You are on page 1of 2

NAMA : SUHAILAH

NIM : 200101110
KELAS : B / Semester 5

Tugas KBA II

ISOLASI dan KARAKTERISASI SENYAWA SITOTOKSIK KAFEIN dan


ASAM KLOROGENAT DARI BIJI KOPI ROBUSTA LAMPUNG
Ekstrak Biji Kopi Robusta
Proses ekstraksi pada Biji Kopi Robusta (C. canephora) menggunakan metode
maserasi. Pengekstraksian dengan pelarut metanol selama 3x24 jam pada suhu ruang
dilakukan untuk memaksimalkan ekstraksi sampel karena dengan jangka waktu tersebut
filtrat metanol sudah berkurang warnanya, artinya pelarut maksimal dalam mengambil
senyawa-senyawa dalam sampel. Penggunaan metanol dalam proses maserasi dikarenakan
metanol dapat melarutkan senyawa-senyawa polar dan nonpolar sehingga sangat baik untuk
mengekstrak kandungan metabolit sekunder dalam tanaman. Teknik ekstraksi dengan metode
maserasi memiliki keunggulan yaitu dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang
tidak tahan panas, namun memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama.

Hasil maserasi disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu ±
40°C hingga diperoleh ekstrak pekat metanol. Penguapan dilakukan pada suhu ± 40°C
bertujuan untuk mencegah dekomposisi senyawa yang terkandung di dalamnya. Sampel
dilakukan isolasi dan pemurnian, didapatkan dua senyawa murni yaitu kafein dan asam
klorogenat, dan diuji aktivitas antioksidsan terhadap DPPH.

Uji Aktivitas Antioksidan

Isolat murni yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH
(YehCen, 1995) Sampel dilarutkan dalam metanol (konsentrasi 10-1000 ppm), direaksikan
dengan 0,2 mM DPPH, diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang, kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 515 nm.

Senyawa kafein dan asam klorogenat diuji aktivitas antioksidan dengan menggunakan
metode DPPH. Nilai IC50 untuk kafein diperoleh sebesar 21,41 ppm dan untuk asam
klorogenat diperoleh nilai sebesar 5,86 ppm. Kedua senyawa tersebut memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi, terlihat dari nilai EC50.Tetapi asam klorogenat memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kafein karena asam klorogenat memiliki
banyak gugus hidroksil yang berpengaruh tehadap aktivitas antioksidan. Suatu zat
mempunyai sifat antioksidan bila nilai EC50 kurang dari 200 ppm. Bila nilai EC50 yang
diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih
berpotensi sebagai zat antioksidan.
UJI KARAKTERISTIK FITOKIMIA DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre) DARI
BOGOR, BANDUNG DAN GARUT DENGAN METODE DPPH (1,1-diphenyl-
2-picrylhydrazyl)
Roasting dan Ektraksi Kopi Robusta
Biji kopi robusta dari Bogor, Bandung, dan Garut di roasting atau disangrai pada suhu
105ºC, dihaluskan hingga menjadi serbuk simplisia kopi. Masing-masing serbuk simplisia
hasil roasting ditimbang 200 gram kemudian dimasukkan dalam botol gelap. Cairan
pengekstraksi etanol 96% sebanyak 200 mL dimasukkan kedalam botol gelap, dibiarkan 18
jam, kemudian ditambahkan kedalam botol berisi serbuk kopi hingga seluruh serbuk kopi
terendam. Botol kopi ditutup rapat dan dienaptuangkan selama satu malam sambil dilakukan
pengadukan sesering mungkin. Campuran kemudian disaring dan residu direndam kembali
dengan cairan pengekstraksi yang baru. Filtrat dikumpulkan kemudian dikeringkan
menggunakan Vaccum Dryer hingga diperoleh ekstrak kering.

Pengujian Antioksidan Dengan Metode DPPH


Prinsip metode DPPH adalah penangkapan elektron bebas dari senyawa radikal yang
menyebabkan berkurangnya intensitas warna radikal DPPH dari warna ungu menjadi kuning
(Dehpour et al., 2009). Aktivitas antioksidan ekstrak kopi dapat dilihat dari nilai IC50 (ppm)
masing-masing yaitu pada ekstrak kopi dari Bandung 55,13 ± 0,28a Bogor 55,13 ± 0,28a
Garut 54,14 ± 0,11c. Dapat diketahui bahwa ekstrak kopi dari Garut memiliki aktifitas
antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak kopi dari Bandung dan Bogor.
Perbedaan aktifitas antioksidan dari masing-masing ekstrak kopi tersebut dapat secara
langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh zat aktif metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh tumbuhan (Coomes & Allen, 2007 dan Irwanto, 2006). Produksi metabolit
sekunder pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk iklim dan ketinggian
tempat tanam. Aktivitas antioksidan ekstrak biji kopi robusta Garut memiliki IC50 sebesar
54,14 ppm paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak biji kopi robusta Bandung dan Bogor.

DAFTAR PUSTAKA
Sukohar, Asep, Setiawan, Firman F. Wirakusumah, Herry S. Sastramihardja. 2011. Isolasi
dan karakterisasi senyawa sitotoksik kafein dan asam klorogenat dari biji kopi robusta
Lampung. Jurnal Medika Planta, 1(4), 11-26, Diakses 07 Oktober 2022 pukul 14:48.
https://scholar.google.co.id/scholar
Wigati, Evi Indah, dkk. 2018. Uji karakteristik fitokimia dan aktivitas antioksidan biji kopi
robusta (Coffea canephora Pierre) dari Bogor, Bandung dan Garut dengan metode
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi, 8(1), 59-
66, Diakses 08 Oktober 2022 pukul 09:55. https://scholar.google.co.id/scholar

You might also like