Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
Tgl : Tgl :
2. Etiologi
Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan
jalan lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta,
ubinvolusi didaerah insersi plasenta dari luka bekas sectio caesaria.
3. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang
Kurang pengetahuan
perawatan luka Nyeri Akut Gangguan Pola
Sulit tidur
Tidur
Gangguan Eliminasi
Ibu takut berkemih
INDAH DAMAYANTI AMRUN,S.Kep (2021032036) Profesi Ners
Urine
5. Fisiologi Masa Nifas
a. Involusi uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini segera setelah
pascapartum, berat uterus menjadi 1.000 gram. Selama masa nifas,
dua hari setelah pelahiran uterus mulai berinvolusi. Sekitar 4 minggu
setelah pelahiran uterus kembali ke ukuran sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
2) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi oto
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan
haemoglobin (Hb).
b. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
c. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam
urine seperti streptokokus.
9. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik.
b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian ASI.
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Kaji karakteristik, skala nyeri a. untuk mengetahui skala
berhubungan dengan keperawatan selama x 24 jam b. Motivasi untuk mobilisasi sesuai nyeri dan memberikan
agens cedera fisik. diharapkan nyeri akut teratasi, indikasi tindakan selanjutnya
dengan Kriteria hasil: c. Kontrol lingkungan yang dapat b. memperlancar pengeluaran
mempengaruhi nyeri seperti suhu lochea, mempercepat
a. Nyeri yang dilaporkan tidak ada
ruangan, pencahayaan dan involusi dan mengurangi
b. Ekpresi nyeri wajah tidak ada
kebisingan nyeri secara bertahap.
c. TTV dalam batas normal
d. Anjurkan penggunaaan teknik c. Untuk mengurangi respon
d. Panjangnya episode nyeri tidak ada
relaksasi. nyeri
e. Tidak bisa beristirahat tidak ada
e. Kolaborasi pemberian analgetik d. Untuk mengatur rasa nyeri
f. Berkeringat berlebihan tidak ada
luka post op
g. Ketegangan otot tidak ada
e. Obat analgetik di berikan
untuk menghilangkan rasa
nyeri
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Fasilitasi proses bantuan interaktif a. membantu mempertahankan
3. Hambatan eliminasi Setelah dilakukan asuhan a. Monitor eliminasi urine a. Mengkaji output urine
urine berhubungan keperawatan selama ..x24 jam b. Identifikasi tanda dan gejala retensi pasien dan menentukan
dengan kebiasaan diharapkan tidak ada hambatan urine normal atau tidaknya
toileting tidak efektif. eliminasi urine pasien dengan c. Ambil sampel urine tengah dan jumlah urine yang
criteria hasil: kultur keluar
d. Catat waktu-waktu dan haluaran b. Retensi urine merupakan
a. Pasien dapat berkemih dengan
berkemih salah satu tanda adanya
normal
e. Anjurkan untuk minum yang cukup gangguan eliminasi pada
b. Tidak ada desakan berkemih
f. Ajarkan mengenali tanda berkemih urine
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan a. Monitor waktu makan dan minum a. Agar tidak mengganggu
5. Resiko defisien Setelah dilakukan tindakan a. Observasi suhu dan nadi. a. Mengetahui adanya indikasi
volume cairan, faktor keperawatan selama x24 jam, b. Observasi adanya tanda-tanda kekurangan volume cairan.
risiko kesulitan diharapkan : Resiko defisien volume dehidrasi atau overhidrasi. b. Menentukan intervensi lebih
memenuhi cairan tidak terjadi, Kriteria hasil: c. Monitor vital sign lanjut.
peningkatan d. Monitor status cairan termasuk c. Mengetahui keadaan umum
a. Turgor pada perut bagian depan
kebutuhan volume intake dan output cairan pasien
kenyal, tidak ada edema,
6. Resiko infeksi, faktor Setelah dilakukan tindakan a. Bersihkan lingkungan setelah a. Mencegah terjadi penularan
risiko kurang keperawatan selama x 24 jam dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke
pengetahuan untuk diharapkan resiko infeksi tidak b. Cuci tangan setiap sebelum dan pasien lainnya
menghindari pajanan terjadi, dengan Kriteria hasil: sesudah tindakan keperawatan b. Dengan cuci tangan dapat
patogen. c. Menganjurkan ibu menganti softek memutuskan rantai penularan
a. Klien bebas dari tanda dan gejala
setiap 3-4 jam sekali penyakit
infeksi
d. Melakukan rawat luka pada c. Menganti softek secara rutin
b. Mendeskripsikan proses
waktunya dan sering menjaga daerah
penularan penyakit, faktor yang
reproduksi dari kelembaban