You are on page 1of 25

AKUNTANSI MANAJEMEN

( Analisis Biaya Volume Laba )

Kelompok : 6

Nama Anggota :

- Ni Kadek Riska Juniantari ( 202033121004 )

- Yenny Adriana Kakuna ( 202033121017 )

- Ni Putu Septiani ( 202033121027 )

- Gaudensia Alfina Mija ( 202033121026 )

- Ni Komang Sri Trisnawati ( 202033121020 )

- Ni Putu Widya Utami ( 202033121048 )

- Siska Dewi Putri Atmaja ( 202033121292 )

- Rosina Chesya A. Rangkore ( 202033121316 )

- Niluh Ayu Indriyani ( 202033121352 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Akuntansi
Manajemen

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka tugas makalah ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu kami
berterimakasih kepada seluruh pihak yang ikut terlibat dalam pembuatan makalah ini. Kami
mengharapkan tugas makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi banyak orang
khususnya para pembaca.

Kami juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan in masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan
sebagai acuan untuk menjadi lebih baik kedepannya.

Denpasar, 25 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................................1

1.3. Tujuan ..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

2.1 Titik Impas Dalam Unit .....................................................................................................3

2.2. Titik Impas dalam Dolar Penjualan ...................................................................................8

2.3. Analisis Multi Produk ..................................................................................................... 12

2.4. Representasi Grafis dari Hubungan CVP ......................................................................... 19

BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 21

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 21

3.2. Kritik dan Saran .......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan masyarakat meningkat seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya
teknologi. Di Indonesia masyarakatnya perkembangan industry dan persaingan semakin ketat.
Perusahaan juga dituntut untuk mempertahankan kegiatannya, sehingga perusahaan harus unggul
dalam persaingan dan juga mendapatkan laba yang maksimal, karena pada umumnya tujuan
perusahaan adalah mendapatkan laba yang tinggi.
Laba merupakan ukuran yang penting yang menjadi kekuatan bagi perusahaan. Laba adalah
selisis jumlah antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume penjualan. Unsur-unsur ini
dapat dikombinasikan menjadi laba yang diinginkan perusahaan secara optimal.Oleh Karena itu
diperlukan adanya perencanaan laba.

Perencanaan laba mencakup keseluruhan dari strategi sebuah perusahaan karena dapat
digunakan untuk meningkatkan penjualan dalam persaingan dunia usaha. Salah satu alat yang
dapat membantu manajer untuk merencanakan laba adalah Analisis Biaya Volume Laba ( Cost-
Volume-Profit Analysis). Analisa ini menguji prilaku pendapatan total dan laba operasi ketika
terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel per unit dan atau biaya tetap
produk.

1.2. Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud dengan titik impas dalam unit?

3. Apa yang dimaksud dengan titik impas dalam nilai penjualan?

4. Apa yang dimasksud dengan Multiproduk?

5. Apa yang dimaksud dengan Representasi Grafis dari Hubungan Cost Volume Profit
(CVP)

1
1.3. Tujuan
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan titik impas dalam unit?

3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan titik impas dalam nilai penjualan?

4. Untuk mengetahui yang dimasksud dengan Multiproduk?

5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Representasi Grafis dari Hubungan Cost
Volume Profit (CVP)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Titik Impas Dalam Unit


Ketertarikan untuk mengetahui pendapatan, beban, dan laba berperilaku ketika volume
berubah adalah sesuatu yang lazim untuk memulai dengan menentukan titik impas perusahaan
dalam jumlah unit yang terjual. Titik impas (break-even point) adalah titik di mana total
pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol. Untuk menemukan titik
impas dalam unit, kita fokus pada laba operasi. Pertama, kita akan membahas cara menentukan
titik impas, kemudian melihat bagaimana pendekatan kita dapat dikembangkan untuk
menentukan jumlah unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan. Tujuan 1
Menentukan jumlah unit ang harus dijual untuk apai impas atau silkan target laba. Keputusan
awal perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual pada analisis CVP
adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit.

Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap perjalanan.
Analisis CVP berfokus pada berbagai faktor yang memengaruhi perubahan dalam komponen
laba. Karena kita membahas analisis CVP dalam kerangka unit yang terjual, kita perlu
menentukan komponen tetap dan variabel dari biaya serta pendapatan yang berkaitan dengan
unit-unit. (Asumsi ini akan lebih longgar jika kita menggabungkan perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas ke dalam analisis CVP). Hal penting yang perlu disadari sekarang adalah
kita berfokus pada perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, biaya-biaya yang sedang kita
bicarakan adalah seluruh biaya perusahaan-manufaktur, pemasaran, dan administratif. Jadi, jika
kita menyebut biaya variabel, maka yang kita maksudkan adalah semua biaya yang meningkat
akibat unit yang terjual lebih banyak, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
overhead variabel, biaya penjualan, dan administratif variabel. Biaya tetap juga mencakup
overhead tetap, beban penjualan, dan administratif tetap.

3
 Penggunaan laba oprasi dalam analisis CVP

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-
biaya perusahaan dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut.

Laba operasi = Pendapatan penjualan - Beban variabel - Beban tetap.

Perhatikan bahwa kita menggunakan istilah laba operasi untuk menunjukkan penghasilan
atau laba sebelum pajak penghasilan. Laba operasi (operating income) hanya mencakup
pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan. Laba bersih (net income) adalah laba
operasi dikurangi pajak penghasilan.

Setelah menghitung jumlah unit yang terjual, kita dapat mengembangkan persamaan laba
operasi dengan menyatakan pendapatan penjualan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar
dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per
unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali
jumlah unit yang terjual. Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi:

Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) - (Biaya variabel per unit x Jumlah unit terjual) -
Total biaya tetap.

Misalkan, Anda ditanya mengenai jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas
atau menghasilkan laba nol. Anda dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan menetapkan laba
operasi sama dengan nol, kemudian memecahkan persamaan laba operasi untuk jumlah unit.

4
Contoh : Mutu Company memproduksi mesin pemotong rumput. Untuk tahun
mendatang, pengontrol telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut :

Penjualan (1.000 unit @ $400) $ 400.000

Dikurangi : Beban variable 325.000

Margin kontribusi $ 75.000

Dikurangi : Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 30.000

Kita lihat bahwa harga per unit mesin adalah $400 dan biaya variable per unit adala $325
($325.000/1.000 unit). Biaya tetap adalah $45.000 maka laba operasi pada titik impas yaitu :

0 = ($ 400 x unit) – ($ 325 x unit) - $ 45.000

0 = $ 75 x unit x $45.000

$75 x Unit = $45.000

Unit = 600

 Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas

Kita dapat menghitung unit impas lebih cepat dengan berfokus pada margin kontribusi.
Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya
variabel. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Sebagai contoh, iTunes dari
Apple mengenakan biaya $0,99 untuk mengunduh sebuah lagu. Total biaya variabel-termasuk
pembayaran ke perusahaan rekaman dan lain-lain-sekitar $0,95. Hal ini berarti iTunes
memperoleh margin kontribusi $0,04 untuk setiap lagu yang dibeli dan diunduh.

Jika kita mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per
unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka kita akan mendapatkan
persamaan dasar impas berikut.

Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit.


5
Dengan menggunakan Whittier Company sebagai contoh, kita dapat melihat bahwa
margin kontribusi per unit bisa dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama
adalah membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual untuk menghasilkan $75 per
unit ($75.000/1.000). Cara kedua adalah menghitung harga dikurangi biaya variabel per unit.
Dengan cara itu, hasilnya sama saja, yaitu $75 per unit ($400-$325). Untuk menghitung jumlah
unit impas Whittier Company, gunakanlah persamaan dasar impas berikut.

Jumlah unit = $45.000/($400-$325)

= $45.000/$75

= 600

PENJUALAN DALAM UNIT YANG DIPERLUKAN UNTUK MENCAPAI TARGET


LABA

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna sebagian besar perusahaan ingin
memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Target laba operasi dapat dinyatakan sebagai
sebuah jumlah dolar misalnya 200.000 dolar atau suatu persentase dari pendapatan penjualan.
Pendekatan laba operasi dan pendekatan margin kontribusi dapat disesuaikan dengan mudah
untuk mencapai target laba.

a. Target Laba Dalam Jumlah Dolar

Anggaplah Mutu Company ingin memperoleh laba operasi sebesar $ 60.000. berapakah
mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai hasil ini?

Jawaban :

$ 60.000 = ($ 400 x unit) – ($ 325 x unit) - $ 45.000

$ 105.000 = $ 75 x unit

Unit = 1.400

Mutu Company harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba operasi
sebesar $ 60.000. Berikut laporan laba ruginya :
6
Penjualan (1.400 unit @ $400) $ 560.000

Dikurangi : Beban variable 455.000

Margin kontribusi $ 105.000

Dikurangi : Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 60.000

b. Target Laba Dalam Persentase Dari Pendapatan Penjualan

Anggaplah mutu company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus
dijual untuk menghasilkan laba yang sama dengan 15% dari pendapatan penjualan. Pendapatan
penjualan adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang terjual. Jadi, target laba operasi adalah
15% dari harga dikalikan dengan kuantitas. Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih
sederhana pada kasus ini), diperoleh:

0,15 ($ 400) (unit) = ($ 400 x unit ) – ($325 x unit) - $45.000

$60 x unit = ($ 400 x unit ) – ($325 x unit) - $45.000

$60 x unit = ($75 x unit) - $45.000

$15 x unit = $45.000

Unit = 3.000

c. Target Laba Setelah Pajak

Saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Hal ini disebabkan pajak
yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika perusahaan ingin mengetahui jumlah unit
yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih tertentu diperlukan beberapa pertimbangan
tambahan. Ingat kembali bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan
angka target laba kita dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak . Dengan demikian kita harus

7
menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi ketika target laba
dinyatakan sebagai laba bersih.

Laba Bersih = Laba operasi – Pajak penghasilan

= Laba operasi – (Tarif pajak x Laba operasi)

= Laba operasi (1- Traif Pajak)

Atau Laba operasi = Laba Bersih /(1- Tarif Pajak)

2.2. Titik Impas dalam Dolar Penjualan


Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan dari pada unit yang
terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu pendapatan hanya
dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh, titik impas
Whittier Company yang telah dihitung adalah 600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual
per unit mesin pemotong rumput adalah $400, volume impas dalam pendapatan penjualan adalah
$240.000 ($400 × 600).

Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel didefinisikan
sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual.
Tampilan 11-1 mengilustrasikan pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan
margin kontribusi. Pada tampilan tersebut, harga adalah $10 dan biaya variabel adalah $6.
Sisanya adalah margin kontribusi sebesar $4 ($10- S6). Jika yang dijual adalah 10 unit, maka
total biaya variabel adalah $60 ($6 x 10 unit). Karena setiap unit yang dijual menghasilkan
pendapatan sebesar $10 dan membutuhkan biaya variabel $6, kita dapat mengatakan 60 persen
dari setiap dolar pendapatan yang dihasilkan diakibatkan oleh biaya variabel (S6/$10). Jadi,
dengan berfokus pada pendapatan penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya variabel
sebesar $60 untuk pendapatan $100 (0,60 x $100).

Rasio biaya variabel (variable cost ratio) sebesar 60 persen pada contoh ini merupakan
bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variabel. Rasio
biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan data toral maupun data per unit. Tentu saja,

8
persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi merupakan rasio
margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap
dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Pada Tampilan
11-1, jika rasio biaya variabel adalah 60 persen dari penjualan, maka rasio margin kontribusi
haruslah 40 persen dari penjualan.

Dari sini, dapat dipahami bahwa pelengkap rasio biaya variabel adalah rasio margin
kontribusi. Bagian dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi haruslah
merupakan komponen margin kontribusi. Sama seperti rasio biaya variabel yang dapat dihitung
dengan menggunakan angka total atau per unit, rasio margin kontribusi yang sebesar 40 persen
pada tampilan tersebut juga dapat dihitung dengan kedua cara tersebut. Cara pertama, membagi
total margin kontribusi dengan total penjualan ($40/S100); cara kedua, menggunakan margin
kontribusi per unit dibagi dengan harga ($4/$10). Jika rasio biaya variabelnya diketahui, rasio in
tentu dapat dikurangkan dari 1 untuk menghasilkan rasio margin kontribusi (1 - 0,60 = 0,40).

Bagaimana dengan biaya tetap? Karena margin kontribusi merupakan pendapatan yang
tersisa setelah biaya variabel tertutupi, margin kontribusi tersebut pastilah merupakan
pendapatan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menyumbang laba. Dalam
hal ini, terdapat tiga kemungkinan: biaya tetap bisa sama dengan margin kontribusi, biaya tetap
bisa lebih kecil dari margin kontribusi, atau biaya tetap bisa lebih bear dari margin kontribusi.
Jika biaya tetap yang sama dengan margin kontribusi, maka laba operasi sama dengan nol dan
perusahaan berada dalam keadaan impas.

Jika biaya tetap yang lebih kecil dari margin kontribusi, perusahaan menghasilkan laba
(atau laba operasi positif). Terakhir, jika biaya tetap yang lebih bear dari margin kontribusi,
perusahaan mengalami kerugian operasi. Sekarang, mari kita kembali pada beberapa contoh
berdasarkan Whittier Company untuk mengilustrasikan pendekatan pendapatan penjualan.
Berikut disajikan kembali laporan laba rug berdasarkan perhitungan biaya variabel Whittier
untuk 1.000 mesin pemotong rumput.

9
Perhatikan bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin kontribusi telah dinyatakan
dalam bentuk persentase dari penjualan. Rasio biaya variable adalah 0,8125
($325.000/S400.000); rasio margin kontribusi adalah 0,1875 (dihitung dari 1 - 0,8125 atau
$75.000/S400.000). Biaya tetap adalah $45.000. Berdasarkan informasi dalam laporan laba rugi
ini, berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Whittier untuk mencapai impas?

Laba operasi = Penjualan - Biaya variabel - Biaya tetap

0 = Penjualan - (Rasio biaya variabel × Penjualan) - Biaya tetap

0 = Penjualan (1 - Rasio biaya variabel) - Biaya tetap

0 = Penjualan (1 - 0,8125) - $45.000

Penjualan (0,1875) = $45.000

Penjualan = $240.000

Jadi, Whittier harus menghasilkan pendapatan sejumlah $240.000 untuk mencapai impas.
(Anda mungkin ingin memeriksa jawaban ini dengan menyusun laporan laba rug berdasarkan
pendapatan sebesar $240.000 dan membuktikan bahwa laba sama dengan nol). Perhatikan bahwa
(1 - 0,8125) adalah rasio margin kontribusi. Kita dapat melewati beberapa langkah dengan
mengetahui Penjualan - (Rasio biaya variabel × Penjualan) sama dengan Penjualan x Rasio
margin kontribusi.

Bagaimana dengan persamaan dasar impas yang digunakan untuk menentukan titik impas
dalam unit? Kita juga dapat menggunakan pendekatan tersebut pada kasus ini. Ingat kembali
rumus titi impas dalam unit berikut. Unit impas = Biaya tetap/(Harga - Biaya variabel per unit)
10
Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan
pendapatan penjualan sat impas. Unit impas x Harga = Harga x (Biaya tetap/(Harga - Biaya
variabel per unit)] Penjualan impas = Biaya tetap x [Harga/(Harga - Biaya variabel per unit)]
Penjualan impas = Biaya tetap x (Harga/Margin kontribusi) Penjualan impas = Biaya tetap/Rasio
margin kontribusi Sekali lagi, dengan menggunakan data Whittier Company, dolar penjualan
impas adalah ($45.000/0,187S) atau $240.000. Hasilnya sama dengan di atas meskipun
menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda.

TARGET LABA & PENDAPATAN PENJUALAN

Pertimbangkan pertanyaan berikut. Berapakah pendapatan penjualan yang harus


dihasilkan Whittier untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.0002 (Pertanyaan in
mirip dengan pertanyaan sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang adalah
langsung dalam hal pendapatan penjualan). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah
target laba operasi sebesar $60.000 pada biaya tetap $4S.000 dan bagilah dengan rasio margin
kontribusi.

Penjualan = ($45.000 + $60.000/0,1875

= $105.000/0.1875

= $560.000

Whittier harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba sebesar
$60.000. Karena impas adalah $240.000, penjualan tambahan sebesar $320.000 (SS60.000 -
$240.000) di atas impas harus dihasilkan. Perhatikan perkalian antara rasio margin kontribusi
dengan pendapatan di atas impas menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 × $320.000). Di
atas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio laba. Oleh karena itu, rasio tersebut
menggambarkan bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat diperuntukkan bagi laba. Pada
contoh ini, setiap dolar penjualan yang diterima di atas impas akan meningkatkan laba sebesar
$0,1875.

11
Secara umum, dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap lab atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan
rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika pendapatan
penjualan adalah $S40.000 (bukan S560.000), bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang
diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan sebesar $20.000 akan mengakibatkan penurunan
lab sebesar $3.750 (0,1875x $20.000).

Membandingkan Kedua Pendekatan Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik


impas dalam unit menjadi impas dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah
pengalian harga jual per unit dengan unit yang terjual. Lalu, mengapa kita menggunakan rumus
terpisah untuk pendekatan pendapatan penjualan? Dalam hal ini, ada dua alasan. Pertama, rums
pendapatan penjualan memungkinkan kità untuk mencari pendapatan secara langsung jika hal
tersebut yang dikehendaki. Kedua, pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk
digunakan dalam pengaturan multiproduk.

2.3. Analisis Multi Produk


Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal .
Namun , kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa .
Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk ,
pengoperasiannya tidak berbeda jauh . Mari kita lihat bagaimana mengadaptasi rumus - rumus
yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal ke dalam pengaturan multiproduk dengan
mengembangkan contoh Whittier Company .

Whittier Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong
rumput : mesin pemotong rumput manual dengan harga jual $ 400 dan mesin pemotong rumput
otomatis dengan harga jual $ 800 . Departemen Pemasaran yakin bahwa 1.200 mesin pemotong
rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis dapat dijual selama tahun depan .
Pengawas perusahaan telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berikut berdasarkan ramalan
penjualan

12
1. Titik Impas Dalam Unit

Pemilik Whittier agak khawatir dengan penambahan lini produk baru dan ingin mengetahui
banyaknya setiap model yang harus terjual untuk mencapai impas . Salah satu tanggapan adalah
menggunakan persamaan yang telah kita kembangkan sebelumnya di mana biaya tetap dibagi
dengan margin kontribusi . Namun , persamaan ini menimbulkan beberapa masalah . Persamaan
ini dikembangkan untuk analisis produk tunggal . Untuk dua produk , terdapat dua margin
kontribusi per unit .

Mesin pemotong rumput manual memiliki margin kontribusi per unit sebesar

$ 75 ( $ 400- $ 325 )

Mesin pemotong rumput otomatis memiliki margin kontribusi sebesar

$ 200 ( $ 800- $ 600 ) .

Salah satu pemecahan adalah menerapkan analisis secara terpisah ke setiap lini produk .
Dengan cara itu , titik impas individu akan diperoleh jika laba didefinisikan sebagai margin
produk . Berikut impas untuk mesin pemotong rumput manual

Unit impas mesin manual = Biaya tetap / ( Harga - Biaya variabel per unit )

= $ 30.000 / $ 75

= 400 unit

Berikut impas untuk mesin pemotong rumput otomatis .

13
Unit impas mesin otomatis = Biaya tetap / ( Harga - Biaya variabel per unit )

= $ 40.000 / $ 200

= 200 unit

Jadi , 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong rumput otomatis
harus dijual untuk mencapai margin produk impas . Namun , margin produk impas hanya
menutup biaya tetap langsung . Sementara itu , biaya tetap umum masih belum tertutupi .
Penjualan kedua mesin pemotong rumput dalam jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian
sebesar biaya tetap umum . Titik impas perusahaan belum ada yang diidentifikasi secara
keseluruhan . Bagaimanapun , biaya tetap umum masih harus diperhitungkan dalam analisis .

Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung titik impas
dapat mengatasi kesulitan ini . Permasalahan dalam pendekatan ini adalah alokasi biaya tetap
umum bersifat acak . Jadi , tidak ada volume impas yang tampak secara langsung . Kemungkinan
pemecahan lainnya adalah mengonversikan masalah multiproduk menjadi masalah produk
tunggal . Jika hal ini dapat dilakukan , maka seluruh metodologi CVP produk tunggal dapat
diterapkan secara langsung . Kunci dari konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan
yang diharapkan dalam unit dari produk - produk yang dipasarkan . Bauran penjualan (sales mix)
adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual perusahaan .

2. Penentuan Bauran Penjualan

Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau bagian dari pendapatan .
Contohnya , jika Whittier berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800
mesin pemotong rumput otomatis , maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200 : 800 .
Bauran penjualan biasanya diturunkan sampai bilangan bulat terkecil . Jadi , bauran relatif 1.200
: 800 dapat diturunkan hingga 12 : 8 dan selanjutnya menjadi 3 : 2 . Dengan kata lain , untuk
setiap tiga mesin pemotong rumput manual yang terjual , ada dua mesin pemotong rumput
otomatis yang terjual .

Alternatif lainnya , bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total
pendapatan yang dikontribusikan oleh setiap produk . Pada kasus di atas , pendapatan mesin

14
pemotong rumput manual adalah $ 480.000 ( $ 400 x 1.200 ) dan pendapatan dari mesin
pemotong rumput otomatis adalah $ 640.000 ( $ 800 × 800 ) Mesin pemotong rumput manual
mencakup 42,86 persen dari total pendapatan dan mesin pemotong rumput otomatis mencakup
57,14 persen sisanya . Hal ini mungkin terlihat seperti perbedaan kedua bauran penjualan .
Bauran penjualan dalam unit adalah 3 : 2 , yaitu dari setiap lima mesin yang terjual , 60 persen
adalah mesin pemotong rumput manual dan 40 persen mesin pemotong rumput otomatis .
Namun , bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86 persen untuk mesin pemotong
rumput manual .

Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan dalam unit dan
memberikannya bobot menurut harganya . Jadi , meskipun proporsi yang mendasari mesin yang
terjual tetap 3 : 2 , mesin pemotong rumput manual yang harganya lebih rendah diberi bobot
lebih ringan saat harga dimasukkan dalam penghitungan . Untuk analisis CVP , kita harus
menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit . Sejumlah bauran penjualan yang
berbeda dapat digunakan untuk menetapkan volume impas . Contohnya , bauran penjualan
sebesar 2 : 1 akan menetapkan titik impas pada 550 mesin pemotong rumput manual dan 275
mesin pemotong rumput [ ( $ 75 × 550 ) + ( $ 200 x 275 ) ] . Jika 350 mesin pemotong rumput
manual dan al otomatis . Total margin kontribusi yang dihasilkan oleh bauran ini adalah $ 96.250
mesin pemotong rumput otomatis terjual ( untuk bauran penjualan 1 : 1 ) , maka total margin
kontribusi.juga $ 96.250 ( ( $ 75 x 350 ) + ( $ 200 x 350 ) ) . Karena total biaya tetap adalah $
96,250 , kedua bauran penjualan merupakan titik impas . Untunglah , setiap bauran penjualan
tidak perlu dipertimbangkan .

Menurut studi pemasaran yang dilakukan Whittier , bauran penjualan sebesar 3 : 2 dapat
diharapkan . Inilah rasio yang harus digunakan ; sementara , rasio lainnya dapat diabaikan .
Bauran penjualan yang diharapkan terjadi dan seharusnya digunakan pada analisis CVP .

Bauran Penjualan Dan Analisis CVP

Penentuan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita untuk mengonversi masalah


multiproduk ke dalam format CVP produk tunggal . Karena Whittier berharap menjual tiga
mesin pemotong rumput manual atas setiap dua mesin pemotong rumput otomatis , Whittier bisa

15
mendefinisikan produk tunggal yang dijualnya sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin
pemotong rumput manual dan dua mesin pemotong rumput otomatis . Dengan menetapkan
produk tersebut sebagai suatu paket , masalah multiproduk dikonversi menjadi masalah produk
tunggal . Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalam unit , harga jual per paket dan biaya
variabel per paket harus diketahui . Untuk menghitung nilai - nilai paket tersebut , diperlukan
bauran penjualan , harga setiap produk , dan setiap biaya variabel . Menurut data produk individu
yang disajikan dalam proyeksi laporan laba rugi , nilai paket dapat dihitung sebagai berikut

Berdasarkan margin kontribusi per paket di atas , persamaan dasar impas dapat
digunakan untuk menentukan jumlah paket yang perlu dijual untuk mencapai impas . Dari
proyeksi laporan laba rugi Whittier , kita mengetahui total biaya tetap perusahaan adalah $
96.250 . Berikut titik impasnya .

Paket impas = Biaya tetap / Margin kontribusi per paket

= $ 96.250 / $ 625

= 154 paket

Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-olah perusahaan
menjual produk tunggal. Namun, berbagai tindakan yang mengubah harga setiap produk dapat
memengaruhi bauran penjualan karena pelanggan mungkin membeli produk tersebut relatif lebih
banyak atau lebih sedikit. Perlu diingat bahwa sebuah bauran penjualan yang baru akan

16
memengaruhi 'unit dari setiap produk yang perlu dijual untuk mencapai target laba yang
diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode mendatang tidak pasti, maka beberapa bauran
yang berbeda mungkin perlu dipertimbangkan. Dengan cara ini, manajer dapat memperoleh
tambahan pengetahuan mengenai berbagai hasil yang mungkin dicapai perusahaan.

Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara dramatis ketika
jumlah produk bertambah. Bayangkan penggunaan analisis ini pada perusahaan yang
memproduksi ratusan produk. Observasi ini tampaknya berlebihan dibandingkan keadaan
sebenarnya. Dengan mudah, komputer dapat menangani suatu masalah yang melibatkan banyak
data. Lagi pula, banyak perusahaan menyederhanakan masalah itu dengan menganalisis
kelompok produk daripada produk individu. Cara lain untuk menangani meningkatnya
kompleksitas tersebut adalah beralih dari pendekatan unit yang terjual ke pendekatan pendapatan
penjualan. Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP multiproduk hanya dengan
menggunakan data ikhtisar yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan. Syarat-syarat yang
diperlukan untuk penghitungan jauh lebih sederhana.

3. Pendekatan Dolar Penjualan

Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang sama akan
digunakan. Akan tetapi, satu-satunya informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba
rugi Whittier Company secara keseluruhan.

Penjualan $ 1.120.000

Dikurangi : Biaya variabel 870.000

Margin kontribusi $ 250.000

Dikurangi : Biaya tetap 96.250

Laba operasi $ 153.750

17
Perhatikan bahwa laporan laba rugi di atas sesuai dengan kolom total laporan laba rugi
yang lebih terperinci yang diperiksa sebelumnya . Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada
asumsi bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis
akan terjual ( bauran penjualan sebesar 3 : 2 ) . Titik impas dalam pendapatan penjualan juga
bersandar pada bauran penjualan yang diharapkan . ( Sama seperti pendekatan unit yang terjual ,
bauran penjualan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda ) .

Dengan laporan laba rugi tersebut , pertanyaan umum mengenai CVP dapat diajukan .
Misalnya , berapa pendapatan penjualan yang harus dihasilkan untuk mencapai impas ? Untuk
menjawab pertanyaan ini , kita bagi total biaya tetap $ 96.250 dengan rasio margin kontribusi
0,2232 ( $ 250.000 / $ 1.120.000 ) .s

Penjualan impas = Biaya tetap / Rasio margin kontribusi

= $ 96.250 / 0,2232

= $ 431.228

Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran penjualan
, tetapi mengabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket . Tidak ada
pengetahuan terhadap data produk individual yang diperlukan . Upaya penghitungannya mirip
dengan yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal . Selain itu , jawabannya masih
dinyatakan dalam pendapatan penjualan . Tidak seperti titik impas dalam unit , jawaban atas
pertanyaan CVP yang menggunakan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam ukuran ikhtisar
tunggal . Namun , pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang berkaitan
dengan kinerja tiap - tiap produk .

18
2.4. Representasi Grafis dari Hubungan CVP
Grafik Laba Volume Grafik laba volume (profit-volume graph) menggambarkan
hubungan antara laba dan volume penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik
dari persamaan laba operasi (Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya variabel per unit x unit) –
Biaya tetap). Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variable terikat dan unit merupakan
variable bebas. Nilai variable bebas biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variable
terikat pada sumbu vertical. 2.2.2 Grafik Biaya Volume Laba Grafik biaya volume laba (cost
volume profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya, volume dan laba. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik dengan dua garis terpisah, garis
total, pendapatan dan garis total biaya. Tiap – tiap garis ini mempunyai dua persamaan berikut :

Pendapatan = harga x unit Total biaya = (biaya variable per unit x unit) + Biaya tetap 2.3
Asumsi-Asumsi Dalam Cost Volume Profit (CVP)

Analysis Pengertian Analisis Biaya Volume Laba (CVP) Analisis Biaya Volume Laba
(CVP) adalah analisis yang digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan
volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan
pendapatan bersih (net income). Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu
periode tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan
perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih
besar atau lebih kecil.

Untuk melihat hubungan antara ketiga variabel itu (biaya, volume, dan laba)
diperlukanlah analisis cost volume profit. Analisis Biaya Volume Laba (CVP) merupakan suatu
alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis biaya
volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga,
semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP berfokus kepada
lima hal, yaitu:

a) harga produk (prices of products)

b) volume produksi
19
c) biaya variable per unit

d) total biaya tetap (biaya yang sifatnya tetap tidak terpengaruh oleh fluktuasi kuantitas
produksi)

e) mix of product sold (bauran produk dalam penjualan).

ASUMSI-ASUMSI PADA ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

Grafik laba volume dan biaya volume laba yang baru diilustrasikan mengandalkan beberapa
asumsi penting. Berikut beberapa dari asumsi tersebut.

1. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear.

2. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variable per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepajang rentang yang relevan.

3. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual.

4. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui.

5. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

Fungsi Linear Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linear, memerlukan
pertimbangan tambahan

Rentang yang Relevan Beruntunglah, kita tidak perlu memperhitungkan seluruh rentang
produksi dan penjualan yang mungkin untuk suatu perusahaan. Hal yang kita perlukan hanyalah
menentukan rentang operasi berjalan atau rentang yang relevan yang menggambarkan hubungan
biaya dan pendapatan linear yang berlaku

Produksi Sama dengan Penjualan Asumsi ketiga adalah apa yang diproduksi dapat dijual.
Tidak ada perubahan persediaan selama periode tersebut. Persediaan tidak berdampak terhadap
analisis impas merupakan hal yang dapat dimengerti. Analisis impas adalah teknik pengambilan
keputusan jangka pendek sehingga kita dapat menutup seluruh biaya pada periode waktu
tertentu.

20
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa Titik impas (break-even point) adalah titik di mana total
pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol. Selain itu dalam titik
impas juga ada yang namanya titik impas dalam unit,titik impas dalam nilai penjualan, analisis
multiproduk,dan representasi grafis dari hubungan cost volume profit (CVP)

Untuk menemukan titik impas dalam unit, kita fokus pada laba operasi.Namun
terkadang Manajer mungkin lebih suka menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran
aktivitas penjualan dari pada unit yang terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat
dikonversikan menjadi suatu pendapatan hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan
unit yang terjual

Analisis biaya volume laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal .
Namun , kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa .
Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk ,
pengoperasiannya tidak berbeda jauh

Grafik Laba Volume Grafik laba volume (profit-volume graph) menggambarkan


hubungan antara laba dan volume penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik
dari persamaan laba operasi (Laba operasi = (Harga x Unit) – (Biaya vaariabel per unit x unit) –
Biaya tetap).

3.2. Kritik dan Saran


Kami menyadari masih ada banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat
memperbaiki dan menyusun laporan yang lebih baik

21
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, dan Mowen.2006.”Management Accounting Akuntansi Manajerial”.Jakarta:Salemba
Empat,Buku 2 edisi 8

22

You might also like