Professional Documents
Culture Documents
1057-Article Text-2298-2-10-20170224
1057-Article Text-2298-2-10-20170224
1 (2016) 50-62
ABSTRACT
Bullying is an act that violates the strength and power that is harmful to others both
physically and psychologically so that victims feel under pressure and tend to be helpless. Teens
tend to have volatile emotions. In his teens, so that one can avoid anti-social behavior, the ability to
manage emotions is also called the regulation emosi.Tujuan this study was to determine the shape,
the impact of, and factors affecting the regulation of emotions in victims of bullying in SMA
Muhammadiyah 2 Palembang who can adapt to the events they experienced bullying, and bullying
they experienced wisdom.
The subjects in this study were five teenagers aged between 16-18 years of age when being
bullied and domiciled in Palembang. This study used a qualitative approach, whereas the method
used is descriptive. A qualitative approach with descriptive method aims to help readers find out
what happens in the environment under observation, is balanced by the analysis and interpretation
of emotion regulation on the victims of bullying.
The results of this study showed some of the themes in emotion regulation in young victims of
bullying. As for the theme, namely how the victim to adjust to the bullying she experienced among
others: (1) Strategies to emotion regulation is the belief the individual to be able to solve a problem,
such as playing games, give istighfar, and focusing on the study, (2) Engaging in goal directed behavior
is the individual's ability to be unaffected by negative emotions felt, and not run away from
permasalahannya.Korban chose to focus on his studies as a way to resolve the problem, (3) control of
emotional responses that an individual's ability to be able to control the emotions, the victim was able
locates and recognizes that the origin of the trouble not only from themselves, (4) Acceptance of
emotional response that is the ability of individuals to receive an event that led to negative emotions, the
victim is quite capable of limiting the effects of bullying that is not too far reach of their lives, and
assume that the impact of bullying they experienced only be felt in the short term.
ABSTRAK
Bullying merupakan tindakan yang menyalahi kekuatan dan kekuasaan yang bersifat
merugikan orang lain baik secara fisik maupun psikis sehingga korban merasa di bawah tekanan
dan cenderung tidak berdaya. Remaja cenderung memiliki emosi yang bergejolak. Di usia remaja,
agar seseorang dapat terhindar dari perilaku-perilaku anti sosial, maka diperlukan kemampuan
untuk mengelola emosi yang disebut juga dengan regulasi emosi.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bentuk, dampak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi pada korban
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖51
bullying di SMA Muhammadiyah 2 Palembang yang mampu menyesuaikan diri terhadap peristiwa
bullying yang mereka alami, serta hikmah bullying yang mereka alami.
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah lima remaja berusia antara 16-18 tahun saat
menjadi korban bullying dan berdomisili di wilayah Palembang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif. Pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif ini bertujuan untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di
lingkungan di bawah pengamatan, diseimbangkan oleh analisis dan interpretasi mengenai regulasi
emosi pada korban bullying.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa tema dalam regulasi emosi pada remaja
korban bullying. Adapun tema tersebut yaitu cara korban untuk menyesuaikan diri terhadap bullying
yang dialaminya antara lain: (1) Strategies to emotion regulation yaitu keyakinan individu untuk
dapat mengatasi suatu masalah, seperti bermain game, mengucap istighfar, dan memfokuskan diri
pada studi, (2) Engaging in goal directed behavior yaitu kemampuan individu untuk tidak
terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya,serta tidak lari dari permasalahannya. Korban
memilih untuk fokus pada studinya sebagai salah satu cara menyelesaikan permasalahannya, (3)
Control emotional responses yaitu kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi, korban
mampu menempatkan dan mengakui bahwa asal usul kesulitan tidak hanya berasal dari diri mereka
sendiri, (4) Acceptance of emotional response yaitu kemampuan individu untuk menerima suatu
peristiwa yang menimbulkan emosi negatif, korban cukup mampu membatasi dampak-dampak
bullying agar tidak terlalu jauh menjangkau kehidupan mereka, dan menganggap bahwa dampak
bullying yang dialaminya ini hanya dirasakan dalam jangka pendek.
ISSN: 2502-728X
52 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016
sehingga ada peluang untuk melakukan hal-hal baek mano teman yang nakal, terus sebagai
yang seperti tindak kekerasan berkelahi dan motivasi untuk jalani edop.” (T)
lain sebagainya tetapi kalau kondisi KBM itu Regulasi emosi juga memberikan
kondusif tidak ada peluang untuk itu.” (UM) kemampuan untuk Engaging in goal directed
Selain dari adanya masalah yang behavior yaitu kemampuan individu untuk tidak
disebabkan faktor KBM (Kondisi Belajar terpengaruh oleh emosi negatif. Sebagaimana
Mengajar) di sekolah, banyak faktor yang yang diungkapkan oleh subjek berinisial MI,
menjadi masalah bagi remaja. Sifat emosional yaitu :“Saya sebagai ketua kelas udah agak
remaja juga menjadikannya menghadapi capek, karena sudah di diemin malah nambah
banyak masalah, sehingga seringkali muncul ribut dan saat disuruh masuk ada beberapa
masalah baru yaitu perilaku anti sosial. Hasil temen yang tidak mau masuk kelas, tapi aku
dari penelitian ini menunjukkan bahwa di balik malah diejek bahkan kadang dijauhi. Sudah dua
banyaknya dampak negatif yang timbul karena kali saya mau berhenti jadi ketua kelas, tetapi
menjadi korban bullying, ternyata masih tidak diizinkan wali kelas. Mungkin aku udah
banyak remaja yang mampu bertahan dan dipercaya dan aku jadi tambah semangat.” (MI)
berjuang untuk tidak pasrah begitu saja saat Selain itu korban bullying juga mampu
menjadi korban bullying. mengevaluasi dan memodifikasi emosinya yaitu
Sesuai dengan temuan hasil wawancara kemampuan untuk memotivasi diri terutama
awal, bahwa masih ada remaja yang mampu ketika individu berada dalam putus asa, cemas
bertahan untuk berjuang melawan dampak dan marah. Sebagaimana yang diungkapkan
bullying. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh korban bullying berinisial K, yaitu :
oleh peneliti pada tanggal 13 April 2015. “yang pertama ketika baru pertama pindah
Sebagaimana hal yang diungkap oleh korban sekolah atau pertama masuk ke dalam suatu
bullying berinisial D, yaitu: “Ketika digosipin tempat kita harus menyesuaikan bagaimana
itu cuek bae, Diem bae mbak, dak dideketi cara penampilan mereka, bagaimana cara
mereka, cari kawan yang lain.”(D) berbicara mereka, bagaimana cara kehidupan
Berdasarkan petikan wawancara di atas mereka. Kalau sekiranya saya sudah pantas
sebagaimana yang diungkapkan, D mampu baru saya masuk.” (K)
meregulasi emosinya dengan cara memonitor Regulasi emosi juga memberikan
emosinya yaitu kemampuan individu untuk kemampuan untuk control emotional responses
menyadari dan memahami keseluruhan proses yaitu kemampuan individu untuk dapat
yang terjadi di dalam dirinya dan membuat mengontrol emosi yang dirasakannya dan
strategies yaitu keyakinan individu untuk dapat mampu memodifikasi emosinya yaitu
mengatasi suatu masalah. Kemampuan yang membuat individu mampu
Regulasi emosi juga mempunyai bertahan dalam masalah yang sedang
kemampuan untuk menerima suatu respon dihadapinya, sebagaimana yang diungkapkan
emosi (Acceptance of emotional response) oleh korban bullying berinisial S, yaitu : “Yang
yaitu merupakan kemampuan individu untuk membuat S mampu mengontrol emosi, karna
menerima suatu peristiwa yang menimbulkan faktor teman dan ingat kedua orang tua
emosi negatif dan tidak merasa malu mbak”(S)
merasakan emosi tersebut. Sebagaimana yang Beberapa subyek menyikapinya dengan
diungkapkan oleh subjek berinisial T, yaitu : cuek saat perilaku bullying terjadi dan mampu
“Yo sering digosipi, diomongi yang idak-idak mengelola emosinya. Oleh karena itu,
cak itu nah. Pas digosipin diem be jadike kemampuan mengelola emosi perlu dilakukan
pelajaran, jadi biso nentuke mano teman yang agar seseorang dapat terhindar dari perilaku-
ISSN: 2502-728X
54 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016
a. Bentuk fisik yaitu menendang, memukul, Berdasarkan latar belakang masalah dan
dan menganiaya orang yang dirasa mudah landasan teori di atas, kerangka alur penelitian
dikalahkan dan lemah secara fisik. divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai
b. Bentuk verbal yaitu menghina, menggosip, berikut :
dan memberi nama ejekan pada
korbannya. Bagan 1
c. Bentuk isyarat tubuh yaitu mengancam Kerangka Berfikir
dengan gerakan dan gertakkan.
d. Bentuk berkelompok yaitu membentuk Ket : Terjadinya regulasi emosi pada korban bullying
ISSN: 2502-728X
56 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016
meliputi guru BK dan guru pembimbing di pelajar, maupun recorder kegiatan baik ketika
SMA Muhammadiyah 2 Palembang dan 3 wawancara maupun ketika observasi.
orang teman sebaya yaitu 2 (dua) orang dari
kelas X (sepuluh) dan 1 (satu) orang dari kelas Metode Analisis Data
XI (sebelas). Jadi jumlah keseluruhan subjek Analisis data kualitatif adalah upaya
berjumlah 10 (sepuluh) orang. yang dilakukan dengan bekerja pada data,
mengorganisasi data, memilah-milahnya
Metode Pengumpulan Data menjadi satuan yang dapat dikelola,
Metode pengumpulan data yang mensintesiskannya, mencari dan menemukan
digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah pola, menemukan apa yang penting dan apa
dengan cara sebagai berikut : 1) Observasi, yang dipelajari dan memutuskan yang dapat
menurut John W. Creswell, menyatakan diceritakan kepada orang lain.
observasi sebagai sebuah proses penggalian Miles dan Huberman menyebutkan
data yang dilakukan langsung oleh peneliti bahwa aktivitas dalam analisis data mencakup
sendiri (bukan oleh asisten peneliti atau oleh data reduction, data display, dan conclusion
orang lain) dengan cara melakukan pengamatan drawing/verification.
mendetail terhadap manusia sebagai objek 1. Data Reduction (Reduksi Data)
observasi dan lingkungannya dalam kancah Data yang diperoleh dari lapangan
riset. Jenis observasi yang digunakan dalam jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
penelitian ini adalah observasi tidak perlu dicatat secara teliti dan rinci.
berstruktur. Obeservasi tidak berstruktur ialah Mereduksi data berarti merangkum, memilih
observasi yang dilakukan secara acak dan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
multidimensi sehingga tidak memerlukan hal yang penting, dicari tema dan polanya.
penjadwalan yang tetap. 2) Wawancara, adalah Dengan demikian, data yang telah direduksi
suatu metode penelitian yang meliputi akan memberikan gambaran yang jelas, dan
pengumpulan data melalui interaksi verbal mempermudah peneliti untuk melakukan
secara langsung antara pewawancara dan pengumpulan data selanjutnya dan
responden. Selain interaksi verbal kemampuan mencarinya bila diperlukan.
menangkap isyarat nonverbal juga sangat 2. Data Display (Penyajian Data)
diperlukan ketika melakukan wawancara. Setelah data direduksi, maka langkah
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan selanjutnya adalah melakukan penyajian
dengan menggunakan pedoman wawancara data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti singkat, bagan, hubungan antar kategori,
atau pengumpul data telah mengetahui dengan flowchart, dan sejenisnya. Dengan
pasti tentang informasi apa yang akan melakukan penyajian data, akan memudahkan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan untuk memahami apa yang terjadi,
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
instrument penelitian berupa pertanyaan- apa yang telah dipahami.
pertanyaan tertulis yang alternatif. 3) 3. Conclusion Drawing/Verification
Dokumentasi, merupakan peristiwa yang sudah Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, adalah penarikan kesimpulan dan
gambar, atau karya-karya monumental dari pembuktian (verification). Kesimpulan awal
seseorang. Data dokumentasi yang akan yang dikemukakan masih bersifat sementara,
digunakan adalah berupa hasil foto, kartu dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
Nanda Diti Ellisyani dan Kiki Cahaya Setiawan Regulasi Emosi Pada Korban Bullying Di SMA …‖57
bukti kuat yang mendukung pada tahap diri dan ingin lebih baik dari pelaku bullying agar
pengumpulan data berikutnya. Dengan terhindar dari perilaku yang tidak menyenangkan
demikian, kesimpulan dalam penelitian disekolah dan bisa membahagiakan kedua orang
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan tua subjek. Subjek juga mampu memotivasi diri
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mereka dengan cara ingin mendapatkan
mungkin juga tidak, karena seperti yang prestasi yang lebih baik dari pelaku bullying
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan dan hanya menganggap sebagai ujian kecil
masalah dalam penelitian kualitatif masih untuk menjadi pemimpin yang besar.
bersifat sementara dan akan berkembang Maka korban bullying yang mampu
setelah peneliti berada di lapangan. merespon kesulitan dan dampak dari bullying
yang dialaminya dengan kegigihan dan
Hasil Penelitian dan Diskusi ketabahan dapat dikategorikan mampu
Sebagaimana yang telah diuraikan di meregulasi emosinya dengan baik atau orang
atas tentang regulasi emosi pada korban yang mampu menaikan derajatnya. Menurut
bullying, sebagian besar subjek menceritakan Shumsky, mereka yang penyesuaian emosinya
bahwa mereka mengetahui beberapa bentuk baik dapat memperhitungkan tujuan-tujuan serta
bullying dan mengalami perilaku bullying lingkungan di dalam menilai berbagai tindakan-
tersebut. Menurut Fitria, bentuk bullying secara tindakan moral. Dari hasil penelitian ini dapat
garis besar dibedakan menjadi tiga, yaitu: dilihat sebagai berikut:
a. Bullying fisik, bullying seperti ini bertujuan 1. Tema-tema bullying
menyakiti tubuh seseorang. Misalnya: a. Korban bullying merupakan remaja yang
memukul, menendang, mendorong, pendiam atau memiliki kemampuan
menampar, menjahili, dan sebagainya. interpersonal yang rendah.
b. Bullying verbal, artinya menyakiti dengan b. Pelaku bullying merupakan teman
ucapan. misalnya pemalakan, pemerasan, sekelas yang memiliki akses langsung
mengancam, menghasut, berkata jorok dengan korban.
pada korban, mengejek, menggosip, c. Bentuk bullying yang dialami oleh
membentak dan sebagainya. korban antara lain: bullying psikologis
c. Bullying psikis, bullying seperti ini (dijauhi dan dikucilkan), bullying fisik
menyakiti korban secara psikis misalnya (ditendang, didorong, dan dipukul), dan
mengucilkan, mengintimidasi, mengabaikan, bullying verbal (disebut “bau”,
menatap dengan muka mengancam, “jerawat” dan “kecil” serta nama
menakuti, dan sebagainya. orangtua dijadikan bahan olokan).
d. Dampak yang dialami oleh korban
Subjek juga mengalami bullying sejak bullying antara lain dampak secara:
di SMP dan ketika bersekolah di SMA psikologis (marah, kesal, tertekan,
Muhammadiyah 2 Palembang, yang terintimidasi, dan stres setelah
menyebabkan subjek menjadi korban bullying mengalami bullying), fisik (sakit dan
karena pelaku tidak ingin tersaingi, memar-memar di beberapa bagian
kemampuan yang dimiliki subjek lebih dari tubuh akibat bullying fisik), sosial
pelaku bullying, memiliki penampilan yang (korban terisolir di sekolah karena tidak
biasa. memiliki teman dan masalah yang
Subjek juga memiliki kemampuan untuk dialami korban berdampak di rumah),
meregulasi emosinya seperti menghindari pelaku dan akademis (mengganggu konsentrasi
bullying, mampu memotivasi dirinya, percaya belajar, nilai ulangan korban turun).
ISSN: 2502-728X
58 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016
ISSN: 2502-728X
60 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016
perlu belajar untuk membela diri dari pelaku dukungan pada anak agar anaknya dapat terus
bullying dengan cara yang cerdas seperti berjuang menghadapi pelaku.
mengabaikan saja ejekan atau hinaan pelaku
ataupun berusaha menolak dengan tegas saat 4. Bagi Masyarakat
hendak dipukuli. Proses terjadinya bullying tidak hanya
Korban bullying yang mampu disebabkan karena adanya pelaku dan korban
mengontrol emosi, mengakui dan bertanggung namun juga karena faktor lingkungan di
jawab terhadap dampak-dampak yang timbul sekitarnya. Masyarakat yang baik sudah
akibat bullying, mampu menempatkan rasa semestinya memiliki kepekaan untuk
bersalah dalam porsi yang tepat, mampu mengetahui apakah di lingkungan mereka
membatasi dampak-dampak bullying agar tidak sedang terjadi bullying. Oleh karena itu,
terlalu mempengaruhi kehidupannya, dan diperlukan sosialisasi pada masyarakat agar
memiliki pandangan bahwa bullying yang masyarakat lebih paham bagaimana bullying itu
dialaminya bukan masalah permanen, akan terjadi, apa penyebab dan dampaknya, serta
memiliki ketangguhan yang lebih dalam bagaimana cara menangani dan membantu
berjuang mengatasi bullying. korban bullying.
Krahe, Barbara, Agresi di Ruang Publik, Anggreiny, Nila, “Rational Emotive Behavior
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 Therapy (REBT) untuk Meningkatkan
Regulasi Emosi pada Remaja Korban
Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kekerasan Seksual”, Tesis, Fakultas
Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Psikologi Universitas Sumatera Utara,
Babdung, 2014 2014
Morgan, Nicola, The Teenage Guide to Arief Imanda, rahmawan, Hubungan antara
STRESS. Diterjemahkan Dewi Wulansari, Pola Asuh Permisif dengan Intensi
Panduan Mengatasi Stres Bagi Remaja, Bullying pada Siswa–Siswi Kelas VIII
Gemilang, Jakarta, 2014 SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta,
Jurnal, universitas Ahmad Dahlan, 2013
Nay, Robert, How to Resolve Conflict, Sustain
Relationships, and Express Yourself Chairani, Siti Umasugi, “Hubungan antara
without Losing Control, Pocket Books, Regulasi Emosi dan Religiusitas dengan
New York, 1997. Diterjemahkan Kecenderungan Perilaku Bullying pada
Leinovar Bahfein, Mengelola Regulasi Remaja”, Jurnal, Fakultas Psikologi
Emosi : Tampil Menangani Konflik, Universitas Ahmad Dahlan, 2013
Melanggengkan Hubungan, dan Faridh, Ridhayati, Hubungan antara Regulasi
Mengekspresikan Diri Tanpa Lepas Emosi dengan Kecenderungan
Kendali, PT Serambi Ilmu Semesta, Kenakalan Remaja, Penelitian pada SMA
Jakarta, 2007 PGRI 2 Yogyakarta, Jurnal, Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, UIN
Ngalim, Purwanto, Psikologi Pendidikan, PT Yogyakarta, 2008
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002
Hasyim, Moch. Latief Rosyidi, Regulasi Emosi
Nuh, Mohammad, Bahasa Inggris untuk pada Istri yang Tertular HIV/AIDS,
SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI semester 1 Skripsi, Universitas Islam Negeri sunan
: Stop Bullying Now, Pusat Kurikulum kalijaga, Yogyakarta, 2014
ISSN: 2502-728X
62 PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016