You are on page 1of 21

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

Dosen Pengampu : Ni Wayan Armini, M.Keb

OLEH

NAMA : NI KADEK SUDIARI

NIM : P07124222106

KELAS/NO. : A / 32

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN 2022
JURNAL INTERNASIONAL

1. JUDUL ARTIKEL

Effects Of Back-Massage On Postpartum After-Pain Among Multiparous

2. TUJUAN PENELITIAN
Menilai pengaruh pijat punggung terhadap nyeri setelah persalinan
normal

3. METODOLOGI PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

b. Rancangan / Desain
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen.

c. Populasi dan Sampel


Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu multipara postpartum 2 hari tanpa
menerima pereda nyeri farmakologi.

d. Besar Sampel
Penelitian ini menggunakan 30 orang ibu postpartum 2 hari.

e. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Distrik,Negombo.

f. Instrumen Pengumpul Data


Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan kuesioner dan bagan pengamatan.
4. HASIL YANG DIDAPATKAN
Mayoritas ibu (11.73,3%) pernah mengeluh sakit perut bagian bawah
pada kelompok kontrol dan 14 (93,3%) dalam kelompok eksperimen
daripada area tubuh lainnya. Kelompok kontrol mewakili intensitas after-
pain sebagai nyeri sedang (73,3%) sedangkan eksperimental kelompok
melakukannya separah (66,7%) pada penilaian awal. Pada akhirnya,
intensitas after-pain di kedua kelompok menurun ke tingkat yang
ringan.Temuan penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata menurun
dari 8 menjadi 2, yang menunjukkan perbedaan nyata 6 dalam kelompok
eksperimen sementara kelompok kontrol melakukannya dari 5 ke 3, yang
menunjukkan perbedaan 2. Sebaliknya, perbedaan antara tingkat rata-rata
after-pain adalah 2.4 (5.47-3.07) pada kelompok kontrol dan 5.46 (7.33-
1.87) pada kelompok eksperimen. Tes Mann Whitney U menunjukkan
bahwa ada signifikansi statistik (U=52.000, *p= 0.027) antara tingkat
rata-rata afterpain bahwa ibu-ibu yang menerima tiga episode pijat
punggung terasa dalam kelompok eksperimen dibandingkan dengan ibu-
ibu yang menerima perawatan rutin di rumah sakit.Involusi difasilitasi
oleh hormon Oksitosin dengan mengontraksi rahim selama periode
postpartum (Azizah et al., 2018). Ketika rahim berkontraksi, ibu
merasakan kram seperti nyeri ini disebut rasa sakit. Tapi, rasa sakit
setelahnya berakhir jika rahim sering berkontraksi (Namboothiri &
Viswanath, 2016). Para peneliti telah menemukan bahwa pijat punggung
digunakan untuk mengurangi dismenore, nyeri persalinan, dan nyeri akut
serta mengobati ibu dengan kegagalan laktasi (Asrani et al., 2018;
Mukhoirotin dkk., 2020 &Josep & Fernandes., 2013). Lebih lanjut,
Dennis et al (2007) menyatakan bahwa ibu-ibu pascapersalinan pada
Singapura menerima pijatan menyeluruh selama tiga hari dari bidannya
untuk meningkatkan sirkulasi dan untuk membawa penyembuhan ke
seluruh bagian tubuhDan juga, ibu-ibu Australia dipijat dengan garam
panas untuk melonggarkan tendon dan mencegah pembekuan darah.
Menurut Kruekaew dan Kritcharoen (2018), di Thailand, pijat khusus
yang disebut pijat Thailand diberikan oleh bidan Thailand kepada ibu
pascapersalinan mereka untuk mengurangi lochia, rasa sakit, dan
kecemasan dan untuk mendapatkan panas ke tubuh. Selanjutnya, Dash
(2016) menemukan bahwa pijat minyak dikombinasikan dengan langkah-
langkah lain seperti berbaring rata di perut dan mengosongkan kandung
kemih secara efektif mengurangi rasa sakit ibu.

5. Kesimpulan
Berlatih pijat punggung sangat efektif dalam mengurangi after-pain di
antara ibu multiparous postpartum. Masih terasa rasa sakit adalah salah
satu masalah utama di antara pascapersalinan ibu pascapersalinan dapat
didorong untuk melakukan pijat punggung setidaknya tiga kali per hari
selama kehidupan pascapersalinan awalnya untuk mengurangi dan
memiliki lebih banyak toleransi setelah rasa sakit.
EasyChair Preprint
№ 5712

Effects of Back-Massage on Postpartum


After-Pain Among Multiparous Mothers Admitted
to District General Hospital - Negombo

P.A.M.D Jayamini, P.W.G.D.P. Samarasekara, A.A.S.M Adikari,


H.P.P.S Gunathilaka and K.R.P Damitha

EasyChair preprints are intended for rapid


dissemination of research results and are
integrated with the rest of EasyChair.

June 4, 2021
EFFECTS OF BACK-MASSAGE ON POSTPARTUM AFTER-PAIN AMONG MULTIPAROUS
MOTHERS ADMITTED TO DISTRICT GENERAL HOSPITAL - NEGOMBO

INTRODUCTION

Women return to their pre-pregnant state during the first six weeks after childbirth preceding
many physiological discomforts, most common after-pain. After-pain described as intermittent
abdominal pain similar to menstrual cramps within the first four to five days after labor (Namboothiri
& Viswanath, 2016). It causes psychological problems such as depression, anxiety anorexia, and
insomnia, and also, pain interrupts to mother's daily routines as well as breastfeeding self-efficacy
(Evcili & Kaya, 2019). This study aimed to assess the effect of back massage on postpartum after-pain
among multiparous mothers following normal labor admitted to District General Hospital (DGH),
Negombo.

METHODOLOGY

This was a quantitative, quasi-experimental research study conducted in a postnatal ward at


DGH, Negombo. Thirty postpartum multiparous mothers were enrolled by non-probability
convenience sampling method. Inclusion criteria adapted for recruiting participant for the study were;
within forty-eight hours following normal delivery, they do not receive any pharmacological pain relief
substances except Paracetamol (Before collecting initial data, all recruited women should have more
than one dose), full-term (37 to 42 weeks of gestation), have a single viable fetus in cephalic
presentation, previously having termed labors, breastfeeding mothers (starting within one hour after
labor) and willing to participate in the study. Based on their willingness to participate for each group,
fifteen women were assigned to the control group where routine hospital care was applied for them and
the other fifteen practiced back massage three times per day in the morning, afternoon, and evening for
ten minutes. Data was collected using an Interviewer Administered Questionnaire, a Numerical Rating
Scale (NRS), and an Observation Chart. The intensity of pain was assessed while breastfeeding using
the NRS. Data was analysed using Mann Whitney U test. By the way, ethics approval to conduct the
study was obtained from Ethics Review Committee, National Hospital of Sri Lanka, Colombo.

RESULTS AND DISCUSSION

Majority of mothers (93.3%) were in the age group of 20 to 35 years. All mothers were
married and majority came from nuclear families. In concerning the race, more than 80% in each group
were Sinhalese. Most of participants (73.3%) were educated up to Ordinary Level in both groups.

Table 1

Demographic Variables among Postpartum Multiparous Mothers with After-pain (n=30)

Control group Experimental Group


Socio-demographic categories (n=15) (n=15)

data Frequency Percentage Frequency Percentage


(%) (%)
Age(years) 20 to 35 14 93.3 11 73.3
Civil Status Married 15 100 15 100
Race Sinhala 12 80.0 14 93.3
Type of family Nuclear 13 86.7 12 80
Educational status Up to O/L 11 73.3 11 73.3
Sixty percent of mothers delivered their second baby in both groups. It was highlighted that all
participants were with episiotomy. Most of mothers had planned their current pregnancy as 80%,
73.3% consecutively in the control group and experimental group.

Table 2

Obstetrical Variables among Postpartum mothers with After-pain (n=30)

Obstetric data Categories Control group Experimental group (n=15)


(n=15)
Frequency Percentage Frequency Percentage
(%) (%)

Para 2nd 9 60 9 60
Status of pregnancy Planned 12 80 11 73.3
Gestational weight gain 10kg – 12kg 10 66.7 8 53.3
Episiotomy Yes 15 100 15 100

Majority of mothers (11, 73.3%) had complained of lower abdominal pain in the control group
and 14, (93.3%) in the experimental group rather than other areas of the body. Table 3 exhibits that the
control group represented the intensity of after-pain as moderate-pain (73.3%) while the experimental
group did it as severe (66.7%) at the initial assessment. Ultimately, the intensity of after-pain in both
groups decreased to a mild level in the third episode of assessment.

Table 3

Distribution of the study groups according to the intensity of their after-pain as measured by
Numerical Rating Scale (NRS)

Intensity of after-pain as Control group (n=15) Experimental group (n=15)


measured by NRS

Before routine After routine Before receiving After receiving


hospital care(1st hospital care (3rd back massage three back
episode ) episode) (1st episode) massages (3rd
episode)
Mild (1-3 points) 1(6.7) 11(73.3) 1(6.7) 14(93.3)
Moderate (4-6 points) 11(73.3) 3(20) 4(26.7) 1(6.7)
Severe (7-10 points) 3(20) 1(6.7) 10(66.7) 0(0)
Figure 1 illustrates that the study findings showed that the median score decreased from 8 to 2,
which shows a marked difference of 6 in the experimental group while the control group did it from 5
to 3, which shows a difference of 2. In contrast, the difference between mean levels of after-pain was
2.4 (5.47-3.07) in the control group and 5.46 (7.33-1.87) in the experimental group. It was a marked
difference compared with the control group.

Figure 1: Comparison of After-pain among Multiparous Mothers According to their groups


Mann Whitney U test shows that there was a statistical significance (U=52.000, *p= 0.027)
between the median levels of afterpain that the mothers who received three episodes of back massage
felt in the experimental group compared to the mothers who received routine hospital care in the
control group. Hence, the principle finding of this study is that the postpartum multiparous mothers
who received back massage reported significantly fewer after-pains than the mothers who did not
acquire back massage. Involution is facilitated by the hormone Oxytocin by contracting the uterus
during the postpartum period (Azizah et al., 2018). When the uterus contracts, mothers feel cramps like
pain. It is called after-pain. But, the after-pain terminates if the uterus frequently contracts
(Namboothiri & Viswanath, 2016). This biological function facilitates the concept for the result of this
study.

Researchers have found that back massage is used to reduce dysmenorrhea, labor pain, and
acute pain as well as treating to mothers with lactation failure (Asrani et al., 2018; Mukhoirotin et al.,
2020 & Josep & Fernandes., 2013). Furthermore, Dennis et al (2007) stated that postpartum mothers in
Singapore received thorough massage for three days from her midwife to increase circulation and to
bring healing to all parts of the body. And also, Australian mothers are massaged with hot salt to
loosen tendons and prevent blood clots. According to Kruekaew and Kritcharoen (2018), in Thailand,
specific massage called Thai massage is given by Thai midwives to their postpartum mothers to reduce
lochia, pain, and anxiety and to gain heat to the body. Furthermore, Dash (2016) found that oil massage
combined with other measures like lying flat on the abdomen and emptying the bladder are effectively
reduced after-pain of mothers.

CONCLUSIONS/ RECOMMENDATIONS

It was concluded practicing back massage was very effective in reduction of after-pain among
postpartum multiparous mothers. Still after-pain is one of the major problems among postpartum
mothers remaining in Sri Lanka because it scores moderate or severe pain. Then, the nursing personal
should educate mothers to use such non-pharmacological, simple, and easy procedures to reduce the
level of after-pain among postpartum mothers.

postpartum mothers can be encouraged to take a back massage at least three times per day
during her initial postpartum life to make reduce and to have more tolerance after-pain. Furthermore,
nurses working in the maternity units can be introduced the effect of back massage on postpartum
after-pain as a cost effective care. Moreover, similar studies are necessary by increasing sample size in
order to conclude this finding.

REFERENCES

Asrani, A., Varghese, A., Sharma, B., & Jain, A. K. (2018, January/ February). Assessment and
comparison between effectiveness of techniques of improving lactation among postnatal
mothers of new born babies. Asian Journal of Medical Sciences, 9(1), 41–49. doi:
10.3126/ajms.v9i1.18625
Azizah, N., Rosydah, R., & Mohfudloh, H. (2018). The comparison of the effectiveness back
massage with clary sage essential oil and postpartum exercises for postpartum uterus
involution. IOP conference series: Journal of Physics.
doi:10.1088/1742₋6596/1114/1/012009
Dash. M. (2016). Effectiveness of selected nursing interventions on after-pain among the
postnatal mothers in the selected hospital Puducherry. International Journal of
Vaccines and Vaccination. 3(2). 10.15406/ijvv.2016.03.0062
Dennis, C. L., Fung, K., Grigoriadis, S., Robinson, G. E., Romans, S., & Ross, L (2007).
Traditional postpartum practices and rituals: A qualitative systematic review. Women’s
Health, 3(4), 487₋502
Evcili, F., & Kaya, D., (2019). The effect of afterpain on breast feeding self₋efficacy. Cukurova
Medical Journal, 44(1), 296₋307. https://doi.10.17826/cumj.559442
Josep, R. M. & Fernandes, P. (2013). Effectiveness of jasmin oil massage on reduction of
labor pain among primigravida mothers. Nitte University Journal, 3(4), 104–107.
http://nitte.edu.in/journal/dec%202013/104-107%20Reeja%20Mariam.pdf
Mukhoirotin, Kurniawati, & Fatmawati, D. A. (2020, April/ June). The influence of slow stroke
back massage, cold-compress and warm-compress to the level of prostaglandin F2? PGF2?) in
Primary dysmenorrhea. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 14(2), 2301–2306.
https://doi.org/10.37506/ijfmt.v14i2.3370
Namboothiri, S. P. & Viswanath, L. (2016). Nature and characteristics of afterpain among
postnatal mothers admitted in a tertiary care hospital in South India. International
Journal of Reproduction, Contraception, Obsterics & Gynecology, 5(9), 3041–3045.
DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2320-1770.ijrcog20162981
JURNAL NASIONAL

1. JUDUL ARTIKEL
Pengaruh Continuity of Care (CoC) pada Asuhan Kebidanan Masa Postpartum Terhadap
Kecenderungan Depresi Postpartum pada Ibu Nifas.

2. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh continuity of care (CoC) pada asuhan kebidanan masa
postpartum terhadap kecenderungan depresi postpartum pada ibu nifas.

3. METODOLOGI PENELITIAN
 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
 Rancangan / Desain
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Pada penelitian ini,
kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakuan yaitu diberikan asuhan dengan
metode CoCsebanyak minimal 3 kali kunjungan rumah sesuai dengan waktu kunjungan
masa nifas.
 Populasi dan Sampel
Subjek dalam penelitian ini adalah semua ibu dalam 6 minggu postpartum dengan
menggunakan teknik konsekutif sampling.
 Besar Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 ibu dalam 6 minggu masa postpartum
 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Praktik Mandiri Bidan (PMB) di Padang yang dilaksankan
pada tahun 2018.
 Instrumen Pengumpul Data
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner EPDS daftar cheklist
kunjungan masa nifas.
 Uji Analisis Data
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis diskriptif dan Independent
Sample T-Test dengan taraf kesalahan 0,05.
4. HASIL YANG DIDAPATKAN

Pada tabel 1, hasil penelitian ini didapatkan rata-rata umur ibu pada kelompok
eksperimen yaitu 28 tahun dan pada kelompok kontrol rata-rata berusia 29 tahun. Selama
proses kehamilan dan persalinan kondisi fisiologis dan psikologis ibu dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya umur. Umur ibu yang ideal yaitu pada rentang 20-35 tahun.
Pada usia ini terjadi kematangan subjektif yang berpengaruh terhadap status kesehatan ibu
sehingga ibu memiliki koping untuk mengatasi stressor. Berdasarkan hasil penelitian
pendidikan ibu pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian besar setingkat SMP-
SMA. Pendidikan akan mempengaruhi proses belajar seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah seseorang untuk menerima informasi ibu yang berpendidikan
tinggi akan menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai seseorang
yang memiliki tuntutan untuk bekerja atau aktivitas diluar rumah dengan peran sebagai ibu
rumah tangga dan orang tua untuk anak-anak. Ibu dengan pendidikan tinggi, maupun
rendah dapat mengalami depresi post partum. Akan tetapi, ibu dengan pendidikan tinggi
akan lebih mudah menangani masalah depresi post partum dibandingkan ibu dengan
pendidikan rendah. Berdasarkan penelitian pekerjaan ibu pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen sebagian besar sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang meninggalkan
pekerjaan karena hamil atau melahirkan lebih rentan terkena depresi postpartum karena
memicu konflik batin pada ibu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan riwayat
persalinan ibu pada kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan di BPM, keadaan ibu dan
bayi sehat, usia bayi cukup bulan dan sebagian besar tidak memiliki riwayat penyakit saat
kehamilan serta sebagian besar ibu dan bayi tidak mengalami komplikasi selama proses
persalinan. Penyebab utama terjadinya gangguan pasca persalinan adalah adanya ketidak
seimbangan hormonal ibu.
Pada tabel 2, berdasarkan hasil penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar
ibu nifas pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan CoC maupun
kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan CoC tidak mengalami
kecenderungan depresi post partum. Asuhan yang lebih mengutamakan adanya
kesinambungan pelayanan (continuity of care), dimana sangat berperan penting bagi wanita
untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil,
sebab dengan adanya pelayanan yang berkesinambungan maka perkembangan kondisi
mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya
dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan. Pelayanan yang
berkesinambungan juga merupakan salah satu filosofi dari asuhan kebidanan, dimana
filosofi ini menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai
panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien.
Pada Tabel 3, berdasarkan uji Independent Sample T-Test di dapatkan bahwa nilai
p=0,127 (>0,05), yang artinya tidak ada pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi
post partum. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh CoC terhadap
kecenderungan depresi post partum berkemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dilihat dari karakteristik responden pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak
diberikan CoC maupun kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan CoC
sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP-SMA, bekerja sebagai ibu
rumah tangga, serta memiliki riwayat persalinan ataupun penyakit dalam keadaan baik. Hal
itu yang menjadi salah satu penyebab tidak adanya pengaruh CoC terhadap kecenderungan
depresi post partum terhadap responden. Pada kelompok kontrol tanpa perlakukan CoC,
sebagian besar ibu melahirkan di PMB, dimana jika ibu bersalin di PMB, maka bidan
pemberi asuhan akan selalu memantau kondisi ibu postpartum pada saat ibu melakukan
kunjungan ulang. Ibu - ibu yang memiliki pendidikan baik, akan cenderung juga memiliki
pengetahuan yang baik. Rata - rata pendidikan ibu dalam penelitian ini adalah SMA.
Berdasarkan hasil rata-rata kedua kelompok, didapatkan rata-rata kelompok kontrol
lebih besar dari kelompok eksperimen yaitu 8,50 > 6,73 yang artinya kelompok kontrol
atau kelompok yang tidak diberikan CoC lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami
depresi pada masa post partum. Depresi postpartum dapat terjadi pada 2-4 minggu
postpartum. Depresi postpartum umumnya terjadi pada periode letting Go. Fase-fase yang
ibu alami saat menyesuaikan diri pada masa nifas ini merupakan perubahan perasaan yang
alami sebagai respons terhadap rasa lelah setelah melahirkan. Salah satu bentuk dari CoC
yang dilakukan di komunitas pada masa nifas adalah pelaksanaan kunjungan nifas. Sesuai
standar, kunjungan masa nifas dapat dilakukan sebanyak 4 kali, pada setiap
kunjungannyadiberikan asuhan yang berbeda oleh seorang bidan. Kunjungan ke-1
dilakukan dalam 6-8 jam pertama, kunjungan ke-2 dalam 2-6 hari postpartum dan
kunjungan ke -3 dilaksanakan pada mingguke 2 postpartum. Pada kunjungan ke-3, bidan
memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-tanda penyulit yang dihadapi ibu.
Selainitubidanjuga memberikan konseling pada ibu mengenaiasuhan pada bayi, seperti
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. Jadi dengan
adanya kunjungan yang berkelanjutan pada masa nifas, bidan dapat memberikan konseling
dan dukungan psikologis untuk setiap masalah yang dialami agar ibu dapat melawati fase
postpartum dengan baik. Penanganan psikologis dapat dilakukan dalam bentuk
psikoedukasi pada ibu bersalin dapat mereduksi terjadinya depresi postpartum yang
dilakukan oleh penyedia pelayanan kesehatan termasuk dokter, perawat dan bidan untuk
mencari penyelesaian depresi postpartum. Pemberian psikoedukasi bagi klien postpartum
dengan mengemas materi edukasi tentang cara pencegahan depresi dalam bentuk poster,
leaflet, flipchart, booklet dan video berisi mengenai hal-hal yang menyebabkan depresi
setelah melahirkan setelah melahirkan dan dukungan yang dapat diberikan dalam
mengatasi depresi. Pelaksanaan CoC dalam penelitian ini tidak hanya terfokus pada
kuantitas, tapi juga kualitas kunjungan. Seorang ibu yang lebih banyak dikunjungi bidan
akan lebih diperhatikan bidan akan terutama jika dilakukan oleh bidan yang sama.
Pelaksanaan CoC akan memberikan kepuasan bagi wanita serta lebih mempercayai bidan
sebagai pemberi asuhan.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh Continuity Of Care
(CoC) terhadap kecenderungan depresi post partum.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

Pengaruh Continuity of Care (CoC) pada Asuhan Kebidanan Masa Postpartum Terhadap
Kecenderungan Depresi Postpartum pada Ibu Nifas

Lusiana El Sinta Bustami


Prodi S1 Kebidanan, FK Universitas Andalas; lusianaelsinta@yahoo.co.id (koresponden)
Aldina Ayunda Insani
Prodi S1 Kebidanan, FK Universitas Andalas; aldinaayundainsani@ymail.com
Yulizawati
Prodi S1 Kebidanan, FK Universitas Andalas; yulizawati@yahoo.co.id
Erda Mutiara Halida
Prodi S1 Kebidanan, FK Universitas Andalas; erda_mutiara@yahoo.com
Feni Andriani
Prodi S1 Kebidanan, FK Universitas Andalas; fenie_mcb89@yahoo.com

ABSTRACT

During the puerperium a mother will experience physiological and psychological adaptation. The psychological
adaptation of the puerperal mother is the adjustment of the mother in terms of her psychology to her new role as
mother. In the period of 2 weeks after postpartum, in this phase postpartum depression can occur. Postpartum
depression is a form of psychological adaptation of the puerperium. In providing care midwives can try to
implement Continuity of Care (CoC). CoC is one model of midwifery care that provides services in helping
women build relationships with the same care givers (can be in groups) during pregnancy, childbirth and
postpartum. This type of research is quantitative research using a quasi experimental design. In this study, the
experimental group will get treatment in the form of giving care with the CoC method. The place of this study
was the Midwife Independent Practice in Padang which was conducted in 2018. Subjects in this study were all
mothers within 6 weeks postpartum, who were selected by consecutive sampling technique. Data were collected
using the EPDS questionnaire and a checklist of postpartum visits. Data were analyzed using Independent
Sample T-Test. The p value of the results of the hypothesis test is 0.127. From the results of the study, it can be
concluded that the application of CoC does not significantly influence the tendency of post partum depression.
However, the average value of the control group was greater than the experimental group, which was 8.50>
6.73 which means that the control group or the group not given CoC had a greater tendency to experience
depression during the post partum period.
Keywords: Continuity of Care (CoC), postpartum depression

ABSTRAK

Pada masa nifas seorang ibu akan mengalami adaptasi fisiologis dan psikologis. Adaptasi psikologis ibu nifas
merupakan penyesuaian diri ibu dalam hal kejiwaan terhadap peran barunya sebagai ibu. Pada masa 2 minggu
setelah postpartum, pada fase ini dapat terjadi depresi postpartum. Depresi postpartum merupakan bentuk
adaptasi psikologis masa nifas yang tidak normal. Dalam memberikan asuhan bidan dapat mencoba
melaksanakan Continuity of Care (CoC). CoC merupakan salah satu model asuhan kebidanan yang memberikan
pelayanan dalam membantu wanita membangun hubungan dengan pemberi asuhan yang sama (dapat berupa
grup) selama hamil, bersalin dan nifas. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan eksperimen kuasi. Pada penelitian ini, kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakuan berupa
pemberian asuhan dengan metode CoC. Tempat penelitian ini adalah Praktik Mandiri Bidan (PMB) di Padang
yang dilaksankan pada tahun 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah semua ibu dalam 6 minggu postpartum,
yang dipilih dengan teknik konsekutif sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner EPDS dan cheklist
tentang kunjungan masa nifas. Data dianalisis menggunakan Independent Sample T-Test. Nilai p dari hasil uji
hipotesis adalah 0,127. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan CoC tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kecenderungan depresi post partum. Namun, nilai rata-rata kelompok kontrol lebih besar
daripada kelompok eksperimen, yaitu 8,50 > 6,73 yang artinya kelompok kontrol atau kelompok yang tidak
diberikan CoC lebih memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi pada masa post partum.
Kata Kunci: Continuity of Care (CoC), depresi postpartum

32
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada masa nifas seorang ibu akan mengalami adaptasi fisiologis dan psikologis. Adaptasi psikologis ibu
nifas merupakan penyesuaian diri ibu dalam hal kejiwaan terhadap peran barunya sebagai ibu. (1) Selama fase
taking-hold, 40% sampai 80% ibu mengalami postpartumblues dan selanjutnyasetelah hari kesepuluh, ibu nifas
berada pada fase terakhir yaitu letting-go, dimana ibu sudah mulai bekerja dan kembali fokus pada hubungannya
dengan suami.(2) Pada fase inilah biasanya terjadi depresi postpartum.(3),(4) Depresi postpartum merupakan bentuk
adaptasi psikologis masa nifas yang tidak normal.(5) Namun, postpartum blues pun perlu dipantau kembali karena
20% dari kejadian ini berkembang menjadi depresi postpartum.(6)
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga melakukan penelitian yang menunjukan bahwa
1 dalam 9 ibu nifas mengalami depresi postpartum.(7) Di Asia, prevalensiterjadinyadepresipascapersalinanantara
3,5% hingga 63,3%.(8) Depresi postpartum akan mempengaruhi transisi peran maternal ibu yang juga berdampak
pada bayinya. Adaptasi psikologis postpartum juga sering tidak diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Bidan harus
berpikir kritis dalam memberikan asuhan, sehingga dapat memberikan pelayanan nifas yang berkualitas tinggi.(9)
Selama masa nifas, bidan tidak hanya menilai pemeriksaan fisik dan proses menyusui, tetapi juga harus menilai
kesejahteraan emosional dan dukungan sosial yang diperoleh ibu nifas.(10) Dalam memberikan asuhan kebidanan
direkomendasikan untuk mencoba Continuity of Care (CoC)agar klien lebih mengenal pemberi asuhan,ini
merupakan salah satu model asuhan kebidanan yang memberikan pelayanan dalam membantu wanita
membangun hubungan dengan pemberi asuhan yang sama selama hamil, bersalin dan nifas. (11),(12) CoC telah
menjadi cara untuk mengurangi hampir setengah juta kematian ibu setiap tahunnya, empat juta kematian bayi
baru lahir dan enam juta kematian anak. CoCini sangat dibutuhkan disetiap siklus kehidupan salah satunya pada
masa nifas dan menyusui. (13) Pelaksanaan continuity of midwifery care dapat dievaluasi salah satu penilaian dari
outcome klinis pada ibu yaitu komplikasi postnatal.(14)
Kesejahteraan emosional ibu pada masa nifas bisa dinilai dengan menggunakan kuesioner. Salah satu
kuesioner tersebut adalah TheEdinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Kuesioner ini seharusnyadiberikan
pada semua ibu nifas dengan atau tanpa gejalasehingga dapat menilai kecenderungan terjadinya depresi
postpartum.

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh continuity of care (CoC) pada asuhan kebidanan masa
postpartumterhadapKecenderungan Depresi Post Partum Pada Ibu Nifas

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan eksperimen semu. Pada
penelitian ini, kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakuan yaitu diberikan asuhan dengan metode
CoCsebanyak minimal 3 kali kunjungan rumah sesuai dengan waktu kunjungan masa nifas. Tempat penelitian
ini adalah Praktik Mandiri Bidan (PMB) di Padang yang dilaksankanpada tahun 2018. Subjek dalam penelitian
ini adalah semua ibu dalam 6 minggu postpartum dengan menggunakan teknik konsekutif sampling. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner EPDS daftar cheklist kunjungan masa nifas. Analisis yang digunakan adalah
analisis diskriptif dan Independent Sample T-Test dengan taraf kesalahan 0,05.

HASIL

Tabel 1. Distribusi karakteristik responden pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Karakteristik ibu nifas Kelompok eksperimen Kelompok kontrol


f (n=30) % f (n=30) %
Pendidikan
-Tidak sekolah sampai SD 3 10 1 3,3
-SMP sampai SMA 1 70 22 73,3
-Sarjana 6 20 7 23,3

33
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

Karakteristik ibu nifas Kelompok eksperimen Kelompok kontrol


f (n=30) % f (n=30) %
Pekerjaan
-IRT 25 83,3 27 90
-Bekerja di luar rumah 5 16,7 3 10
Tempat persalinan
-Puskesmas 0 0 0 0
-BPM/Klinik 15 50 25 83,3
-RS 15 50 5 16,7
Usia kehamilan
-Tidak cukup bulan 1 3,3 0 0
-Cukup bulan 29 96,7 30 100
Keadaan bayi saat persalinan
-Sehat 30 100 30 100
-Sakit 0 0 0 0
-Meninggal 0 0 0 0
Penyakit yang di derita ibu saat kehamilan
-Ada 3 10 2 6,7
-Tidak ada 27 90 28 93,3
Komplikasi ibu pada masa nifas
-Ada 1 3,3 1 3,3
-Tidak ada 29 96,7 29 96,7
Komplikasi pada bayi saat masa nifas
-Ada 2 6,7 2 6,7
-Tidak ada 28 93,3 28 93,3

Tabel 2. Distribusi Kecenderungan Depresi Post Partum Responden pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol

Depresi Post Partum Kelompok eksperimen Kelompok kontrol


f % f %
Cenderung Depresi 8 26,7 10 33,3
Cenderung Tidak Depresi 22 73,3 20 66,7
Jumlah 30 100 30 100

Tabel 3. Hasil independen sample t-test tentang pengaruh continuity of care (coc) pada asuhan kebidanan masa
post partum terhadap kecenderungan depresi post partum pada ibu nifas

Hasil analisis Kelompok eksperimen Kelompok kontrol


Mean 8,50 6,73
SD 4,305 4,525
T 1,549
p-value 0,127

PEMBAHASAN

Pada tabel 1, hasil penelitian ini didapatkan rata-rata umur ibu pada kelompok eksperimen yaitu 28 tahun
dan pada kelompok kontrol rata-rata berusia 29 tahun. Selama proses kehamilan dan persalinan kondisi fisiologis
dan psikologis ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya umur. Umur ibu yang ideal yaitu pada rentang
20-35 tahun. Pada usia ini terjadi kematangan subjektif yang berpengaruh terhadap status kesehatan ibu sehingga
ibu memiliki koping untuk mengatasi stressor.(15) Berdasarkan hasil penelitian pendidikan ibu pada kelompok
eksperimen dan kontrol sebagian besar setingkat SMP-SMA. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang baik dari dalam maupun luar sekolah dan dapat
berlangsung seumur hidup. Pendidikan akan mempengaruhi proses belajar seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah seseorang untuk menerima informasi (16) Ibu yang

34
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

berpendidikan tinggi akan menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai seseorang yang
memiliki tuntutan untuk bekerja atau aktivitas diluar rumah dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan orang
tua untuk anak-anak.(17) Ibu dengan pendidikan tinggi, maupun rendah dapat mengalami depresi post partum.
Akan tetapi, ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menangani masalah depresi post partum
dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah.
Berdasarkan penelitian pekerjaan ibu pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebagian besar
sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang meninggalkan pekerjaan karena hamil atau melahirkan lebih rentan terkena
depresi postpartum karena memicu konflik batin pada ibu.(18)Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan riwayat
persalinan ibu pada kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan di BPM, keadaan ibu dan bayi sehat, usia bayi
cukup bulan dan sebagian besar tidak memiliki riwayat penyakit saat kehamilan serta sebagian besar ibu dan
bayi tidak mengalami komplikasi selama proses persalinan. Penyebab utama terjadinya gangguan pasca
persalinan adalah adanya ketidakseimbangan hormonal ibu. Begitu juga menurut Kruckman depresi postpartum
dipengaruhi beberapa hal yaitu faktor biologis, karakteristik ibu, seperti umur, faktor pengalaman, pendidikan,
faktor selama proses persalinan, dimana hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang
digunakan selama proses persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan
nantinya akan mengalami gangguan depresi postpartum, dan juga faktor dukungan sosial.(19)
Pada tabel 2, berdasarkan hasil penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar ibu nifas pada kelompok
kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan CoC maupun kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan
CoC tidak mengalami kecenderungan depresi post partum. Asuhan yang lebih mengutamakan adanya
kesinambungan pelayanan (continuity of care), dimana sangat berperan penting bagi wanita untuk mendapatkan
pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil, sebab dengan adanya pelayanan yang
berkesinambungan maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga
mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan. Pelayanan yang
berkesinambungan juga merupakan salah satu filosofi dari asuhan kebidanan, dimana filosofi ini
menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam
memberikan asuhan kebidanan pada klien.
Pada Tabel 3, berdasarkan uji Independent Sample T-Test di dapatkan bahwa nilai p=0,127 (>0,05), yang
artinya tidak ada pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi post partum.Hasil penelitian menyatakan bahwa
tidak adanya pengaruh CoC terhadap kecenderungan depresi post partum berkemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Dilihat dari karakteristik responden pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan
CoC maupun kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan CoC sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan SMP-SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga, serta memiliki riwayat persalinan ataupun
penyakit dalam keadaan baik. Hal itu yang menjadi salah satu penyebab tidak adanya pengaruh CoC terhadap
kecenderungan depresi post partum terhadap responden.
Pada kelompok kontrol tanpa perlakukan CoC, sebagian besar ibu melahirkan di PMB, dimana jika ibu
bersalin di PMB, maka bidan pemberi asuhan akan selalu memantau kondisi ibu postpartum pada saat ibu
melakukan kunjungan ulang. Ibu ibu yang memiliki pendidikan baik, akan cenderung juga memiliki pengetahuan
yang baik. Rerata pendidikan ibu dalam penelitian ini adalah SMA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hasanah menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan kepatuhan melakukan
kunjungan postpartum.(20)
Berdasarkan hasil rata-rata kedua kelompok, didapatkan rata-rata kelompok kontrol lebih besar dari
kelompok eksperimen yaitu 8,50 > 6,73 yang artinya kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberikan CoC
lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi pada masa post partum. Depresi postpartum dapatterjadi
pada 2-4minggu postpartum. Depresi postpartum umumnya terjadi pada periode letting Go(21) Fase-fase yang ibu
alami saat menyesuaikan diri pada masa nifas ini merupakan perubahan perasaan yang alami sebagai respons
terhadap rasa lelah setelah melahirkan. Secara perlahan ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan
kembali pada keadaan normal. Walaupun demikian ibu harusnya tetap menjaga hubungan dengan bayinya sejak
awal.(22) Tetapi pada beberapa kasus pada periode ini, ibu tidak dapat mencapai kemandirian sehingga terjadi
gangguan psikologis seperti depresi postpartum.
Salah satu bentukdariCoCyang dilakukan di komunitas pada masa nifas adalah pelaksanaan kunjungan
nifas. Sesuai standar, kunjungan masa nifas dapat dilakukan sebanyak 4 kali, pada setiap kunjungannyadiberikan
asuhan yang berbeda oleh seorang bidan. Kunjungan ke-1 dilakukan dalam 6-8 jam pertama, kunjungan ke-2
dalam 2-6 hari postpartum dan kunjungan ke -3 dilaksanakan pada mingguke 2 postpartum. Pada kunjungan ke-
3, bidan memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan
baik dan memperlihatkan tanda-tanda penyulit yang dihadapi ibu. Selainitubidanjuga memberikan konseling
pada ibu mengenaiasuhan pada bayi, seperti perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.(23) Jadi dengan adanya kunjungan yang berkelanjutan
35
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

pada masa nifas, bidan dapat memberikan konseling dan dukungan psikologis untuk setiap masalah yang dialami
agar ibu dapat melawati fase postpartum dengan baik.
Penanganan psikologis dapat dilakukan dalam bentuk psikoedukasi pada ibu bersalin dapat mereduksi
terjadinya depresi postpartum yang dilakukan oleh penyedia pelayanan kesehatan termasuk dokter, perawat dan
bidan untuk mencari penyelesaian depresi postpartum.Pemberian psikoedukasi bagi klien postpartum dengan
mengemas materi edukasi tentang cara pencegahan depresi dalam bentuk poster, leaflet, flipchart, booklet dan
video berisi mengenai hal-hal yang menyebabkan depresi setelah melahirkan setelah melahirkan dan dukungan
yang dapat diberikan dalam mengatasi depresi. Pelaksanaan CoC dalam dalam penelitian ini tidak hanya terfokus
pada kuantitas, tapi juga kualitas kunjungan. Seorang ibu yang lebih banyak dikunjungi bidan akan lebih
diperhatikan bidan akan terutama jika dilakukan oleh bidan yang sama. Pelaksanaan CoC akan memberikan
kepuasan bagi wanita serta lebih mempercayai bidan sebagai pemberi asuhan.(24)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh Continuity Of Care (CoC) terhadap
kecenderungan depresi post partum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiawan E. Adaptasi dan Pendapatan. Edisi III. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan [Internet].
KBBI. 2016 [cited 2017 Jan 18]. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud.
2. Murray SS, McKinney ES. Foundations of Maternal-Neonatal andWomen’s Health Nursing. United States
of America: Elsevier Inc.; 2014.
3. Ricci SS. Just The Facts 101 Textbook Key Facts: Essentials ofMaternity, Newborn, and Women Health
Nursing. 2nd ed. United States: ContentTechnologies, Inc.; 2015.
4. Dira KPA, Wahyuni AAS. Prevalensi dan Faktor Risiko Depresi Postpartum Di Kota Denpasar
Menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale. Jurnal Medika. 2016;5(7):1-5.
5. Vende MVD, Scholefield H, Plante LA. Maternal Critical Care: A Multidisciplinary Approach. 1st ed.
United Kingdom: Cambridge University Press; 2013.
6. Ricci SS, Kyle T. Maternity and Pediatric Nursing. 1st ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott
Williams and Wilkins; 2009.
7. CDC. Centers for Disease Control and Prevention [Internet]. 2017. Available from:
https://www.cdc.gov/reproductivehealth/depression/
8. Klainin P, Arthur DG. Postpartum depression in Asian cultures: A literature review. International Journal
of Nursing Studies. 2009:1355-73
9. Insani AAA, Nurdiyan, Yulizawati, Bustami LE, Iryani D, Fitrayeni. Berpikir Kritis, Dasar Bidan dalam
Manajemen Asuhan Kebidanan. Journal of Midwifery. 2016.
10. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kemenkes RI; 22016.
11. Backe B, Pay AS, Klovning A, Sand S. Antenatal Care. 2015.
12. Henderson J, et al. Model of Maternity Care: a Review of Evidence. DOH. Subiaco; 2007
13. Kerber, et al. Continuum of Care for Maternal, Newborn and Childhealth: from Slogan to Service
Delivery. Lancet’ 2007.
14. NSW Ministry of Health. Midwifery Continuity of Carer Model Tool-kit. NSW: North Sydney; 2012.
15. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
16. Pairman S, Tracy S, Thorogod C, Pincombe J. Midwifery: Preparation for Practice 2E. Australia’ Elsevier;
2011.
17. Kartono K. Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Bandung: Mandar Maju; 2002.
18. Kusumastuti, Astuti DP, Hendriyati S. Hubungan Karakteristik Individu dengan Depresi Postpartum pada
Ibu Postpartum di Rumah Sakit Umum Kabupaten Kebumen. Jurnal Involusi Kebidanan. 2015;5(9):1-17.
19. Yanita A, Zamralita. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan Suami Dalam Usaha
Menanggulangi Gejala Depresi pascasalin. Phronesis. 2001;3(5):34-50.
20. Nasri ZA, Wibowo, Ghozali EW. Faktor Determinan Depresi Postpartum di Kabupaten Lombok Timur.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 2017;20(3):89-95.
21. Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: ECG; 2009.
22. Pitriani R, Andriyani R. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III). Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Deepublish; 2014.

36
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

23. Syaifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina
Pustaka Indonesia; 2010.
24. Green CJ. Maternal Newborn Nursing Care Plans. Canada: Jones and Bartlett Learning; 2012.

37
Pengaruh pijat oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI ibu postpartum

You might also like