You are on page 1of 7

Jurnal Teknologi, Vol. 16, No.

1, April 2016 : 20-26

APLIKASI KATALIS HETEROGEN (H-ZEOLIT) PADA PROTOTYPE


FLUIDIZED BED REACTOR SECARA BATCH UNTUK PRODUKSI
BIODIESEL DARI FATTY ACID METHYL ESTER

Furia Andani*, Pardi1, Eka Kurniasih1


*
Alumni Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe
1
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 P.O. Box 90 Buketrata, Lhokseumawe 24301
*E-mail: furyaaldani@rocketmail.com

Abstract

Biodiesel is an alternative energy diesel / solar is usually produced through esterification and
transesterification. Usually biodiesel produced using a homogeneous catalyst (alkaline/acid).
There are weaknesses in homogeneous alkaline catalysts (KOH and NaOH), the soap will
appear at the end of the biodiesel production process and very difficult when the separation
(separation). Heterogeneous catalyst is a homogeneous catalyst solution to replace due to
different phase reactants, a heterogeneous catalyst is zeolite, zeolite catalyst are very easily
separated and do not form soap at the end of the biodiesel production process. In previous
research, biodiesel is produced using a laboratory scale reactor neck flask 3. Therefore, in this
research developed the biodiesel production process of fatty acid methyl ester (FAME) using
zeolite catalyst H+ in the fluidized bed reactor prototype. Zeolite catalyst performance can be
enlarged with the filling material into the zeolite KI. Prototype fluidized bed reactor is operated
at the speed of the flow rate of 5 liter / min and the fluidization in the reactor with the minimum
fluidization velocity 1.24 cm/s, the weight ratio of zeolite catalyst 2.5% (w/w), mole ratio of
methanol : FAME conversion of methyl ester obtained in the 80 minute, is 69.58%
Key words: biodiesel, FAME, fluidized bed reactor, heterogen catalyst, zeolit

PENDAHULUAN sumber energi merupakan solusi menghadapi


kelangkaan energi fosil pada masa mendatang.
Terbatasnya bahan bakar minyak akan Hal ini karena biodiesel bersifat dapat
menimbulkan menimbulkan suatu diperbaharui (renewable), dapat terurai
permasalahan yang baru bagi masyarakat (biodegradable) dan memiliki sifat pelumasan
umumnya dalam segi ekonomi. Dengan terhadap piston mesin karena termasuk
terbatasnya bahan bakar minyak akan kelompok minyak tidak mengering (non-drying
menyebabkan meningkatnya biaya transportasi, oil) dan mampu mengurangi emisi CO2 dan
meningkatnya biaya produksi industry dan efek rumah kaca. Biodiesel juga bersifat ramah
pembangkit tenaga listrik. Oleh sebab itu untuk lingkungan karena menghasilkan emisi gas
menghadapi permasalah tersebut maka buang yang jauh lebih baik dibandingkan
diperlukan untuk diciptakan suatu energi diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap
terbaharukan yang dapat memberikan efek (smoke number) rendah, terbakar sempurna
positif bagi perekonomian dunia, umumnya (clean burning), dan tidak menghasilkan racun
negara Indonesia. Salah satu energi yang dapat (non toxic)[1].
diperbaharui salah satunya yaitu biodiesel. Proses produksi biodiesel telah dilakukan
Biodiesel merupakan bahan bakar para peneliti, diantaranya Wirasito [2] proses
alternatif yang menjanjikan yang dapat transesterifikasi dan esterifikasi berkatalis
diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak asam. Transesterifikasi berkatalis zeolit alam
binatang atau minyak bekas melalui yang diimpregnasi dengan KI/KIO3 [3],
transesterifikasi dengan alkohol. Biodiesel atau transesterifikasi dengan menggunakan katalis
metil ester adalah bahan bakar dari minyak zeolit termodifikasi abu tandan kosong kelapa
nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak sawit [3], pembuatan biodiesel menggunakan
diesel atau solar. Penggunaan biodiesel sebagai katalis heterogen CaO dari kulit telur ayam

20
Aplikasi Katalis Heterogen (H-Zeolit) Pada Prototype Fluidized... ( F Andani, dkk)

dengan reaksi esterifikasi dan transesterifikasi Pada penelitian ini direncanakan


[4]. pengembangan produksi biodiesel ke arah pilot
Menurut Fumin [5] mengatakan bahwa plant menggunakan katalis heterogen (H-
katalis homogen lebih sulit untuk dipisahkan zeolit). Penelitian akan dilanjutkan ke arah
dari produk hasil reaksi dan menghasilkan scale up reaktor untuk memproduksi biodiesel
limbah yang beracun. Katalis homogen hanya secara simultan dan batch dengan
dapat digunakan sekali untuk reaksi memanfaatkan aliran sirkulasi sepanjang proses
transesterifikasi. Oleh karena itu katalis produksi biodiesel.
heterogen merupakan salah satu alternatif
pengganti katalis homogen.
Dari penelitian terdahulu diperoleh satu METODE
kondisi operasi optimum, yaitu pada temperatur
45oC, katalis heterogen 2,5% dan rasio mol Bahan baku yang akan digunakan adalah
metanol:ester (6:1) diperoleh methyl ester Crude Palm Oil (CPO) yang diperoleh dari
89,98% (Pardi dan Kurniasih, E). Penelitian PKS lokal (PTP Nusantara 1-Cot Girek,
terdahulu tersebut mendasari aplikasi katalis Lhoksukon). Metanol (p.a), Zeolit, H2SO4 98%,
heterogen (H-zeolit) pada prototype reaktor NaOH (p.a).
fluidisasi secara batch. Alat yang digunakan untuk mendirikan
Penelitian tersebut juga akan digunakan prototype adalah pipa kaca, stainless steel Ф
sebagai pedoman dalam merancang fluidized 2”, carbon steel, pompa, pipa PVC ½’’, fitting
bed reactor. Fluidized bed reaktor adalah stainless steel, valve Ф ½’’, dan fiber glass.
adalah jenis reaktor kimia yang dapat Gambar 1 memperlihatkan langkah-langkah
digunakan untuk mereaksikan bahan dalam dalam melakukan penelitian dan Gambar 2
keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini merupakan desain prototype fluidized bed
menggunakan fluida (cairan atau gas) yang reactor.
dialirkan melalui katalis padatan (biasanya
berbentuk partikel kecil) dengan kecepatan
yang cukup, sehingga katalis mengalami
fluidisasi.

Gambar 1. Tahapan Langkah-Langkah Penelitian

21
Jurnal Teknologi, Vol. 16, No. 1, April 2016 : 20-26

T
Termometer C-1

V-3

V-2

TC

V-4

V-5

E-1

V-1

M-1
P-1

V-6

Gambar 2. Desain Prototype Fluidized Bed Reactor

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini difokuskan pada


rancangan prototype reaktor fluidisasi dan uji
Crude ester (FAME) diperoleh melalui kinerja katalis pada prototype reaktor fluidisasi
reaksi esterifikasi dengan menggunakan bahan dengan bahan baku yang akan digunakan yaitu
baku dasar CPO yang direaksikan dengan FAME. Penelitian ini mengacu pada penelitian
alcohol (metanol) dan asam sulfat (H2SO4) terdahulu yaitu pada penelitian Pardi dan
sebagai katalis. Reaksi esterifikasi umumnya Kurniasih, E (2015) pada kondisi operasi
dilakukan untuk menurunkan kadar asam lemak optimum yang diperoleh. Kondisi operasi
besas yang terkandung dalam CPO. FAME optimum yang diperoleh yaitu pada temperatur
yang telah diperoleh dari reaksi esterifikasi 45 0C, rasio katalis yang digunakan 2,5%
dilanjutkan ke tahap transesterifikasi untuk dengan perbandingan mol metanol:FAME yaitu
menyempurnakan pembentukan ester yang akan 6:1. Kondisi operasi tersebut yang menjadi
dijalankan pada prototype fluidized bed reactor dasar dalam perancangan prototype reaktor
secara batch dengan memanfaatkan aliran fluidisasi/transesterifikasi, uji kinerja katalis
sirkulasi sepanjang reaksi transesterifikasi untuk memproduksi biodiesel dan penentuan
berjalan selama 2 jam. kecepatan fluidisasi minimum (Vmf).

Tabel 1. Data hasil pengamatan


Kandungan Flash Kadar
Laju Alir Waktu Densitas Angka Asam
Metil Ester CN point Air
(l/menit) (menit) (Kg/m3) (mgKOH/gr)
(%) (0C) (%)

0 66,14 887,20 3,53


20 66,53 883,26 3,19
40 66,86 883,08 2,63
5 60 68,91 882,81 2,07
80 69,58 882,17 0,95 49 140 0,16
100 69,07 882,34 1,29
120 68,34 881,93 2,41

Rancangan prototype fluidized bed berfungsi sebagai tempat berlangsungnya reaksi


reactor dioperasikan pada kondisi operasi transesterifikasi yang dijalankan secara batch.
optimum yang diperoleh dari penelitian Pada reaktor tersebut dimasukkan katalis
terdahulu, yang menjadi peralatan paling utama heterogen (H-Zeolit) sebagai pengganti katalis
yaitu (R-2). R-2 merupakan reaktor utama yang homogen basa untuk reaksi transesterifikasi.

22
Aplikasi Katalis Heterogen (H-Zeolit) Pada Prototype Fluidized... ( F Andani, dkk)

Pada rancangan tersebut terdapat beberapa alat Katalis adalah suatu zat yang
utama lainnya seperti T-1 dan T-3. T-1 mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
merupakan tangki umpan untuk menampung tertentu, tanpa mengalami perubahan atau
FAME dan metanol yang akan dialirkan ke R-2, terpakai oleh reaksi itu sendiri. Katalis dapat
sedangkan T-3 yaitu tangki atau tempat untuk dibedakan ke dalam dua golongan utama yaitu
penampungan produk yang dihasilkan. katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis
Bahan baku yang berasal dari T-1 heterogen adalah katalis yang fasanya berbeda
dialirkan ke R-2 menggunakan pompa (P-1) dengan pereaksi dalam reaksi yang
dengan membuka V-1 yang merupakan katup dikatalisinya, sedangkan katalis homogen
aliran dari tangki umpan menuju R-2. Pada berada dalam fasa yang sama.
kecepatan tersebut telah mengakibatkan Reaksi yang berlangsung lambat dapat
terjadinya fluidisasi terhadap katalis heterogen dipercepat dengan menambahkan katalis yang
(h-zeolit). Pada reaktor fluidisasi campuran sesuai untuk reaksi tersebut. Satu yang harus
yang homogen antara reaktan dan katalis dapat diketahui tentang prinsip kerja katalis adalah
diperoleh dengan memanfaatkan aliran sirkulasi bahwa katalis tersebut tetap ikut dalam jalannya
sepanjang proses/reaksi transesterifikasi. Aliran reaksi, tetapi pada kondisi akhir, katalis akan
sirkulasi dijalankan dengan membuka V-2 keluar lagi dalam bentuk yang sama. Sifat-sifat
sedangkan V-3, V-4, V-5 dan V-6 dalam kimia katalis akan sama sebelum dan sesudah
keadaan tertutup. V-2 merupakan katup mengkatalis suatu reaksi.
pembuka aliran sirkulasi dengan memompakan Pada penelitian ini digunakan katalis
FAME dan metanol kembali ke R-2. Reaksi heterogen (h-zeolit) sebagai pengganti katalis
transesterifikasi dijalankan dengan variasi homogen pada reaksi transesterifikasi. Katalis
waktu pengambilan produk atau hasil akhir dari zeolit yang digunakan merupakan katalis
reaksi transesterifikasi yaitu metil ester dengan heterogen yang telah dimpregnasi dengan KI
produk samping gliserol. Metil ester yang sebesar 5% dan tanpa diimpregnasi dengan KI.
menjadi produk utama dan gliserol sebagai Pada grafik tersebut terlihat bahwa kinerja
produk samping dapat dialirkan ke T-3 dengan katalis zeolit yang diimpregnasi dengan KI
membuka V-3. lebih mampu menghasilkan kandungan metil
Setelah reaksi berakhir metil ester yang lebih tinggi, reaksi berlangsung
ester/biodiesel yang merupakan produk utama selama dua jam akan tetapi konversi tertinggi
dan gliserol sebagai produk samping dapat didapatkan pada menit ke-80, dioperasikan pada
diperoleh dengan membuka V-5 untuk dicuci temperatur 45 0C, rasio katalis zeolit yang
dan dipisahkan dengan gliserol sehingga digunakan 2,5%. Terdapat penelitian
diperoleh produk biodiesel yang murni. sebelumnya yang juga menggunakan katalis
Kemudian katalis heterogen (h-zeolit) setelah yang sama yaitu katalis zeolit. Pada penelitian
reaksi berakhir dapat diambil kembali dengan yang telah dilakukan oleh L.H, Firdaus (2015)
membuka V-4 yang merupakan katup untuk didapatkan konversi terbesar dengan
pengambilan katalis zeolit dari R-1. Tangki menggunakan katalis zeolit yang diimpregnasi
umpan (T-1) dapat dibersihkan atau KI/KIO3 5% sebesar 87,91%, dioperasikan pada
dikosongkan dengan membuka V-6 yang temperatur 70-80 0C, reaksi transesterifikasi
terletak dibagian bawah T-1. berlangsung selama 3 jam.

Kinerja Katalis Heterogen (H-Zeolit) Pengaruh Waktu Terhadap Kandungan


Terhadap Kandungan Metil Ester Ester
Waktu sangatlah mempengaruhi
terbentuknya kandungan metil ester,
dikarenakan semakin lama waktu kontak maka
metil ester yang dihasilkan akan semakin besar.
Pada penelitian ini kandungan metil ester yang
diperoleh masih rendah dan jauh dari standar
SNI 04-7182-2006. Metil ester tertinggi
diperoleh sebesar 69, 58% pada menit ke-80
reaksi transesterifikasi berlangsung selama 2
Gambar 3. Kinerja Katalis H-Zeolit Terhadap jam. Konversi metil ester sangat dipengaruhi
Kandungan Metil Ester dari kandungan asam lemak bebas dari CPO,

23
Jurnal Teknologi, Vol. 16, No. 1, April 2016 : 20-26

dikarenakan semakin besar kandungan asam partikel padat dengan mengalirkan fluida dari
lemak bebas yang dikandung maka semakin bawah ke atas.
besar kinerja katalis yang dibutuhkan dan Parameter yang sangat penting dalam
semakin lama juga diperlukan waktu untuk mempelajari fluidisasi adalah kecepatan
memutuskan rantai trigliserida menjadi metil fluidisasi minimum (Vmf), karena dengan
ester. mengetahui Vmf maka kita bisa menentukan
Berikut ini dapat dilihat pengaruh waktu titik awal terjadinya fluidisasi. Penelitian ini
terhadap konversi metil ester yang dihasilkan. selain untuk mengetahui kinerja katalis zeolit
terhadap konversi biodiesel yang dihasilkan
juga bertujuan untuk mengetahui fenomena
yang terjadi dan menghitung kecepatan
fluidisasi minimum (Vmf) terhadap partikel
padatan katalis heterogen (h-zeolit) pada
reaktor fluidisasi/ transesterifikasi.
Fenomena yang terjadi manakala laju alir
Gambar 4. Pengaruh waktu terhadap masih cukup rendah adalah butiran padat dalam
kandungan metil ester kolom tetap diam karena fluida hanya mengalir
melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan
Dari grafik diatas terlihat bahwa konversi perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan
metil ester tertinggi diperoleh pada waktu ke-80 ini disebut unggun diam atau fixed bed. Pada
menit. Namun pada menit ke-100 dan 120 saat kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga
konversi metil ester yang dihasilkan semakin mencapai kecepatan minimum, yaitu kecepatan
rendah dikarenakan trigliserida belum saat gaya seret fluida terhadap partikel-partikel
sepenuhnya terkonversi menjadi metil ester, padatan lebih atau sama dengan gaya berat
sebagian besar trigliserida membentuk partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang
digliserida dan monogliserida. Pada menit ke- semula diam akan mulai terekspansi. Keadaan
80 katalis zeolit mulai jenuh dikarenakan katalis ini disebut incipient fluidization atau fluidisasi
zeolit yang digunakan pada saat memproduksi minimum. Pada saat laju alir dinaikkan lagi,
metil ester dengan reaksi transesterifikasi maka akan sampai pada suatu keadaan di mana
kurang (telah jenuh) sehingga pada menit ke unggun padatan akan tersuspensi di dalam
100 dan seterusnya dibutuhkan lagi katalis aliran fluida yang melaluinya. Pada keadaan ini
zeolit untuk mempercepat reaksinya dengan masing-masing butiran akan terpisahkan satu
semakin bertambahnya waktu. Hal ini juga sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih
berdasarkan pada teori dengan bertambahnya mudah. Pada kondisi butiran yang dapat
waktu kontak maka metil ester yang akan bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai
dihasilkan juga akan semakin tinggi. Jika suatu cairan dengan viskositas tinggi, keadaan
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan yang demikian biasa disebut unggun
L.H. Firdaus, dkk (2015) yang menghasilkan terfluidakan atau fluidized bed.
metil ester sebesar 87,93 % selama 3 jam. Pada penelitian fenomena fluidisasi
Biodiesel dibuat menggunakan minyak kelapa terjadi pada kondisi smooth or homogenously
sawit, rasio katalis zeolit yang digunakan fluidization, dimana ketika kecepatan dan
sebesar 5% dan dioperasikan pada temperatur distribusi aliran fluida merata, densitas dan
70-80 0C. distribusi partikel dalam unggun sama atau
Dengan demikian jika dilakukan homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel
peningkatan rasio katalis zeolit, temperatur dan padatan seragam. Apabila kecepatan fluida
waktu reaksi maka dapat memberikan dinaikkan maka akan terjadi fenomena disperse
kemungkinan bahwa konversi metil ester yang fluidization, dimana fenomena ini terjadi pada
dihasilkan akan semakin tinggi. saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan
maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini
Penentuan Kecepatan Fluidisasi Minimum sebagian partikel akan terbawa aliran fluida.
(Vmf) Sehingga pada kondisi tersebut didapatkan
Fluidisasi adalah metoda pengkontakan kecepatan fluidisasi minimum (V mf) sebesar
antara padatan dengan fluida, baik cair maupun 1,24 cm/s, pada kecepatan laju alir reaktan
gas dalam suatu kolom yang berisi sejumlah sebesar 5 liter/menit.

24
Aplikasi Katalis Heterogen (H-Zeolit) Pada Prototype Fluidized... ( F Andani, dkk)

Analisa Densitas Biodiesel kandungan trigliserida, digliserida dan


Pengujian densitas dilakukan dengan monogliserida yang belum terkonversi menjadi
menggunakan density meter ASTM D-4052. metil ester.
Pengujian densitas dilakukan pada temperatur
40 0C berdasarkan pada ketentuan SNI 04- Pengujian Angka Setana
7182-2006, dan temperatur sangat Angka setana atau Cetane Number (CN)
mempengaruhi kerapatan biodiesel. Pada merupakan pengukuran kualitas pembakaran
penelitian ini didapatkan densitas biodiesel bahan bakar diesel/biodiesel selama kompresi
telah memenuhi Standar SNI, dikarenakan pengapian.
densitas biodiesel berkisar antara 850-890 Bilangan setana bukan untuk menyatakan
kg/m3. kualitas dari bahan bakar diesel, tetapi bilangan
yang dipakai untuk menyatakan kualitas
dari penyalaan bahan bakar diesel atau ukuran
Analisa Bilangan Asam Biodiesel untuk menyatakan keterlambatan pengapian
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah dari bahan bakar itu sendiri.
asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan Pada penelitian ini pengukuran angka
berat molekul dari asam lemak atau campuran setana terhadap biodiesel terbaik dan dilakukan
asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai dengan menggunakan octane meter K88600.
jumlah milligram KOH yang digunakan untuk Besarnya angka setana yang diperoleh yaitu 49,
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat angka setana tersebut belum memenuhi baku
dalam 1 gram minyak atau lemak. mutu SNI, dikarenakan pada biodiesel tersebut
Bilangan asam juga merupakan parameter masih mengandung asam lemak bebas yang
penting dalam penentuan kualitas minyak. tinggi, kadar air yang masih tinggi dan kadar
Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam ester yang dihasilkan masih jauh dari baku
lemak bebas yang ada dalam minyak akibat mutu SNI, berdasarkan baku mutu SNI angka
terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama setana untuk biodiesel minimal 50, dengan
pada saat pengolahan . Asam lemak merupakan demikian angka setana hampir memenuhi baku
struktur kerangka dasar untuk kebanyakan mutu pada SNI 04-7182-2006.
bahan lipid (Agoes, 2008).
Pada penelitian ini penentuan kadar asam Pengujian Titik Nyala Biodiesel
lemak bebas ditentukan dengan cara titrasi. Titik nyala adalah Temperatur terendah
Biodiesel yang akan dianalisa digunakan dimana campuran senyawa dengan udara pada
sebanyak 1 gram, kemudian dilarutkan dengan tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu
alkohol netral (metanol) sebanyak 30 ml dan inisiasi, misalnya dengan adanya percikan api.
diteteskan indikator fenolftalein (PP). Indikator Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah
PP digunakan agar perubahan warna yang terbuka (Open Cup /OC) atau wadah tertutup
terjadi dapat diamati ketika dititrasi dengan (Closed Cup/CC).
menggunakan KOH. Titik akhir titrasi biodiesel Pada penelitian ini dilakukan pengujian
ditandai ketika sampel tersebut berubah titik nyala dengan metode wadah tertutup
menjadi warna merah muda yang merupakan (Closed Cup/CC). Titik nyala hanya diuji pada
warna akhir dari titrasi tersebut. Kadar asam biodiesel terbaik yang didapatkan dari hasil
lemak bebas yang dihasilkan masih tinggi, hal penelitian. Pengujian titik nyala dengan metode
ini dikarenakan CPO yang terlebih dahulu wadah tertutup didapatkan pada temperatur 140
0
dikonversi menjadi FAME tidak sepenuhnya C. Berdasarkan baku mutu SNI titik nyala
terkonversi menjadi metil ester ketika dengan metode wadah tertutup minimal pada
direaksikan dengan reaksi transesterifikasi. temperatur 100 0C, dengan demikian dapat
Asam lemak bebas yang didapatkan dari dikatakan bahwa titik nyala biodiesel tersebut
biodiesel tersebut masih belum memnuhi telah memenuhi baku mutu SNI 04-7182-2006.
standar SNI. Berdasarkan baku mutu SNI angka
asam yang dibolehkan dalam biodiesel Pengujian Kadar Air Biodiesel
maksimal 0,8 mg KOH/gram, dengan demikian Kadar air yang terdapat didalam biodiesel
dapat dikatakan bahwa kadar asam lemak bebas sangat mempengaruhi kualitas biodiesel yang
dalam biodiesel tersebut masih tinggi dan didapatkan. Semakin besar kadar air kualitas
belum sesuai dengan baku mutu pada SNI 04- biodiesel yang dihasilkan juga semakin rendah.
7182-2006. Hal ini disebabkan adanya

25
Jurnal Teknologi, Vol. 16, No. 1, April 2016 : 20-26

Maka dengan demikian kadar air yang terdapat DAFTAR PUSTAKA


dalam biodiesel harus dihilangkan.
Menurut baku mutu biodiesel kadar air [1] Susilo, A.A. 2010. Prarancangan Pabrik
yang diperbolehkan maksimal 0,05%. Pada Biodiesel dari CPO ( Crude Palm Oil )
pengujian kadar air hanya dilakukan pada dan Metanol Kapasitas 500.000
biodiesel terbaik, pada pengujiannya didapatkan Ton/Tahun. Universitas Muhammadiyah
kadar air biodiesel sebesar 0,16% dengan Surakarta.
demikian dapat dinyatakan bahwa kadar air [2] Wirasito., Usman, T dan Harlia. 2014.
biodiesel tersebut masih tinggi dan belum Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas
memenuhi baku mutu SNI 04-7182-2006. dengan Menggunakan Katalis Zeolit
Termodifikasi Abu Tandan Kosong Kelapa
KESIMPULAN Sawit (TKKS), JKK, Tahun 2014, Volume
3(1), halaman 32-36. Universitas Tanjung
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Pura.
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konversi [3] Firdaus, L.H., Wicaksono, A.R dan
metil ester tertinggi dengan menggunakan Widayat. 2013. Pembuatan Katalis H-
katalis heterogen (h-zeolit) didapatkan sebesar Zeolit dengan Impregnasi KI/KIO3 dan Uji
69,58% pada menit ke-80. Kinerja Katalis untuk Produksi Biodiesel,
Pengujian karakteristik biodiesel meliputi Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol.
pengujian densitas, bilangan asam, angka 2, No. 2, Tahun 2013, Halaman 148-154.
setana, titik nyala dan kadar air. Berdasarkan Universitas Diponegoro.
dari hasil pengujian didapatkan densitas dan [4] Wendi., Cuaca, V dan Taslim. 2015.
titik nyala telah memenuhi standar SNI 04- Pengaruh Suhu Reaksi dan Jumlah Katalis
7182-2006, sedangkan pengujian lainnya masih pada Pembuatan Biodiesel dari Limbah
belum memenuhi standar SNI. Lemak Sapi dengan Menggunakan Katalis
Pada penentuan kecepatan fluidisasi Heterogen CaO dari Kulit Telur Ayam,
minimum pada fluidized bed reactor, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 1
didapatkan kecepatan fluidisasi minimum (Maret 2015). USU.
sebesar 1,24 cm/s. [5] Fumin G. 2008, Pengembangan Sediaan
Farmasi Edisi Revisi dan
Perluasan, Penerbit ITB, Bandung

26

You might also like