You are on page 1of 7

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557

Vol. 18, No. 3, Juli 2017

MEMBANGUN PRESTASI SEKOLAH MELALUI BENCHMARKING


TAMOKOSPA: STUDY KASUS SMKN 08 SEMARANG

Ummi Rosydiana
SMK Negeri 8 Semarang

Abstrak
Best Practice ini dilatarbelakangi oleh persoalan yang kompleks, antara lain SMK Negeri 8 Semarang
merupakan satu-satunya SMK negeri di Kota Semarang yang belum memiliki sertifikat ISO. Selain
itu, dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pembelajaran dan pendidikan belum tersusun secara lengkap. Hal itu terlihat dari dokumen
evaluasi belajar dan penilaian yang belum diadministrasikan dengan lengkap. Begitu pula dengan
kondisi dan karakteristik siswa yang sebagian besar memiliki nilai UN di bawah standar mutu
sekolah. Untuk membentuk sekolah yang berprestasi, permasalahan yang ada perlu segera diatasi.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan strategi “Tamoko Spa” (Tanggap Masalah,
Motivasi, Komunikasi dan Spiritual) yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat langkah, yaitu tanggap masalah, motivasi, komunikasi
dan spiritualitas. Adapun dampak dari strategi Tomoko Spa adalah (1) siswa antusias dalam
belajar, (2) mampu menggerakkan guru untuk menerapkan pembelajaran inovatif, (3) bagi sekolah
adalah diminati masyarakat, dipercaya stakeholder, rujukan sekolah lain dan mendapat bantuan dari
pemangku kepentingan.

© 2017 Didaktikum

Kata Kunci: Tomoko Spa; Strategi Mengelola Sekolah

PENDAHULUAN
Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, berbagai macam pembaharuan dilakukan agar
dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan
berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan
sarana serta prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan prestasi belajar diperlukan pembelajaran
yang lebih inovatif yang dapat mendorong peserta didik belajar secara optimal baik di dalam belajar
mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas (Supraptono dan Setiawan, 2017:1).
Untuk menuju sekolah unggul, sebuah kalimat yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk
dicapai. Tetapi kata sulit belum tentu tidak bisa. Sekolah yang dikatakan lama berdiri tetapi dari sisi
prestasi dan citra sekolah masuk kategori bawah dari deretan SMK negeri yang ada. Permasalahan
itu dimulai dari kualitas input anak SMP yang mendaftar di SMK Negeri 8 Semarang. Sekolah ini
diminati oleh siswa yang berasal dari SMP-SMP kelas menengah. Ini tentu menjadi problem
tersendiri. Dua hal yang bisa dipetakan adalah sisi kualitas akademik siswa dan dukungan orang tua.
Dari sisi akademik siswa, sekolah ini tidak mampu menjaring anak-anak yang bagus.
Dari sisi internal, sekolah dihadapkan pada persoalan yang kompleks, antara lain sekolah ini
merupakan satu-satunya SMK negeri di Kota Semarang yang belum memiliki sertifikat ISO. Selain
itu, dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pembelajaran dan pendidikan belum tersusun secara lengkap. Hal itu terlihat dari dokumen evaluasi
MEMBANGUN PRESTASI SEKOLAH MELALUI BENCHMARKING TAMOKOSPA:
STUDY KASUS SMKN 08 SEMARANG 1
Ummi Rosydiana
belajar dan penilaian yang belum diadministrasikan dengan lengkap. Begitu pula dengan kondisi dan
karakteristik siswa yang sebagian besar memiliki nilai UN di bawah standar mutu sekolah. Sekolah
sebaiknya menciptakan suatu pembelajaran terhadap peserta didik yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata maupun yang di bawah rata-rata, berupa lingkungan belajar dan pengalaman yang
memungkinkan peserta didik belajar. Hal ini dikarenakan kemampuan peserta didik berbeda-beda
dalam memahami pelajaran. Ada kelompok kecil yang memerlukan waktu tambahan. Pengelolaan
khusus, penambahan tugas-tugas dan pemberian ulangan secara khusus mungkin bisa dilaksanakan
(Prasetyo, dkk, 2016:52).
Selain dokumen kurikulum, persoalan yang dihadapi juga meliputi sumber daya manusia yang
dimiliki. Persoalan tentang SDM meliputi minimnya guru sebagai tenaga pendidik yang membuat
buku ajar dan modul bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah.
Dalam pelaksanaan program pendidikan yang baik dibutuhkan suasana dan proses pembelajaran
yang menyenangkan sehingga mampu mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa dalam bidang
ilmu pendidikan tertentu (Riani, dkk, 2016:8). Selain itu, masih ada guru yang belum linier antara
ijazah yang dimiliki dengan mata pelajaran yang diampu serta jumlah guru yang tersedia belum
memenuhi kebutuhan terutama guru produktif jika dibandingkan dengan jumlah siswa. Di sekolah
ini sebagai sekolah yang berbasis teknologi masih terdapat guru yang melakukan pembelajaran
menggunakan strategi, metode, dan model pembelajaran yang masih konvensional dalam
menciptakan pembelajaran yang mendidik. Sebagian besar guru kurang memahami karakteristik
peserta didik sehingga nilai-nilai karakter yang harus dimiliki peserta didik sebagai kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial masih rendah.
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan perilaku dan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang
terjadi. Pendidikan menjadikan manusia mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan
tidak baik menjadi baik. Semakin meningkatnya pendidikan di negara ini, maka meningkat pula
kualitas yang dimiliki oleh pribadi setiap warganya.
Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari kemampuan menyelesaikan masalah-
masalah yang diberikan serta siswa merasa nyaman dengan pembelajaran yang berlangsung. Metode
yang tepat menjadikan peserta didik merasa tertarik dengan apa yang dipelajari. Siswa semakin
semangat dalam belajar ketika guru dapat memberikan pembelajaran menggunakan metode yang
mudah diterima (Syaerozi, dkk, 2015:50).

METODE PENELITIAN
Implementasi dari strategi yang diuraikan di atas adalah penggunaan Tamoko Spa yang
konsisten sehingga warga sekolah akan termotivasi dalam memberikan kontribusi untuk kemajuan
sekolah dan pada akhirnya hasil yang dicapai juga akan maksimal. Dalam penelitian ini, Tamoko Spa
dilaksanakan dalam empat tahap antara lain yaitu tanggap masalah, motivasi, komunikasi dan
spiritualitas.
Tahap yang pertama, tanggap masalah. Tanggap masalah dalam hal ini bersikap proaktif
berarti melakukan sesuatu dengan inisiatif sendiri, kemudian bertanggung jawab terhadap perilakunya
sendiri baik dari masa lalu, sekarang ataupun masa mendatang. Sikap proaktif ini menuntut untuk
selalu mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegang dan
mengesampingkan suasana hati maupun keadaan. Sedangkan reaktif merupakan kebalikan dari
proaktif itu sendiri, seperti menyerahkan kontrol dirinya pada situasi dan emosi dengan
mengesampingkan prinsip dan nilai yang ada.
Menurut Kuratko, Hornsby dan Goldsby dalam Legowo Edi, pemimpin yang proaktif
termasuk kepala sekolah akan (1) mampu dan aktif mempengaruhi serta mengarahkan SDM-nya
menuju masa depan, (2) mampu memanfaatkan setiap peluang, dan (3) mampu menerima tanggung
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2 Vol. 18, No. 3, Juli 2017
jawab dari suatu kegagalan serta (4) mampu mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi di masa
depan dan merasa terdorong untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, pemimpin
yang proaktif bersikap “aku bisa‟ dan bertanggung jawab atas keputusannya.
Langkah tanggap masalah yang diterapkan adalah (1) peningkatan kompetensi guru. Guru
merupakan aktor utama dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu kami fokus dalam
peningkatan kompetensi guru antara lain dengan melaksanakan In House Training (IHT) dengan
materi tugas pokok dan fungsi guru. Di samping IHT, sekolah juga melaksanakan berbagai pelatihan
untuk guru antara lain pelatihan pembuatan media, pembuatan soal online, pelatihan pengisian
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), pelatihan intern guru, Pengisian Angka Kredit (PAK), pengisian
e-filling. (2) peningkatan fasilitas sekolah. Salah satu masalah yang penting untuk segera diselesaikan
adalah kekurangan kelas dan laboratorium komputer. Untuk itu, masalah tersebut menjadi prioritas
untuk segera diselesaikan. Berkat kerja keras dan dana bantuan dari direktorat pendidikan SMK
masalah tersebut dapat diselesaikan. Dalam waktu 2 tahun kami berhasil membangun 4 ruang kelas
baru dan dua laboratorium komputer beserta isinya. Sedangkan masih dalam pengerjaan adalah
dibangunnya dua Ruang Praktik Siswa (RPS) beserta peralatan dan mebelnya yang berasal dari
bantuan dana SMK Rujukan. (3) Pengembangan wirausaha, kepemimpinan kewirausahaan
(entrepreneurial leadership) merupakan kepemimpinan yang menerapkan jiwa kewirausahaan dalam
menjalankan peran kepemimpinannya. Penerapan prinsip kewirausahaan dalam mempengaruhi
anggota organisasi akan memberi dampak pada kinerja mereka sejalan dengan prinsip dan nilai
seorang entrepreneur. Sekolah Menengah Kejuruan yang menekankan pembelajaran pada penguasaan
kompetensi lulusan untuk memasuki dunia kerja, baik sebagai teknisi menengah maupun wirausaha.
Dewasa ini masyarakat memandang bahwa nilai lebih suatu sekolah menengah kejuruan bukan hanya
pada prestasi akademik dan non akademik yang diperoleh oleh peserta didik maupun sekolah tetapi
lebih pada kemampuan sekolah menghasilkan wirausahawan muda yang mampu menciptakan
lapangan kerja bagi dirinya dan lebih luas bagi orang lain. Pembelajaran pada SMK bukan hanya
menekankan penguasaan kompetensi dalam ranah kognitif semata tetapi juga pada keterampilan baik
hard skill maupun soft skill serta attitude yang mendukung lulusan untuk tidak tergantung pada lapangan
kerja yang tersedia tetapi dapat membuka usaha secara mandiri. Kewirausahaan yang telah
dikembangkan SMK Negeri 8 Semarang antara lain batik, souvenir, fotocopy, kantin, jamur, perbaikan
komputer dan pemrograman komputer. Beberapa prestasi yang telah diraih dari kewirausahaan ini
seragam batik sekolah adalah hasil produksi siswa, seragam batik kontingen LKS Kota Semarang,
dan souvenir sekolah dibuat oleh siswa. (3) Pengembangan IT. Sekolah ini memiliki 3 jurusan yang
berbasis komputer yaitu rekayasa perangkat lunak, multimedia dan teknik komputer jaringan. Untuk
itu sekolah ini harus menjadi leader sekolah IT di Kota Semarang. Berbagai upaya telah dilakukan
antara lain penambahan laboratorium komputer, penambahan komputer, pembuatan jaringan
komputer dan pemasangan akses internet yang kencang dan memadai. Dari upaya ini sekolah
menjadi tempat pelaksanaan Ujian Nasional Perbaikan (UNP) Kota Semarang, menjadi tempat Uji
Kompetensi Guru (UKG), menjadi tempat Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dan menjadi
tempat Computer Assesment Test (CAT) Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah.
Tahap kedua yaitu motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk berbuat sesuatu.
Dalam komponen ini terdapat tiga sub komponen (value, expectance, dan control) yang merupakan
faktor pendukung seseorang memiliki motivasi. (Legowo Edi, dkk, 2014). Pertama, value yaitu
sesuatu yang paling berharga dalam hidup seseorang. Value juga merupakan mind set seseorang.
Sikap, pikiran dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh value yang dimilikinya. Oleh sebab itu,
Kepala sekolah harus mengembangkan value diri yang berkait dengan pengembangan sekolah,
misalnya suatu yang paling penting dalam hidupku adalah kemajuan dan perkembangan sekolah.
Kedua, expectance yaitu harapan untuk mencapai suatu tujuan yang ditentukan. Kepala sekolah yang
memiliki kontrol diri yang baik akan mengarahkan tindakannya untuk tidak melakukan program-

MEMBANGUN PRESTASI SEKOLAH MELALUI BENCHMARKING TAMOKOSPA:


STUDY KASUS SMKN 08 SEMARANG 3
Ummi Rosydiana
program yang tidak relevan dengan tujuan sekolah, namun akan merealisasi program-program
sebagaimana value dan ekspektasinya yaitu untuk memajukan dan mengembangkan sekolahnya.
Langkah motivasi yang dilaksanakan melalui kegiatan, antara lain, briefing dilakukan di pagi
hari sebelum kegiatan belajar mengajar atau disiang hari setelah kegiatan belajar mengajar. Melalui
briefing kepala sekolah memberikan motivasi kepada warga sekolah untuk bergerak ke arah lebih baik.
Selain briefing, langkah kedua yang dilaksanakan adalah rapat manajemen sekolah. Seluruh stakeholder
sekolah diundang untuk menyamakan visi dan misi.
Tahap ketiga, komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam menunjang
kelancaran aktifitas. Tanpa komunikasi maka maksud bersama tidak dapat dipahami dan diterima
oleh semua anggota organisasi. Selain itu tanpa komunikasi maka tidak terjadi koordinasi yang
menyebabkan tercapainya tujuan organisasi. Menurut Oteng Sutisna (1989) cara untuk
mengembangkan proses komunikasi yang baik, administrator perlu memahami orang dan kelompok
yang membentuk sebuah organisasi. Tidak ada komunikasi yang efektif kecuali sistem sekolah
menggalakkan para anggota organisasi untuk bebas menyatakan perasaan dan pikiran mereka.
Komunikasi yang dilaksanakan di sekolah antara lain, sosial media menjadi salah satu alat
yang efektif untuk mengembangkan komunikasi kepala sekolah dengan warga sekolah. Sosial media
yang digunakan antara lain Facebook, Whats Up, BBM dan sms. Salah satu cara yang efektif untuk
melakukan komunikasi dengan masyarakat melalui media massa. Untuk itu kepala sekolah menjalin
hubungan yang saling menguntungkan dengan wartawan. Sinergi ini menjadikan sekolah semakin
dikenal masyarakat karena sering termuat di surat kabar. Selain itu stakeholder merupakan komponen
yang penting dalam pengembangan sekolah. Komunikasi yang intensif dengan pengambil kebijakan
menjadi pintu masuk bantuan dana baik itu bantuan ruang kelas baru, SMK rujukan, rehab gedung,
peralatan, dll.
Tahap keempat yaitu spiritual. Fry (2003) mendefinisikan spiritualitas kepemimpinan sebagai
penggabungan nilai, sikap, dan perilaku yang diperlukan untuk memotivasi diri dan orang lain secara
intrinsik, sehingga mereka memiliki kepemimpinan spiritual sebagai panggilan tugas. Berdasarkan
konsep dan tugas kepemimpinan spiritual, Fry, dkk (2003, h.719) mengembangkan sebuah model
teoritik “Spiritualitas kepemimpinan membangun motivasi melalui Vision (visi), hope/faith
(harapan/keyakinan), dan altruis love (cinta altruistik)”. Model tersebut telah diujicobakan dalam
berbagai organisasi dan hasilnya cukup signifikan dan menjanjikan untuk dipublikasikan. Dari
perspektif etika dan nilai-nilai, pemimpin hendaknya dapat melakukan tindakan yang berdampak
pada pengembangan nilai-nilai pribadi, tim, dan organisasi (Northouse, 2001). Greenleaf‟s (1978)
menyatakan bahwa kepemimpinan yang bersifat melayani membuat tujuan utama kepemimpinan
adalah menciptakan dampak positif pada karyawan dan masyarakat (memberi manfaat).
Oleh sebab itu, Barrett (1998, 2003) mengusulkan bahwa untuk sebuah organisasi yang ingin
berkinerja tinggi harus mempunyai keselarasan yang kuat antara nilai-nilai pribadi karyawan,
organisasi, dan nilai-nilai yang diinginkan karyawan. Hal ini sejalan dengan hukum ketertarikan (low
of attraction) yaitu bahwa setiap individu memiliki getaran positif dan negatif bilamana seseorang
memancarkan getaran positifnya (dalam berfikir, beremosi, bertindak positif) ia akan mendapat
respon balik yang positif pula dan bahkan berlipat ganda, demikian pula sebaliknya (Ramussen &
Hooper, 2010). Pemimpin yang melayani juga menggambarkan tujuh kebiasaan positif yang meliputi:
1) berfokus pada prinsip terus belajar, 2) berorientasi pada pelayanan, 3) percaya pada orang lain, 4)
memancarkan energi positif, 5) melihat kehidupan sebagai sebuah petualangan, 6) kehidupan yang
seimbang, dan 7) melakukan pembaruan diri (Covey, 2007).
Kegiatan spiritual yang dilakukan antara lain yaitu pengajuan umat pagi, grup membaca Al-
Qur’an one week one juz, perayaan hari besar agama, sholat berjamaah, sholat umat, shodaqoh umat,
dan kunjungan ke warga sekolah yang kena musibah.

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas


4 Vol. 18, No. 3, Juli 2017
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi sekolah menjadi lebih baik
dari sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan strategi Tomoko Spa memacu siswa untuk belajar menghasilkan karya terbaik.
Melalui Tomoko Spa meningkatkan karakter kompetisi antar siswa dan mampu menghasilkan juara di
berbagai lomba antar sekolah.

Prestasi Lomba Antar Sekolah

5
4
Juara 1
3
Juara 2
2 Juara 3
1 Juara Favorit

0
2014 2015

Gambar 1. Grafik Prestasi Lomba Antar Sekolah

Dari grafik tersebut diperoleh data bahwa pelaksanaan strategi tamoko spa dapat memacu siswa
untuk berprestasi dibuktikan dengan hasil lomba-lomba yang meraih kategori juara 1, juara 2, juara 3
dan juara favorit. Pada tahun 2014 siswa meraih prestasi lomba antar sekolah juara 1 sebanyak 5 kali,
meraih prestasi juara 2 sebanyak 2 kali, dan meraih prestasi juara 3 sebanyak 5 kali. Sedangkan pada
tahun 2015 prestasi yang didapat semakin banyak yaitu meraih juara 1 sebanyak 3 kali, juara 2
sebanyak 5 kali, meraih juara 3 sebanyak 1 kali, dan meraih juara favorit sebanyak 1 kali.
Sedangkan bagi guru penerapan Tamoko Spa menghasilkan antara lain. (1) Kompetensi guru
meningkat, kegiatan in house training dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi guru. IHT yang
telah dilakukan antara lain, penyusunan administrasi pembelajaran, penyusunan PKG, penyusunan
PAK, pelaporan e-filling, pembuatan PTK, pelaksanaan model pembelajaran kurikulum 2013. (2)
Menghasilkan guru juara, berhasil menjadi juara 1 pendidik dan tenaga kependidikan berprestasi
tingkat kota dan provinsi serta finalis tingkat nasional tahun 2015. (3) Instruktur nasional, sekolah
juga menyumbang instruktur nasional kurikulum 2013 antara lain.
Tabel 1. Data Guru Instruktur Nasional
No Nama Mata Pelajaran
1 Drs. Handoyo, M.Si Bimbingan Konseling
2 Dra. Endang Sukarningsih Sejarah
3 Ardan Sirodjuddin, S.Pd Produktif RPL, MM dan TKJ
4 Yudi Kristanto, S.Pd Produktif RPL, MM dan TKJ
5 Yemi Maria Arbi, S.Pd Produktif RPL, MM dan TKJ

(4) Penyusun modul nasional, sekolah juga menyumbang penyusun modul paska UKG tingkat
nasional antara lain.

MEMBANGUN PRESTASI SEKOLAH MELALUI BENCHMARKING TAMOKOSPA:


STUDY KASUS SMKN 08 SEMARANG 5
Ummi Rosydiana
Tabel 2. Data Guru Penyusun Modul Nasional
No Nama Mata Pelajaran
1 Dra. Sri Sulistiani, M.PPSp Produktif Perawatan Sosial
2 Dra. Lis Anggriani, M.Si Produktif Perawatan Sosial
3 Dra. Nur Rubiatin, M.Pd Produktif Perawatan Sosial
4 Dra. TH Nanik Thurwindarti Produktif Perawatan Sosial

Untuk sekolah, dapat membangun ruang kelas baru, berdasarkan dana bantuan dari direktorat
pembinaan SMK, sekolah ini membangun 4 ruang kelas baru untuk memenuhi kebutuhan ruang
pembelajaran. Meraih sertifikat iso, membangun dua laboratorium komputer baru untuk mendukung
pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK), pelaksana UNBK menjadi salah satu sekolah
yang menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK), menjadi satu-satunya tempat
pelaksanaan ujian nasional perbaikan (UNP) di kota Semarang, mampu meraih nilai akreditasi A
tahun 2015, dan dipercaya stakeholder melaksanakan pelatihan guru, antara lain pelatihan pembuatan
presentasi interaktif dengan powerpoint, pelatihan pembuatan media pembelajaran, pelatihan
pembuatan soal online, pelatihan pemanfaatan web jateng pintar, pendidikan dan pelatihan mata
pelajaran simulasi digital.

SIMPULAN
Uraian pengalaman mengelola sekolah yang menarik sebagaimana diuraikan pada bab-bab
terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Tamoko Spa dilaksanakan dalam empat langkah,
yaitu tanggap masalah, motivasi, komunikasi dan spiritualitas. (2) Penerapan Tamoko Spa
menghasilkan siswa juara, kompetensi guru meningkat, menghasilkan guru juara, guru menjadi
instruktur nasional, guru menjadi penyusun modul nasional, dan bagi sekolah dapat membangun
ruang kelas baru, meraih sertifikat ISO, membangun dua laboratorium komputer baru, pelaksana
UNBK, pelaksana UNP, terakreditasi A, dan dipercaya stakeholder melaksanakan pelatihan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Ahameethunisa AR, Hopper W. 2010. Antibacterial activity of Artemisia nilagirica leaf extracts against clinical and
phytopathogenic bacteria. Research Article. BMC Complementary and Alternative Medicine, 10:6.
Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S. , and Brooks, H. L., 2003. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd
ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Covey S. (2001). The 7 habits of higly effective teens (7 kebiasaan remaja yang sangat efektif). (alih bahasa oleh: Arvin
Saputra; Ed. Lyndon Saputra). Jakarta: Bina rupa Aksara.
Fry L. W. (2003). Toward a theory of spiritual leadership. The Leadership Quarterly .14 (693–727).
Fry, L.W., Nisieiwcz, M., & Vitucci, S. ( 2007). Trasformaing local police department through spiritual leadership,
measurement and establishing a baseline. Paper presented at the 2007 National Academimy of Managemen,
Philadelphia. Pennsylvania.
Greenleaf, R. K. (1978). Servant leader and follower. New York: Paulist Press.
Legowo, Edi, dkk. 2014. Latihan Kepemimpinan. Surakarta : Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Lembaga Pengembangan Dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Indonesia.
Prasetyo, R. I., Supraptono, E., & Utami, A. D. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
REMEDIAL BERBASIS WEB PADA MATERI RUMUS DAN FUNGSI. Jurnal Pendidikan Tindakan
Kelas, 6(2).
Riani, N., & Supraptono, E. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Take and Give dalam Materi Ajar Media
Komunikasi Data jaringan. Jurnal Pendidikan Tindakan Kelas, 6(2).
Setiawan, Agus. 2014. Kepemimpinan Kewirausahaan Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Wurausahawan
Lulusan SMK. didownload dari https://www.academia.edu/ pada tanggal 10 Maret 2015.

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas


6 Vol. 18, No. 3, Juli 2017
Supraptono, E., & Setiawan, H. (2017). DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
WEB TERHADAP KOMPETENSI MATERI PERKULIAHAN ELEKTRONIKA DASAR. Jurnal
Penelitian Pendidikan Indonesia, 2(3).
Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa.
Syaerozi, S., Supraptono, E., & Sutarno, S. (2015). Penerapan Metode Pembelajaran Drill Berbantuan
Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data Menggunakan Microsoft Excel
2007. Edu Komputika Journal, 2(2).

MEMBANGUN PRESTASI SEKOLAH MELALUI BENCHMARKING TAMOKOSPA:


STUDY KASUS SMKN 08 SEMARANG 7
Ummi Rosydiana

You might also like