You are on page 1of 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar manusia secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, mental serta keterampilan yang

diperlukannya dalam menjalani kehidupan. Keberhasilan pendidikan di sekolah

sangat tergantung pada proses belajar mengajar di sekolah terdapat banyak unsur

yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar

mengajar. Unsur-unsur tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa),

kurikulum pembelajaran, tes dan lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses

pembelajaran tersebut juga sangat berperan dalam keberhasilan belajar mengajar.

Dalam proses belajar guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran,

sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Dan siswa akan

merasakan segala aktifitas dalam belajar menjadi pengalaman yang bermakna

belajar akan membawa perubahan yaitu perubahan sebagai hasil proses belajar

dapat ditunjukkan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran,

kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri manusia yang

sedang belajar.

IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta dapat menerapkannyadalam

kehidupan mereka. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian

1
2

pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dan

memahami alam sekitar secara ilmiah.Namun dalam pembelajaran IPA, guru

masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat didalam buku dan belum

memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal.

Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang dilakukan.

Sebagian guru IPA masih mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa

memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa.

Materi-materi yang dipelajari di kls V Energi Panas, merupakan salah satu

pokok materi dalam pelajaran IPA di SD kelas V Energi Panas dipilih dalam

penelitian ini karena masih banyak siswa kurang memahami materi Energi Panas.

Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan guru kelas SD Negeri 048072,

mengenai ujian semester tahun 2013, hasil yang diperoleh masih banyak siswa

yang mendapat nilai rendah di bawah KKM sementara nilai yang diharapkan

adalah 70 sesuai dengan KKM sekolah.

Tabel 1.1
Data Nilai IPA kelas V SDN 0408027 kabanjahe
NO Tahun KKM Jumlah Siswa Nilai
Pelajaran Jumlah Tuntas Tidak Rata-
Siswa Tuntas rata
1 2013/2014 70 35 15 orang 20 orang 62,7
(43%) (57%)

Sumber : (Data Guru Kelas V SDN 0408027 Kabanjahe)

Dilihat dari table 1.1 diatas, pada pelajaran IPA, masih banyak siswa

mendapat nilai dibawah rata-rata 70 yakni nilai kriteria ketuntasan maksimal

(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Dapat dikatakan bahwa nilai ketuntasan

yang ditetapkan tidak seluruhnya diperoleh siswa sehingga hasil belajar siswa
3

rendah. Secara umum kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPA adalah

siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar karena metode yang digunakan

guru kurang tepat yang tidak sesuai dengan materi ajar, metode yang monoton,

tingginya KKM yang telah ditetapkan juga menjadi kendala karena tidak

didukung oleh sarana dan prasarana belajar dalam proses pembelajaran di sekolah,

hal itu tampak dari banyaknya siswa yang bermain pada saat proses belajar

berlangsung sehingga mengurangi minat belajar siswa. Hal ini tentunya akan

menyebabkan hasil belajar siswa sangat rendah pada pelajaran IPA.

Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus

dilakukan agar siswa dalam mempelajari IPA tidak mengalami kesulitan, sehingga

tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA dapat tercapai

dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu

penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa

dalam memahami pelajaran IPA.

Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki

kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau

pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang

akan menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan penggunaan Metode

Demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses

belajar mengajar sehingga tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian

siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang ada pada dirinya,

diharapkan Energi Panas yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa,

berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk mengadakan


4

penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi pada Pelajaran IPA dengan Pokok

Bahasan Energi Panas di Kelas V SD Negeri 048072 Kabanjahe Tahun

Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran yang monoton

2. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar

3. Kurangnya kreatifitas guru di dalam mengajar

4. Metode yang digunakan sulit dicerna siswa

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah dalam penulisan ini, maka perlu adanya

batasan masalah agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada masalah yang

akan diteliti. Oleh karena itu masalah penelitian ini dibatasi pada hasil belajar IPA

dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi energi panas di kelas V SD

Negeri 048072 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran setelah menggunakan metode

Demonstrasi pada pelajaran IPA dengan pokok bahasan Energi Panas di kelas

V SD Negeri 048072 kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.


5

2. Apakah hasil belajar siswa setelah menggunakan Metode Demonstrasi pada

pelajaran IPA dengan pokok bahasan Energi Panas di kelas V SD Negeri

048072 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran setelah menggunakan metode

Demonstrasi pada pelajaran IPA dengan pokokbahasan Energi Panas dikelas

V SD Negeri 048072 kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan

metode Demonstrasi pada pelajaran IPA dengan pokokbahasan Energi Panas

dikelas V SD Negeri 048072 kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.

F.Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, memberikan suasana yang baru dalam pembelajaran sehingga

dapat menghilangkan kebosanan dan jenuh dalam diri siswa.

2. Bagi Guru, menambah kualitas dan wawasan dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam dengan melaksanakan pembelajaran melalui Metode

Demonstrasi yang bervariasi.

3. Bagi Sekolah, memberikan masukan kepada sekolah untuk meningkatkan

kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar guru dan siswa di sekolah.

4. Bagi Peneliti, Sebagai bahan referensi untuk penelitian berikut yang relevan.
6

BAB II

TINJAUANPUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang

tidak asing.Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua

kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.

Sebenarnya dari pengertian belajar itu ada pengertian yang tersimpan

didalamnya. Masalah pengertian belajar ini para ahli psikologi dan pendidikan

mengungkapkan perumusan yang berbeda-beda. Tentu saja dengan alasan yang

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Syaiful Bahri (2000:13) “Para ahli psikolog dan pendidikan tersebut


adalah sebagai berikut : (1) James O. Whittaker, misalnya, merumuskan
belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. (2) Hal senada juga diungkapkan oleh
Cronbach berpendapat bahwa Learning is shown by change in behavior as
a result of experience.Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan
oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. (3) Lain
halnya dengan Howard L. Kingskey mengatakan bahwa Learning is the
process by which behavior(in the broader sense) is originated or changed
through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. (4)
Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang telah di

kemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang di

6
7

tunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Oleh

karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa

yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Dari beberapa penjelasan ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Pengertian Hasil belajar

Pengertian hasil belajar menurut Purwanto,(2011:42-46) “Hasil belajar

dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil”

dan “belajar” pengertian hasil belajar (product) menunjukkan suatu perolehan

akibat dilakukanya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya

input secara fungsional”. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena

adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished

goods). Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya.

Hasil belajar adalah terbentuknya konsep yaitu kategori yang kita berikan

pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang

terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan

hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori. Hasil belajar sebagai tingkat

penguasaan yang dicapai dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pendidikan yang ditetapkan.


8

Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan prilaku kognitif,

afektif, psikomotorik yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar

sesuai dengan tujuan pendidikan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto,(2010:54) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi


hasil belajar yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Intern meliputi,
a. Faktor jasmani, yaitu meliputi : kesehatan, cacat tubuh.
b. Faktor psikologi, meliputi : intelegensi (pengetahuan), perhatian, minat,
bakat, dan motif, kematangan, kesiapaan.
c. Faktor kelelahan
2. Faktor ekstern meliputi.
a. Faktor keluarga, meliputi cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, latar belakang kebudaayaan.
b. Faktor sekolah meliputi, metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, displin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar, tugas siswa.
c. Faktor Masyarakat meliputi, kegiatan siswa dan masyarakat masmedia,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

4. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses yang terjadi karena adanya pemberi

informasi dan yang menerima informasi. Seperti yang dikemukakan oleh Degeng

(Hamzah B Uno, 2011 : 2) “pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk

membelajarkan siswa, dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran

terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai

hasil pengajaran yang diinginkan”. Dimyati dan Mudjiono (2006 : 297)

menyatakan bahwa “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar”.


9

Dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah usaha yang

dilakukan oleh pendidik/guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar dan

membuat siswa aktif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya (2008:147) “Metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. Dalam kegiatan belajar

mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai

tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan

dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar

yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.

P. Joko Subagyo (2006:1) menyatakan bahwa “metode berasal dari bahasa


Yunani: methodos yang berarti cara atau jalan, jadi metode merupakan
jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang
diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran
yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan
permasalahan”.

Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (2005:52) “Metode mengajar

adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh

seorang guru atau instruktur”. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan

bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan guru untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran.

6. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi,

metode secara harfiah berarti cara, dalam pemakaian yang umum, metode
10

diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu (Istarani, 2011:1). Iif khoiru. (2012: 72) mengatakan “Demonstrasi

merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari

jawaban dengan usaha sendiri derdasarkan fakta atau data yang benar”. Metode

demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda

tertentu,bai sebenarya atau hanya sekedar tiruan.

Dikutip dari buku Wina Sanjaya, (2011:152-154) Mengungkapkan,

“Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan

dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda

tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan”. Sebagai metode penyajian,

demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh Guru. Walaupun

dalam proses Demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi

Demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi

pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan

strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

1) Kelebihan metode demonstrasi

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar, antara lain sebagai berikut:

a) Melalui Metode Demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,

sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang

dijelaskan.
11

b) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya

mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan

untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa

akan lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran.

2) Kelemahan metode demonstrasi

a) Metode Demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab

tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat

menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk

menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali

mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang

banyak.

b) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang

memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan

yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang

khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping

itu juga demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang

bagus untuk keberhasilan proses pembelajaaraan siswa.

b. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:


12

a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses

demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek

pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu.

b) Persiapaan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk

menghindari kegagalan.

c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Langkah Pembukaan.

Sebelum demostrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

di antaranya:

(1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

(2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

(3) Kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa

ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan

demonstrasi.

b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

(1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa

untuk berpikir.

(2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang

menegangkan.
13

(3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan

memperhatikan reaksi seluruh siswa.

(4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih

lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c) Langkah Mengakhiri Demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu

diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya

dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan

pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menyakinkan apakah siswa

memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas

yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama

tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

7. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat

empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.Hal

ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk

menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai
14

proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan

proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan.

f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di Sekolah Dasar secara umum meliputi

dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah

meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam
15

Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan.

Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP

adalah:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran ipa kedua

aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk

memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

8. Materi Pelajaran Energi Panas

a. Sumber-Sumber Energi Panas

Panas adalah salah satu bentuk energi. Energi panas sangat dibutuhkan

oleh manusia dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Contohnya, untuk

memasak makanan diperlukan panas dari api. Untuk mengeringkan pakaian

diperlukan panas dari matahari.

Matahari adalah sumber panas yang sangat penting. Tanpa matahari,

semua makhluk hidup akan mati. Tahukah kamu bahwa matahari itu panas sekali?

Permukaan matahari memiliki suhu sekitar 150 kali suhu tubuhmu. Oleh karena

suhu yang tinggi inilah, panas matahari dapat terasa di bumi. Selain matahari,
16

tahukah kamu sumber panas lainnya? Di kelas III, kamu telah mencoba

menghasilkan panas sendiri. Hal ini kamu lakukan dengan menggesek-gesekkan

kedua tanganmu. Setelah digesek-gesekkan, kedua tanganmu terasa hangat.

b. Apakah panas berpindah tempat

Pernahkah kamu memegang pegangan sendok logam yang sedang

dimasukan ke air panas? Bagaimana rasanya? Panas,bukan? Mengapa pegangan

sendok tersebut terasa panas?

Benda-benda seperti sendok yang dapat merambatkan panas disebut

konduktor panas. Adapun benda-benda yang tidak dapat merambatkan panas,

seperti sumpit disebut isolator panas.

9. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli

psikologis sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti

gagasan Lewin inilah selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain, seperti:

Stephen Kemmis, Robin Mc. Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan sebagainya.

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya,

sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering

menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk

dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan

peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK ditujukan untuk

mencari solusi terhadap masalah sosial (penganguran, kenakalan remaja, dan lain-

lain) yang berkembang dimasyarakatpada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali
17

oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis.Hasil kajian ini

kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut.

Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian

dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang hasilnya dipakai sebagai masukan

untuk melakukan refleksi atas apa yang telah terjadi pada tahap pelaksanaan.

Hasil dari proses refleksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan

penyempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahap-tahap diatas dilakukan

berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu

dapat tercapai.

Arikunto, (2010:2) mengatakan PTK dikarenakan ada tiga kata yang


membentuk pengertian:
1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan muu suatu
hal.
2) Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja yang dilakukan.
3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dan guru yang sama pula.
Dari penjelasan diatas maka penulis mengartikan PTK adalah suatu

penelitian yang melihat masalah-masalah yang ada di dalam kelasyang dihadapi

oleh guru. Dalam penelitian dan pengumpulan data itu dilakukan oleh guru kelas

itu sendiri, tempat penelitian dilaksanakan didalam kelas yang bermasalah dan

hasil penelitian yang langsung dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh siswa.

a. Manfaat PTK

Menurut Zainal Aqib, (2010:7) PTK bermanfaat bagi guru, siswa dan
sekolah.
1) Manfaat PTK bagi Guru adalah sebagai berikut:
a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
b. Membantu guru berkembang secara profesional.
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru.
18

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan.
2) Bagi pembelajaran/Siswa PTK bermanfaat untuk meningkatkan
proses/hasil belajar. Guru melaksanakan PTK dapat menjadi model
bagi para siswa dalam bersifat kritis terhadap hasil belajarnya.
3) Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena
adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan di
sekolah tersebut.

10. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar

siswa yang berupa Tes yang diberikan guru kepada siswa pada akhir

pembelajaran.

Tabel 2.1
Kriteria Tingkat Keberhasilan
Belajar Siswa Dalam Persen (%)
Kriteria Penilaian Keterangan
90 – 100 % Sangat Tinggi
80 – 90 % Tinggi
65 – 80 % Sedang
55 – 65 % Rendah
0 – 55 % Sangat Rendah

Suatu pembelajaran itu dapat dikatakan tuntas menurut Trianto

(2011:241), seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika

proposi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya

(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah

tuntas belajarnya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka hasil belajar dikatakan tuntas secara

individu apabila siswa mencapai skor ≥ 65% dan tuntas secara klasikal apabila

85% siswa telah lulus.


19

11. Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran TPK ini digunakan alat

penilaian lembar observasi. Lembar observasi ini berisi tentang bagaimana

pengelolaan pembelajaran yang diobservasikan oleh obsever. Pembelajaran itu

dapat dikatakan berjalan dengan baik jika pelaksanaan pembelajaran tersebut

sekurang-kurangnya berjalan dengan efektif, hal ini dapat dilihat dari hubungan

timbal balik yang terjadi antara guru dan siswa pada proses pembelajaran.

Kriteria penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran pada aktivitas guru

dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan dari pernyataan (Piet A. Sahertian,

2013:16) yang dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aktivitas Guru
Kriteria Penilaian Keterangan
A = 81 - 100% Baik Sekali
B = 61 - 80% Baik
C = 41 - 60% Cukup
D = 21 - 40% Kurang
E = 0 - 20% Sangat Kurang
Selain itu, kriteria penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran pada

aktivitas siswa dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan dari pernyataa (Asep

Jihad, 2012:130) yang dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3
Kriteria Penilaian Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aktivitas Siswa
Kriteria Penilaian Keterangan
1 = 10 - 29 Sangat kurang
2 = 30 - 49 Kurang
3 = 50 - 69 Cukup
4 = 70 - 89 Baik
5 = 90 - 100 Sangat Baik
20

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti dapat menyimpulkan beberapa

indikator untuk melihat adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa

dalam pembelajaran yang dilampirkan pada lembar observasi yaitu lembar

observasi perbaikan pembelajaran yang memperhatikan aktifitas guru dalam

pembelajaran. Hasil observasi ini dianalisis secara deskriptif dan proses

pembelajaran dikatakan efektif jika pelaksanaanya dapat disimpulkan dengan

baik.

B. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua

unsur, yaitu jiwa dan raga.

Hasil Belajar adalah Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa

melalui kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai hasil belajar yang

maksimal. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar ditentukan dan dipengaruhi

oleh banyak faktor penting, baik faktor intern maupun ekstern. Penggunaan model

pembelajaran yang tepat dan efektif merupakan salah satu faktor ekstern yang

perlu diperhatikan dalam meningkatkan keefektifan kegiatan belajar mengajar dan

juga hasil belajar siswa.

Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan

bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Dengan


21

menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA dengan pokok

bahasan energi panas dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan

metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Energi

panas di kelas V SD Negeri 048072 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015”.

D. Defenisi Operasional

1. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotor.

2. Pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan untuk melihat aktivitas guru dan

aktivitas siswa.

3. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti ujian/tes.

Kriteria ketuntasan hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Hasil belajar dikatakan tuntas secara individu apabila seorang siswa telah

tuntas belajarnya jika siswa tersebut mencapai sekor/nilai.......

b. Hasil belajar dikatakan tuntas secara klasikal apabila suatu kelas tersebut
telah terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya.
4. Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
22

Sebagai metode penyajian, Demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara

lisan oleh guru.

5. IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta

gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA

tidak hanya verbal tetapi juga faktual.Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat

IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang

empirik dan faktual.


23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

demonstrasi. Penelitian tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai proses

pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya

untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan dengan berbagai

tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh

dari perlakuan tersebut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 048072 Kabanjahe pada semester

Genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan

yaitu April sampai Mei dimulai dari persiapan penelitian sampai laporan

penelitian. Sekolah SD Negeri 040872 Kabanjahe dipilih karena:

1. Sekolah tersebut belum pernah ada penelitian yang meneliti tentang

meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi

pada mata pelajaran IPA.

2. Pembelajaran IPA dengan pokok bahasan energi panas

C. Subjek dan Objek Penelitian


24

1. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 040872

Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 25 siswa, perempuan

15 orang siswa dan laki-laki 10 orang siswa. Penentuan subjek ini diperoleh
2
berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas yang akan diteliti.
2
2. Objek penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA dengan pokok

bahasan energi panas di kelas V SD Negeri 048072 Kabanjahe.

D. Desain Penelitian

Desain Penelitian Tindakan Kelas berupa refleksi awal dan observasi

untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan

pelaksanaan PTK selama dua siklus. Desain penelitian menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas ini dengan metode yang dilakukan ada empat tahap, yaitu: (a)

perencanaan (planing), (b) pelaksanaan (acting), (c) pengamatan (observasing),

(d) refleksi (reflecting).

Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Perencanan
Refleksi Pelaksanaan
Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan
Siklus II

Pengamatan
25

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

E.Prosedur Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam

pelaksanaan pembelajran IPA dengan menggunakan Metode Demonstrasi siswa

kelas V SD Negeri No.048072 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015. Maka

pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat tahap (langkah). (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Penelitian ini dilakukan dalam 1 siklus. Siklus tersebut terdiri dari 4

komponen, yaitu : 1.perencanaan, 2. tindakan, 3. observasi, 4. Refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No 048072 Kabanjahe Kelas V,

tema yang diambil yaitu meningkatkan hasil belajar siswa yang dilakukan selama

2 bulan. Perencanaan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Membuat skenario pembelajaran dengan metode demonstrasi.

b) Membuat jadwal kelas dengan pertemuan minggu.

c) Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

d) Membuat alat bantu mengajar.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Melaksanakan perbaikan pembelajaran dan mempedomani langkah-langkah

Metode Demonstrasi.

b) Mengadakan evaluasi (kurs tes).

c) Mengobservasi pelaksanaan pembelajaran.


26

3. Tahap Observasi

a) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang

dibuat.

b) Mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran.

c) Melaksanakan penganalisisan terhadap hasil evaluasi.

4. Tahap Refleksi

a) Kegiatan refleksi di awali dengan memeriksa catatan hasil observasi.

b) Merevisi soal-soal yang masih di anggap sulit oleh siswa.

c) Memberi solusi untuk mengatasi masalah siswa.

Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pembelajaran Metode Demonstrasi pada penelitian ini

dilaksanakan dalam 1 (satu) Siklus.

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindahkan pada Siklus I dalah sebagai berikut:

a) Menentukan materi pokok yang akan di ajarkan.

b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c) Mempersiapkan alat demonstrasi.

d) Membuat format atau lembar observasi, terdiri dari lembar observasi kegiatan

pelaksanaan tindakan, observasi hasil belajar siswa.

e) Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan


27

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Ada

pun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

a) Menyusun dan mempersiapkan skenario yang akan diajarkan.

b) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai.

c) Menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan.

d) Mempersiapakan alat demonstrasi.

e) Mengatur tempat duduk siswa agar semua dapat memperhatikan dengan jelas

apa yang didemonstrasikan.

f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

g) Mengawasi dan membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan

memotivasi siswa untuk menghargai kemampuan siswa dalam belajar.

h) Memberi penghargaan kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas yang

diberikan guru dengan baik

i) Menyimpulkan materi pembelajaran.

3. Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan bersamaan pada saat tindakan dilakukan.

Pengamatan dilakukan oleh observer (Guru kelas). Pelaksanaan ini adalah tahap

pengumpulan data, untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

siswa dan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar.

4. Refleksi

Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah

dilakukan. Jika masih banyak siswa yang mengalami kesulitan maka peneliti
28

harus merencanakan tahap tindakan ke siklus II. Adapun kesulitan-kesulitan pada

siswa dapat peneliti amati dari kesalahan jawaban tes yang diberikan. Hasil dari

refleksi ini dapat digunakan sebagai dasar perencanaan berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindahkan pada Siklus II dalah sebagai berikut:

a) Menentukan materi pokok yang akan di ajarkan.

b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c) Mempersiapkan alat demonstrasi.

d) Membuat format atau lembar observasi, terdiri dari lembar observasi kegiatan

pelaksanaan tindakan, observasi hasil belajar siswa.

e) Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Ada

pun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

a) Menyusun dan mempersiapkan skenario yang akan diajarkan.

b) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai.

c) Menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan.

d) Mempersiapakan alat demonstrasi.

e) Mengatur tempat duduk siswa agar semua dapat memperhatikan dengan jelas

apa yang didemonstrasikan.

f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.


29

g) Mengawasi dan membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan

memotivasi siswa untuk menghargai kemampuan siswa dalam belajar.

h) Memberi penghargaan kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas yang

diberikan guru dengan baik

i) Menyimpulkan materi pembelajaran.

3. Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan bersamaan pada saat tindakan dilakukan.

Pengamatan dilakukan oleh observer (Guru kelas). Pelaksanaan ini adalah tahap

pengumpulan data, untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

siswa dan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar.

4. Refleksi

Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa yang sudah

dilakukan. Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran sudah berkategori baik dan

hasil belajar siswa sudah dikatakan tuntas secara klasikal. Dengan demikian, maka

penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

F. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan 2 cara

yaitu observasi dan tes, sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh

kegiatan pengajaran yang dilakukan. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas

guru dan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui

kesesuian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna mengetahui
30

sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai

dengan yang dikehendaki.

a) Lembar Observasi Guru

Observasi ini dilaksanakan pada proses belajar mengajar, dimana

observer mengamati guru yang melaksanakan tindakan dalam proses belajar

mengajar. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

guru melaksanakan metode sesuai dengan RPP selama peroses kegiatan belajar

mengajar jugasikap siswa selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.1
Tabel Observasi Guru
Penilaian
No. Aspek yang diobservasi
A B C D E
1. Mengadakan apersepsi
2. Menyampaikan topik pembelajaran
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru mendemonstrasikan materi energi panas
di depan kelas
5. Beberapa siswa mendemonstrasikan materi
energi panas di depan kelas seperti yang
diajarkan guru
6. Membuat soal latihan secara perorangan
7. Merangkum
Jumlah

b) Lembar Observasi Siswa

Observasi ini dilaksanakan pada proses belajar mengajar, dimana guru

dan peneliti mengamati tingkah laku siswa dan peneliti yang melaksanakan

tindakan dalam proses belajar mengajar. Pengamatan ini dilakukan untuk


31

mengetahui sejauh mana kemampuan guru dan kemampuan siswa selama

demonstrasi berlangsung.

Tabel 3.2
Kisi-kisi observasi Siswa
Penilaian
No Aspek yang diamati
. 1 2 3 4 5
1. Kesiapan menerima pelajaran
2. Mendengarkan guru
3. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
4. Menjawab pertanyaan guru
5. Aktivitas dalam diskusi kelompok
6. Adanya keinginan bertanya kepada guru
7. Ketenangan kelas sewaktu belajar
8. Aktivitas yang baik dalam menyelesaikan soal
tes
9. Kesenangan belajar
10. Penyampaian hasil diskusi kelompok
Jumlah

2. Tes

Tes adalah ujian untuk mengetahui tentang pemahaman/kemampuan siswa

pada pokok bahasan Energi Panas dengan cara pemberian soal.

Tes tertulis berupa soal yang berbentuk pilihan ganda diberikan kepada

siswa sebagai subjek penelitian. Tes yang diberikan terhadap siswa tersebut

merupakan hasil belajar siswa setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran

yang efektif, yaitu siswa harus dijadikan sebagai pedoman untuk persiapan dalam

mengajar.

Tes yang diberikan berkaitan dengan idikator yang hendak dicapai dan

instrumen evaluasi belajar dan aspek kognitifnya hanya dibatasi pada aspek

pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Kisi-kisi tes yang

diinginkan sebagai alat pengumpul data adalah sebagai berikut:


32

Tabel 3.3
Tes Hasil Belajar
Kompetensi Jenjang kognitif
Indikator Jumlah
Dasar C1 C2 C3
1,2 4
Menjelaskan Menyebutkan
,5,
Energi panas sumber-sumber
6
energi panas.
3,4,7 3
Memahami benda
apa saja pengantar
panas.
8,9 3
Demonstrasi Energi
,10
panas.
10
Jumlah

Keterangan :

1. C1 : Pengetahuan

2. C2 : Pemahaman

3. C3 : Penerapan

G.Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka analisis data yang dilakukan seperti

berikut :

1. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran

a. Penilaian aktivitas guru

Jumlah hasil observasi


HP =
Jumlah butir pengamatan

Kriteria penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran (Piet A. Sahertian

2013 : 61)
33

Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Aktivitas Guru
Kriteria Penilaian Keterangan

A = 81 – 100 % Baik Sekali


B = 61 – 80 % Baik
C = 41 – 60 % Cukup
D = 21 – 40 % Kurang
E = 0 – 20 % Sangat Kurang

b. Penilaian aktivitas siswa

Skor perolehan
Nilai siswa = × 100
Skor maksimum

Adapun skala kriteria penilaian yang digunakan ( Asep Jihad dan Abdul

Haris, 2012 : 130).

Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa
Kriteria Penilaian Keterangan

Nilai = 10 – 29 Sangat Kurang


Nilai = 30 – 49 Kurang
Nilai = 50 – 69 Cukup
Nilai = 70 – 89 Baik
Nilai = 90 – 100 Sangat Baik

2. Hasil Belajar

a. Ketuntasan Individual

Berdasarkan kriteria ketuntasan yang diuraikan pada bab II, untuk

menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :


34

T
KB = x 100% (Trianto, 2010 : 241)
Tt

Keterangan :

KB = Ketuntasan belajar

T = Jumlah skor yang diperoleh siswa


Tt = Jumlah skor total
b. Ketuntasan Klasikal

Melalui rumusan diatas dapat diketahui siswa yang belum tuntas dan sudah

tuntas belajar dalam pembelajaran IPA dikelas V, dari persentase perbandingan

hasil belajar masing-masing individu. Selanjutnya untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa secara klasikal dapat dilihat dengan rumus:

P=
∑ siswa yang tuntas belajar x 100% (Zainal Aqib dkk, 2010 :
∑ siswa
41)

c. Penilaian Rata-rata

X=
∑X
∑N (Zainal Aqib dkk, 2010 : 40)

Keterangan :

X : Nilai rata-rata

∑ X : Jumlah semua nilai siswa


∑ N : Jumlah siswa
35

You might also like