You are on page 1of 14
Penerapan Prinsip 5 (C’s dalam PerjanjianKredit Perbankan sebagai Dasar Prinsp Kehati-hatian Agus Iskandar Dosen Fakultas Hukum Universitas I Abstrak K ian dalam manajemen bank menjadi kepedulian sen n komisars), dan manajer (direksi), maupun Pembina n bank tersebut bertujuan agar (BD). Di mana kehati-hatian dalam mana) dalam keadaan sehat, atau selalu clitian ini adalah ba nk selalu in likuid dan solvent. Permasalah (C's dalam perjanj rinsip kehati-hatian. Tujuan penelitian i ami secara lebih jelas mengenai prisip SC’s: sm pemberian redit di lembaga keuangan perb: Pendekatan masalah yang digunakan dalam pe Normatif yaitu pendekatan dengan cara menelaah, a dengan masalah yang akan dibahas. Metode peng ran perundang-undangan, ‘dengan masalah prinsip $C’s. Set cara kualitati itian menunjukkan bahwa per aka bank selalu dalam keadaan se itperb dala untuk mengetahui dan dari prinsip keha adalah Pendekatan Yuridis -aturan yang berhubun i-teori, dan literatur-iteratur yang erat hubungannya iah data dikumpulkan dan diolah, selanjutnya dianalisis npr pkehati- st, sebab kepercayaan dari masyarakat dilihat dari kondisi suatu bank itu senditi maka bank dalam keadaan likuid dan solvent. Apabila bank tidak atau Kurang menerapkan prinsip kehati-batian dan prinsip SC"s maka bank tersebut akan menjadi bermasalah, karena kepercayaan masyarakat terhadap bank akan menurun, Kata Kunei: bark, kredit 1. PENDAHULUAN Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara, Karena merupakan lembaga keuangan yang mempunyai kedudukan dalam kehidupan perekonomian. Adapun lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat (Ketut Rindjin, 2003:13). Menurut Pasal | butir (2) UU Perbankan bahwa: Bank adalah badan usaha enghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ngat pentin yang ip SCs dalam Perjanjian Kredit Perbankan sebagai Penerapan Pr (Agus Iskan ) 131 menyalurkannya kembali kepada masyarakat n berbagai macam jasa dalam lalu lin mibayaran dar nk adalah bad: ang berfungsi mengh lurkannya kepada masy maka kel: ngat tergantung pada d: a ipk Kegiatan usaha bank secara umum adalah pengumpul m pembayaran dan pena; nya (Muhamn hana, 2000:14 nad Dju dilihat dari s inkan tersebut bi a Ikan p pen non bun; ) seperti menyewal ‘ransaksi valuta asing, bank garansi, dan sebagainya Japatannya ndapatan ber (feeb Apabila dalam pemberia oleh pihak bank terjadi penu pada debitur tertentu dan debitur tersebut tidak batas waktu yang telah ditentukan kepada p krisis keperca langin ;pat memenubi kewajibannya pada ak naka bank al Sang dan Gitiak bal nmengakibatkan keadaan CAR (Capital, Adequa: n. Bila keadaan ini terus be menan bank tersebut dalam keadaan minus, hal ini dapat membahayakan kondis bank tersebut yang lambat laun menjadi kredit mace kondisi bank te tidak dapat diperbaiki kembali maka bank tersebut dapat dilikuidasi. Atas dasar pemikiran di atas, maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam pene adalah s perbankan s kut: Bagair bagai dasar pr a penerapa ip 5C’s dalam perjanjian kredi sip kehati-hatian? Il. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan mer yaitu ara mempelajari, mengkaij, ¢ Kepustakaan yang ad teratur-literatur, Pe ketentuan-ketentuan y n dengan prinsir kehati-hatian yang terdapat dalan 132 PRANATAHUKUM Volume 3 Nomor | - Juli 2008 dalam penelitian ini adalah data sel kualitatif cunder dan selanjut a dilakukan anal sis secara Il. PEMBAHASAN 1. Kredit dan Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Kata kredit berasal dari kata Latin “Creditus” yang merupakan bentuk past participle dari kata “credere” yang berarti “to trust”, di mana kata itu juga berarti aan”. Dengan demikian sesungguhnya kata kredit sudah berkembang Kemana-mana, tetapi dalam tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannys dalam setiap kata “Kredit” teta eperc ngandu unsur kepercayaan. Walaupun sebenamya kredit itu tidak hanya sekadar kepercayaan (Munir Fuady, 2002:5-6). dimaksud dengan kredit dalam dunia bisnis pada ialah: “Kesa injam wan; kan me} atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau xemperoleh penyerahan barang atau jasa, dengan perjanjian akan membayamya kelak* undang jo. Undan fomor 10 Tahun dimaksud “kredit adalah penyediaan uang atau yang dipersamakan didasari atas perjanjiaan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah ja ertentu, di mana bank atas jasanya akan mendapatkan bunga”. Pemberi 1998 yan, denganny a waktu, it oleh suatu bank harus bepegang teguh pada beberapa prinsip, di mana menurut Munir Fuady bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Prinsip kepercayaan 2. Prinsip Kebati-hatian 3. Prinsip SC 4. Prinsip5P Prinsip3 R 1. Prinsip Kepercayaan Kepercayaan dari kreditur akan manfaat kredit bagi debitur sekaligus kepercayaan oleh kreditur bahwa debitur dapat mambayar kembali kreditnya. Tentunya untuk bisa memenuhi kepercayaan ini, oleh krediturmestilah dilihat apakah calon debitur memenuhi berbagai kriteria yang biasanya diberlakukan terhadap suatu pember 2 Prinsip Kehati-hatian Prinsip kehat tian adalah salah satu konkritisasi dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Di samping pula sebagai perwujudan dari prinsip prudent banking dati seluruh kegiatan Perbankan. :pan Prinsip SC’s dalam Perjanjlan Kredit Perbankan sebagai (Agus Iskandar) 133 Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) UU Perbankan mengemukakan bahwa Bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atan usaha lainnya wajib menempuh cara-cara yang tidak ah yang mempercayakan dananya key 3erdasarkan Pasal 29 ayat (3) UU Perbank iterapkan prinsip kehati-hatian dalam ra srkan Prinsip Syariah kepada na Ketentuan Pasal 29 jerkandung arti perlunya ka penyaluran kredit atau pembiayaan debitu al 29 ayat (3) UU Perbankan tersebut di karena tuk kepentingan nasabah, bank wajib ai kemungkinan terjadinyarrisiko ker yang dilakukan melalui bank. nsehubur 2 mn pemberian kredit ini, maka ank itu sendiri (internal) manpun sternal) oleh pihak Bank Sentral. Berdasarkan kewenangan pen Jini, maka Bank Sentral menetapkan pula Batas Maksimum Pe al Lending Limit) terhadap orang atau kegiatan atau kelompok peminjam ¢ disebutkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun \dang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Di samping itu hati-hatian ini, regulasi tentang berbagai usaha peng pila unr Bank Sen Kredit (Le tertentu, sesuai ya 1992 Jo Undang pula, juga de Perbankan pun dip san nberian gakan Prinsip K akhimya dunia perbankan merupakan salah satu bidang yang sangat d. Dan prinsip kehati-hatian merupakan prinsip yang sangat vital dalam berkaitan eratdengan tingkat kesehatan bank terutama dalam hal pemberian kredit apabila bank lalai dalam menerapkan prinsip ini maka Kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut akan turun. 3. Prinsip 5Cs Merupakan Prinsip SCs adalah singkatan dari unsur-unsur Character, Capacity, Capital, Condition of Economy, dan Collacteral. a. Character (kepribadian) Penilaian atas karakter kepribadian / atau watak dari calon debitumya. Karena watak yang jelek akan menimbulkan prilaku~prilaku yang jelek pula. Prilaku yang jelek ini temaksuk tidak maumembayarhutang. Karena itu, sebelum kreditdiluncurkan, hanus terlebih dahuku ditijau apakah misalnya calon debitur berkelakuan baik, tidak terlibat tindakan- tindakan kriminal Iskandar) 135 Penerapan rinsip SC’ dalam Perjanjian Kredit Perbankan sebagai b. Capacity (kemampuan) Seorang calon debitur harus pula diketahui kemampuan bisnisnya sehi dapat diprediksi kemampuannya untuk melunasi huta bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalm skala besar. Demikian juga jika kondisi bisnisnya sedang menurun, maka kredit juga semestinya tidak diberikan i jika menurunnya itu karena kekurangan biaya sehingga dapat dian jaya lewat peluncuran kredit, maka trend atau bisni akan semakin membaik. mpuan Capital (modal) Permodalan dari suatu ds mn krediturnya, K: turj arena permodal urakan mempunyai korelasi langsung dengan tingkat kema Jadi, masalah likuiditas dan solva sa Condition of Economy Kondisi perekonomian secara mikro maupun makro dianalisis sebelum suatu kredit diberikan, terut wn bisnisnya piha yang selamaini diprot ebitur. Misalnya jika bist atau diberikan hak monopoli oleh pemerintal man pi perubahan policy intah men but proteksi atau maka pemberian kredi but mesti ekstr dap perusahaan te e. Cal acteral (agunan) Col dan debitur 4. Prinsip 5 P kan singkatar @. Party (Para Pihak) Para pihak merup ihak pemt al merupakan akibat dari perjanjian lutan ri Party, Purpose, Payn a titik sentral yang diperhatikan dalam setiap per i kredit harus memperoleh su am hal ini debitur. B: wgainya. Purpose (Tujuan) ri pemberiaan kredit ju kreditur. F dit akan digunakan untuk hal-hal positif yan benar dapat menaikk n. Dan harus pula diawasi ag tersebut benar-t janjikan dalam sut perjanjian kredit ome perusah runtukkan untuk tujuan seperti dip PRANATA HUKUM Volume 3 Nomor | - Juli 2008 136 cc. Payment (Pembayaran) Pembayaran harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit calon debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian dilrarapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan, Profitability (Perolehan Laba) Unsur perolehan laba oleh debitur p tu, kreditur harus dapat berpartisi mnting dalam suatu pemberian kredit. Untuk si apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar dari bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kembali kredit. €. Protection (Perlindur Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit olch perusahaan debitur. Untuk tu, perlindungan dari kelompok perusahaan, atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting diperhatikan. Terutama untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal diluar yang diskenariokan atau diluar prediksi 5. Prinsip 3 R Merupakan singkatan dari Return, Repayment, dan Risk Bearing Abilit a. Return (Hasil yang diperoleh) Return, yakni merupakan hasil yang akan diperoleh oleh debitur dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan nanti mestilah dapat diantisipasi oleh calom kreditur. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit serta bunga, ongkos-ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan yang lain b. Repayment (Pembayaran kembali) Kemampuan bayar dari pihak debitur tentu saja harus diprertimbangkan. Dan, th kemampuan bayar tersebut seimbang dengan jadi aran ker! dari kredit yang akan diberikan itu, Inijug c. Risk Bearing Abi (Kemampuan Menange Hal ini juga perlu diperhatikan untuk. perjanjian kedua belah pihak. Analisis dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa prinsip pemberian kredit dilakukan oleh suatu bank terdiri dari Prinsip Kepercayaan, Prinsip Kehati- ian, Prinsip, Prinsip 5 C’s, Prinsip 5 P, dan Prinsip 3 R. Dari kesemua prinsip tersebut di atas pada intinya dalam setiap kinerja bank harus selalu terkontrol Dari uraian tersebut dapat diketahui apabila dilaksanakan secara optimal dan efisien maka akan tercipta suatu bank yang sehat sehingga menunjang perekonomian negara yang apada akhimya akan tercapai suatu kesejahteraan dan kemakmuran pada masyarakat. yang Agus Iskandar) 137 ‘apan Prinsip SCs dalam Perjanjian Kredit Perbankan sebagai 3.2. Penerapan Prinsip 5 C’s dalam Perjanjian Kredit Perbankan sebagai Dasar Prinsip Kehati-hatian. Perbankan merupakan lembaga keuangan dalam ke mempunyai kedudukan sangat idupan perekonomian, karena bank b erpengaruh pada keuangar lolaan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang perlu diawasi, mengigat dalam kegiatan ini terkait kepentingan yang disimpan di bank tersebut. 1a bank-bank di fan pengawasan tethadap kegiat 189 Pemerintah mempe an pembinaan dan pengawas ng-undang Not n UUBD), karena nesia, diatur dalam Pasal 8 huruf(c) Und 1999 tentang Bank Indonesia, (untuk selanjutnya disingkat de Indonesia berperan sebagai Bank Sentral Republi ) dan lembaga yang menetap san yang dil oleh Bank Indonesia terhadap lembaga ket genai pemberian kredit, yaitu jadministratif) maupun peng itan bagi perbankan apal suka jadi ke ‘an bank tersebut tidak sehat. Pencabutan izin usa aperkredita mengakibat a yang dilanjutkan n likuidasi atas 16 buah bank pada tanggal 1 November 1997 (yang kemudian terhadap sejumlah bank hingga tahun-talun berikutnya) d an karen: it berm Loans) yang sangat sulit diselesaikan. knyak pan Hal tersebut terpicu pula oleh pelanggara alah (nonperform natas ketentuan/t ee yang ditetapkan oleh bank Indonesia. ‘Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian kredit diperlukan danya pertimbangan di antaranya penerapan prinsip SC’s. Selain itu juga, t memili alah satunya adalah asas kehati-hatian di mana asas keha hatian adalah salah satu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalau agsi dan kegia ib menerapkan prinsip kehati-hatian. erapka ank dalam menjalankan us ikepentinganm sum ususnya. Jika tidak dijalankanny nya, maka nme mi bahaya kelangsungan usalanya. Kesulitan t. nk tid a bank tersebut, yaitu kewajiban untuk membayarkan japat melaksanakan kew: 138 PRANATA HUKUM Volume 3 Nomor | simpanan nasabah. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepereayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank (Rachmadi Usman, 2001:19). Prinsip kehati-hatian ini harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena ihubungkan dengan kwajiban bank agar tidak merugikan kepentingan nasabah yang an dananya kepada masyarakat, yaitu sebagai bagian er, tetapi juga menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja. Dengan demikian, prinsip kehati-hatian ini bertujuan agar bank menjalankan usahanya secara baik dan benar dengan mematuhi ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan, agar bank yang bersangkutan selalu dalam keadaan sehat sehingga masyarakat semakin mempercayainya, yang pada waktunya akan mewujudkan sistem perbankan yang sebat dan efisien serta dapat memelihara kepentingan masyarakat guna mewujudkan perkembangan ekonomi nasional, Setiap perjanjian kredit harus disertai dengan kepercayaan agar kredit yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya pengemblian kredit tersebut tepat in perjanjian, Tidak kembalinya kredit yang telah diberikan oleh suatu lembaga, katakanlah bank, berarti secara langsung mengancam hidup bagi bank itu sendiri. Hal tersebut karena penghasilan bank y: erasal dari bunga yang dikenakan terhadap kredit yang diberikannya. ng diberikan oleh bank tersebut sebagian besar berasal leposito, tabungan dan sebagainya) sebagai ank yang tertarik menyimpan dananya karena diberikan bunga sebagai salah satu keuntungan penggunaan jasa bank, di mana bagi bank sendiri itu, bunga harus diberikan merupakan biaya yang harus diperhitungkan. Dari kelebihan bunga yang diterima dengan bunga yang dibayar itulah bank dapat membayar gaji pegawai dan biaya-biaya lainnya, Karena penghasilan bunga dari kredit yang diberikan merupakan tulang punggung dari pendapatan bank, serta untuk terjaminnya kelancaran pengembalian pokoknya, maka sudah sewajamya andaikata pemberian kredit tersebut memerlukan penghitungan yang matang yang meliputi berbagai prinsip, asas-asas, dan persyaratan-persyaratan tertentu, Setiap kebijakan perkreditan bank wajib memuat d pkan dengan jelas dan tegas prinsip-prinsip kehati-hatian yang minimal harus meliputi antara lain: 1, Kebijakan Pokok Perkreditan Kebijakan Pokok Perkreditan (KPP) harus memuat antata lain: a, Sistem dan prosedur kredit yang sehat, prosedur persetujuan pemberian kredit, administrasi dan dokumentasi kredit. uutama adalah Dipihak lain, dana kredit dari dana simpanan masyarakat (giro, mene nerapan Prinsip 5 (Agus Iskandar) 139 $ datam Perjanjian Kredit Perbankan sebagai b, Sistem dan prosedur kredit yang harus mendapat perhatian khusus dan idangan kredit yang diklasifikasikan, ¢. Sistem dan prosedur kredit yang bunganya dikapitalisir (plafondering). d. Sistem dan prosedur per ( bermasalah dan penghapus bukuan (Ifrite-of}) kredit macet e. Tatacara penyelesaian barang-barang agunan kredit yang dikuasai bank 2. Pokok-Pokok Pengaturan Pemberian Kredit (PPPK), Pokok-Pokok Pengaturan Pemberian Kredit harus menetapk a. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Leg (LLL) dan jumlah modal bank. b, Tatacara penyediaan kredit yang akan dikonsorsiw dan risk-sharing dengan bank-bank lain. . Persyaratan kredit (bunga, jenis kred 3. Sektorekonomi, s Dalam KPB j © pent lamatan dan penyelesaian kre Lending Limit nkan, disindikasikan uran dan pasar, kegiatan usaha ga harus disebutkan sektor atau seg rdagangan, jasa-jasa) dan debit edit yang perlu dihindari Tidak semua sektor ekonomi dan kegiatan usaha boleh dengan kredit bank, karena ada di antaranya yang perlu dihindari antara redit untuk tujuan spekulasi/perjudian/kegiatan terlara b. Kredit untuk usaha namun c. Kredit untuk usala yang memerlukan keahlian khusus, namun memilikinya d. Kreditusaha yang bermasalah. 5. Tata cara penilaian suatu kredit Bank harus membuat system dan prosedur penilaian kualitas atas kolektibili kredit sesuai dengan lampiran Surat-Surat Edaran E UPPB-12 November 1998 tentar a Kredit Lancar b. Kredit dalam Perhatian Khusus. Kredit Kurang L Kredit Diraguka Kredit Macet 6. Profesionalisn gunan), menta: n debitur beresiko ti n pasa ur berisiko tin iatan us a oduksi, atu pemt ng dan lain-l pa informasi keuangan. sank tidak ig Kualitas Kredit nicar, e Integritas Pejabat Dalam kebijakan perkreditan bank, bank harus mencantumkan pejabat-pejabat yang terlibat dalam proses perkreditan dan harus memenuhi sy a. Memiliki managerial dan technical skill per b. Mentaati moral dan etika perkreditan, professional, jujur dan m ntuan perkredit Memiliki integritas dan tanggung wab sosial yang tinggi i. Selalu berupaya meningkatkan mutu pengetahuan perbankan dan pengatahuan terkait lainnya (Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, 2003:44 Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia berken: an prinsip kehati-hatian amber dana perkreditan suatu bank sebagian besar berasal dari dana masyaraka sito dan lain-lain sebag in berupa giro, tabungan, deposito, serif a, pa mendapat jaminan kebendaan apapun dari ank hanya yang disimpan oleh masyarakat ta an, Masyarakat menyimpan dananya pada mya kembali se: aie n seandainya balian jan kredit, 1 masala dalam pembe isalnya te nn bunga dengan jumlah relatif besar, m: igikan bank, melainkan juga akan merugikan nasabah penyimpan dana. Keacetan kredit dalam jumlah tertentu tidak hanya membahayakan likuiditas bank melainkan kan berdampak kepada menurunnya ke} aan masyarakat pada bank rcayaan masyarakat yang menurun akan memperlemah sistem perbankan. Sistem perbankan yang lemah akan berdampak kepada kondisi perekonomian nasional yang sulit tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu wajar, pemerintah dalam, hal ini Bank Indonesia banyak menerbitkan ketentuan-ketentuan/rambu—rambu yan; harus ditaati sebagai upaya untuk mene meminimalisasi terjadinya kebangkrutan suatu bank. Ketentuan-ketentuan tersebut yang menjadi sasaran/target sekaligus juga merupakan bagian dari kebijakan perkreditan bank, antara lain Pasal ; ndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang Bank Indonesia menetapkan ke enai B. bagaimana tl uutkan me Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau pembiayaaan berdasarkan Prinsip Syariah, Pemberian Jaminan, Penempatan Investasi Surat Berharga, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam yang terkait cermasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan. Tujuan dari BMPK adalah isiko dalam penanaman dananya sedemikian rupa, agar tidak terpusat pada satu peminjam, kelompok peminjam, atau bahkan sektor tertentu sehingga dapat membatasi risiko injian Kredit Perbankan (Agus Iskandar) 141 kredit bermasalah. Konsenterasi pemberian kredit dapat mengakibatkan risiko yang sangat besar bagi bank. Itulah sebabnya Undang-undang Perbankan mengatur secara eksplisit ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Rasio Kredit terhadap Simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Indonesia juga memberikan pembatasan jumlah kredit yang dis keseluruhan melalui penetapan rasio/perbandingan antara jumlah kredit yan, diberikan terhadap jumlah simpanan dana yang berhasil dihimpun oleh bank yan; bersangkutan. Menurut ketentuan bank Indonesia, maka rasio yang paling sehat adalah 94,76 %, Hal tersebut berarti dana yang terhimpun secara optimal dapat disalurkan ke perkreditan yang merupakan asset yang paling produktif bagi bank. Tentunya apabila kredit tersebut berjalan baik, pihak bank masih mempunyai alat likuid yang memadai untuk mengantisipasi penarikan dari para penyimpan d: 3. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Rasio (CAR) atau kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM). Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Bank Indc membatasi jumlah kredit yang diberikan adalah rasio k Capital Adequacy Rasio (CAR) atau Kewajiban Penyedi (KPMM). CAR adalah perbandin; bank den, kan sec ecara tidak la ung ukupan modal atau Modal Mir nn antara jumlah modal yang dimiliki su anaktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Semakin besar kredit isalurkan, maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan CAR akan menunum. Dengan demikian, apabila bank akan mengadakan ekspansi/perluasan pemberian kredit, maka h jumlah modal at itu, yang berarti apabila CAR-aya sudah ter endekati | maka ekspansi kredit tersebut harus dibarengi denga: penambahan modal tersebut (Rachmat Firdaus, 2003:44 Lembaga perbankan adalah lembaga keuan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentu dalam perkreditan harus didukung dengan ac iputi Charc sa lalu li anya dasar dari prinsip keh prinsip dalam dalam keadaan tidak bermasalah, tetapi apabila tidak ada penerapan dan fungsi prinsip naka bank akan bermasalah seperti kasus pada taht 1997/1998 yaitu 16 Bank Swasta Nasional dilikuidasi karena kehati-hatian dan dalam n prin p 5C’s yanj omic. Dengan diterap akan maka bank akan bera Keahti-hatian serta prinsip 5C’s an nya penerapar nberikan kredit k an prinsip 142 PRANATAHUKUM Volume 3 Nomor I - Juli 2008 IV.PENUTUP Dengan adanya penerapan prinsip 5C’s serta adanya prinsip kehati-hatian, maka bank selalu dalam keadaan sehat, sebab kepercayaan dari masyarakat dilihat dari kondis suatu bank itu sendiri. Apabila bank tidak menerapkan dasar hukum dan peraturan Undang-undang, maka bank tersebut menjadi bermasalah. Dapat dilihat seperti kasus pada tahun 1997/1998 di mana 16 bank swasta nasional dilikuidasi y can kepercayaan masyarakat terhadap b: run drastis, karena bank tersebut kurang menerapkan prinsip kehati-hatian dan prinsip 5C’s. ak kanya peraturan-peraturan dan norma-norma dalam peraturan perbankan maka bank dalam keadaan likuid dan solvent. men ang diseba DAFTAR PUSTAKA 1 Buku Djumhana, Muhammad. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: CV. Mandar Maju Fuadi, Munir. 1999. Hukum Perbankan Modern. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Ki cana Pardede, Marulak. 1998. Likuidasi Bank dan Perli Pustaka Sinar Harapan ngan Nasabah. Jakarta: Rindjin, Ketut, 2003. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama sa. 2000, Hukum Perbankan, Bandung: CV. Mandar Maju Sunggono, Bambang. 1997. Metodologi Penelitian Hukun. Jakarta: RajaGrafindo Persada Usman, Rachmadi. 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama (Agus Iskandar) 143 Penerapan Prinsip SCs dalam Perjanjian Kredit P bankan sebagai Il. Peraturan Perundang-undangan undang Nomor 10 Tahun 1998 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undans entang Perbankan Nomor 3 Tahun 2004 Nomor23 Tahun 1999 jo Undang-undan; Undang-undan; tentang Bank Indonesia entang Lembaga Penjamin Simpanan Nomor24 144 PRANATAHUKUM Volume 3 Nom 2

You might also like