You are on page 1of 10

Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (2-2), 65-74

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i2-2. 483
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Persoalan Struktural dalam Politik Penegakan Hukum


Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Grahat Nagara, Belinda Sahadati Amri,
Dian Patria, Farid Andhika

Yayasan Auriga Nusantara


Yayasan Auriga Nusantara
Komisi Pemberantasan Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi

grahat@auriga.or.id, belinda@auriga.or.id,
d.patria@kpk.go.id, farid.andhika@kpk.go.id

Abstract
Structural problems cause law enforcement in the field of natural resources and the
environment to be powerless when dealing with the exploitation of unregistered natural
resources, damage to the environment due to lack of compliance, and corruption in the joints of
government administration in the field of resources natural. Even though the natural resources
sector is a sector that has adequate instruments of law enforcement, in practice law enforcement
against perpetrators of crimes in the field of natural resources is not very effective. This paper
will elaborate on this obstacle, and also describe the experience and learning of the Corruption
Eradication Commission to strengthen law enforcement in the field of natural resources through
the initiatives that are underway in the National Movement to Save Natural Resources.
Specifically by not only being a trigger (trigger mechanism) for the process of law enforcement,
the National Movement to Save Natural Resources also encourages the strengthening of legal
politics in law enforcement in the field of natural resources-environment.

Keywords: Law Enforcement, Natural Resource, Governance, Structural Corruption

Abstrak
Persoalan struktural menyebabkan penegakan hukum di bidang sumber daya alam dan
lingkungan hidup (SDA-LH) tidak berdaya ketika berhadapan dengan eksploitasi sumber
daya alam yang tidak tercatat, rusaknya lingkungan hidup akibat minimnya kepatuhan, dan
korupsi dalam sendi-sendi administrasi pemerintahan di bidang sumber daya alam. Meski
sektor sumber daya alam merupakan sektor yang memiliki kelengkapan instrumen
penegakan hukum yang memadai, dalam praktiknya penegakan hukum terhadap pelaku
kejahatan di bidang sumber daya alam tidak banyak berjalan efektif. Tulisan ini akan
menguraikan kendala itu, dan juga menjabarkan pengalaman dan pembelajaran Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memperkuat penegakan hukum di bidang SDA-LH
melalui inisiatif yang berjalan dalam Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam
(GNP SDA). Secara khusus tidak hanya menjadi pemantik (trigger mechanism) terhadap
proses penegakan hukum, GNP SDA KPK juga mendorong penguatan terhadap politik hukum
dalam penegakan hukum di bidang SDA-LH.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Tata Kelola, Sumber Daya Alam, Korupsi Struktural

65
Grahat Nagara, Belinda Sahadati Amri,
Dian Patria, Farid Andhika

Pendahuluan hidup. Upaya untuk menjustifikasi


Sudah banyak literatur yang kriminalisasi perusakan SDA-LH
menjelaskan karakteristik kejahatan di mentransformasi definisi kejahatan
bidang sumber daya alam dan lingkungan melalui banyak spektrum, mulai dari
hidup (SDA-LH), yang membedakannya politik ekonomi, magnitud, kejelasan
dengan kejahatan lain. Salah satunya, dampak, dan legitimasi publik (Pendleton,
bahwa kejahatan sumber daya alam dan 1997).
lingkungan hidup, termasuk misalnya di Transformasi ini mempengaruhi
bidang kehutanan, memiliki dimensi juga bagaimana penegakan hukum
persoalan struktural yang tidak banyak tersebut harus berjalan. Pada aras itu,
dimiliki oleh bentuk kejahatan lainnya penegakan hukum terhadap perusak
(Prescott, dkk, 2010). Kejahatan ini sumber daya alam dan lingkungan hidup
mengakar pada kondisi ketika elit tertentu di Indonesia juga mengalami berbagai
memegang kuasa penuh dan privilese dinamika, baik secara praksis maupun
untuk mendapatkan dan bahkan mengatur dalam diskursus. Tentu saja seperti halnya
rente ekonomi hutan yang seharusnya penegakan hukum secara umum,
dinikmati publik luas–untuk kepentingan perkembangan ini dipengaruhi berbagai
segelintir. Rentetan dari faktor itu terlihat hal seperti kapasitas, sarana pendukung,
pada fenomena korupsi yang terjadi kondisi struktur Masyarakat, dan bahkan
hampir pada setiap tahap tata kelola SDA- kebudayaan (Soekanto, 2004).
LH. Akhirnya, beragam aktor berlomba- Efektivitas dari penegakan hukum
lomba dalam turut serta perburuan rente acap kali hanya dipandang dari segi
sumber daya alam–termasuk apabila institusional atau teknikal semata. Tetapi
harus melakukan mengorbankan jarang memperhatikan bagaimana politik
lingkungan (Purnomo dan Shuntiko, 2015; pembentukannya serta tantangan dalam
Kartodihardjo, dkk, 2016). lingkup eksternal upaya penegakan
Menuntut pertanggungjawaban hukum itu sendiri. Tulisan ini mengambil
terhadap kerusakan SDA-LH dengan posisi dan menguraikan bagaimana politik
memahami kondisi politik ekonomi itu penegakan hukum khususnya dalam
tidak mudah, apalagi upaya penanganan kejahatan SDA-LH, justru
mengkriminalisasi kejahatan SDA-LH itu lebih banyak terpengaruh pada persoalan
sendiri baru belakangan terbentuk, structural, dari pada yang bersifat
beriringan dengan kesadaran institusional. Salah satu petunjuk untuk
perlindungan lingkungan hidup. Pada menguraikannya, persoalan struktural ini
tahapan awal, legitimasi upaya dalam salah satu fasetnya terlihat ketika ia
perlindungan lingkungan seringkali berkelindan dengan korupsi. Petunjuk
dikaitkan dengan kepentingan manusia itu lainnya, juga diungkapkan oleh United
sendiri. Misalnya, ketika penurunan Nation on Environmental Program (2019)
kualitas lingkungan itu mengancam dengan menyebutkan rentannya
kehidupan masyarakat sekitarnya. kebijakan perlindungan SDA-LH ketika
Pencemaran limbah beracun, sampah, berhadapan dengan korupsi yang ditandai
polusi udara, dan air, jatuh dalam kategori dengan lemahnya institusi negara.
ini. Baru sejak tahun 80-an, kriminalisasi Tidak heran apabila upaya
terhadap kejahatan lingkungan yang penegakan SDA-LH dalam dua dasawarsa
demikian banyak berkembang, bahkan terakhir, posisi dan peran Komisi
mengarah juga pada pemidanaan terhadap Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam
kondisi berkurangnya kualitas lingkungan menempatkan sumber daya alam dan

66
Persoalan Struktural dalam Politik Penegakan Hukum
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

lingkungan hidup sebagai isu strategis 2) Pemakluman konflik kepentingan


turut juga mempengaruhi dinamika itu. yang kemudian menentukan proses
Termasuk melalui inisiatif penegakan hukum;
pencegahannya, yaitu Gerakan Nasional 3) Pembiaran terhadap regulasi yang
Penyelamatan Sumber Daya Alam (GNP buruk, sehingga pelanggaran terus
SDA). berulang.
Simpangan berbahaya yang tidak
Pembahasan terlihat dari penguatan penegakan hukum
Tantangan Penegakan Hukum SDA-LH SDA-LH adalah ketika pasal-pasal
dan Persoalan Strukturalnya pelindung SDA-LH itu justru membuat
Tantangan penegakan hukum di pelaku yang seharusnya dimintakan
bidang SDA-LH dapat dikatakan sangat pertanggungjawaban akhirnya tidak
rumit. Beragam persoalan teknis maupun terjerat. Dalam banyak kasus, masyarakat
non-teknis seperti institusional dan setempat dan adat yang memanfaatkan
struktural mempengaruhi dinamika sumber daya alam untuk kebutuhan
politik penegakan hukum SDA-LH di sehari-hari justru menjadi target label
Indonesia. Persoalan teknis dalam banyak penjahat sumber daya alam. Penegakan
contoh masih menjadi salah satu hukum dilakukan secara sporadis
tantangan yang harus dihadapi penegak terhadap temuan pelanggaran hukum,
hukum, khususnya ketika berkaitan sehingga seolah tidak terstruktur pada
dengan perlunya penguatan kompetensi. tujuan efek jera secara luas. Di sektor
Sama halnya pada tataran kehutanan misalnya, tidak ada pembedaan
institusional, yang pada praktiknya lebih penegakan hukum terhadap pelaku
banyak dilakukan oleh Penyidik Pegawai perusakan hutan skala besar dengan
Negeri Sipil (PPNS), tantangan juga banyak perambahan hutan (Tacconi, dkk, 2019),
ditemukan, diantaranya terkait tumpang- bahkan apabila hal itu dilakukan untuk
tindih kewenangan, belum efektifnya penghidupan sehari-hari (Irawan, dkk.,
fungsi koordinasi dan pengawasan oleh 2019).
Kepolisian, dan struktur organisasi di Tingginya over-kriminalisasi
kementerian sektoral yang tidak tersebut, bahkan banyak dipandang
mendukung pelaksanaan penegakan sebagai cara bagi penguasa untuk
hukum juga banyak ditemukan (Supiyanto memberikan efek kejut dan
dan Wahyuningsih, 2017). mendelegitimasi hak masyarakat terhadap
Selain kedua hal tersebut, sumber daya hutannya (Lynch dan
pembelajaran selama ini juga Harwell, 2012; Muttaqien dkk, 2012).
menunjukkan bahwa persoalan struktural Selain persoalan cara pandang atas hutan
sendiri memberikan kontribusi pada dan preferensi ekonomi serta
gagalnya penegakan hukum SDA-LH di pengetahuan yang mendasarnya, pasal-
Indonesia untuk mencapai tujuannya. pasal pidana di sektor SDA-LH seringkali
Diantara yang paling mempengaruhi, yang juga kualitasnya tidak memadai. Beberapa
akan dibahas dalam tulisan ini tercermin perkara menunjukkan proses hukum
dalam 3 (tiga) persoalan, yaitu: bahkan kepada masyarakat yang berusaha
1) Over-kriminalisasi yang menyebabkan melindungi hutan (173/Pid.Sus/2014/
penegakan hukum SDA-LH tidak PN.BGL; 243/Pid.Sus/2014/PN.SBG).
berjalan efektif; Beriringan dengan persoalan itu,
kejahatan sumber daya alam skala besar
itu sendiri jarang sekali diproses hukum.

67
Grahat Nagara, Belinda Sahadati Amri,
Dian Patria, Farid Andhika

Penegakan hukum jarang sekali Sementara itu, pemakluman


menyentuh korporasi skala besar yang terhadap konflik kepentingan juga
diketahui menyebabkan kerusakan hutan menjadi penghambat terhadap upaya
(FWI, 2014). Misalnya, tidak banyak penegakan hukum. Terhambat dan
proses hukum yang berhasil terlambatnya proses hukum terhadap
menanggulangi persoalan pemberian izin kejahatan seringkali terjadi akibat konflik
perkebunan kelapa sawit yang diketahui kepentingan (Rasad, 2018). Meskipun
koruptif dan secara tidak sah tidak selalu yang disebabkan oleh relasi
menyebabkan pembukaan hutan skala transaksional, konflik kepentingan
besar di berbagai wilayah di Indonesia menyandera upaya untuk meminta
(Setiawan dkk, 2016). Tuntutan agar pertanggungjawaban terhadap
penegakan hukum berproses secara adil, pelanggaran hukum dalam banyak ragam.
mengharapkan proses penegakan hukum Konflik kepentingan membuat beragam
menjadi jalan tengah untuk memastikan aktor dalam satu jejaring kepentingan
cara bekerja hukum dalam peristiwa in yang sama, sehingga perilaku institusi
concreto dapat berlaku adaptif terhadap formal pemerintah menyimpang dari
persoalan struktur politik ekonomi. fungsi utamanya untuk menjamin
Selain persoalan ketidakadilan di kesejahteraan masyarakat termasuk
atas, efektivitas penegakan hukum yang melalui penegakan hukum. Misalnya
tidak strategis menyasar skala besar juga ketika aparatur negara terjebak untuk
dipertanyakan. Terutama karena berhutang budi, karena layanan publiknya
penegakan hukum yang demikian dikritik dibiayai perusahaan (KPK, 2013) atau
tidak akan mampu menyasar harta hasil ketika secara langsung diberikan posisi
kejahatan yang jumlahnya signifikan. struktur tertentu di dalam perusahaan.
Upaya mengejar harta hasil kejahatan Sebagian besar kementerian yang
dipandang sebagai pendekatan yang mengurus sumber daya alam tidak
efektif dengan asumsi bahwa pelaku memiliki aturan khusus terkait konflik
kejahatan tersebut akan menggunakan kepentingan tersebut.
harta hasil kejahatan untuk mengelola Persoalan pembajakan regulasi
organisasi kejahatannya (life and blood of adalah persoalan lain yang dipandang
the crime) (Setiono, 2008). Oleh karena itu, dalam GNP SDA sebagai penghambat
tanpa pengungkapan dan perampasan upaya penegakan hukum. Dengan
terhadap aset hasil kejahatan itu, pelaku pembajakan itu, proses penegakan hukum
kejahatan dapat dengan mudah tidak bisa berlaku tegas, karena ruang
memobilisasi kejahatannya untuk pemaknaan hukum dibuat mudah untuk
menghindari proses hukum yang berjalan. disimpangi bahkan secara sengaja,
Kedua isu di atas bersinggungan sehingga memberikan ruang
pada titik bagaimana kejahatan terhadap menguntungkan pihak-pihak tertentu
SDA-LH itu sendiri didefinisikan. Apakah yang didesain sejak awal.
yang disebut kejahatan SDA-LH dan Ada 3 (tiga) bentuk pelemahan
bagaimanakah pasal-pasal pidana regulasi yang teridentifikasi. Tidak
dirumuskan, mudah untuk diatribusikan utuhnya penyelesaian administrasi
dengan hegemoni pengetahuan dan pemerintah, sehingga menjadi celah bagi
bentuk ekonomi partikular yang terbentuk pelanggaran hukum yang terjadi berulang
dalam arena pembentukan perundang- kali, dilakukan oleh banyak aktor. Hingga
undangan (Nagara, 2014). pada akhirnya memaksa pemerintah
harus menerbitkan kebijakan

68
Persoalan Struktural dalam Politik Penegakan Hukum
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

keterlanjuran. Fragmentasi dan tumpang- kejahatan korupsi di sektor sumber daya


tindih kewenangan yang memberikan alam-termasuk energi (KPK, 2018).
insentif terhadap pemilihan hukum yang Di dalam GNP SDA sendiri, terdapat
dianggap menguntungkan. Pelanggaran 2 (dua) peran aparat penegak hukum
hukum yang terjadi akibat manipulasi yaitu:
informasi dalam administrasi tata kelola a) Melakukan pengawasan terhadap
SDA yang rumit. Maupun melalui pasal- pelaksanaan rencana aksi dan
pasal yang multi-interpretatif. kewajiban para pihak terutama untuk
Gagalnya penegakan hukum untuk mendeteksi tindakan-tindakan yang
berjalan secara utuh pada tipologi yang melanggar hukum; dan
demikian, menyebabkan pemerasan dan b) Melakukan upaya hukum terhadap
suap menjadi praktik yang lazim untuk setiap bentuk pelanggaran hukum
memperkuat posisi dan ‘legitimasi’ berkenaan dengan penggunaan ruang
pengusahaan SDA-LH dalam dan pengelolaan sumberdaya
ketidakjelasan regulasi tersebut. Kondisi didalamnya.
ini akhinya dimanfaatkan oleh para Berdasarkan rencana tersebut,
pemburu rente untuk mendapatkan merujuk pada laporan evaluasi GNP SDA
bagian dari proses yang menyebabkan tahun 2018, kinerja fungsi penegakan
kerugian negara secara masif. Ketika hal hukum di sektor sumber daya alam dan
itu terjadi, kondisi koruptif akhirnya saling lingkungan hidup terlihat membaik.
bersinggungan untuk melemahkan Berbagai pelanggaran lingkungan, seperti
penegakan hukum. kebakaran lingkungan dan pencemaran
diproses dengan berbagai instrumen
Orientasi Penegakan Hukum Gerakan hukum pidana, perdata, maupun
Nasional Penyelamatan Sumber Daya administratif. Korporasi pengusahaan
Alam dan Tantangannya sumber daya alam yang selama ini
Gerakan Nasional Penyelamatan dipandang tidak pernah dimintakan
Sumber Daya Alam (GNP SDA) dibentuk pertanggungjawaban mulai banyak
oleh KPK bersama dengan 12 Kementerian diproses hukum, termasuk dengan
dan Lembaga dengan tujuan melakukan memaksanya melakukan pemulihan
sistem pengelolaan sumber daya alam di terhadap kerusakan lingkungan yang
darat dan laut untuk mencegah korupsi, terjadi.
kerugian keuangan negara dan kehilangan Khususnya di sektor kelautan-
kekayaan negara, serta mendorong perikanan dan sektor kehutanan tergolong
perbaikan tata kelola sektor SDA masif melakukan pemidanaan terhadap
Indonesia untuk sebesar-besar pelanggaran hukum. Dalam waktu 4
kemakmuran rakyat, dengan (empat) tahun terakhir, Kementerian
memperhatikan aspek keberlanjutan, Kelautan dan Perikanan (KKP) menangani
konsistensi, keterpaduan, kepastian sebanyak 825 perkara. Sementara itu di
hukum, kemitraan, pemerataan, peran sektor kehutanan, Kementerian
serta masyarakat, keterbukaan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan. juga melakukan beragam bentuk
Dalam pelaksanaannya, GNP SDA juga penegakan hukum pidana terhadap
mengajak penegak hukum untuk terlibat korporasi penyebab kebakaran hutan
di dalamnya. Sebagai tambahan, Komisi (Greenpeace, 2019).
Pemberantasan Korupsi semakin berani Hal lain yang penting dicatat sebagai
melakukan proses hukum terhadap kemajuan adalah adanya penguatan

69
Grahat Nagara, Belinda Sahadati Amri,
Dian Patria, Farid Andhika

orientasi penegakan hukum yang mulai rupiah dari kasus kerusakan lingkungan
diarahkan pada upaya pemulihan dan kebakaran hutan. Sementara itu, KKP
kerusakan dan pengembalian kerugian telah melakukan penenggelaman kapal
negara. Contohnya, sepanjang tahun 2015- yang ditemukan melanggar hukum hingga
2017, KLHK telah melakukan proses sejumlah 488 kapal. Meskipun dalam
hukum yang berujung pada putusan beberapa kasus, upaya eksekusinya juga
pengembalian kerugian dan beban masih terkendala (KPK, 2018).
pemulihan lingkungan hingga 16,6 triliun

Tabel 1. Kasus-kasus Kebakaran Hutan yang Belum Dieksekusi

No. Nama Perusahaan Lokasi Jenis Perkara Keterangan


1. PT. Kalista Alam Kab. Nagan Raya, Karhutla Inkracht van gewijsde
(PT. KA) Aceh pada tingkat PK tanggal
18 April 2018.
2. PT. Merbau Kab. Pelalawan, Perusakan Inkracht van gewijsde
Pelalawan Lestari Riau lingkungan pada tingkat Kasasi
(PT. MPL) (illegal logging) tanggal 18 Agustus 2016
3. PT. Waimusi Kab. Ogan Karhutla Inkracht van gewijsde
Agroindah (PT. WA) Komering Ilir, pada tingkat PN tanggal
Sumsel 20 September 2017.
4. PT. Bumi Mekar Kab. Ogan Karhutla Inkracht van gewijsde
Hijau (PT. BMH) Komering Ilir, pada tingkat PT tanggal
Sumsel 12 Agustus 2016
5. PT. Jatim Jaya Kab. Rokan Hilir, Karhutla Inkracht van gewijsde
Perkasa (PT. JJP) Riau pada tingkat Kasasi
tanggal 28 Juni 2018.
6. PT. Waringin Agro Kab. Rokan Hilir, Karhutla Inkracht van gewijsde
Jaya (PT. WAJ) Riau pada tingkat Kasasi
tanggal 10 Agustus 2018.

Orientasi terhadap upaya pemulihan mengupayakan pemulihan terhadap


lingkungan penting untuk dilihat sebagai kerusakan itu. Harapannya, proses hukum
perspektif yang strategis untuk penegakan kemudian dapat dilakukan lebih
hukum yang lebih efektif mendorong efek komprehensif sehingga menutup peluang
jera. Dalam upaya pemulihan lingkungan, bagi pelaku kejahatan SDA-LH untuk
maka penegak hukum akan menjadi lebih mendapatkan keuntungan dari
kreatif dengan menggunakan beragam kejahatannya. Fleksibilitas penegakan
instrumen hukum. Tidak hanya hukum untuk menggunakan ragam
pendekatan hukum pidana, tetapi juga instrumen, pidana, perdata, dan
perdata, dan lingkungan hidup. Dalam administratif diharapkan dapat menutup
beberapa literatur, pendekatan ini dikenal kelemahan yang ada di masing-masing
dengan pendekatan yang terintegratif atau instrumen (Blondiau, dkk. 2015).
banyak pintu (multidoor) (UNDP, 2019). Sementara pidana ditujukan untuk
Penggunaan sanksi administratif menjerat pelaku, tapi tidak
khususnya di KLHK meningkat dalam 4 memperhatikan dampak kerusakan,
(empat) tahun terakhir, tidak hanya sanksi administratif juga dipandang lemah
berhenti di teguran, tetapi juga paksaan karena hanya bertujuan untuk
pemerintah untuk menghentikan kegiatan menghentikan pelanggarannya.
usaha yang merusak dan sekaligus

70
Persoalan Struktural dalam Politik Penegakan Hukum
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Tabel 2. Penjatuhan Sanksi Administratif oleh KLHK

140
125
120 115

100 90

80

60

40
21
16 15
20 8
3 0 1 0 0 0 0 0
0
Pencabutan izin Pembekuan izin Paksaan Teguran tertulis Peringatan
pemerintah tertulis

2015 2016 2017

Tentu hal ini pun masih meninggalkan persyaratan perizinan itu sendiri. Dengan
catatan, mengingat regulasi terkait dengan itu, konstruksi kejahatan SDA-LH sebagai
penegakan hukum administrative masih kejahatan kerah putih (white collar crime)
sangat lemah (Nagara, 2017). Arah ini lebih menemukan tempatnya. Berbeda
terlihat jelas dalam GNP SDA ketika dengan tipologi kejahatan lainnya,
berbicara pemenuhan kewajiban yang kejahatan kerah putih dirasionalisasi
diantaranya adalah kepatuhan terhadap dengan motif bisnis dan korporasi untuk
kelola lingkungan berdasarkan izin melanggar aturan, tehniknya pun khusus
lingkungan dan pemenuhan kewajiban hanya dipahami oleh orang-orang terdidik
pemulihan lingkungan sebagai bagian yang menjadi anggota korporasi tersebut
administrasi kegiatan usaha di bidang (Sutherland dalam Simpson dan
SDA-LH. Secara eksplisit beragam Weisburd, 2009).
rekomendasi dalam GNP SDA meminta Runtutan logika berikutnya, sebagai
dilakukannya audit kepatuhan di masing- kejahatan kerah putih, kejahatan SDA-LH
masing sektor sumber daya alam. Sebagai mudah sekali untuk bermetamorfosis
tambahan, proses GNP SDA juga menjadi beragam bentuk yaitu kejahatan
mengarahkan pada upaya penegakan korporasi, kejahatan terorganisir, dan
hukum yang lebih akuntabel, karena kejahatan politik (Karen Harbeck, 2011).
seluruh informasi terkait dengan tata Pada kejahatan korporasi, pelaku dalam
kelola sumber daya alam didorong untuk hal ini dapat diidentifikasi sebagai
lebih transparan. Informasi yang tersedia korporasi, menggunakan segala instrumen
ini membuka ruang untuk lebih serius yang ada di dalam korporasi untuk
terkait pelaku, modus, dan dampak dari melakukan kejahatan dan mendapatkan
kejahatan sumber daya alam dan keuntungan bagi korporasi. Sementara itu,
lingkungan hidup. pada kejahatan terorganisir, organisasi
Fakta-fakta pelanggaran di bidang dengan sengaja didesain untuk melakukan
perizinan di bidang sumber daya alam kejahatan, meskipun seolah-olah berperan
terpampang dengan jelas mulai dari sebagai usaha yang sah. Dalam kasus Nur
perusakan lingkungan, pelanggaran Alam misalnya, ketimbang kejahatan
peruntukan ruang, bahkan pemenuhan korporasi, lebih tepat didefinisikan

71
Grahat Nagara, Belinda Sahadati Amri,
Dian Patria, Farid Andhika

sebagai kejahatan terorganisir, karena kerugian negara, dan


pelaku membangun korporasi bodong, pertanggungjawaban korporasi.
yang hanya untuk melakukan kejahatan Melalui GNP SDA berbagai regulasi
pertambangan secara koruptif. mengenai perizinan diperkuat. Salah satu
Pada tahapan berikutnya, kejahatan contohnya dengan mendorong penguatan
SDA-LH juga dapat berkembang menjadi penegakan hukum terhadap pelanggaran
kejahatan politik. Dengan akumulasi harta pembatasan penguasaan luasan usaha
hasil kejahatan yang dilakukan, beragam perkebunan yang sebelumnya sering kali
aktor ikut dalam proses perburuan rente, disalahgunakan dan dilanggar. Melalui
termasuk pihak-pihak yang dianggap revisi Peraturan Menteri Pertanian Nomor
memiliki pengaruh untuk mengambil 98 Tahun 2013, usaha perkebunan yang
kebijakan dan regulasi. Sehingga berikutnya diketahui melanggar
kejahatan SDA-LH juga mempengaruhi pembatasan luas penguasaan lahan dan
proses-proses politik penentuan memberikan informasi palsu mengenai
peruntukkan ruang, anggaran, grup usahanya, dapat dicabut izinnya
pembangunan, dan lingkungan hidup. bahkan tanpa peringatan.
Meski tidak secara langsung
menyentuh persoalan kuasa negara di Memperkuat Mekanisme Penegakan
sektor sumber daya alam dalam rangka Hukum yang Lebih Akuntabel
penegakan hukum, GNP SDA mencermati Penegakan hukum di bidang SDA-LH
persoalan struktural sebagai bagian yang seringkali akan lebih banyak terbantu
tidak terpisahkan dalam upaya penegakan apabila prosesnya dilakukan secara
hukum. Sebagaimana juga telah terbuka. Keterbukaan ini tidak hanya
disebutkan dalam dokumen evaluasi GNP memperkuat akuntabilitas publik, tetapi
SDA (KPK, 2018), regulasi dan berbagai lebih jauh dapat digunakan sebagai alat
prasyarat dari penegakan hukum yang mitigasi terhadap konflik kepentingan.
efektif itu sendiri belum sepenuhnya Meski telah dipicu oleh GNP SDA melalui
tersentuh. penegakan kepatuhan kewajiban hukum
dalam administrasi perizinan, berbagai
Harmonisasi Regulasi dan Penguatan pembenahan regulasi yang bersifat
Politik Penegakan Hukum Kejahatan sistemik juga diperlukan. Sembari
SDA-LH memperkuat aturan yang mengatur
Dalam konteks ini yang dimaksud konflik kepentingan, penting bagi
adalah memperkuat ragam instrumen pemerintah untuk juga mengoptimalkan
perdata, adsministratif, dan pidana untuk kebijakan pengenalan pemilik manfaat.
diterapkan di berbagai kejahatan SDA-LH. Berbagai upaya dilakukan oleh KPK
Tidak hanya di sektor kehutanan tetapi untuk memastikan penegakan hukum
juga pertambangan, perkebunan, serta berjalan lebih akuntabel. Di sektor
perikanan dan kelautan. Dengan pertambangan, penyelesaian
memperhatikan karakteristik kejahatan ketidakpatuhan perizinan didorong
SDA-LH sebagai kejahatan kerah putih dilakukan dalam ranah yang lebih terbuka
yang berorientasi pada nilai ekonomi dari dengan mendorong mekanisme clean and
hasil kejahatannya. Oleh karena itu, clear (CnC) usaha pertambangan dan
penguatan dan harmonisasi instrumen terbangunnya kanal digital informasi
tersebut meliputi bagaimana mendorong geospasial Satu Peta Pertambangan
pemulihan lingkungan, pengembalian (Mining One Map Indonesia, MOMI).
Melalui proses itu, informasi mengenai

72
Persoalan Struktural dalam Politik Penegakan Hukum
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

daftar usaha pertambangan yang melalui negara, termasuk dengan cara


proses CnC dan kemudian tidak lolos dapat memanfaatkan celah-celah regulasi.
dipublikasi secara luas, sehingga publik
dapat ikut melihat dan mengawasi Penutup
prosesnya. Persoalan struktural menyebabkan
penegakan hukum di bidang sumber daya
Menegaskan Posisi Masyarakat sebagai alam dan lingkungan hidup tidak berdaya
Pihak yang Memiliki Kuasa atas SDA-LH ketika berhadapan dengan eksploitasi SDA
Untuk menghindari bentuk yang tidak tercatat, rusaknya lingkungan
kejahatan politik dalam kejahatan SDA-LH, hidup akibat minimnya kepatuhan, dan
penting agar upaya penegakan hukum ini korupsi dalam sendi-sendi administrasi
juga memperhatikan posisi masyarakat pemerintahan di bidang sumber daya
terkait dengan penguasaan SDA-LH. alam. Beberapa diantaranya, meliputi
Proses penegakan hukum yang berlebihan persoalan konflik kepentingan, over-
(over-kriminalisasi) tidak hanya kriminalisasi dan buruknya regulasi dalam
menyebabkan berkurangnya efektivitas penguasaan SDA-LH. Sehingga, meski
penegakan hukum, tetapi juga sektor sumber daya alam merupakan
menghilangkan legitimasi dari prosesnya. sektor yang memiliki kelengkapan
Sementara itu, kejahatan skala besar instrumen penegakan hukum yang
terhadap SDA-LH terus terjadi. memadai, dalam praktiknya penegakan
Meski masih terus berulang menjadi hukum terhadap pelaku kejahatan di
persoalan, Komisi Pemberantasan Korupsi bidang sumber daya alam tidak banyak
mengarahkan agar penegakan hukum di berjalan efektif.
sektor sumber daya alam dengan tegas Sebagaimana telah diuraikan di atas,
mengarah pada pelaku kejahatan yang pengalaman dan pembelajaran Komisi
berdampak masif dengan cara mendorong Pemberantasan Korupsi untuk
penguatan hak masyarakat terhadap memperkuat penegakan hukum di bidang
sumber daya alam. Penguatan ini SDA-LH melalui inisiatif yang berjalan
diantaranya didorong dengan penerbitan dalam Gerakan Nasional Penyelamatan
berbagai regulasi yang dapat mendukung Sumber Daya Alam (GNP SDA)
pengakuan hak masyarakat dalam mengupayakan pemulihan kerusakan
menguasai tanah. Dorongan untuk revisi lingkungan hidup, akuntabilitas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun penegakan hukum, dan penguatan regulasi
2004 tentang Perencanaan Hutan, yang berkaitan dengan instrumen
kemudian penerbitan Surat Keputusan penegakan hukum. Khususnya dengan
Bersama 4 Menteri tentang Penyelesaian tidak hanya menjadi pemantik (trigger
Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan mechanism) terhadap proses penegakan
yang ditindaklanjuti juga Peraturan hukum, GNP SDA KPK juga mendorong
Presiden Nomor 88 Tahun 2017 tentang penguatan terhadap politik hukum dalam
Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam penegakan hukum di bidang SDA-LH yang
Kawasan Hutan. lebih efektif.
Dengan penguatan hak itu, orientasi
penegakan hukum diarahkan ulang untuk
memastikan agar perlindungan terhadap
SDA-LH dapat diarahkan dengan jelas
kepada pelaku-pelaku kejahatan skala
besar untuk mengeskploitasi kekayaan

73
Grahat Nagara, Belinda Sahadati Amri,
Dian Patria, Farid Andhika

Referensi Purnomo, Herry dan Shuntiko. (2015).


Harbeck, Karen, dkk. (2011). Analyzing Politik Ekonomi Kebakaran Hutan.
Crime and Social Control. Salem Center for International Forestry
Press. New Jersey. Research. Jakarta.

Irawan, S., Widiastomo, T., Tacconi, L., Rasad, Fauziah. (2016). Korupsi dan Hak
Watts, J., Steni, B. (2019). Exploring Asasi Manusia dalam Sektor
the Design of Jurisdictional REDD+: Kehutanan. Jurnal HAM 9(2).
the Case of Central Kalimantan,
Indonesia. For. Pol. Econ. Supyanto, Asep dan Wahyuningsih, Sri
Endah. (2017). Koordinasi dan
Kartodihardjo, Hariadi, dkk. (2015). Pengawasan Penyidik Polri
Transaction Cost of Forest Terhadap Proses Penyidikan
Utilization License: Institutional Tindak Pidana yang Dilakukan
Issues. JMHT 21(3): 184-191. oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
Jurnal Hukum Khaira Ummah
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2018). 12(2).
Kertas Kebijakan Evaluasi Gerakan
Nasional Penyelamatan Sumber Tacconi, Luca, dkk. (2019). Law
Daya Alam. Komisi Pemberantasan Enforcement and Deforestation:
Korupsi. Jakarta. Lessons for Indonesia and Brazil.
Forest Policy and Economics.
Nagara, Grahat. (2014). Prinsip- https://doi.org/10.1016/j.forpol.20
Prinsip Legislasi Hukum Pidana 1905.029.
Rumusan Delik Sumber Daya Alam.
Universitas Indonesia. Depok.

_______________. (2017). Perkembangan


Sanksi Administratif dalam
Penguatan Perlindungan
Lingkungan Terkait Eksploitasi
Sumber Daya Alam. Jurnal Hukum
Lingkungan Indonesia 3(2).
Jakarta: Indonesian Center for
Environmental Law.

74

You might also like