You are on page 1of 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR COLLUM FEMUR

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Orthopedi pada Program Studi Diploma
III Keperawatan

Dosen Pengampu : Sunarto, S.ST., Ns., M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 9

1. Fira Monica (P27220020020)


2. Umi Lailiyati Romdhonah (P27220020045)
3. Wiwin Usnul Qotimah (P27220020047)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulang memiliki banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung
organ tubuh. Tulang juga mendukung gerakan dan dapat bekerja sebagai tempat
penyimpanan garam mineral, tetapi fungsi-fungsi dari tersebut bisa saja hilang dengan
terjatuh, patah atau kecelakaan yang menyebabkan patah tulang atau patah tulang.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan
jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan. Dengan bertambahnya usia, angka kejadian femur meningkat secara eksponensial
Sampai saat ini, fraktur femur semakin sering dilaporkan dan masih menjadi tantangan bagi
ahli ortopedi.

Fraktur collum femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada wanita usia
lanjut. Ada beberapa variasi insidens terhadap ras. Fraktur collum femur lebih banyak pada
populasi orang putih di Eropa dan Amerika Utara. Insidensi meningkat dengan usia.
Sebagian besar pasien adalah delapan puluh atau sembilan puluh, dan fraktur dengan
osteoporosis demikian nyata sehingga insidensi leher femur digunakan sebagai ukuran
osteoporosis yang berkaitan dengan umur dalam pengkajian kependudukan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian fraktur collum femur ?
2. Apa etiologi dari fraktur ?
3. Bagaimana patofisiologi dan jalur dari fraktur collum femur ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari fraktur collum femur ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami
fraktur collum femur ?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur galeazzi yang
meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit fraktur collum femur
2. Untuk mengetahui etiologi dari fraktur collum femur
3. Untuk mengetahui bagiamana patofisiologi dan jalur dari penyakit fraktur collum femur
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari fraktur collum femur
5. Untuk menegetahui pemeriksaan yang dapat dilakukan dilakukan pada pasien fraktur
collum femur Untuk menegetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
collum femur yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu degenerasi tulang/osteoporosis
(Long, 2015).
Sedangkan fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada
bagian proksimal femur, termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan
kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. (FKUI-RSCM, 2013).

B. Etiologi
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita
jatuh pada posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan
exorotasi yang dari tungkai bawah. Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga
yaitu :
1. Cidera traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa bertumpu, pemukulan, kesalahan, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,
pemuntiran, ataupenarikan. Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal
berikut, yakni:
a. Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan frakturmelintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya.
b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi berlokasi.
2. Faktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai keadaan
berikut, yakni :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
c. Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi
kadang-kadang - kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan, dimana disebabkan oleh tegangan atau tekanan pada tulang yang terus
menerus pada penyakit polio dan misalnya pada bidang kemiliteran.

C. Patofisiologi
Pada usia lanjut khususnya pada wanita, terjadi perubahan struktur pada bagian ujung
atas femur yang menjadi predisposisi untuk terjadinya fraktur collum femur. Karena untuk
nusantara dan perubahan pada keseimbangan, keadaan sulit untuk mengubah pola mereka.
Fraktur collum femur dapat disebabkan karena lemahnya collum femur terhadap aksi stres
dari arah vertikal dan rotasional yang terus-menerus, seperti ketika ekstremitas bereksorotasi
dan tubuh berotasi ke arah yang berlawanan. Pada mekanisme ini, aspek posterior dari
collum mengenai lingkaran dari acetabulum karena berotasi ke arah posterior; pada keadaan
ini acetabulum berperan sebagai titik tumpu (Subagyo, 2013).
Fraktur collum femur terjadi akibat jatuh pada daerah trokhanter baik karena
kecelakaan lalu lintas dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di
mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi. Pada kondisi osteoporosis insiden fraktur
pada posisi ini tinggi (Noor, 2016).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur, yakni:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya.
Perubahan keseimbangan dan kontur yang terjadi, seperti:
a. Pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak (edema)
Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous
4. Spasme otot (spasme involunters dekatfraktur)
5. kelembutan
6. Nyeri Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari yang tidak
tepat dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi
8. Pergerakan abnormal
9. Syokhipovolemik dan kreapitasi

D. Komplikasi
1. Komplikasi awal otot
a. Vaskula Pecahnya arteri karena trauma ditandai dengan nadi tidak teraba,sianosis di
bagian distal, dan hematoma yang lebar
b. Sindrom Kompartemen Berikut komplikasi serius yang terjadi karena, tulang, saraf, dan
darah terjebak dalam jaringan parut. Kondisi ini disebabkan oleh edema atau
pendarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu, juga disebabkan
oleh adanya tekanan dari luar, misalnya bidai dan pembebatan yang terlalu kuat
c. Fat Embolism Syndrome Fat Embolism Syndrome (FES) terjadi karena sel lemak yang
dihasi lkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah
d. Infeksi Kondisi ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka. Selain itu, juga dapat
disebabkan oleh penggunaan bahan lain dalam pembedahan, misalnya pin dan plat.
e. Nekrosis Avaskular Nekrosis Avaskular karena terganggunya aliran darah ke tulang
yang dapat menyebabkan nekrosis tulang Syok Syok terjadi karena kehilangan banyak
darah dan terjadi permeabilitas kapileryang dapat menyebabkan menurunnya oksigenasi
(Asikin et al., 2016).
2. Komplikasi lanjut
a. Mal-union Adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, rotasi, dan pemendekan.
b. Delayed and non-union Delayed union merupakan penyembuhan fraktur yang lebih
lama dari penyembuhan nomal, sedangkan non-union merupakan gagal tersambungnya
tulang yang mengalami fraktur.
c. CRPS (sindrom nyeri regional kompleks). Adalah kumpulan gejala, termasuk nyeri
persisten, pembengkakan, dan penambahan.
d. Miositis osifikans Merupakan suatu kondisi di mana tulang baru terbentuk pada jaringan
lunak setelah cedera atau operasi.
e. Kekakuan sendi Kekakuan terjadi akibat edema dan fibrosis pada kapsul, ligamen dan
otot di sekitar sendi, atau perlekatan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke tulang
yang memiliki (Compartment and Volkmann, 2012).

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada fraktur column femur yaitu :
1. Pemeriksaan radiologi, diantaranya adalah : X-Ray, dapat dilihat gambaran fraktur.
2. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi.
3. CT-Scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang komplek.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan laboratorium, pada fraktur test
laboratorium yang perlu diketahui: hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan,
Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas (Mansjoer,
2003).

G. Penatalaksanaan
Fraktur reduction : manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non-bedah
penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi
sebelumnya. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi
pembedahan seringkali memasukkan internal fiksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup
peniti plat batang intra medulasi dan paku.
Peralatan traksi : traksi kulit untuk pengobatan jangka pendek dan traksi otot atau
pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang. Fraktur immobilisasi: pembalutan
(pemasangan gips), ORIF dan Open Reduction of Eksternal Fixation (OREF). Fraktur terbuka
: pembedahan debridement dan irigasi, imunisasi tetanus, terapi antibiotik (Smeltzer, 2004).
Empat prinsip penanganan fraktur menurut chaerudin rashjad tahun 2015, adalah :
1. Pengenalan
Mengetahui dan menilai keada suatu fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan
radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, penentuan
teknik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan
sebelum pengobatan.
2. Reduksi
Reduksi fraktur jika perlu, restorasi fragmen fraktur sehingga posisi posisi yang dapat
diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin
mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas
serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment yang
sempurna dan posisi yang sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti
fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus,angulasi.
3. Retention, immobilisasi fraktur
Mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi union sehingga terjadi penyatuan,
immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi ekstema meliputi pembalut gips, bidai, traksi,
dan fiksasi interna meliputi inplan logam seperti screw.
4. Rehabilitasi mengembalikan aktifitas semaksimal mungkin.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medis
2. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan
pasien.
3. Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien untuk datang ke Rumah Sakit
4. Riwayat Penyakit
Meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga
5. Kondisi Lingkungan
Pada kondisi ini tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan.
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, nafsu
makan menurun.
b. Eliminasi atau buang air besar. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah
sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Tidur dan istirahat. Kebersihan.
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung sudah bagus.
c. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan, kenyamanan, stress, sikap dan tingkah laku.
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah
2) Nadi
3) Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-24x/menit.
4) Suhu
Nilai normalnya 36oC-37 oC. Suhu badan pada pasien meningkat.
5) Saturasi Oksigen
Nilai normalnya 95% - 100%
c. Head To Toe
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
d. Sistem Integumen
1) Kulit normal, tidak edema, tidak muncul keringat dingin, dan lembab
2) Kuku sianosis atau tidak
e. Kepala dan Leher
Inspeksi dilakukan dengan cara memperhatikan kesimetrisan wajah, tengkorak, warna
dan distribusi rambut, serta kulit kepala.
Palpasi untuk mengetahui keadaan rambut, massa, pembekuan, nyeri tekan, keadaan
tengkorak dan kulit kepala
f. Abdomen
Ada lesi atau tidak, suara bising usus
1) Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
3) Perkusi : normal tidak ada gangguan
4) Auskultasi : tidak terdengar bising usus
g. Ekatermitas
Periksa apakah simetris, normal dan apakah ada pembengkakan atau edema

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan pre & post operasi fraktur collum femur
yaitu :
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Ansietas b.d krisis situasional

2. Post Operasi
a. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan penurunan sensasi akibat insisi
pembedahan
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan struktur integritas tulang, dan program
pembatasan gerak
c. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnose yang muncul pada pasien.
Pre Operasi

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


pencedera fisik intervensi keperawatan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
maka tingkat nyeri
durasi, frekuensi, kualitas, dan
menurun dengan kriteria
intensitas nyeri
hasil :
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri
3. Identifikasi faktor yang
menurun (skala 2-0)
memperberat dan memperingan
2. Meringis menurun
nyeri
(5)
4. Berikan teknik norfarmakologis
3. Sikap protektif
untuk mengurangi rasa nyeri
menurun (5)
(mis. TENS, hypnosis,
4. Gelisah menurun (5)
akupresur, terapi musik,
5. Kesulitan tidur
aromaterapi, dll)
menurun (5)
5. Fasilitasi tidur dan istirahat
6. Kolaborasi pemberian analgetil,
jika perlu

2. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi Asietas


situasional intervensi keperawatan
1. Identifikasi saat tingkat ansietas
maka tingkat ansietas
berubah (mis. kondisi, waktu,
menurun dengan kriteria
stressor)
hasil :
2. Monitor tanda ansietas (verbal
1. Verbalisasi khawatir
dan non verbal)
akibat kondisi yang
3. Pahami situasi yang membuat
dihadapi menurun
ansietas
(5)
4. Dengarkan dengan penuh
2. Perilaku gelisah
perhatian
menurun (5)
5. Jelaskan prosedur, termasuk
3. Perilaku tegang
sensasi yang mungkin dialami
menurun (5)
6. Informasikan secara factual
4. Frekuensi nadi
mengenai diagnosis,
menurun
pengobatan dan prognosis
(60-100x/menit)
7. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi kecemasan
8. Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas, jika perlu

Post Operasi

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka


kulit b.d perubahan intervensi keperawatan 1. Monitor karakteristik luka (mis.
sirkulasi dan maka integritas kulit drainase, warna, ukuran bau)
penurunan sensasi meningkat dengan 2. Monitor tanda-tanda infeksi
akibat insisi kriteria hasil : 3. Melakukan perawatan luka
pembedahan 1. Kerusakan lapisan 4. Anjurkan mengkosumsi
kulit menurun (5) makanan tinggi kalori dan
2. Nyeri menurun protein
(skala 2-0) 5. Ajarkan perawatan luka secara
3. Kemerahan menurun mandiri
(5) 6. Kolaborasi prosedur
4. Sensasi membaik (5) debridement (mis. enzimatik,
5. Tekstur membaik (5) biologis, mekanis, autolitik),
jika perlu
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi


fisik b.d nyeri, intervensi keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
kerusakan struktur maka mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
integritas tulang, meningkat dengan 2. Identifikasi toleransi fisik
dan program kriteria hasil : melakukan ambulasi
pembatasan gerak 1. Pergerakan 3. Monitor keadaan umum selama
ekstremitas ambulasi
meningkat (5) 4. Fasilitasi aktivitas ambulasi
2. Kekuatan otot dengan alat bantu (mis. tongkat,
meningkat (5) kruk)
3. Rentang gerak 5. Libatkan keluarga untuk
(ROM) meningkat membantu pasien dalam
4. Gerakan terbatas meningkatkan ambulasi
menurun (5) 6. Anjurkan melakukan ambulasi
5. Kelemahan fisik dini
menurun (5) 7. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi

3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


ditandai dengan intervensi keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala
efek prosedur maka tingkat infeksi infeksi lokal dan sistemik
invasif menurun dengan kriteria 2. Berikan perawatan kulit pada
hasil : area edema
1. Kemerahan menurun 3. Pertahankan teknik aseptic pada
(5) pasien risiko tinggi
2. Nyeri menurun 4. Jelaskan tanda dan gejala
(skala 2-0) infeksi
3. Bengkak menurun 5. Ajarkan cara memeriksa
(5) kondisi luka atau luka operasi
4. Kultur area luka 6. Kolaborasi pemberian
membaik (5) imunisasi, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan
antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh,
pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta
mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tujuan dengan
menggunakan format SOAP. Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka tugas perawat
selanjutnya adalah melakukan pengkajian kembali.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan
jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan. Dengan bertambahnya usia, angka kejadian femur meningkat secara eksponensial
Sampai saat ini, fraktur femur semakin sering dilaporkan dan masih menjadi tantangan bagi
ahli ortopedi.
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita
jatuh pada posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan
exorotasi yang dari tungkai bawah. Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga
yaitu cidera traumatic, fraktur patologik, dan secara spontan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang
bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 3, EGC,
Jakarta
Corwin, Elizabeth J., 2016 Buku Saku Patofisiologi ,EGC, Jakarta

Mansjoer, Arif., 2013, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2, Media Aesculapiu,
Jakarta
Price, Sylvia Anderson., 2015, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-prosesPenyakit, Edisi 4, vol
2, EGC, Jakarta
Sutedjo, AY., 2015, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil
PemeriksaanLaboratarium ,Amara Books, Jakarta

You might also like