You are on page 1of 26

MAKALAH

KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN PENDIDIKAN


ISLAM DENGAN
PENDIDIKAN NASIONAL

Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Mawaddah, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 02

1. Nur Chalimah
2. Restika Malda Reza
3. Alif Miftakhul Jannah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena berkat karunia
dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusuan makalah ini kami mengalami berbagi kesulitan dan


hambatan, tetapi dengan niat yang ikhlas serta tujuan untuk membangun diri, maka
makalah ini dapat kami selesaikan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini, khususnya Dosen Pembimbing
Mata kuliah.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita


semua.

Amin Ya Robbal alamin.........

Penulis

Kelompok 02

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Makalah 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam -------------------------------------- 6
B. Pengertian Pendidikan Nasional --------------------------------- 14
C. Hubungan Pendidikan Islam Dengan Pendidikan
Nasional 15
D. Fungsi Pendidikan Islam Dalam Pendidikan
Nasional 20
E. Kedudukan Dan Peran Pendidikan Islam Dalam
Sistem Pendidikan Nasional 22
BAB III PENUTUP
A. kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut.
Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi
umat manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa Indonesia khususnya
dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan
masa depan.
Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan
peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990, No. 60 tahun 1999 dan No. 73
tahun 1991. Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat serta pendidikan
keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal
dan informal, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah,
pesantren, pasraman. Pendidikan Islam juga Sebagai Mata Pelajaran dimana
jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila,
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan Islam ?
2. Apa Pengertian Pendidikan Nasional ?
3. Apa Hubungan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional ?

C. Tujuan Makalah

1. Agar Kita Dapat Mengetahui apa itu Pengertian Pendidikan Islam.

4
2. Agar Kita Dapat Mengetahui Apa itu Pengerian Pendidikan Nasional.
3. Agar Kita Mengetahui Apa Saja Hubungan Pendidikan Islam Dengan
Pendidikan Nasional

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan Islam menurut Zarkowi Soejoeti terbagi dalam tiga
pengertian. Pertama, “Pendidikan Islam” adalah jenis pendidikan yang
pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-
cita untuk menjewantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam
nama lembaganya, maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan
dalam seluruh kegiatan pendidikan. Kedua, jenis pendidikan yang
memberikan perhatian sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai
pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan. Di sini kata Islam
ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu, dan diperlakukan sebagai
ilmu yang lain. ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian
di atas. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai sekaligus
sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program studi yang
diselenggarakan.1
Ciri khas pendidikan Islam itu ada dua macam :
a. Tujuannya : Membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi
menurut ukuran Allah.
b. Isi pendidikannya : ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di
dalam Al Qur‟an yang pelaksanaannya dalam praktek hidup sehari-hari
dicontohkan oleh Muhammad Rasulullah SAW.
Teori-teori pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia secara
umum mendefinisikan pendidikan Islam dalam dua tataran : idealis dan
pragmatis. Pada tataran idealis, pendidikan Islam diandaikan sebagai suatu
sistem yang independen (eksklusif) dengan sejumlah kriterianya yang serba
Islam. Definisi ini secara kuat dipengaruhi oleh literatur Arab yang

1
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya ),
h. 45

6
masuk ke Indonesia baik dalam bentuk teks asli, terjemahan, maupun
sadurannya. Sedangkan pada tataran pragmatis, pendidikan Islam
ditempatkan sebagai identitas (ciri khusus) yang tetap berada dalam konteks
pendidikan nasional. Perkembangan-perkembangan aktual di Indonesia
khususnya selama tiga dekade terakhir sangat mempengaruhi munculnya
definisi pragmatis ini.
Penulis-penulis Indonesia kontemporer berusaha menjelaskan
definisi pendidikan Islam dengan melihat tiga kemungkinan hubungan
antara konsep pendidikan dan konsep Islam. Dilihat dari sudut pandang kita
tentang Islam yang berbeda-beda, istilah pendidikan Islam tersebut dapat
dipahami sebagai :
1. Pendidikan (menurut) Islam,
2. Pendidikan (dalam) Islam,
3. Pendidikan (agama) Islam.
Dalam hubungan yang pertama, pendidikan Islam bersifat normatif,
sedang dalam hubungan yang kedua, pendidikan Islam lebih bersifat sosio-
historis. Adapun dalam hubungan yang ketiga, pendidikan Islam lebih
bersifat proses-operasional dalam usaha pendidikan ajaran-ajaran agama
Islam. Dalam kerangka akademik, pengertian yang pertama merupakan
lahan filsafat pendidikan Islam, dan pengertian yang ketiga merupakan
kawasan ilmu pendidikan Islam teoritis.2
Ilmu Pendidikan Islam Ilmu Pengetahuan Perbedaan dengan Ilmu
pengetahuan yang lain penggongan-penggolongan suatu masalah dan
pembahasan masalah demi masalah di dalam pendidikan. pendidikan Islam
memerlukan beberapa metodologi pengembangan, antara lain: test,
pendidik memberikan test kepada anak didiknya untuk mengetahui
perkembangan anak didik. Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam
pengertian pendidikan Islam.

2
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan, h. 46

7
Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,
mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola
pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja
dan manis tutur sapanya.
Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa
pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan
adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu
kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia
penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.
Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan
yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang
tempat- tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan,
sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini
hanyalah untuk manusia saja.
Selama ini buku-buku ilmu pendidikan islam telah memperkenalkan
paling kurang tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan islam yaitu,
al-tarbiyah, al-ta‟lim dan al ta‟dib. Jika ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan
matan as-Sunah secara mendalam dan komperhensif sesungguhnya selain
tiga kata tersebut masih terdapat kata-kata lain tersebut, yaitu al-tazkiyah,
al-muwa‟idzah, al-tafaqqu, al-tilawah, al-tahzib, al-irsyad, al-tafakkur, al-
ta‟aqqul dan al-tadabbur. Deskripsi selengkapnya terhadap kata-kata
tersebut dapat dikemukakan sebagi berikut:
1. AL-Tarbiyah
Kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba atau rabaa didalam al-Quran
disebutkan lebih dari dalapan ratus kali, dan sebagian besar atau

8
bahkan seluruhnya dengan Tuhan, yaitu terkadang dihubungkan dengan
alam jagat raya (bumi, langit, bulan, bintang, matahari, tumbu-tumbuhan,
binatang, gunung, laut dan sebagainya), dengan manusia seperti pada kata
rabbuna (Tuhan kami), rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan mereka
semua), rabbiy (Tuhan-ku). Karena demikian lausnya pengertian al-tarbiyah
ini, maka ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquid al-Attas yang tidak
sependapat dengan pakar pendidikan lainnya yang menggunakan kata al-
tarbiyah dengan arti pendidikan.
Menurutnya, kata al-tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata
tersebut tidak
hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya
sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak
dapat dididik, karna benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki
persyaratan potensial, seperti akal, pancaindra, hati nurani, insting, dan
fitrah yang memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potensial
diatas itu hanya manusia. Untuk itu Naquid al-Attas lebih memilih kata al-
ta‟dib (sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk adti pendidikan, dan
bukan kata al-tarbiyah.
2. Al-Ta‟lim
Kata al-ta‟lim atau asal katanya, yaitu „allam, yu‟allimu, ta‟liman
dijumpai dalam hadis sebagai berikut.
“Pengetahuan adalah kehidupan islam dan pilar islam, dan barang
siappa yang mengajarkan ilmu Allah akan menyempurnakan pahala
baginya, dan barang siapa yang mengajarkan ilmu dan ia mengamalkan
ilmu yang diajarkan itu, maka Allah akan mengajarkan
kepadanya sesuatu yang belum ia ketahui.” (HR. Abu Syaikh).
Didalam hadis tersebut kata ta‟lim dihubngkan dengan mengajarkan
ilmu kepada seseorang, dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut akan
mendapatkan pahala dari Tuhan. Kata al-ta‟lim dalam arti pengajaran yang
merupakan bagian dari pendidikan banyak digunakan untuk kegiatan
pendidikan yang bersifat nonformal, sepeti majelis taklim. Kata al-ta‟lim
dalam pendidikan sesungguhnya merupakan kata yang

9
paling dahulu digunakan daripada kata al-tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan
pengajaran pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dirumah
Al-Aqram di mekkah, dapat juga disebut majelis al-ta‟lim.3
3. Al-Ta‟dib
Kata al-ta‟dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta‟diban yang
dapat
berarti education (pendidikan), discipline (disiplin), punishment(peringata
n atau hukuman) dan chastisement (hukuman-penyucian). kata al-ta‟dib
berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata krama,
adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika.
Kata al-ta‟dib dalam arti pendidikan sebagaimana disinggung di
atas, ialah kata yang dipilih oleh Naquid al-Attas. Dalam hubungan ini ia
mengartikan al-ta‟dib sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangssur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tenpat yang
tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing
kearah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.4
4. Al-Tahdzib
Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak atau
menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik
atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula beradab sopan.
Dari berbagai pengertian tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan
kata al-tahzib terkait dengan perbaikan mental sepiritual, moral dan akhlak,
yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau
norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma, memperbaiki
perilakunya agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan
budi pekertinya agar manjadi akhlak mulia.

3
Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008 ), h. 20

10
Berbagai kegiatan tersebut termasuk dalam bidang kegiatan pendidikan.
Itulah sebabnya, kata al-tahzib juga berati pendidikan.5
5. Al-Wa‟dz atau Al-Mau‟idzah
Al-wa‟dz berasal dari kata wa‟aza yang berarti to
preach (mengajar), conscience (kata hati, suara hati, hati nurani), to
admonish (memperingatkan atau mengingatkan), exhort (mendesak), dan to
warn (memperingatkan). 6 inti al-wa‟dz atau al-mau‟idzah adalah
pendidikan dengan cara memberikan penyandaran dan pencerahan batin,
agar timbul kesadaran untuk berubah menjadi orang yang baik.
6. Al-Riyadhah
Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti to
tame (menjinakan), domesticate (menjinakan), to break in (mendobrak
atau membongkar), train (latihan), to train (melatih), coach (melatih), to
pacify (menenangkan atau menenteamkan), placate (mendamaikan,
menentramkan), to practice (memperagakan), exercise (melatih), regulate
(mengatur), to seek to make tractable (menemukan untuk membuat mudah
dikerjakan), dan try to bring round (mencoba membawa keliling).5
Dalam pendidikan, kata al-riyadhah diartikan mendidik jiwa anak
dengan akhlak mulia. Didalam Al-Quran maupun as-Sunah kata al-riyadhah
secara eksplisit tidak dijumpai, namun inti dan hakikat al-riyadhah dalam
arti mendidik atau melatih mental spiritual agar senantiasa mematuhi ajaran
Allah SWT amat banyak dijumpai.
7. Al-Tazkiyah

Al-tazkiyah berasal dari kata zakka, yuzakki, tazkiyatan yang


berarti purification (pemurnian atau pembersihan), chastening (kesucian
dan kemurnian), pronouncement of (pengumuman atau
pernyataan), integrity of a witness (pengesahan atau kesaksian), honorable
record (catatan yang dapat dipercaya dan dihormati).

5
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Hidakrya Agung, ), h. 481

11
Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-tazkiyah ternyata
juga digunakan untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental
spiritual dan akhlak mulia.6
8. Al-Talqin
Kata al-talqin berasal dari laqqana yulaqqinu talqina yang dapat
berarti pengajaran atau mengajarkan, dan dapat berarti
anjuran), direction (pengarahan), dictation (pengimlaan atau
perintah), dictate (mendikte atau memerintah), inspiration (ilham,
inspirasi), insinuation (sindiran atua tuduhan tidak langsung), suggestion
(dorongan), suborning of witness (pengimlaan atau perintah).
Dari sekian kata tersebut terlihat bahwa kata talqin juga digunakan
untuk arti pengajaran. Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-talqin
ternyata digunakan pula untuk arti pendidikan dan pengajaran yang
diberlakukan tidak hanya kepada orang yang masih hidup melainkan kepada
orang sudah meninggal.
9. Al-Tadris
Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang
dapat berarti teaching (pengajaran atau mengajarkan), instruction (perintah),
tution (kuliah, uang kuliah).
Selain kata al-tadris juga berarti baqa‟ atsaruha wa baqa al-atsar
yaqtadli inmihauhu fi nafsihi, yang artinya sesuatu yang pengaruhnya
membekas dan sesuatu yang pengaruhnya membekas menghendaki adanya
perubahan pada diri seseorang. intinya kata al-tadris berarti pengajaran,
yakni, menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang
selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.
10. Al-Tafaqquh
Kata al-tafaqquh berasal dari kata tafaqqaha yatafaqqohu
tafaqquhan yang berarti mengerti dan memahami. Selanjutnya Ar-Raghib

6
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 380

12
al-Asfaniy mengartikan kata tafaqquh sebagain berikut: menghubungkan
pengetahuan yang abstrak dengan ilmu yang konkret, sehingga menjadi
ilmu yang khusus. Dari kata al-tafaqquh muncul kata al-fiqh yang
selanjutnya menjadi sebuah nama bagi ilmu yang mempelajari hukum-
hukum syariah yang disandarkan pada dalil-dalil terperinci. Kata al-
tafaqquh selanjutnya lebih digunakan untuk menunjukan pada kegiatan
pendidikan dan pengajaran ilmu agama islam.
11. Al-Irsyad
Kata al-irsyad dapat mengandung arti yang berhubungan dengan
pengajaran dan pendidikan yaitu bimbingan, pengarahan, pemberitahuan,
nasihat, dan bimbingan sepiritual. Dengan demikian kata al-irsyad layak
dipertimbangkan untuk dimasukan dalam arti kata pendidikan dan
pengajaran.
Pengertian pendidikan islam menurut istilah, istilah atau
terminologis pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli
dalam bidangnya masing-masing terhadap pengertian tentang sesuatu.
Adapun yangdi maksud dengan pendidikan islam saangat beragam, hal ini
terlihat dari definisi pendidikan islam yang dikemukakan oleh beberapa
tokoh pendidikan berikut:
Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany
mendefinisikan pendidikan isla sebagai proses mengubah tingkah laku
individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan
cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi di antara
profesi-profesi asasi masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979:339). Pengertian
tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya
pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada
aspek-aspek produktivitas dan kreatif manusia dalam kehidupan masyarakat
dan alam semesta.
Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Banglades) mengemukakan
pengertian pendidikan islam sebagai berikut : “Islamic education in true
sense of the term, is a system education which enables a man to lead his

13
life accourding to the Islamic ideology, so that he may easily mould his life
in accourding with tenent of islam”.
Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu system
pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia
dapat membentuk hidupnya sesuai dengan agama islam.
Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia
masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islam yang diamanahkan
oleh Allah kepada manusia, sehinnga manusia mampu memenuhi
kebutuhan dan tuntunan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.
Dr. Muhammad Fadhli Al-Jamali memberikan pengertian
pendidikan islam sebagai uapya menggembangkan, mendorong, serta
mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang
tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih
sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.7

B. Pengertian Pendidikan Nasional


Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan
yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa
dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional
bangsa tersebut.
Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
merumuskan bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha yang
membimbing para warga negara Indonesia menjadi Pancasila, yang
berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan
mampu membudayakan alam sekitar.
Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan bangsa Indonesia

7
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 875

14
dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal
31.8

C. Hubungan Pendidikan Islam dengan Pendidikan Nasional

Dari bunyi UU No. 2 tahun 1989 beserta peraturan yang menyertai


jelas bahwa pendidikan agama islam adalah kurikulum wajib bagi yang
harus diberikan. Jika pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti
tujuan pendidikan nasional tidak akan pernah tercapai secara maksimal,
karena ada sebagian siswa, khususnya yang berada pada satuan pendidikan
tertentu tidak mendapat pendidikan agam islam. Karena itu kehadiran guru
pendidikan agama islam yang prefesional sangat dibutuhkan.
Di dalam GBHN tahun 1988 tujuan pendidikan dinyatakan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan
yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani.9
Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan,keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini
dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional tersebut.
Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan masalah eksistensi
umat manusia pada umumnya dan eksistensi bangsa Indonesia khususnya
dalam hubungan masa lalu, masa kini dan kemungkinan perkembangan
masa depan.
Dari bunyi UU No. 2 tahun 1989 beserta peraturan yang menyertai
jelas bahwa pendidikan Agama Islam adalah kurikulum wajib bagi yang
harus diberikan. Jika pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti
tujuan pendidikan nasional tidak akan pernah tercapai secara maksimal,
8
Fuad Ihsan, Dasar Dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 114-115
9
Ramayulis, ilmu pendidikan islam (Jakarta: klam mulia ), h. 32

15
karena ada sebagian siswa, khususnya yang berada pada satuan pendidikan
tertentu tidak mendapat pendidikan agam islam. Karena itu kehadiran guru
pendidikan agama islam yang prefesional sangat dibutuhkan.
Dan jika kita menengok kepada tujuan pendidikan sebagaimana
tertuang dalam tujuan pendidikan nasional ( pasal 4 UU no. 2 tahun 1989)
yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa.
Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah sebagai bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam.
Dengan melihat kedua tujuan pendidikan diatas, baik tujuan
pendidikan nasional maupun tujuan pendidikan islam ada kesamaan yang
ingin di wujudkan yaitu: dimensi transcendental (ukhrowi) dan dimensi
duniawi (material).10
Pendidikan Islam dan pendidikan nasional terdapat 3 segi yang dapat
ditelusuri Pertama dari konsep penyusunan sistem pendidikan nasional
indonesia itu sendiri. Kedua, dari hakikat pendidikan islam dan kehidupan
beragama kaum muslimin di Indonesia. Ketiga, dari segi kedudukan
pendidikan islam dalam sistem pendidikan nasional.
Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan
peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990, No. 60 tahun 1999 dan No. 73
tahun 1991. Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat serta pendidikan
keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal
dan informal, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah,
pesantren, pasraman. Pendidikan Islam juga Sebagai

10
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers.), h. 28-29

16
Mata Pelajaran dimana jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Dalam
pasal 3 isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan
kajian dan pelajaran (PP 28 Bab. VII pasal 14 ayat 2) meliputi :
a. pendidikan pancasila
b. pendidikan agama
c. pendidikan kewarganegaraan
d. bahsa indonesia
e. membaca dan menulis
f. matematika (termasuk berhitung)
g. pengantar sains dan teknologi
h. ilmu bumi
i. kerajinan tangan dan kesenian
j. pendidikan jasmani dan kesehatan
k. menggambar
l. bahasa inggris
Pada PP 29 tahun 1990 Bab VIII pasal (15) ayat (2) isi kurikulum
pendidikan menengah wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran
tentang:
a. pendidikan pancasila
b. pendidikan agama
c. pendidikan kewarganegaraan.11
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 dicantumkan tentang
beberapa hal yang berkenaan dengan pendidikan agama. Pasal 37 (1):
kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
a. pendidikan agama
b. pendidikan kewarganegaraan
c. pendidikan bahasa

11
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam (Jakarta:Prenada Media. 2008), h. 10-12

17
d. matematika
e. ilmu pengetahuan alam
f. ilmu pengetahuan sosial
g. seni dan budaya
h. pendidikan jasmani dan olahraga
i. keterampilan / kejuruan
j. muatan lokal

Ada beberapa pokok-pokok pikiran nilai-nilai yang terkandung


dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu:
a. pendidikan nasional adalah pelaksanaan pembangaunan nasional
dibidang pendidikan
b. asas dan dasar pendidikan berdasarkan pancasila dan undang-undang
dasar 1945
c. tujuan pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta
didik
d. pendidikan nasional bersifat demokratis dan humanis yakni memberikan
kesempatan kepada setiap negara untuk memperoleh pendidikan
e. memberikan kesempatan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
kelainan fisik atau mental
f. menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur
hidup
g. pendidikan keagamaan merupakan satu jenis pendidikan yang khusus
mengajarkan agama tertentu.12

12
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan, h. 16-17

18
Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa suatu sistem
pendidikan nasional tidaklah berlaku umum. Maksudnya adalah pola
penyusunan sistem pendidikan nasional harus berdasarkan keberadaan umat
manusia dan latar belakang sejarah bangsa masa lalu, sekarang dan masa
depan.
Dalam laporan komisi pembaharuan pendidikan nasional dikatakan
bahwa pengembangan bangsa merupakan kriteria dasar dalam membangun
suatu sistem pendidikan nasional dengan mewujudkan keselarasan,
keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kwantitatif dan
pengembangan kwalitatif serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah.
Dari keterangan tersebut dikatakan bahwa penyusunan sistem
pendidikan nasional harus berdasarkan dan pertimbangan faktor bangsa dan
masyarakat Indonesia serta aspek lahiriah dan rohaniah bangsa Indoneisa,
sebab bangsa Indonesia telah menjalani penindasan dan perjuangan
melawan penjajah, tentu dalam hal ini ada keterkaitan dengan masa awal
perkembangan dan pendidikan Islam di tanah air sampai sekarang ini.
Ditinjau dari segi hakikat pendidikan Islam, kegiatan mendidik
merupakan bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan agama
Islam di Indoneisa dengan sistem pendidikan Islam dan usaha-usaha
penyiaran agama di masyarakat. Islam dapat tersebar di seluruh masyarakat
Indonesia. Ditambah lagi dengan kebutuhan akan pendidikan di masyarakat
akan semakin meningkat. Karena pendidikan adalah suatu usaha yang
teratur, rinci dan terarah dalam pemeliharaan, pengembangan dan
peningkatan kebudayaan bangsa baik dalam bidang pendidikan formal
maupun non formal.
Dengan adanya sistem pendidikan Barat yang terkoordinir dan
sistematis, menguntungkan pendidikan secara umum namun mempengaruhi
sistem pendidikan Islam. Pada keharusannya memperbaharui sistem
pendidikan Islam pada lembaga keagamaan ke arah sistem yang lebih
sempurna. Dan disamping itu muncul lembaga

19
pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah nasional swasta
dengan menggunakan pola Barat yang berorientasi kepada kepentingan
nasional dan semangat kebangsaan. Berdasarkan hal ini pendidikan akan
tetap tumbuh dan berkembang untuk mendidik masyarakat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam dan juga lembaga-lembaga pendidikan Islam
seperti pesantren, madrasah, sekolah umum yang berdasarkan keagamaan
dan yang lainnya. Dan lembaga-lembaga inilah yang akan menjadi modal
dasar dan modal pokok dari pendidikan nasional yang akan disusun bangsa
Indonesia yang sudah merdeka, bersatu dan berdaulat.

D. Fungsi Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Secara eksplisit fungsi pendidikan agama telah dituangkan dalam


penjelasan pasal 39 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 1989, yang menyebutkan
“pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iaman dan
ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama yang
dianut peserta didiknya yang bersangkutan, dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.13
Dari rumusan tersebut, tampaknya terdapat konsistensi dan
keterkaitan langsung antara rumusan fungsi pendidikan agama dengan
tujuan pendidikan nasional yang tertuang pada pasal 4 UU Nomor 2 tahun
1989 yaitu: “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa…”
Dalam upaya membentuk manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa, maka pendidikan agama memiliki peranan yang sangat penting.
Untuk itulah maka pendidikan agama wajib diberikan pada semua satuan,

13
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Dirjen. Binbaga Islam, ), h. 41

20
jenjang dan jenis pendidikan, baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar
sekolah.
Gambaran tentang peranan madrasah dan pondok pesantren adalah
sebagai berikut:
1. Madrasah dan pondok pesantren telah menunjukan kemampuanya untuk
tumbuh dan berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan zaman,
serta kemampuanya untuk memasuki pelosok daerah terpencil
disamping kemampuanya untuk tetap tumbuh dan berkembang di
daerah perkotaan yang modern dan sangat maju.
2. Madrasah dan pondok pesantren sebagian besar adalah perguruan
swasta yang berkemampuan tinggi untuk berswakarsa dan berswakarya
dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, madrasah dan
pondok pesantren telah menunjukan kemampuanya untuk tumbuh dan
berkembang diatas kemampuan kekuatan sendiri, dengan memobilisasi
sumber daya yang tersedia di masyarakat pendukungnya.

3. Madrasah dan pondok pesantren yang memiliki ciri khas sebagai pusat
pendidikan, pengembangan dari penyebaran agama Islam, diharapkan
dan telah membuktikan diri dapat menghasilkan keluaran atau out put
yang berkualitas dan potensial untuk menjadi pendidik, khususnya di
bidang pendidikan agama Islam.
4. Madrasah dan pondok pesantren memiliki potensi yang cukup besar
untuk bersama-sama satuan pendidikan lainnya di dalam system
pendidikan nasional untuk menuntaskan wajib belajar tingkat SLTP dan
pelaksana pendidikan dasar 9 tahun. Dan atas dasar inilah Madrasah
Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan
dasar.
Adapun madrasah umumnya didirikan atas inisiatif masyarakat
Islam yang tujuan umumnya adalah untuk mendidik para peserta didik
memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik. Dengan
dikeluarkanya PP Nomor 28 tahun 1990 dimana pada pasal 4 ayat (2)

21
disebutkan bahwa SD dan SLTP yang berciri khas agama Islam yang
dikelola oleh Departemen Agama disebut Madrasah Ibtidaiah dan Madrasah
Tsanawiyah. Dengan kenyataan ini, tugas dan fungsi MI dan MTs menjadi
ganda, yaitu:
1. Sebagai sekolah pendidikan Islam
2. Sebagai sekolah pendidikan dasar.
Karenanya, keberdayaan fungsi Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah
Tsanawiyah makin kuat dan penting.
Dengan keadaan yang demikian, orang tidak bisa lagi menomor
duakan lembaga-lembaga pendidikan agama, terlebih-lebih bila lembaga
pendidikan agama terutama madrasah mampu memacu diri dengan
berupaya maksimal meningkatkan kualitas dalam berbagai aspeknya, tidak
mustahil madrasah nantinya akan menjadi alternative pertama, pilihan
masyarakat untuk memasukan anak-anaknya. Sebab bagaimanapun disaat
globalisasi melanda dunia seperti sekarang ini, nilai-nilai etik dan moral
sudah mulai luntur dan bergeser. Dalam konteks ini madrasah sangat
strategis untuk membendung arus demoralisasi yang sangat merugikan.14

E. Kedudukan dan Peran Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan


Nasional
Kedudukan pendidikan islam dalam sistem Pendidikan Nasional
adakalanya sebagai mata pelajaran dan adakalanya sebagai lembaga (satuan
pendidikan).
1. Sebagai Mata Pelajaran
Istilah “Pendidikan Agama Islam “ di Indonesia dipergunakan untuk
nama suatu mata pelajaran di lingkungan sekolah-sekolah yang berada di
bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Agama
dalam hal ini agama Islam termasuk dalam struktur kurikulum. Ia termasuk
ke dalam kelompok mata pelajaran wajib dalam setip jalur jenis

14
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan, h. 177-179

22
dan jenjang pendidikan, berpadanan dengan mata pelajaran lain seperti
pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, social dan budaya (pasal
37 ayat 1). Memang semenjak Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia sampai terwujudnya undang-undang Nomor 2 Tahun 1989
rentang System Pendidikan Nasional dan disempurnakan dengan UU No.
20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional eksistensi Pendidikan
Islam sudah diakui oleh pemerintah sebagai mata pelajaran wajib di sekolah
(SD s.d PT).
2. Sebagai Lembaga
Apabila Pendidikan agama Islam di lingkungan Iembaga Pendidikan
yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional terwujud
sebagai mata pelajaran, maka di lingkungan Departemen Agama terwujud
segai satuan Pendidikan yang berjenjang naik mulai dari Taman Kanak-
Kanak (Raudhot al-Athfal), sampai perguruan tinggi (Al-Jamiat).
Pengertian Pendidikan Keagamaan Islam disini mengacu kepada satuan
pendidikan keagamaan atau Iembaga Pendidika Keagamaan Islam.
Kalau dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan
Nasional, Lembaga Pendidikan Keagamaan yang diakui eksistensinya
hanya yang berada pada jalur Pendidikan formal (sekolah). Namun dalam
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , Lembaga
Pendidikan Keagamaan ini diakui dan dapat dilaksanakan pada jalur
Pendidikan non formal ( Pesantren, madrasah diniyah) dan dalam jalur
Pendidikan in-formal (keluarga).
Peran Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional adalah:
a) Sebagai mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran wajib di seluruh
sekolah di Indonesia berperan :
1) Mempercepat proses pencapaian tujuan pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta
didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan yang

23
Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Secara sederhana dapat dirinci point-point yang terdapat dalam
tujuan Nasional:
1) Berkembangnya potensi anak didik
2) Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa
3) Berakhlak mulia, shat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.
4) Menjadi warga Negara yang demokratis.
5) Bertanggung jawab.
2) Memberikan nilai terhadap mata pelajaran umum
Seperti kita ketahui mata pelajaran umum yang diajarkan di sekolah
adalah ilmu pengetahuan produk Barat yang bebas dari nilai (values
free). Agar mata pelajaran umum yang diajarkan di sekolah/madrasah
mempunyai nilai maka pendidikan agama Islam dapat diintegrasikan
dalam mata pelajaran tersebut-apabila dalam kurikulum sekolah mata
pelajaran pendidikan agama terletak pad urutan pertama. Nilai-nilai
yang terdapat dalam pelajaran Islam inilah yang diinternalisasikan
dalam proses pembelajaran kepada peserta didik.
b) Sebagai lembaga ( institusi)
Madrasah sebagai sub sistem pendidikan nasional tidak hanya
dituntut untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah
yang bercirikan keagamaan, tetapi lebih jauh madrasah dituntut pula
memainkan peran lebih besar yaitu sebagai basis dan benteng tangguh yang
akan menjaga dan memperkokoh etika dan moral bangsa. Maka dalam hal
ini madrasa memainkan perannya sebagai berikut:
1. Media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama islam.
2. Memelihara tradisi keagamaan.
3. Membentuk akhlak dan karakter.
4. Benteng moralitas bangsa.
5. Lembaga pendidikan alternatif.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, maka penulus merumuskan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan Islam menurut Zarkowi Soejoeti terbagi dalam tiga
pengertian. Pertama, “Pendidikan Islam” adalah jenis pendidikan yang
pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat
cita-cita untuk menjewantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin
dalam nama lembaganya, maupun dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan.
2. Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan
tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional
bangsa tersebut.
3. Hubungan pendidikan Islam dan pendidikan Nasional tidak dapat
dipisahkan,keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Dalam hal
ini dikaitkan dengan konsep penyusunan sistem pendidikan nasional
tersebut. Suatu sistem pendidikan nasional harus mementingkan
masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan elcsistensi bangsa
Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan
kemungkinan perkembangan masa depan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-1,
Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

A Kholiq, Ismail. dan Nurul Huda. Paradigma Pendidikan Islam.


Semarang: Pustaka Pelajar..

Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan


Sistem.2010

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media. .

Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan .Jakarta :


Pedoman Ilmu Jaya.2008.

Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. .

Ihsan, Fuad. Dasar Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakrya Agung,


2010

A Kholiq, Ismail. dan Nurul Huda. Paradigma Pendidikan Islam.


Semarang: Pustaka Pelajar.2008.

26

You might also like