You are on page 1of 13

50 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016 PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No.

1 (2016) 50-62

REGULASI EMOSI PADA KORBAN BULLYING DI SMA MUHAMMADIYAH 2


PALEMBANG

Nanda Diti Ellisyani


Kiki Cahaya Setiawan
Prodi Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
nandaditiellisyani@gmail.com
cahayasetiawankiki@yahoo.co.id

ABSTRACT

Bullying is an act that violates the strength and power that is harmful to others both
physically and psychologically so that victims feel under pressure and tend to be helpless. Teens
tend to have volatile emotions. In his teens, so that one can avoid anti-social behavior, the ability to
manage emotions is also called the regulation emosi.Tujuan this study was to determine the shape,
the impact of, and factors affecting the regulation of emotions in victims of bullying in SMA
Muhammadiyah 2 Palembang who can adapt to the events they experienced bullying, and bullying
they experienced wisdom.
The subjects in this study were five teenagers aged between 16-18 years of age when being
bullied and domiciled in Palembang. This study used a qualitative approach, whereas the method
used is descriptive. A qualitative approach with descriptive method aims to help readers find out
what happens in the environment under observation, is balanced by the analysis and interpretation
of emotion regulation on the victims of bullying.
The results of this study showed some of the themes in emotion regulation in young victims of
bullying. As for the theme, namely how the victim to adjust to the bullying she experienced among
others: (1) Strategies to emotion regulation is the belief the individual to be able to solve a problem,
such as playing games, give istighfar, and focusing on the study, (2) Engaging in goal directed behavior
is the individual's ability to be unaffected by negative emotions felt, and not run away from
permasalahannya.Korban chose to focus on his studies as a way to resolve the problem, (3) control of
emotional responses that an individual's ability to be able to control the emotions, the victim was able
locates and recognizes that the origin of the trouble not only from themselves, (4) Acceptance of
emotional response that is the ability of individuals to receive an event that led to negative emotions, the
victim is quite capable of limiting the effects of bullying that is not too far reach of their lives, and
assume that the impact of bullying they experienced only be felt in the short term.

Keywords: Emotion Regulation, Bullying, Teen

ABSTRAK

Bullying merupakan tindakan yang menyalahi kekuatan dan kekuasaan yang bersifat
merugikan orang lain baik secara fisik maupun psikis sehingga korban merasa di bawah tekanan
dan cenderung tidak berdaya. Remaja cenderung memiliki emosi yang bergejolak. Di usia remaja,
agar seseorang dapat terhindar dari perilaku-perilaku anti sosial, maka diperlukan kemampuan
untuk mengelola emosi yang disebut juga dengan regulasi emosi.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bentuk, dampak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi pada korban
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖51

bullying di SMA Muhammadiyah 2 Palembang yang mampu menyesuaikan diri terhadap peristiwa
bullying yang mereka alami, serta hikmah bullying yang mereka alami.
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah lima remaja berusia antara 16-18 tahun saat
menjadi korban bullying dan berdomisili di wilayah Palembang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif. Pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif ini bertujuan untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di
lingkungan di bawah pengamatan, diseimbangkan oleh analisis dan interpretasi mengenai regulasi
emosi pada korban bullying.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa tema dalam regulasi emosi pada remaja
korban bullying. Adapun tema tersebut yaitu cara korban untuk menyesuaikan diri terhadap bullying
yang dialaminya antara lain: (1) Strategies to emotion regulation yaitu keyakinan individu untuk
dapat mengatasi suatu masalah, seperti bermain game, mengucap istighfar, dan memfokuskan diri
pada studi, (2) Engaging in goal directed behavior yaitu kemampuan individu untuk tidak
terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya,serta tidak lari dari permasalahannya. Korban
memilih untuk fokus pada studinya sebagai salah satu cara menyelesaikan permasalahannya, (3)
Control emotional responses yaitu kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi, korban
mampu menempatkan dan mengakui bahwa asal usul kesulitan tidak hanya berasal dari diri mereka
sendiri, (4) Acceptance of emotional response yaitu kemampuan individu untuk menerima suatu
peristiwa yang menimbulkan emosi negatif, korban cukup mampu membatasi dampak-dampak
bullying agar tidak terlalu jauh menjangkau kehidupan mereka, dan menganggap bahwa dampak
bullying yang dialaminya ini hanya dirasakan dalam jangka pendek.

Kata kunci: Regulasi Emosi, Bullying, Remaja

Pendahuluan proses mengajar yang kondusif sekolah harus


Pendidikan merupakan salah satu usaha memiliki peraturan dan pengawasan yang
untuk membentuk manusia seutuhnya yang konsisten. Kelalaian dalam menegakkan aturan
berkualitas, baik secara akademik maupun non dan pengawasan yang kurang konsisten akan
akademik. Sekolah menjadi salah satu institusi menimbulkan masalah. Berbagai macam
yang menentukan keberhasilan atau kegagalan permasalahan yang terjadi di sekolah di
pencapaian perkembangan kepribadian pada antaranya adalah bermain di dalam kelas, bolos
seorang remaja. Sekolah diharapkan mampu sekolah, sampai dengan tawuran.
melaksanakan program bimbingan, pengajaran Setiap SMA memiliki ciri khas
dan latihan dalam rangka membantu peserta tersendiri walaupun SMA tersebut berada pada
didik agar mampu mengembangkan potensinya, suatu wilayah atau lingkungan dengan populasi
baik yang menyangkut masalah sosial, yang sama. Begitu juga dengan SMA
emosional, maupun spiritual. Muhammadiyah 2 Palembang, yang
Sekolah Menengah Atas sebagai merupakan salah satu SMA swasta yang
lembaga pendidikan dan sarana untuk berbasis islami, yang mempunyai visi dan misi
menambah ilmu, wawasan serta menciptakan untuk memperkokoh dalam Imtaq, terpuji
lingkungan pembelajaran bagi siswa-siswinya dalam akhlak, unggul dalam ilmu dan budaya
dan guru sebagai pembimbing, fasilitator, dan islami, dan untuk menanamkan keimanan,
pengelola proses belajar untuk menyiapkan menumbuhkan semangat disiplin serta
siswa-siswinya menjadi penerus bangsa. Untuk meningkatkan mutu lulusan untuk melanjutkan
menciptakan suasana sekolah yang baik dan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

ISSN: 2502-728X
52 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

Namun demikian, fakta di lapangan teman sekelasnya dan S (17) SMA


menunjukkan bahwan masih saja ditemukan Muhammadiyah 2 palembang, sering ditendang
kasus bullying dan kekerasan di lingkungan dan dipukul di kelasnya.
pendidikan (sekolah). Tindakan bullying Adapun beberapa contoh kasus lain di
merupakan salah satu bentuk penganiayaan. luar SMA Muhammadiyah 2 Palembang yang
Dalam sialm, penganiayaan termasuk menjadi korban bullying di lingkungan sekolah
perbuatan yang tidak terpuji, apalagi seperti, LA seorang siswi SMA Budi Luhur
penganiyaan terhadap manusia. Yogyakarta, dianiaya dengan cara-cara di luar
Data yang dirilis Pusat Data dan perikemanusiaan karena memamerkan foto tato
Informasi, Komisi Nasional Perlindungan Hello Kitty di BlackBerry Messengger. Kasus
Anak (Komnas PA), menyebutkan bahwa tewasnya Amiari, seorang pelajar SMK
angka kekerasan pada tahun 2011 Telenika Palembang. Selain itu kegiatan seperti
menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan MOS (Masa Orientasi Siswa) yang dilakukan
sekaligus mengkhawatirkan. Hal ini oleh para senior di sekolah juga merupakan
disebabkan karena adanya peningkatan laporan bentuk penindasan yang tidak disadari.
atau pengaduan yang diterima oleh Divisi Pada kasus bullying di atas, korban
Pengaduan dan Advokasi Komnas PA. bullying mengalami masalah fisik maupun
Tabel 1 psikologis. Individu yang menjadi korban
Informasi Jumlah Pengaduan Kekerasan bullying akan mengalami masalah kesehatan
Fisik dan Psikis pada Anak dari Komisi seperti merasa tertekan, trauma, luka fisik,
Nasional Perlindungan Anak depresi dan ketakutan. Tanda-tanda bullying
Tahun Jumlah Pengaduan sering kali terkait dengan ketidakseimbangan
2011 2.386 kekuatan antara pelaku dan korbannya, terdapat
2010 1.234 keinginan untuk melukai dan terjadi secara
2009 1.998 berulang-ulang, dan terdapat ancaman dan
2008 1.826 teror.
2007 1.510 Korban bullying memiliki penyesuaian
(Sumber : http://edukasi.kompas.com, Maret 2015) sosial yang buruk, hal ini menyebabkan korban
Dari jumlah pengaduan kekerasan yang merasa takut ke sekolah sehingga menimbulkan
ditetapkan Komnas PA yang masuk, yakni dampak yang berkepanjangan seperti depresi,
kekerasan fisik dan psikis terhitung sepanjang minder, malu dan ingin menyendiri, sering
2007-2011, diketahui bahwa jumlah sakit tiba-tiba, misalnya sakit perut atau pusing,
peningkatan pengaduan kekerasan fisik dan merasa terisolasi dari pergaulan, prestasi
psikis pada anak mengalami peningkatan. akademik merosot, ketakutan, bahkan bisa
Berdasarkan hasil studi pendahuluan menyebabkan keinginan untuk mengakhiri
yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Januari hidup.
2015 di SMA Muhammadiyah 2 Palembang Berdasarkan wawancara awal yang
menyatakan bahwa lokasi tersebut terdapat dilakukan peneliti pada tanggal 20 April 2015
fenomena korban bullying pada remaja. Seperti kepada seorang guru SMA Muhammadiyah 2
yang terjadi pada D (16) sering diolok-olok dan Palembang berinisial UM, berdasarkan hasil
dipermainkan teman sekelasnya, T (16) dan MI wawancara yang menyatakan bahwa :
(16), SMA Muhammadiyah 2 Palembang, “Menurut saya mengenai tindak kekerasan
sering digosipi dan dijauhi oleh teman-teman di atau perilaku bullying yang terjadi di sekolah,
kelasnya. K (17) siswa SMA Muhammadiyah 2 yaitu saya kira KBM (Kondisi belajar
Palembang, sering dikucilkan dan diolok-olok Mengajar) tidak berjalan dengan baik ya,
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖53

sehingga ada peluang untuk melakukan hal-hal baek mano teman yang nakal, terus sebagai
yang seperti tindak kekerasan berkelahi dan motivasi untuk jalani edop.” (T)
lain sebagainya tetapi kalau kondisi KBM itu Regulasi emosi juga memberikan
kondusif tidak ada peluang untuk itu.” (UM) kemampuan untuk Engaging in goal directed
Selain dari adanya masalah yang behavior yaitu kemampuan individu untuk tidak
disebabkan faktor KBM (Kondisi Belajar terpengaruh oleh emosi negatif. Sebagaimana
Mengajar) di sekolah, banyak faktor yang yang diungkapkan oleh subjek berinisial MI,
menjadi masalah bagi remaja. Sifat emosional yaitu :“Saya sebagai ketua kelas udah agak
remaja juga menjadikannya menghadapi capek, karena sudah di diemin malah nambah
banyak masalah, sehingga seringkali muncul ribut dan saat disuruh masuk ada beberapa
masalah baru yaitu perilaku anti sosial. Hasil temen yang tidak mau masuk kelas, tapi aku
dari penelitian ini menunjukkan bahwa di balik malah diejek bahkan kadang dijauhi. Sudah dua
banyaknya dampak negatif yang timbul karena kali saya mau berhenti jadi ketua kelas, tetapi
menjadi korban bullying, ternyata masih tidak diizinkan wali kelas. Mungkin aku udah
banyak remaja yang mampu bertahan dan dipercaya dan aku jadi tambah semangat.” (MI)
berjuang untuk tidak pasrah begitu saja saat Selain itu korban bullying juga mampu
menjadi korban bullying. mengevaluasi dan memodifikasi emosinya yaitu
Sesuai dengan temuan hasil wawancara kemampuan untuk memotivasi diri terutama
awal, bahwa masih ada remaja yang mampu ketika individu berada dalam putus asa, cemas
bertahan untuk berjuang melawan dampak dan marah. Sebagaimana yang diungkapkan
bullying. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh korban bullying berinisial K, yaitu :
oleh peneliti pada tanggal 13 April 2015. “yang pertama ketika baru pertama pindah
Sebagaimana hal yang diungkap oleh korban sekolah atau pertama masuk ke dalam suatu
bullying berinisial D, yaitu: “Ketika digosipin tempat kita harus menyesuaikan bagaimana
itu cuek bae, Diem bae mbak, dak dideketi cara penampilan mereka, bagaimana cara
mereka, cari kawan yang lain.”(D) berbicara mereka, bagaimana cara kehidupan
Berdasarkan petikan wawancara di atas mereka. Kalau sekiranya saya sudah pantas
sebagaimana yang diungkapkan, D mampu baru saya masuk.” (K)
meregulasi emosinya dengan cara memonitor Regulasi emosi juga memberikan
emosinya yaitu kemampuan individu untuk kemampuan untuk control emotional responses
menyadari dan memahami keseluruhan proses yaitu kemampuan individu untuk dapat
yang terjadi di dalam dirinya dan membuat mengontrol emosi yang dirasakannya dan
strategies yaitu keyakinan individu untuk dapat mampu memodifikasi emosinya yaitu
mengatasi suatu masalah. Kemampuan yang membuat individu mampu
Regulasi emosi juga mempunyai bertahan dalam masalah yang sedang
kemampuan untuk menerima suatu respon dihadapinya, sebagaimana yang diungkapkan
emosi (Acceptance of emotional response) oleh korban bullying berinisial S, yaitu : “Yang
yaitu merupakan kemampuan individu untuk membuat S mampu mengontrol emosi, karna
menerima suatu peristiwa yang menimbulkan faktor teman dan ingat kedua orang tua
emosi negatif dan tidak merasa malu mbak”(S)
merasakan emosi tersebut. Sebagaimana yang Beberapa subyek menyikapinya dengan
diungkapkan oleh subjek berinisial T, yaitu : cuek saat perilaku bullying terjadi dan mampu
“Yo sering digosipi, diomongi yang idak-idak mengelola emosinya. Oleh karena itu,
cak itu nah. Pas digosipin diem be jadike kemampuan mengelola emosi perlu dilakukan
pelajaran, jadi biso nentuke mano teman yang agar seseorang dapat terhindar dari perilaku-

ISSN: 2502-728X
54 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

perilaku antisosial, terutama bagi remaja yang


sedang mengalami konflik yang beragam dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
kompleks. Kemampuan mengelola emosi ini Regulasi Emosi
disebut juga dengan regulasi emosi. Menurut Hurlock, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi regulasi emosi. Faktor-
Landasan Teori faktor tersebut adalah:
Definisi Regulasi emosi a. Usia
Menurut Reivich dan Shatte, regulasi Menurut tugas perkembangannya usia
emosi merupakan kemampuan untuk tenang di remaja memiliki kemampuan kognitif
bawah tekanan. Lebih Lanjut Reivich dan dapat melakukan penalaran analogis dan
Shatte, mengemukakan dua hal penting yang berpikir kreatif, sehingga mampu
terkait dengan Regulasi emosi yaitu ketenangan membedakan mana yang baik dan mana
(calming) dan fokus (focusing) individu yang yang buruk.
mampu mengelola kedua keterampilan ini b. Kognitif
dapat membantu meredakan emosi yang ada. Bentuk informasi yang didapat mampu
mengubah persepsi yang dimiliki, sehingga
Aspek-Aspek Regulasi Emosi cara berpikir berubah menjadi positif
Thompson, membagi aspek-aspek ketika mendapatkan informasi yang benar.
regulasi emosi yang terdiri dari tiga macam, c. Hubungan sosial khususnya teman dan
yaitu: keluarga
a. Kemampuan memonitor emosi (emotions Teman sebaya penting dalam perkembangan
monitoring) yaitu kemampuan individu kemampuan regulasi emosi pada konteks di
untuk menyadari dan memahami luar rumah dan keluarga dalam konteks di
keseluruhan proses yang terjadi didalam dalam rumah.
dirinya, perasaannya, pikirannya dan latar d. Budaya
belakang dari tindakannya. Budaya yang terdapat dalam kelompok
b. Kemampuan mengevaluasi emosi masyarakat tertentu dapat mempengaruhi
(emotions evaluating) yaitu kemampuan cara individu menerima dan menilai suatu
individu untuk mengelola dan pengalaman emosi, dan menampilkan
menyeimbangkan emosi-emosi yang suatu respon emosi.
dialaminya. Kemampuan untuk mengelola
emosi khususnya emosi negatif seperti Definisi Bullying
kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam Olweus mengartikan bullying sebagai
dan benci akan membuat individu tidak suatu perilaku agresif yang diniatkan untuk
terbawa dan terpengaruh secara mendalam menjahati atau membuat individu merasa
yang dapat mengakibatkan individu tidak kesusahan, terjadi berulang kali dari waktu ke
dapat berfikir secara rasional. waktu dan berlangsung dalam hubungan yang
c. Kemampuan memodifikasi emosi tidak terdapat keseimbangan kekuasaan atau
(emotions modification) yaitu kemampuan kekuatan di dalamnya.
individu untuk meruba emosi sedemikian
rupa sehingga mampu memotivasi diri Aspek-Aspek Bullying
terutama ketika individu berada dalam Rigby, mengemukakan empat aspek
putus asa, cemas dan marah. Kemampuan bullying antara lain yaitu :
ini membuat individu mampu bertahan
dalam masalah yang sedang dihadapinya.
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖55

a. Bentuk fisik yaitu menendang, memukul, Berdasarkan latar belakang masalah dan
dan menganiaya orang yang dirasa mudah landasan teori di atas, kerangka alur penelitian
dikalahkan dan lemah secara fisik. divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai
b. Bentuk verbal yaitu menghina, menggosip, berikut :
dan memberi nama ejekan pada
korbannya. Bagan 1
c. Bentuk isyarat tubuh yaitu mengancam Kerangka Berfikir
dengan gerakan dan gertakkan.
d. Bentuk berkelompok yaitu membentuk Ket : Terjadinya regulasi emosi pada korban bullying

koalisi dan membujuk orang untuk


mengucilkan seseorang. Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
Bullying
Susan dkk, menyatakan ada beberapa untuk memahami fenomena tentang yang dialami
faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying subjek penelitian secara holistik dan dengan cara
yaitu : deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
a. Faktor individu pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
Terdapat dua kelompok individu yang memanfaatkan berbagai metode alamiah. Artinya
terlibat secara langsung dalam peristiwa data yang dikumpulkan bukan berupa angka,
bullying, yaitu pembuli dan korban melainkan data tersebut berasal dari masalah
bullying. Kedua kelompok ini merupakan wawancara, observasi serta dokumentasi.
faktor utama yang mempengaruhi perilaku Menurut Denzin dan Lincoln,
bullying. Ciri kepribadian dan sikap menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
seseorang individu mungkin menjadi penelitian yang menggunakan latar alamiah,
penyebab suatu perilaku bullying. dengan maksud menafsirkan fenomena yang
1) Pembuli (bullies) terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
Pembuli cenderung menganggap dirinya berbagai metode yang ada.
senantiasa diancam dan berada dalam Metode yang digunakan dalam
bahaya. Pembuli ini biasanya bertindak penelitian ini yaitu metode deskriptif. Tujuan
menyerang sebelum diserang. Ini deskriptif ini adalah untuk membantu pembaca
merupakan bentuk pembenaran dan mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di
dukungan terhadap tingkah laku agresif bawah pengamatan, diseimbangkan oleh
yang telah dilakukannya. Biasanya, analisis dan interpretasi. Deskriptif ini ditulis
pembuli memiliki kekuatan secara fisik dalam bentuk narasi untuk melengkapi
dengan penghargaan diri yang baik dan gambaran menyeluruh tentang apa yang terjadi
berkembang. dalam aktivitas atau peristiwa yang dilaporkan.

2) Korban bullying (victims) Subyek Penelitian


Korban bullying ialah seseorang yang Penelitian ini dilakukan di SMA
menjadi sasaran bagi berbagai tingkah laku Muhammadiyah 2 Palembang, dengan subjek
agresif. Dengan kata lain, korban bullying berjumlah 5 orang, yaitu D, T, MI dari kelas X
ialah orang yang dibuli atau sasaran (sepuluh), K dan S dari kelas XI (sebelas) dan
pembuli. subjek sekunder berjumlah 5 (lima) orang,

ISSN: 2502-728X
56 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

meliputi guru BK dan guru pembimbing di pelajar, maupun recorder kegiatan baik ketika
SMA Muhammadiyah 2 Palembang dan 3 wawancara maupun ketika observasi.
orang teman sebaya yaitu 2 (dua) orang dari
kelas X (sepuluh) dan 1 (satu) orang dari kelas Metode Analisis Data
XI (sebelas). Jadi jumlah keseluruhan subjek Analisis data kualitatif adalah upaya
berjumlah 10 (sepuluh) orang. yang dilakukan dengan bekerja pada data,
mengorganisasi data, memilah-milahnya
Metode Pengumpulan Data menjadi satuan yang dapat dikelola,
Metode pengumpulan data yang mensintesiskannya, mencari dan menemukan
digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah pola, menemukan apa yang penting dan apa
dengan cara sebagai berikut : 1) Observasi, yang dipelajari dan memutuskan yang dapat
menurut John W. Creswell, menyatakan diceritakan kepada orang lain.
observasi sebagai sebuah proses penggalian Miles dan Huberman menyebutkan
data yang dilakukan langsung oleh peneliti bahwa aktivitas dalam analisis data mencakup
sendiri (bukan oleh asisten peneliti atau oleh data reduction, data display, dan conclusion
orang lain) dengan cara melakukan pengamatan drawing/verification.
mendetail terhadap manusia sebagai objek 1. Data Reduction (Reduksi Data)
observasi dan lingkungannya dalam kancah Data yang diperoleh dari lapangan
riset. Jenis observasi yang digunakan dalam jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
penelitian ini adalah observasi tidak perlu dicatat secara teliti dan rinci.
berstruktur. Obeservasi tidak berstruktur ialah Mereduksi data berarti merangkum, memilih
observasi yang dilakukan secara acak dan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
multidimensi sehingga tidak memerlukan hal yang penting, dicari tema dan polanya.
penjadwalan yang tetap. 2) Wawancara, adalah Dengan demikian, data yang telah direduksi
suatu metode penelitian yang meliputi akan memberikan gambaran yang jelas, dan
pengumpulan data melalui interaksi verbal mempermudah peneliti untuk melakukan
secara langsung antara pewawancara dan pengumpulan data selanjutnya dan
responden. Selain interaksi verbal kemampuan mencarinya bila diperlukan.
menangkap isyarat nonverbal juga sangat 2. Data Display (Penyajian Data)
diperlukan ketika melakukan wawancara. Setelah data direduksi, maka langkah
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan selanjutnya adalah melakukan penyajian
dengan menggunakan pedoman wawancara data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti singkat, bagan, hubungan antar kategori,
atau pengumpul data telah mengetahui dengan flowchart, dan sejenisnya. Dengan
pasti tentang informasi apa yang akan melakukan penyajian data, akan memudahkan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan untuk memahami apa yang terjadi,
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
instrument penelitian berupa pertanyaan- apa yang telah dipahami.
pertanyaan tertulis yang alternatif. 3) 3. Conclusion Drawing/Verification
Dokumentasi, merupakan peristiwa yang sudah Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, adalah penarikan kesimpulan dan
gambar, atau karya-karya monumental dari pembuktian (verification). Kesimpulan awal
seseorang. Data dokumentasi yang akan yang dikemukakan masih bersifat sementara,
digunakan adalah berupa hasil foto, kartu dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖57

bukti kuat yang mendukung pada tahap diri dan ingin lebih baik dari pelaku bullying agar
pengumpulan data berikutnya. Dengan terhindar dari perilaku yang tidak menyenangkan
demikian, kesimpulan dalam penelitian disekolah dan bisa membahagiakan kedua orang
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan tua subjek. Subjek juga mampu memotivasi diri
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mereka dengan cara ingin mendapatkan
mungkin juga tidak, karena seperti yang prestasi yang lebih baik dari pelaku bullying
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan dan hanya menganggap sebagai ujian kecil
masalah dalam penelitian kualitatif masih untuk menjadi pemimpin yang besar.
bersifat sementara dan akan berkembang Maka korban bullying yang mampu
setelah peneliti berada di lapangan. merespon kesulitan dan dampak dari bullying
yang dialaminya dengan kegigihan dan
Hasil Penelitian dan Diskusi ketabahan dapat dikategorikan mampu
Sebagaimana yang telah diuraikan di meregulasi emosinya dengan baik atau orang
atas tentang regulasi emosi pada korban yang mampu menaikan derajatnya. Menurut
bullying, sebagian besar subjek menceritakan Shumsky, mereka yang penyesuaian emosinya
bahwa mereka mengetahui beberapa bentuk baik dapat memperhitungkan tujuan-tujuan serta
bullying dan mengalami perilaku bullying lingkungan di dalam menilai berbagai tindakan-
tersebut. Menurut Fitria, bentuk bullying secara tindakan moral. Dari hasil penelitian ini dapat
garis besar dibedakan menjadi tiga, yaitu: dilihat sebagai berikut:
a. Bullying fisik, bullying seperti ini bertujuan 1. Tema-tema bullying
menyakiti tubuh seseorang. Misalnya: a. Korban bullying merupakan remaja yang
memukul, menendang, mendorong, pendiam atau memiliki kemampuan
menampar, menjahili, dan sebagainya. interpersonal yang rendah.
b. Bullying verbal, artinya menyakiti dengan b. Pelaku bullying merupakan teman
ucapan. misalnya pemalakan, pemerasan, sekelas yang memiliki akses langsung
mengancam, menghasut, berkata jorok dengan korban.
pada korban, mengejek, menggosip, c. Bentuk bullying yang dialami oleh
membentak dan sebagainya. korban antara lain: bullying psikologis
c. Bullying psikis, bullying seperti ini (dijauhi dan dikucilkan), bullying fisik
menyakiti korban secara psikis misalnya (ditendang, didorong, dan dipukul), dan
mengucilkan, mengintimidasi, mengabaikan, bullying verbal (disebut “bau”,
menatap dengan muka mengancam, “jerawat” dan “kecil” serta nama
menakuti, dan sebagainya. orangtua dijadikan bahan olokan).
d. Dampak yang dialami oleh korban
Subjek juga mengalami bullying sejak bullying antara lain dampak secara:
di SMP dan ketika bersekolah di SMA psikologis (marah, kesal, tertekan,
Muhammadiyah 2 Palembang, yang terintimidasi, dan stres setelah
menyebabkan subjek menjadi korban bullying mengalami bullying), fisik (sakit dan
karena pelaku tidak ingin tersaingi, memar-memar di beberapa bagian
kemampuan yang dimiliki subjek lebih dari tubuh akibat bullying fisik), sosial
pelaku bullying, memiliki penampilan yang (korban terisolir di sekolah karena tidak
biasa. memiliki teman dan masalah yang
Subjek juga memiliki kemampuan untuk dialami korban berdampak di rumah),
meregulasi emosinya seperti menghindari pelaku dan akademis (mengganggu konsentrasi
bullying, mampu memotivasi dirinya, percaya belajar, nilai ulangan korban turun).

ISSN: 2502-728X
58 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi menenangkan diri kembali setelah


emosi terhadap korban bullying merasakan emosi yang berlebihan.
a. Faktor pendukung Seperti bermain game, mengucapkan
Faktor yang mendukung regulasi emosi istighfar, dan memfokuskan diri pada
korban bullying antara lain: studinya agar bisa lulus dengan baik
1) Keinginan dari dalam diri korban dan dapat membanggakan keluarganya.
untuk membanggakan keluarga. b. Engaging in goal directed behavior
2) Kesadaran korban untuk fokus pada (goals)
sekolah agar dapat lulus dengan baik. Engaging in goal directed behavior
3) Keyakinan dalam diri korban bahwa yaitu kemampuan individu untuk tidak
Allah tidak memandang kelebihan terpengaruh oleh emosi negatif yang
maupun kelemahan hambaNya. dirasakannya sehingga dapat tetap
4) Keinginan dari dalam diri korban berpikir dan melakukan sesuatu dengan
untuk tidak merepotkan keluarganya. baik. Korban bullying memilih untuk
5) Keberadaan dan dukungan dari melakukan hal-hal positif, seperti fokus
keluarga dan orang-orang di sekitar pada studinya, sebagai salah satu cara
korban yang memberi dukungan menyelesaikan permasalahannya.
korban bullying untuk terus Setelah korban mengalihkan perhatian
berjuang. pada hal lain, korban merasa emosi-
b. Faktor penghambat emosi negatif yang semula
Faktor yang menghambat regulasi dirasakannya menghilang.
emosi korban bullying antara lain: c. Control emotional responses (impulse)
1) Karakteristik korban yang cenderung Control emotional responses yaitu
temperamental dan sulit bergaul. kemampuan individu untuk dapat
2) Korban takut mendapat sanksi dari mengontrol emosi yang dirasakannya
pihak sekolah. dan respon emosi yang ditampilkan.
3) Korban kurang membuka diri pada korban tidak menyalahkan diri mereka
orang lain dan malas bersosialisasi. sepenuhnya, mereka juga menyadari
4) Korban merasa kalah secara fisik bahwa pelaku dan lingkungan sekitar
maupun jumlah dari pelaku. mereka turut memiliki andil. Di sisi
5) Kurangnya kepedulian dari teman lain, korban juga belajar untuk menahan
sekelas korban untuk membantu emosinya karena mempertimbangkan
korban mencegah bullying terjadi. dampak yang lebih buruk kalau dia
6) Sekolah kurang mendukung membalas perlakuan pelaku.
penanganan terhadap permasalahan d. Acceptance of emotional response
bullying. (acceptance)
3. Regulasi emosi terhadap korban bullying Acceptance of emotional response yaitu
a. Strategies to emotion regulation kemampuan individu untuk menerima
(strategies) suatu peristiwa yang menimbulkan
Strategies to emotion regulation yaitu emosi negatif dan tidak merasa malu
keyakinan individu untuk dapat merasakan emosi tersebut. Sekalipun
mengatasi suatu masalah, memiliki korban mengalami penindasan di
kemampuan untuk menemukan suatu sekolah, korban tetap berangkat sekolah
cara yang dapat mengurangi emosi dan tidak menghindari pelaku. Korban
negatif dan dapat dengan cepat merasa bullying yang dialaminya bukan
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖59

masalah besar yang dapat Dampak yang dialami oleh korban


menghancurkan hidupnya. Korban bullying secara psikologis berupa marah, kesal,
menganggap bullying yang dialaminya tertekan, terintimidasi, dan stres setelah
sebagai salah satu bentuk ujian dan mengalami bullying, secara fisik, sosial seperti
tantangan hidup. korban terisolir di sekolah karena tidak
4. Hikmah pengalaman menjadi korban memiliki teman dZan secara akademis seperti
bullying mengganggu konsentrasi belajar dan nilai
Menurut Hollingworth, hikmah psikologis ulangan korban menjadi rendah.
seseorang yang matang secara emosional Remaja korban bullying memiliki
adalah orang yang matang secara regulasi emosi yang dapat mengatasi suatu
emosional tidak berarti hanya mampu masalah, memiliki kemampuan untuk tidak
mengontrol emosi, tapi juga berarti terpengaruh oleh emosi negatif yang
kemampuan untuk menggunakan sumber- dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan
sumber emosi untuk mendapatkan melakukan sesuatu dengan baik, mampu
kepuasan dari hal-hal yang disenangi, mengontrol emosi yang dirasakannya. Korban
mencintai dan menerima, mengalami juga memiliki kemampuan untuk belajar
kemarahan bila mengalami hambatan yang menahan emosinya karena mempertimbangkan
juga akan menimbulkan kemarahan bagi dampak yang lebih buruk kalau dia membalas
orang lain, menerima dan menyadari arti perlakuan pelaku, dan korban juga
rasa takutyang timbul apabila menghadapi menganggap bullying yang dialaminya sebagai
hal-hal yang menakutkan, tanpa berpura- salah satu bentuk ujian dan tantangan hidup.
pura bertopeng keberanian. Diantara dimensi terpenting yang
Korban menganggap pengalamannya membuat korbang bullying mampu
sebagai salah satu bentuk tantangan dan menemukan hikmah hidupnya yaitu korban
pelajaran dalam hidup agar dapat bersikap menganggap pengalamannya sebagai salah satu
percaya diri, proses untuk mendewasakan diri, bentuk tantangan dan pelajaran dalam hidup
sabar, dan menganggap sebagai ujian. agar dapat bersikap percaya diri, sabar, dan
(D/S1/W2/180; T/S2/W1/352; MI/S3/W1/465; qanaah. Korban merasa hidupnya saat ini
K/S4/W1/639; S/S5/W2/832). Korban merasa bahagia karena korban mampu mengatasi
hidupnya saat ini bahagia karena korban tantangan-tantangan yang muncul selama
mampu mengatasi tantangan-tantangan yang menjadi korban bullying dengan baik.
muncul selama menjadi korban bullying
dengan baik. Saran
1. Bagi Korban Bullying
Simpulan Bagi remaja, memiliki hubungan sosial
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik yang baik merupakan salah satu faktor penting
kesimpulan bahwa sebagian besar remaja yang untuk tahap kehidupan selanjutnya. Kemampuan
memiliki regulasi emosi pada korban bullying interpersonal yang baik sangat diperlukan agar
di SMA Muhammadiyah 2 Palembang dapat membangun hubungan yang sehat dengan
merupakan remaja yang memiliki interpersonal teman sebaya. Korban bullying yang memiliki
rendah dan berkepribadian pendiam, memiliki kemampuan interpersonal yang rendah perlu
akses langsung dengan pelaku bullying, bentuk mencari informasi mengenai bagaimana cara
bullying yang dialami berupa bullying meningkatkan kemampuan interpersonal atau
psikologis, bullying fisik, dan bullying verbal. bagaimana cara membangun minat untuk
berteman dengan teman sebaya. Korban bullying

ISSN: 2502-728X
60 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

perlu belajar untuk membela diri dari pelaku dukungan pada anak agar anaknya dapat terus
bullying dengan cara yang cerdas seperti berjuang menghadapi pelaku.
mengabaikan saja ejekan atau hinaan pelaku
ataupun berusaha menolak dengan tegas saat 4. Bagi Masyarakat
hendak dipukuli. Proses terjadinya bullying tidak hanya
Korban bullying yang mampu disebabkan karena adanya pelaku dan korban
mengontrol emosi, mengakui dan bertanggung namun juga karena faktor lingkungan di
jawab terhadap dampak-dampak yang timbul sekitarnya. Masyarakat yang baik sudah
akibat bullying, mampu menempatkan rasa semestinya memiliki kepekaan untuk
bersalah dalam porsi yang tepat, mampu mengetahui apakah di lingkungan mereka
membatasi dampak-dampak bullying agar tidak sedang terjadi bullying. Oleh karena itu,
terlalu mempengaruhi kehidupannya, dan diperlukan sosialisasi pada masyarakat agar
memiliki pandangan bahwa bullying yang masyarakat lebih paham bagaimana bullying itu
dialaminya bukan masalah permanen, akan terjadi, apa penyebab dan dampaknya, serta
memiliki ketangguhan yang lebih dalam bagaimana cara menangani dan membantu
berjuang mengatasi bullying. korban bullying.

2. Bagi Pihak Sekolah 5. Bagi Penelitian Selanjutnya


Sekolah harus lebih peka terhadap Suatu penelitian bukanlah hasil
masalah yang dialami oleh siswanya, terutama sempurna yang bisa menggambarkan suatu
untuk menangani masalah bullying. Sekolah fenomena tanpa didukung oleh penelitian-
dapat mengembangkan beberapa jenis kegiatan penelitian lainnya. Begitu juga dengan
anti-bullying yang melibatkan seluruh siswa. penelitian ini masih dikatakan jauh dari
Selain itu, pihak sekolah melalui para guru, sempurna. Oleh karena itu perlu dilakukan
dapat mengembangkan hubungan yang lebih penelitian yang lebih banyak tentang regulasi
akrab dengan siswa. Sehingga siswa tidak emosi pada remaja korban bullying dengan
segan untuk menceritakan masalah yang tengah metode lain sepeti metode kuantitatif. Selain
dihadapinya pada guru. Pihak sekolah juga itu untuk memperkaya informasi dapat
dapat mengembangkan metode penanganan menggunakan subjek dengan jenis kelamin
bagi siswanya yang terlanjur menjadi korban yang berbeda. Di sisi lain, diperlukan juga
bullying. Sekolah juga sebaiknya memiliki penelitian mengenai penanganan terhadap
metode untuk menangani siswa yang menjadi korban bullying.
pelaku bullying.
Daftar Pustaka
3. Bagi Orang tua Ali, Mohammad, Psikologi Remaja
Bagi orangtua siswa, diperlukan Perkembangan Peserta Didik, PT Bumi
kecapakan untuk mengenali anak yang menjadi Aksara, Jakarta, 2011
korban bullying. Terutama bagi orangtua yang
tidak dekat dengan anaknya. Karena itu, Al-Mighwar, Muhammad, Psikologi Remaja,
sebaiknya orangtua mengembangkan hubungan Pustaka Setia, Bandung, 2006
Alsa, Asmadi, Pendekatan Kuantitatif dan
yang dekat dengan anak agar anak merasa
Kualitatif serta Kombinasinya, Pustaka
nyaman untuk bercerita maupun mencari Pelajar, Yogyakarta, 2011
dukungan dari orangtuanya. Selain itu, bagi
orangtua yang anaknya terlanjur menjadi Ashiddiqi, Hasbi, Pedoman Penulisan Skripsi,
korban bullying, mereka harus memberikan Tunas Gemilang, Palembang, 2010
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖61

dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud,


Az-Zabidi dan Imam. Ringkasan Shahih Al- Jakarta, 2014
Bukhari, Pustaka Amani, Jakarta, 2002
Chakrawati, Fitria, Bullying, Siapa Takut?, Pribadi, Sikun, Mutiara-Mutiara Pendidikan,
Tiga Ananda, Solo, 2015 PT. Karya Unipress, Jakarta, 1987

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Soejanto, Agoes, Psikologi Perkembangan, PT


Kuantitatif dan Kualitatif, Rajawali Pers, Rineka Cipta, Jakarta, 2005
Jakarta, 2012
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif dan
Henryk, Misiak, Psikologi Fenomenologi, Kualitatif R&D, Alfabeta, Bandung, 2013
Eksistensial dan Humanistik (Suatu
Survey Historis, PT. Eresco, (tp), 1988 Sulaeman, Dadang, Psikologi Remaja:
Dimensi-Dimensi Perkembangan,
Herdiansyah, Haris, Wawancara, Observasi, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1995
dan Fokus groups: Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif, PT raja Wyckoff dan Barbara, Disiplin Tanpa Teriakan
Grafindo Persada, Jakarta, 2013 atau Pukulan, Jakarta, Binarupa Aksara,
1994
Kartini, Kartono, Psikologi Sosial 2 Kenakalan
Remaja, CV. Rajawali, Jakarta, 1998 Diakses dari Skripsi, Tesis dan Jurnal :

Krahe, Barbara, Agresi di Ruang Publik, Anggreiny, Nila, “Rational Emotive Behavior
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 Therapy (REBT) untuk Meningkatkan
Regulasi Emosi pada Remaja Korban
Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kekerasan Seksual”, Tesis, Fakultas
Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Psikologi Universitas Sumatera Utara,
Babdung, 2014 2014

Morgan, Nicola, The Teenage Guide to Arief Imanda, rahmawan, Hubungan antara
STRESS. Diterjemahkan Dewi Wulansari, Pola Asuh Permisif dengan Intensi
Panduan Mengatasi Stres Bagi Remaja, Bullying pada Siswa–Siswi Kelas VIII
Gemilang, Jakarta, 2014 SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta,
Jurnal, universitas Ahmad Dahlan, 2013
Nay, Robert, How to Resolve Conflict, Sustain
Relationships, and Express Yourself Chairani, Siti Umasugi, “Hubungan antara
without Losing Control, Pocket Books, Regulasi Emosi dan Religiusitas dengan
New York, 1997. Diterjemahkan Kecenderungan Perilaku Bullying pada
Leinovar Bahfein, Mengelola Regulasi Remaja”, Jurnal, Fakultas Psikologi
Emosi : Tampil Menangani Konflik, Universitas Ahmad Dahlan, 2013
Melanggengkan Hubungan, dan Faridh, Ridhayati, Hubungan antara Regulasi
Mengekspresikan Diri Tanpa Lepas Emosi dengan Kecenderungan
Kendali, PT Serambi Ilmu Semesta, Kenakalan Remaja, Penelitian pada SMA
Jakarta, 2007 PGRI 2 Yogyakarta, Jurnal, Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, UIN
Ngalim, Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT Yogyakarta, 2008
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002
Hasyim, Moch. Latief Rosyidi, Regulasi Emosi
Nuh, Mohammad, Bahasa Inggris untuk pada Istri yang Tertular HIV/AIDS,
SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI semester 1 Skripsi, Universitas Islam Negeri sunan
: Stop Bullying Now, Pusat Kurikulum kalijaga, Yogyakarta, 2014

ISSN: 2502-728X
62 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

Pribadi, Sikun, Mutiara-Mutiara Pendidikan,


PT. Karya Unipress, Jakarta, 1987

You might also like