You are on page 1of 7

Jurnal Aplikasi Teknik Sipil

Volume 18, Nomor 1, Juli 2020

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

Sustainibility Bantalan Jalan Rel Tipe Beton Prategang Mutu K-600 dengan Metode
Analisis Life Cycle Assessment (LCA) terhadap Pencemaran Udara

Ryan Hardianto1,*, Hera Widyastuti1, Arie Dipareza Syafei1


Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya1
Koresponden*, Email: ryanhardianto12@gmail.com

Info Artikel Abstract (font: Times New Roman 9 pt, bold)


Diajukan 18 Agustus 2020 The release of emissions has become one of the global issues in industrial development in
Diperbaiki recent years. Thus, the effectiveness of the use of sustainable material sources, can affect the
Disetujui parameters and quantity of air pollution from the production of prestressed type concrete
bearings. Thus, the analysis of the utilization of concrete bearing material sources, to the end
value of the life cycle of concrete bearings is one of the contributing factors to the release of
CO2 / kg, SO2, and NO2 emission units.
This study aims to analyze the stability of the ecosystem by considering mixing fly ash as an
alternative material. The mixing of fly ash composition was simulated in 3 types of experiments
scenarios including; 100% cement, 90% cement & 10% fly ash, and 75% cement & 25% fly
ash. The composition of the aggregate mixture in cement and fly ash can be used as an
indicator of the feasibility of production of railroad track bearings if air pollution is able to be
reduced properly.
The effect of the mixture of concrete and fly ash can be analyzed using the emission feasibility
test software, namely Simapro 9.0. The results of the analysis through three scenarios are
assumed, human toxicity impact assessment of water, each scenario has a score that is,
scenario-1 of 0.223 Pt, scenario-2 of 0.221 Pt and scenario-3 of 0.222 Pt. So for the highest
Keywords: emission release, life cycle
assessment (LCA), concrete railroad
scenario analysis produced in scenario-1. Application of reforestation and revegetation in
bearings, air pollution. coastal areas, as an investment in biomass that can reduce environmental impacts in the form
of air pollution on global warming.

Abstrak
Pelepasan emisi menjadi salah satu isu global dalam perkembangan industri beberapa
tahun terakhir. Dengan demikian, penggunaan sumber material yang berkelanjutan, dapat
mempengaruhi parameter dan kuantitas pencemaran udara pada produksi bantalan beton
tipe prestressed. Sehingga, analisis pemanfaatan sumber material bantalan beton, hingga
nilai akhir daur hidup bantalan beton menjadi salah satu faktor kontribusi pelepasan nilai
satuan emisi CO2/kg, SO2, dan NO2.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas ekosistem dan mempertimbangkan
pencampuran fly ash sebagai bahan material alternatif. Pencampuran komposisi fly ash
disimulasikan dengan 3 skenario jenis percobaan diantaranya; 100% semen, 90% semen
& 10% fly ash , dan 75% semen & 25% fly ash.
Pengaruh campuran beton dan fly ash dapat dianalisis dengan menggunakan aplikasi uji
kelayakan emisi Simapro 9.0. Penghijauan dan revegetasi di daerah pantai, dapat
Kata kunci: pelepasan emisi, life cycle menurunkan dampak pencemaran udara terhadap global warming. Sehingga, diharapkan
assesment (LCA), bantalan jalan rel beton, efektifitas hasil pelepasan emisi terhadap lingkungan menggunakan metode life cycle
pencemaran udara. assesment (LCA) pada produksi bantalan beton prestressed dapat mereduksi.

1. Pendahuluan untuk mengurangi emisi sebesar 29-41% atau sekitar 314 juta
Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca ton pada tahun 2030, (Hariyanto,2019) Seiring dengan
terbesar keempat di dunia pada tahun 2015, sehingga dengan tumbuhnya angka populasi penduduk, peningkatan
meningkatnya jumlah populasi penduduk diberbagai infrastruktur juga akan mengalami perkembangan pesat dan
wilayah, maka dapat berkontribusi terhadap pemanasan akan berpengaruh terhadap percepatan ekonomi pada
global. Pemerintah Indonesia saat ini telah berkomitmen pembangunan berkelanjutan.

1
2 Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman)

Diantaranya peminatan masyarakat menggunakan kereta lingkungan global yang berfokus pada siklus hidup suatu
api, baik dalam perjalanan dekat antar kota maupun produk, serta efisiensi penggunaan sumberdaya berupa tanah,
perjalanan jarak jauh antar provinsi. Namun, penyediaan air, energi dan sumberdaya alam lainnya. LCA juga dapat
prasarana jalur kereta api bantalan jalan rel tipe beton saat ini digunakan untuk menentukan potensi pemanasan global dari
umumnya masih banyak digunakan di Indonesia mengingat setiap proses pemanfaatan biomasa (Rosmeika, et al, 2010).
secara penggunaan dan perawatan masih relatif mudah, salah
satunya adalah produksi bantalan beton jenis prestressed 2. Metode
mutu K-600. Dalam kegiatan perindustrian, bantalan jalan rel Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi beberapa tahap
tipe ini membutuhkan beberapa ton quarry sumber daya alam yaitu, tahap pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang
seperti besi, semen dan batuan untuk menghasilkan produk diperoleh dianalisa menggunakan metode LCA dengan
bantalan beton. menginputkan data material dan penggunaan energi. Pada
Definisi sustainibility adalah menjaga keseimbangan setiap proses produksi diketahui emisi gas rumah kaca yang
ekologi, dengan cara bahwa kehidupan manusia untuk dihasilkan yang kemungkinan mempengaruhi proses
menggunakan atau mengeksploitasi sumberdaya alam tanpa terjadinya global warming. Kemudian menentukan kebijakan
harus merusak ekologi atau keseimbangan ekologi di daerah alternatif proses produksi dengan menginput hasil
tersebut dan sekitarnya. Metode life cycle assessment (LCA) wawancara.
adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi 2.1 Analisis Pendekatan GRK
konsumsi energi dan bahan mentah, emisi yang dikeluarkan Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang
ke lingkungan, dan limbah lainnya yang berkaitan dengan berfungsi menyerap radiasi inframerah dan ikut menentukan
siklus hidup suatu produk atau sistem. Oleh sebab itu, perlu suhu atmosfer. Gas Rumah Kaca diartikan sebagai gas yang
diadakan pengujian analisis dengan melakukan percobaan terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun dari kegiatan
beberapa skenario dan kajian-kajian terkait produk bantalan manusia (antropogenik), yang menyerap dan memancarkan
beton tipe prestressed dengan mencampurkan agregat dengan kembali radiasi inframerah. Sebagian radiasi matahari dalam
mencampurkan agregat fly ash atau abu sekam yang juga bentuk gelombang pendek yang diterima permukaan bumi
sebagai bahan dasar yang ramah lingkungan sesuai dengan dipancarkan kembali ke atmosfer dalam bentuk radiasi
standarisasi ISO 14001. Dalam proses pencampuran 3 gelombang panjang (radiasi inframerah). Radiasi gelombang
macam skenario tersebut diharapkan dapat menjadi referensi yang tertahan akibat adanya gas rumah kaca menimbulkan
komposisi yang lebih efisien dari bahan pasir menjadi fly ash efek panas yang disebut “Efek Rumah Kaca”. Penjelasan
terhadap keseimbangan ekosistem.Adapun untuk penjabaran mengenai efek rumah kaca digambarkan melalui gambar
proses 3 skenario terdapat beberapa langkah yang berikut:
diasumsikan sebagai berikut:

Gambar 2. Proses pemanasan global


Sumber: www.amongguru.com/efek-rumah-kaca-pengertian-
contoh-dan-dampaknya-terhadap-bumi/, diunduh 22 Juni 2020
Gambar 1. Skenario pencampuran bahan semen dan fly Pendekatan Tier-1 dan Tier-2 merupakan metodologi
ash penghitungan emisi GRK yang paling sederhana, yaitu
Pada tahapan penelitiannya berikutnya, digunakan berdasarkan data aktifitas dan faktor emisi. Estimasi emisi
perangkat lunak komputer yaitu Simapro 9.0 yang biasa GRK Tier-1 dan Tier-2 menggunakan Persamaan 1 berikut:
digunakan sebagai perangkat atau aplikasi yang berfungsi Persamaan Umum Tier-1 dan Tier-2.
untuk melakukan suatu analisis penghematan energi dan Emisi GRK = Data Aktivitas x Faktor Emisi
pengurangan emisi efek gas rumah kaca, audit energi dan Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup, 2012
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume 18, Nomor 1, Juli 2020

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

2.2 Life Cycle Assessment (LCA) Bantalan Beton beberapa elemen wajib yang mengkonversikan hasil dari
Merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk LCIA menjadi indikator hasil, selain unsur wajib terdapat
melakukan penilaian terhadap dampak lingkungan ynag beberapa unsur opsional yaitu normalisasi, pengelompokan
berhubungan dengan suatu produk. Tahap pertama pada LCA atau pembobotan dari hasil indikator dan teknik analisis data.
adalah menyusun dan menginventarisasi masukan dan Characterization, Normalization, Weighting, dan Single
keluaran yang berhubungan dengan produk yang dihasilkan score yang memiliki penjelasan yaitu (Sitepu,2011) :
(Hermawan, et al,2013). LCA adalah pendekatan “cradle-to • Characterization : merupakan tahapan dimana
grave” untuk menilai sistem industri. “Cradle-to grave” keseluruhan input dan output dinilai kontribusinya sesuai
dimulai dengan pengumpulan bahan baku dari bumi untuk dengan kategori dampak yang telah ditentukan pada tahap
menciptakan produk dan berakhir pada titik ketika semua sebelumnya. Hasil dari tahap ini adalah suatu profil dampak
bahan dikembalikan ke bumi. LCA memungkinkan estimasi lingkungan dari sistem yang diamati.
dampak lingkungan kumulatif yang dihasilkan dari semua • Normalization : merupakan tahapan dimana keseluruhan
tahapan dalam siklus hidup produk, sehingga diketahui dampak yang telah dinilai dan dibandingkan dan disederhan
bagian mana yang menimbulkan dampak terhadap dibuat dalam suatu basis ukuran yang sama. Tujuan
lingkungan paling besar (Bacon dalam Putri, et al,2014). dilakukannya valuation adalah untuk mendapat nilai
perbandingan yang sama untuk setiap kategori dampak yang
ada sehingga memudahkan interpretasi selanjutnya.
• Weighting : merupakan metode yang memperbolehkan
tahapan pembobotan dalam impact categories. Hal ini berarti
hasil dari impact category indicator dikalikan dengan
weighting factor, dan diakumulasikan sebagai total score.
• Single score : memperlihatkan tiap-tiap proses produksi
Gambar 3. Tahapan-tahapan LCA yang mempunyai dampak terhadap lingkungan.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=pycIfvlMLrI,
diunduh 20 September 2020
3. Survey dan Pengamatan Bantalan Jalan Rel Beton
Goal and scope bertujuan untuk merumuskan dan Kegiatan produksi mencakup jumlah bahan baku, unit
menggambarkan tujuan, sistem yang dievaluasi, batasan, dan proses yang digunakan serta jumlah produk yang dihasilkan.
asumsi yang berhubungan dengan dampak disepanjang siklus Selain itu dalam operasionalnya digunakan energi dalam unit
hidup dari sistem yang dievaluasi. Serta pemilihan metode prosesnya. Berikut tabel jumlah bahan baku, unit proses, dan
dalam pelaksanaan LCA. bahan bakar yang digunakan. Pada proses eksplorasi dan
produksi diketahui jumlah produk bantalan jalan rel beton
yang dimiliki oleh PT WIKA BETON, Pasuruan. Berikut
jumlah bantalan jalan rel:
Tabel 1. Tahapan-tahapan LCA
Jumlah Produksi Volume 1 Berat 1 Total
Item Batang Batang BJR
Produksi (BJR/m3) BJR (Batang)
(ton/tahun) (kg/tahun)
(kg/m3)

BJR Beton 2.000 2.000.000 0,075 180 11.111


Gambar 4. Goal and scope pada LCA
Prategang
Sumber: Google.com, diunggah 21 April 2017
Sumber: PT WIKA Beton, Pasuruan - Jawa Timur
2.3 Life Cycle Impact Assessment (LCIA) Bantalan Beton
Tahapan ini mencakup evaluasi terhadap life cycle 4. Analisis Life Cycle Assessment aplikasi Simapro 9.0
inventory dan menyedi informasi untuk menginterpretasikan Prakiraan dampak dilakukan berdasarkan input dan
pada fase terakhir (Marzuki, Abduh, Driejana, & output pada setiap kegiatan. Pada penentuan prakiraan
Hermawan,2013). Kerangka umum fase LCIA terdiri dari dampak dipilih metode yang digunakan Environmental

3
4 Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman)

Design of Industrial Products (EDIP) 2003. Metode ini dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2012),
sangat berkaitan dengan kegiatan yang diteliti yaitu sektor kebutuhan material terdapat pada lampiran-1.
industri. Dampak yang diteliti adalah Global warming 100a, .:. Total Emisi CO2
Ozone depletion, Human toxicity air, dan Ozone formation = 217,44 x 1,02 x 0,95
(human). Berikut penjelasan mengenai masing-masing = 210,69 m3/ CO2 Konversi ke ton CO2
dampak. .:. Konversi ke ton CO2
a. Global warming 100a = 210,69 m3/ 0,00048 m3
Impact ini membahas mengenai dampak yang dihasilkan = 438.937,5 kg
dari peningkatan suh permukaan bumi seperti adanya .:. Total Emisi Semen
perubahan iklim. Dimana penyebab dari dampak ini akibat
= Emisi / Jumlah Produk
meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer. Satuan dari
= 438,9 ton CO2/ 2000 ton/thn
impact ini adalah akibat meningkatnya gas rumah kaca di
atmosfer. Satuan dari impact ini adalah kg CO2eq. = 0,219 ton CO2/produk
b. Ozone depletion Tabel 2. Perhitungan emisi solar GRK pendekatan sektoral
Impact ini membahas mengenai potensi menipisnya kasus transportasi pengolahan produksi BJR
lapisan ozon di stratosfir, sehingga sebagian besar radiasi
Sektor Energi
UV-B mencapai permukaan bumi. Dimana dampaknya
Kategori Fuel combustion activities
dapat mempengaruhi kesehatan makhluk hidup dan kerus Kategori kode 1A 3 Transportasi darat
ekosistem. Satuan dari impact ini adalah kg CFC-11 Lembar 1 dari 4 (CO2, CH4, N2O dari fuel combustion sumber pada kategori - Tier2)
c. Ozone formation (human) Konsumsi Energi CO2 CH4 N2O
Impact ini membahas tentang terbentuk ozon akibat A B C D E F G H I
adanya radikal peroksi hasil produk dari reaksi antara VOC Konsumsi
Faktor CO2 Faktor CH4 Faktor N2O Faktor
Bahan Konsumsi CO2 Emisi CH4 Emisi N2O Emisi
dan nitrogen oksida. Pembentukan ozon ini dalam Bakar
Konversi Emisi Emisi Emisi
konsentrasi tinggi dapat membahay bagi kesehatan manusia. (kL) (TJ/kL) (TJ) (kg CO2/TJ) (Gg CO2) (kg CH4/TJ) (gG CH4/TJ) (kg N2O/TJ) (gG N2O/TJ)
Satuan dari impact ini adalah kg C2H4. C=A*B E = C*D/10^6 G=C*F/10^6 I=C*H/10^6
d. Human toxicity air Bahan Bakar
Impact ini membahas mengenai zat beracun yang Solar 298.935 0,036 10.762 74100 797,439 3,9 0,042 3,9 0,042

mempengaruhi di lingkungan manusia. Dimana adanya Sumber: Hasil perhitungan analisis


risiko kesehatan paparan di lokasi kerja. Emisi ini dapat
melalui beberapa elemen, salah satunya adalah udara. Satuan 5.2 Analisis Life Cycle Assessment (LCA) BJR
dari impact ini adalah m3. Pada tahap ini menampilkan proses mana saja yang
berkontribusi paling besar terhadap dampak lingkungan.
5. Hasil dan Pembahasan Weighting and single score dilakukan untuk mendapatkan
5.1 Perhitungan Gas Rumah Kaca pada Semen BJR perbandingan dampak yang setara. Dimana masing-masing
Perhitungan beban emisi dalam 1 ton dihitung dengan dampak dibobotkan dimana setelah dilakukan normalization
cara membagi beban emisi produksi BJR dengan total BJR bisa jadi sama-sama namun jumlahnya berbeda. Dari Tabel
terproduksi. Berikut perhitungan dan hasil perhitungan 3 & Gambar 5 diketahui bahwa dampak paling besar
beban emisi pada pada proses eksplorasi dan produksi. kegiatan produksi didapat pada skenario 1 yang lebih
Perhitungan total emisi per produk : terdampak terhadap pencemaran udara. Adapun pada Tabel
3 & Gambar 5 yang menampilkan grafik perbandingan
Emisi CO2 = Vsemen x Cklinker x EFklinker…..(1) dampak kegiatan produksi dengan tanda warna hijau tua
sebagai dampak global warming 100a.
Keterangan:
Tabel 2. Weighting dan Single score kegiatan produksi BJR
Vsemen = Emisi CO2 dari produksi semen (m3) skenario-1, skenario-2, dan skenario-3
Cklinker = Fraksi klinker dalam semen (m3)
Impact category Unit Skenario-1 Skenario-2 Skenario-3
FEklinker = Faktor emisi klinker dalam semen
Damayanti & Lestari (2011) memberikan penjelasan nilai Global warming 100a Pt 0,192 0,143 0,156
default faktor emisi dari produksi klinker (FEklinker) adalah
Ozone depletion Pt 0,135 0,124 0,131
0,51 ton CO2 per ton klinker. Faktor emisi ini perlu dikoreksi
dengan adanya cement kiln dust (CKD) dengan faktor Ozone formation (Human) Pt 0,236 0,184 0,192
koreksi CKD adalah 2% dan nilai untuk fraksi klinker Human toxicity air
Pt 0,223 0,221 0,222
(Cklinker) adalah 95% berdasarkan pedoman yang
Sumber: Hasil perhitungan analisis
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume 18, Nomor 1, Juli 2020

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

Pada Tabel 2 diketahui besarnya dampak yang dihasilkan


akibat produksi BJR. Dampak urutan tertinggi secara
komprehensif terdapat pada skenario-1 yaitu:
• global warming 100a 0,192 Pt
• ozone depletion 0,135 Pt
• ozone formation (human) 0,236 Pt
• human toxicity air 0,223 Pt

Gambar 6. Proses weighting dan single score pada


skenario 2 & skenario 3 penggunaan campuran fly ash
Sumber: Hasil perhitungan analisis
Diperoleh data skenario 2 dan skenario 3 kontribusi
mayoritas terdapat pada material semen dan mesin industri
tenaga berat pada hoist untuk kegiatan mobilisasi produksi
bantalan jalan rel, dengan hasil sebagai berikut:
Gambar 5. Single score skenario-1, skenario-2, & skenario-3 Tabel 3. Impact assesment weighting dan single score
Sumber: Hasil perhitungan analisis analisis penggunaan fly ash
Global warming 100a terjadi karena lepasnya CO2 akibat Impact category Unit Skenario-2 Skenario-3
pembakaran bahan bakar. CO2 yang lepas bereaksi secara (10%) (20%)
radikal di atmosfer dimana CO2 dapat menyerap sinar uv Global warming 100a Pt 0,133 0,133
yang masuk ke bumi. Fenomena inilah yang menyebabkan Ozone depletion Pt 0,213 0,213
tejadinya pemanasan yang berlebih di permukaan bumi.
Dengan didukungnya penipisan lapisan ozon yang Ozone formation (Human) Pt 0,192 0,192
diakibatkan oleh lepasnya gas klor dan CFC di udara Human toxicity air
Pt 0,273 0,273
perubahan iklim semakin meningkat. Akibat dari adanya
Sumber: Hasil perhitungan analisis simapro 9.0
perubahan iklim terjadinya perubahan musim, peningkatan
suhu permukaan bumi, kenaikan level permukaan laut, dll.
Pada Tabel 3 menunjukkan urutan grafik dari kiri ke
5.3 Analisis Penggunaan BJR dengan Campuran Fly ash
kanan menerangkan bahwa kandungan flyash dan mesin
Fly ash (abu terbang/ abu sekam) adalah material yang
industri termasuk bagian dari kontribusi pelepasan emisi.
berasal dari sisa pembakaran industri batubara yang tidak
terpakai. Fly ash dapat digunakan sebagai bahan pengganti Tabel 4. Proses kontribusi weighting dan single score
semen sebagian dan sebagai filler, sehingga dapat mengisi analisis LCA pada penggunaan fly ash
pori-pori yang ada pada beton untuk memperbaiki mutu No. Proses Metode Unit Skenario-Skenario-
2 (10%) 3 (20%)
beton. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Ariyani N dan
Laia P. 2013), kuat tekan beton tertinggi diperoleh pada 1. Semen dan fly ash Ecoinvent 3 - Pt 0,133 0,133
campuran fly ash 20% dari berat semen yaitu 55,95 Mpa. 11% - 35% sistem
Dalam penggunaan campuran fly ash yang telah
diasumsikan sesuai dengan skenario 2 fly ash sebesar 10% 2. Mesin industri (tipe Ecoinvent 3 -
Pt 0,273 0,273
berat)
dan skenario 3 fly ash sebesar 20%, maka analisis
perhitungan didapatkan dengan menginput jumlah fly ash Sumber: Hasil perhitungansistem
analisis simapro 9.0
yang disesuaikan dengan perbandingan tersebut. Adapun
hasil analisis perhitungannya adalah sebagai berikut:

5
6 Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman)

5.2 Hasil Analisis LCA pada Skenario 1,2,& 3 dan Tabel 9. Alternatif reduksi pada proses produksi BJR tipe
Penggunaan Campuran Fly Ash prestressed
Analisis perhitungan yang telah diaplikasikan dengan Alternatif Cara Kerja Fungsi Pengauh
menggunakan perangkat lunak simapro 9.0, maka didapatkan Terhadap
Emisi
nilai pencemar udara dengan hasil nilai sebagai berikut ini: Dual Fuel Melakukan Menekan Berkurangnya
Tabel 7. Hasil analisis perhitungan LCA skenario 1,2 & 3
Diesel mixing antara pemakaian emisi gas CO2
Generator bahan bakar bahan
(***) diesel dan bakar
natural gas diesel
pada generator hingga
30% dan
pemanfaat
an natural
Sumber: Hasil perhitungan analisis simapro 9.0 gas yang
dihasilkan
dari
kegiatan
produksi.

Sumber: *** (MacDonald,2014)

Alternatif pada Tabel 9 merupakan pilihan yang


memungkinkan dapat diterapkan pada wilayah kerja dengan
Gambar 7. Grafik hasil analisis perhitungan LCA mempertimbangkan kriteria biaya investasi & produksi,
skenario 1,2 & 3 dampak lingkungan, dan kemudahan pelaksanaan.

Tabel 8. Hasil analisis perhitungan LCA pada 6. Hasil dan Pembahasan


penggunaan fly ash skenario 2 & 3
Dari hasil analisis melalui tiga skenario yang
diasumsikan, impact assessment human toxicity air,
masing-masing
5.3 skenario
Alternatif Kegiatan memiliki
untuk skor yaitu,
Masing-Masing skenario-1
Proses
sebesar 0,223
Berikut adalahPtbeberapa
, skenario-2 sebesar yang
alternatif 0,221 dapat
Pt dan digunakan
skenario-
3 sebesar
untuk 0,222 Pt. Sehingga
menangani dampak untuk
pada analisis skenario
produksi BJR yang
tipe
tertinggi dihasilkan pada skenario-1. Penggunaan campuran
prestressed. Alternatif ini bertujuan untuk mereduksi dampak
fly ash berkontribusi
terhadap global warmingpada output terhadap lingkungan dan
100a.
menghasilkan nilai yang tertinggi berupa human toxicity air
sebesar 0,273 Pt. Dari hasil output yang dikeluarkan, nilai
Sumber: Hasil perhitungan analisis simapro 9.0
tersebut masih terkategori ramah lingkungan. Kesimpulan
yang dapat ditarik pada penelitian ini dengan adanya
campuran fly ash pada campuran agregat BJR merupakan
langkah yang inovatif dan efesiensi tanpa mengurangi
kekuatan mutu pada BJR sendiri, dan dengan melakukan
penghijauan dan revegetasi di daerah pantai, sekitaran
pabrik, sebagai investasi biomassa dan mengurangi
pencemaran terhadap lingkungan.

7. Dafttar Pustaka
[1] Brenda, Vale, R., 1991. Green Architecture, Design for
Gambar 8. Grafik hasil analisis perhitungan LCA pada
an Energy-Conscious Future. A Bulfinch Book. Little,
penggunaan fly ash skenario 2 & 3
Brown and Company. London
Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman) 7

[2] Calkins, M., 2009. Materials for Sustainable Sites.


John Wiley & Sons. Inc. Canada.
[3] Fay, R., Treloar, G., Iyer-Raganiga, U., 2000. Life-cycle
Energy Analysis of Building: a case study. Journal
Building Research & Information. E. & FN Spon.
[4] Gielen, D.J., 1997. Building Material and CO2. Western
Europe Emission Reductions Strategies. Netherlands
Energy Research Fondation ECN.
[5] Seo, S., & Y. Hwang, 2001. Estimation of CO2
Emission in Life-cycle of Residential Building. Journal
of Construction, Engineering and Management. Vol
127. No. 5 September – October.
[6] Standart Australia.,2012., Railway track material Part
14: Prestressed concrete sleepers
[7] Azmi .(2010). Human health, well-being and the
environment, has been a widely recognised problem
over the last 50 years.
[8] Fachruddin,(2013),Aplikasi LCA dalam Pemilihan
Material Konstruksi, Bangunan dan Lingkungan.
[9] Ariyani N dan Laia P. 2013., “Pengaruh Pemakaian
Fly Ash dan Superplasticizer pada Kuat Tekan Beton”.
[10] Rahmadi, Mary Selintung, dan Muh. Isran Ramli.2018.,
Besaran Carbon Dioksida (CO2) Rencana
Pembangunan Monorel di Kota Makassar Berbasis Life
Cycle Asessment (LCA)”.
[11] M. Kiani, H. Ceney, Tony Parry.2008.,“Environmental
Life Cycle Assessment Of Basic Railroad Tracks”.
[12] Karina E. Seto, Cameron J. Churchill, dan Daman K.
Panesar.2017., “The Effect Of The Fly Ash
Allocation Approach on The Life Cycle Assessment of
Cement-Based Materials”.
[13] James Rodd, Warren North.2017., “Life Cycle
Assessment (LCA) of Benchmark Concrete Products in
Australia”.
[14] Mieke De Schepper, Philip Van den Heede, Isabel Van
Driessche, and Nele De Belie.2014., “Life Cycle
Assessment of Completely Recyclable Concrete”

You might also like