian, santri adalah dimana setiap santri tidak
ketababahan, kesanggupoan, dan control bergantung pada orang lain dengan kata
diri dalam menghadapi perjuangan hidup lain setiap santri harus bisa melakukan
(Masqon, 2011: 159). Jiwa kesederhanaan setiap kegiatan sesuai tanggung jawabnya.
seorang santri diartikan bukan untuk Pondok pesantren sendiri merupakan
hidup seperti tidak membutuhkan apa- lembaga pendidikan yang bisa dikatakan
apa, tetapi kesederhanaan disini berhasil menjadikan kemandirian sebagai
merupakan perilaku hidup yang biasa- sikap yang wajib dimiliki setiap santri
biasa saja, tidak berlebihan maupun tanpa adanya ketergantungan dengan
bermegah-megahan. orang lain (Masqon, 2011: 159). Jiwa
Jiwa kesederhanaan dimulai dengan kesederhanaan juga diartikan sebagai
melalui cara hidup mereka sehari-hari di kesanggupan setiap santri dalam
pondok pesantren dari mulai hal makan, menolong diri sendiri atas semua kegiatan
tempat tidur, dan pakaian. Santri yang dijalani dalam kehidupannya.
menunjukkan semua itu dengan Jiwa kemandirian bisa disebut juga
sederhana dan tidak berlebih-lebihan. sebagai jiwa berdikari yang bukan berarti
Oleh karena itu, dari jiwa ini tumbuhlah dipahami menolak atau enggan diberi
mental dan karakter santri yang kuat, bantuan, namun hal ini menjadi pola
sehingga santri diharapkan dapat menuju pendidikan dimana santri dituntut untuk
kesuksesan dan kebahagiaan dalam bertanggung jawab dan memenuhi
menjalani kehidupan, terutama di era kebutuhannya sendiri. Dalam penelitian
globalisasi yang sangat kompleks dan Alhamuddin (2018: 59) menunjukkan
penuh tantangan (Alhamudin, 2018: 59). pola pendidikan tersebut meliputi
Perilaku seperti itulah yang menjadikan keperluannya sendiri, seperti mencuci
santri memiliki kesederhanaan sebagai pakaian, kasur untuk tempat tidur,
tombak kesuksesan yang akan di raih kegiatan dan aktivitas yang disukainya,
dikemudian hari. hingga mampu mengatur anggaran biaya
Jika kita perhatikan, hari ini banyak belanja dan biaya sehari-hari di pondok
pondok pesantren modern maupun pesantrennya. Praktek semacam ini
tradisional yang sudah memiliki banyak menjadi bekal yang berguna bagi setiap
sarana dan prasarana yang megah, namun santri ketika sudah menjalani kehidupan
hal ini ajaran yang dibelajarkan pada di masyarakat.
santri adalah kesederhanaan atas Menurut Darmawan (2016: 240) jiwa
kemegahan yang dia jalani. Dan tidak kemandirian ini menunjukkan bahwa
jarang, santri yang berasal dari keluarga seorang santri dapat mengurus dirinya
yang mampu ketika dia berada di pondok, sendiri, dalam arti tidak membutuhkan
maka harus menerapkan jiwa orang lain. Tetapi hal ini menjadi
kesederhanaannya sebagai bekal di pendidikan hidup atas pilihan-pilihan
kehidupan masyarakat kelak. Menurut hidup yang dilakukannya. Dengan
Ummah (2017: 211) contoh dari jiwa demikian setiap santri harus
kesederhanaan dari uraian diatas, yaitu membiasakan ikhlas menjalaninya dan
ketika pondok pesantren menetapkan menyadari bahwa semua ini sebagai

19
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

bentuk pendidikan karakter mandiri yang Kelima, jiwa kebebasan yang diberi
akan membekalinya dikehidupan yang arti sebagai sikap bebas santri dalam
akan datang. berpikir, bebas dalam berbuat, bebas
Keempat, jiwa ukhuwah islamiyah dalam menentukan sesuatu, bebas dalam
atau persaudaran Islam. Prinsip ini memilih jalan hidup, dan harus bebas dari
memberikan arti bagaimana membangun segala pengaruh negatif (Alhamuddin.
persahabatan yang kuat, saling 2018: 60). Jiwa kebebasan ini diharapkan
menghormati, serta solidaritas yang dapat menjadikan santri mempunyai jiwa
tinggi. Kehidupan di pondok pesantren yang besar serta optimis dalam
memberikan suasana yang mendukung menghadapi segala tantangan. Perlu
santri untuk menciptakan suasana dipahami, bahwa jiwa kebebasan ini
persatuan dan gotong royong, sehingga bukan berarti santri harus mempunyai
segala kesenangan bisa dirasakan jiwa kebebasan yang sebebas-bebasnya,
bersama-sama. Penanaman jiwa hal ini harus menjadi suatu kebebasan
persaudaraan terhadap santri akan dalam garis dan batas disiplin dan semua
terciptanya hubungan yang baik, hal ini kegiatan yang positif, serta dibarengi
demikian menjadikan para santri saling dengan sikap tanggung jawab.
mengenal, memahami, dan menjadikan Menurut Suradi (2017: 288) pondok
sesamanya sebagai saudara. Hal ini pesantren berperan sebagai transfer of
selaras dengan pendapat Nujhan (2019: knowledge dan transfer of value, agar
103) bahwa hidup ini akan terasa lebih santri bisa mempersiapkan diri dalam
indah manakali di antara sesama saling menghadapi kehidupan sesungguhnya
membantu dalam rangka meringankan setelah kembali ke tengah masyarakat.
beban sesamanya. Sehingga dalam penelitian yang dilakukan
Jiwa persaudaraan ini bukan hanya Dermawan (2016: 241) menunjukkan
diterapkan dan diamalkan dalam adanya jiwa kebebasan dalam kehidupan
kehidupan ponok pesantren saja, tetapi pondok pesantren dimana santri diberi
lebih jauh dari itu memberikan pengaruh kebebasan membuat karya-karya tulisan
ke arah persatuan umat dalam yang baik, berbahasa asing, karya
masyarakat. Setelah seorang santri selesai akademik lainnya, lukisan atau gambar,
mondok, akan kembali ke masyarakat dan dan yang paling penting santri harus
menanamkan nilai-nilai persaudaraan diberi kebebasan dalam menentukan
yang akan dia bangun di tengah-tengah pilihan bakat, minat, dan
masyarakat dan kemajuan ilmu keterampilannya. Demikian hal ini tetap
pengetahuan dan teknologi. Hal ini lah mendapatkan perhatian dan arahan dari
yang bisa disebut sebagai jembatan pondok pesantren.
menuju terbangunnya jiwa ukhuwah Jiwa kebebasan ini tampak menjadi
islamiyah (Alhamuddin, 2019: 60). pembangunan karakter disiplin, kreatif,
Manusia merupakan makhluk sosial rasa ingin tahu, dan tanggung jawab
yang memiliki karakteristik untuk saling santri. Demikian pondok pesantren
membutuhkan satu sama lain. Jiwa menekankan santri untuk menjadi
persaudaraan Islam ini dapat membangun individu yang mampu menentukan garis
karakter bersahabat dan komunikatif, kehidupannya. Mengembangkan potensi,
artinya dengan semangat ukhuwah yang serta dapat mengendalikan diri,
diterapkan dalam kehidupan pondok kepribadian, kecerdasar, akhlak mulia,
pesantren, akan membekalinya karakter dan keterampilan santri. Dengan
bersahabat, dan juga cinta damai untuk berkembangnya ilmu pengetahuan dan
mendorong dirinya untuk menjalin teknologi, kedepannya kehidupan seperti
persaudaraan yang baik, dan saling itu akan menguatkan setiap individu
menghormati terhadap sesamanya. santri dalam mengorganisir segala

20
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

sesuatunya serta mampu menjawab keberhasilan ini adalah adanya figure kiai
tantangan jaman yang semakin yang senantiasa menjadi tokoh yang
mengglobal (Dermawan, 2016: 242). menjadi suri tauladan para santri, dan hal
Nilai-nilai dan jiwa meliputi semua ini tentunya harus didukung oleh semua
suasana kehidupan dalam pondok unsur pondok pesantren, mengingat salah
pesantren, dan diharapkan bisa satu cara untuk membangun karakter di
membekali santri dalam kehidupan di pondok pesantren yaitu melalui
masyarakat nanti. Dan perlu diketahui pembiasaan dalam kegiatan-kegiatan yang
bahwa pondok pesantren adalah lembaga diselenggarakan oleh pondok pesantren.
pendidikan yang mempertahankan Kedua, membangun karakter melalui
tradisinya sebagai upaya menjaga ruh panca jiwa pondok pesantren adalah
(jiwa) nya pondok pesantren. Ditengah proses pembentukan yang efektif,
arus kemajuan ilmu pengetahuan dan mengingat panca jiwa pondok pesantren
teknologi, pondok pesantren bisa adalah lima nilai jiwa yang harus
menyesuaikan dengan situasi tersebut ditanamkan setiap santri dalam
sesuai kebutuhan. Penelitian yang menjalankan kehidupannya. Dengan jiwa
dilakukan Masqon (2011: 167) keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian,
menunjukkan bahwa pondok pesantren persaudaraan, dan kebebasan para santri
selalu menerapkan komitmen untuk akan menemukan kehidupan yang lebih
menjadikan pondok pesantren menjadi penting dari pengetahuan, dengan
pusat pengembangan karakter yang mengingat bahwa etika yang baik
didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. merupakan nilai yang menjadi
Berdasarkan pemaparan tujuan penghargaan pribadi yang harus
pendidikan pondok pesantren, nilai-nilai, diwujudkan dalam kehidupan
dan jiwa yang ditanamankan kepada masyarakat.[]
santri, dapat dipahami bahwa konsep
pendidikan pondok pesantren sangat DAFTAR RUJUKAN
komprehensif. Pembelajaran yang Hamid, Abdulloh. Pendidikan karakter
diperoleh bisa dikatakan total, selain Berbasis Pesantren: Pelajar dan
belajar agama para santri juga belajar Santri dalam era IT dan Cyber
kehidupan sesuai dengan ajaran agama. Culture. Imtiyaz, 2017.
Perlu diketahui bahwa ilmu dan Muhaimin, et al. Paradigma Pendidikan
pengetahuan yang diajarkan di pondok Islam: Upaya mengefektifkan
pesantren hanya sebatas dasar agar bisa pendidikan agama Islam di sekolah.
digunakan sebagai ilmu dasar santri
Remaja Rosdakarya, 2001.
dalam menggali lebih dalam ilmu-ilmu Mulyasa, Enco. "Manajemen pendidikan
yang lain. Pondok pesantren senantiasa karakter." Jakarta: Bumi Aksara
membekali para santri untuk menghadapi (2011): 165-189.
kehidupan di masyarakat, dan diharapkan Zed, Mestika. Metode peneletian
dapat mengamalkan pembelajaran yang kepustakaan. Yayasan Obor
telah didapatkan. Indonesia, 2004.
Agug, Agung. “Konsep Pendidikan
PENUTUP Karakter Islami: Kajian
Berdasarkan hasil analisis di atas, Epistimologis” Al-Tarbawi Al-
maka dapat diambil dua kesimpulan. Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam.
Pertama, pendidikan karakter di pondok 3.2 (2018).
pesantren sangatlah penting mengingat Alhamuddin, Alhamuddin, and Fahmi
banyaknya pengaruh dari pesatnya Fatwa Rosyadi Satria Hamdani.
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi "Hidden Curriculum: Polarisasi
yang tidak bisa dibendung. Faktor utama Pesantren dalam Upaya Membentuk

21
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4808 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

Kesalehan Individu Dan Sosial." AL- Pendidikan Sosial & Ekonomi 3.2
Murabbi: Jurnal Studi Kependidikan (2016).
dan Keislaman 5.1 (2018): 50-65. Sulaiman, Deded. "Manajemen Pendidikan
Asrori, Muhamad Abdul Roziq. Pesantren Modern dalam
"Perwujudan nilai-nilai strategis Pembentukan Karakter Anak: Studi
revolusi mental pendidikan pada Kasus pada Pondok Pesantren
kearifan lokal pesantren." Jurnal Modern Diniyyah Pasia Kabupaten
Civics: Media Kajian Agam." Al-Fikrah: Jurnal Manajemen
Kewarganegaraan 14.1 (2017): 23- Pendidikan 1.2 (2016): 133-140.
32. Sumardi, Kamin. "Potret Pendidikan
Budiyanto, Mangun, and Imam Machali. Karakter di Pondok Pesantren
"Pembentukan Karakter Mandiri Salafiah." Jurnal Pendidikan Karakter
Melalui Pendidikan Agriculture Di 3 (2012).
Pondok Pesantren Islamic Studies Suradi, A. "Transformasi Pondok
Center Aswaja Lintang Songo Pesantren (Analisis Dampak
Piyungan Bantul Yogyakarta." Jurnal Transformasi Sistem Pendidikan
Pendidikan Karakter 2 (2014). Terhadap Penanaman Panca Jiwa
Dermawan, Andy. "Internalisasi Core Pondok Pesantren Kepada Santri di
Values Panca Jiwa Pondok Sebagai Provinsi Bengkulu)." Tadris: Jurnal
Budaya Organisasi (Studi Di Pendidikan Islam 12.2 (2017): 272-
Pesantren Putri Al-mawaddah, 297.
Coper, Ponorogo)." Jurnal MD 2.2 Tanshzil, Sri Wahyuni. "Model pembinaan
(2016). pendidikan karakter pada
Hidayat, Nur. "Implementasi Pendidikan lingkungan pondok pesantren dalam
Karakter Melalui Pembiasaan Di membangun kemandirian dan
Pondok Pesantren Pabelan." Jurnal disiplin santri (Sebuah kajian
Pendidikan Sekolah Dasar Ahmad pengembangan pendidikan
Dahlan 2.1 (2015): 95-106. kewarganegaraan)." penelitian-
Masqon, Dihyatun. "Dynamic of Pondok pendidikan 305 (2012).
Pesantren as Indegenous Islamic Ummah, Fiena Saadatul. "Panca Jiwa
Education Centre In Indonesia." Pondok Pesantren: Sebuah Analisis
Tsaqafah 7.1 (2011): 155-168. Kritis." Joies: Journal of Islamic
Mu'minah, Najwa. "Character Building Education Studies 2.2 (2017): 18-30.
Dalam Konsep Pendidikan Imam Zuhriy, M. Syaifuddien. "Budaya Pesantren
Zarkasyi Ditinjau Dari Filsafat Moral Dan Pendidikan Karakter Pada
Ibnu Miskawaih." Jurnal Filsafat 25.1 Pondok Pesantren Salaf." Walisongo:
(2015): 100-133. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
Masrur, Mohammad. "Figur Kyai dan 19.2 (2011): 287-310.
Pendidikan Karakter di Pondok
Pesantren." Tarbawiyah Jurnal
Ilmiah Pendidikan 1.01 (2018): 272-
282.
Nujhan, M. Rifai. "Makna Simbol Panca
Jiwa (Analisis Semiotika Roland
Barthes)." Jurnal Mediakita: Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam 3.1
(2019).
Puspitasari, Euis. "Pendekatan Pendidikan
Karakter." Edueksos: Jurnal

22

You might also like