You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355769301

Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis

Article  in  Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis · October 2021

CITATIONS READS

0 444

2 authors, including:

Fitri Kartiasih
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
25 PUBLICATIONS   33 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Jurnal Aplikasi Statistika dan Komputasi Statistik View project

BIAStatistics View project

All content following this page was uploaded by Fitri Kartiasih on 30 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822

DAMPAK GUNCANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI MITRA


DAGANG UTAMA TERHADAP INDIKATOR MAKROEKONOMI
INDONESIA

Yeny Puspita Ningsih1, Fitri Kartiasih2


1
BPS RI; 2 Politeknik Statistika STIS
Jln. Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta; Jln. Otto Iskandardinata Jakarta
E-mail : yeny.puspita@bps.go.id, fkartiasih@stis.ac.id
diterima: 22/2/2019; direvisi: 22/3/2019; diterbitkan: 31/3/2019

Abstract: Indonesia is one of the countries that implement open economic system. With many
economic integration with other countries, external shocks will have an effect on Indonesia's
macroeconomic stability. During the period of 2011-2015, Japan, China, and Singapore were
Indonesia's main trading partners in both export and import. Since 2010 the economy of the
three countries has slowdown shock which showed by decreasing in economic growth. Due to
the size of Indonesia's dependence on Japan, China, and Singapore in the trade sector, the
shocks are feared not only affect to the trade performance, but also to other macroeconomics.
This study aims to analyze the impact of economic growth shocks of main trading partner on
Indonesia's macroeconomic indicators which include exports, GDP, and employment in 1986-
2015. The method used is Vector Autoregression (VAR)/Vector Error Correction Model
(VECM). The IRF results show that Indonesia's macroeconomic indicators provide a positive
response to the economic growth shocks of main trading partners, the decreasing in economic
growth in China, Singapore and Japan will impact the decrease in export growth, GDP and
employment of Indonesian. The FEVD results indicate that the economic growth shocks of
main trading partners have contributed substantially to the variability of Indonesia's
macroeconomic indicators.

Keywords: External shock, macroeconomic, response, VAR/VECM

PENDAHULUAN yang berdampak pada melemahnya


Keterbukaan sistem ekonomi perekonomian Indonesia.
yang dimiliki sebuah negara turut Dampak krisis dapat menyebar ke
berpengaruh terhadap kemajuan negara lain termasuk Indonesia melalui
perekonomian negara tersebut (Retnasih, berbagai jalur, diantaranya jalur investasi,
Agustin, dan Wulandari, 2016). Semakin remiten, dan perdagangan (Ramana,
terbuka sistem perekonomian suatu 2016). Menurut Tambunan (2010), jalur
negara, peluang untuk melakukan kerja transmisi yang paling dominan bagi
sama dengan negara lain akan semakin Indonesia adalah jalur perdagangan.
besar. Indonesia merupakan salah satu Penelitian yang dilakukan Ramana juga
negara yang menerapkan sistem menyimpulkan bahwa transmisi melalui
perekonomian terbuka. Dengan jalur perdagangan lebih berpengaruh
banyaknya integrasi ekonomi yang dibandingkan dengan jalur investasi. Hal
dijalin oleh Indonesia dengan negara ini didukung dengan derajat keterbukaan
lain, kejadian ekonomi yang terjadi Indonesia yang cukup besar, yakni
secara global akan memberikan sebesar 48,06 persen pada tahun 2014
pengaruh terhadap stabilitas (World Bank, 2016), yang berarti total
makroekonomi Indonesia baik secara nilai ekspor dan impor Indonesia
langsung maupun tidak langsung mencapai 48,06 persen dari total Produk
(Setiawan, 2010). Seperti pada krisis Domestik Bruto (PDB) Indonesia
ekonomi periode 1997-1998 dan 2008 sehingga tidak mengherankan jika jalur

78
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
perdagangan menjadi jalur transmisi ekonomi yang dialami oleh Singapura
yang paling berpengaruh. paling signifikan dibandingkan dengan
Indonesia melakukan dua mitra dagang lainnya yakni dari 15,24
perdagangan internasional dengan persen menjadi 2,01 persen pada tahun
berbagai negara di dunia. Berdasarkan 2015. Perkembangan pertumbuhan
data Badan Pusat Statistik, selama ekonomi ketiga mitra dagang tersebut
periode 2011-2015, mitra dagang yang selama periode 2010-2015
menjadi tujuan utama ekspor Indonesia mengindikasikan bahwa pertumbuhan
berturut-turut adalah Jepang (14,46 ekonomi mitra dagang utama Indonesia
persen), Tiongkok (11,07 persen), dan sedang mengalami guncangan.
Singapura (9,05 persen). Ekspor Guncangan penurunan
Indonesia ke tiga negara tersebut pertumbuhan ekonomi mitra dagang
mencapai lebih dari 30 persen dari total utama Indonesia ternyata diikuti dengan
ekspor Indonesia. Dari sisi impor, penurunan kinerja ekspor Indonesia.
Jepang, Tiongkok, dan Singapura juga Menurut data BPS, selama periode 2011
menempati posisi teratas sebagai negara sampai 2015, ekspor Indonesia ke tiga
asal utama impor Indonesia. Impor mitra dagang tersebut cenderung
Indonesia dari tiga negara tersebut mengalami penurunan. Ekspor Indonesia
mencapai lebih dari 40 persen dari total ke Jepang pada tahun 2011 adalah sebesar
impor Indonesia. Dari uraian tersebut, 33.714,67 juta USD dan mengalami
Indonesia memiliki ketergantungan yang penurunan hampir 50 persennya hingga
cukup besar terhadap tiga negara menjadi 18.020,88 juta USD pada tahun
tersebut di sektor perdagangan, baik dari 2015. Demikian pula dengan ekspor ke
sisi ekspor maupun impor, sehingga Tiongkok dan Singapura yang mengalami
negara yang menjadi mitra dagang penurunan, masing-masing sebesar
utama dalam penelitian ini adalah 7.444,57 juta USD dan 5.811,26 juta
Jepang, Tiongkok, dan Singapura. USD. Karena besarnya ketergantungan
Beberapa tahun terakhir, kondisi Indonesia terhadap Jepang, Tiongkok, dan
perekonomian dunia tidak stabil Singapura di sektor perdagangan,
sehingga menyebabkan pelemahan guncangan tersebut dikhawatirkan tidak
ekonomi di banyak negara, tidak hanya berpengaruh terhadap kinerja
terkecuali mitra dagang utama ekspor, tetapi juga indikator
Indonesia. Selama periode 1986-2009, makroekonomi Indonesia lainnya.
perkembangan pertumbuhan ekonomi Beberapa pihak memprediksi guncangan
mitra dagang utama Indonesia cukup tersebut masih akan berlanjut. Oleh
berfluktuasi, bahkan Singapura dan karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
Jepang beberapa kali mengalami dampak guncangan pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi yang negatif. mitra dagang terhadap indikator
Namun, sejak tahun 2010 perekonomian makroekonomi Indonesia tahun 1986-
ketiga mengalami guncangan pelemahan 2015.
yang ditandai dengan menurunnya
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data TINJAUAN PUSTAKA
World Bank, pertumbuhan ekonomi Penelitian terkait dampak
Tiongkok tahun 2010 adalah sebesar guncangan ekternal terhadap
10,64 persen dan menurun menjadi 6,91 perekonomian domestik telah beberapa
persen pada tahun 2015. Demikian pula kali dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
dengan Jepang, yang mengalami Sato, Zhang, dan McAleer (2011)
penurunan dari 4,19 persen menjadi 1,22 melakukan penelitian untuk
persen. Penurunan pertumbuhan mengidentifikasi guncangan eksternal

79
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
pada perekonomian sepuluh negara di makroekonomi Indonesia ketika terjadi
kawasan regional Asia Timur dengan guncangan (shock) pada pertumbuhan
menggunakan metode structural Vector ekonomi mitra dagang utama. Variabel
Autoregression (SVAR). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
external shock pada penelitian ini adalah mengacu pada penelitian yang dilakukan
harga minyak dunia, pertumbuhan PDB oleh Bermingham dan Conefrey (2014).
riil Amerika Serikat, Jepang, dan China. External shock atau variabel yang
Sedangkan variabel penerima shock mengalami guncangan pada penelitian ini
adalah pertumbuhan PDB riil dan tingkat adalah pertumbuhan ekonomi mitra
inflasi di sepulih negara tersebut. dagang utama Indonesia, yaitu Tiongkok,
Bounchaour dan Hussein (2012) juga Singapura, dan Jepang. Sedangkan,
melakukan penelitian serupa mengenai variabel penerima shock adalah indikator
dampak fluktuasi harga minyak dunia makroekonomi Indonesia yang meliputi
terhadap makroekonomi Algeria tahun ekspor, Produk Domestik Bruto, dan
1980-2011 dengan menggunakan model penyerapan tenaga kerja.
Vector Error Correction Model Adapun tujuan dalam penelitian ini
(VECM). Variabel makroekonomi dalam antara lain: (1) mengetahui gambaran
penelitian tersebut meliputi PDB riil, perkembangan pertumbuhan ekonomi
pengangguran, inflasi, nilai tukar riil, mitra dagang utama dan indikator
dan jumlah uang beredar. makroekonomi Indonesia; (2)
Selanjutnya, Bermingham dan menganalisis respon indikator
Conefrey (2014) juga melakukan makroekonomi Indonesia terhadap
penelitian serupa mengenai respon guncangan pertumbuhan ekonomi mitra
indikator makroekonomi Irlandia dagang utama; (3) menganalisis
terhadap guncangan eksternal dengan kontribusi pertumbuhan ekonomi mitra
menggunakan Bayesian VAR. dagang utama terhadap variabilitas
Guncangan eksternal pada penelitian ini indikator makroekonomi Indonesia.
adalah pertumbuhan PDB mitra dagang
utama Irlandia, yakni Amerika Serikat, METODE PENELITIAN
Inggris, dan kawasan Eropa. Sedangkan, Data yang digunakan dalam
variabel makroekonomi penerima penelitian ini adalah data runtun waktu
guncangan adalah pertumbuhan PDB, (time series) periode tahunan yakni dari
ekspor, tingkat pengangguran, dan upah. tahun 1986-2015. Data tersebut
Hasil analisis Impulse Response merupakan data sekunder yang diperoleh
Function menujukkan bahwa guncangan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
pertumbuhan PDB mitra dagang akan Bank Dunia (World Bank). Data yang
direspon positif oleh ekspor, digunakan dalam penelitian ini terdiri
pertumbuhan PDB, dan upah serta dari:
direspon negatif oleh tingkat 1. Data Produk Domestik Bruto
pengangguran. Guncangan eksternal Indonesia atas dasar harga konstan
yang paling berpengaruh terhadap 2010 tahunan (1986-2015) dalam
makroekonomi Irlandia berasal dari satuan Dollar Amerika Serikat
negara kawasan Eropa. (USD) yang diperoleh dari
Penelitian ini juga akan publikasi World Bank.
menggunakan analisis time series yaitu 2. Data pertumbuhan ekonomi
model Vector Autoregression (VAR). Tiongkok, Singapura, dan Jepang
Model VAR digunakan karena mampu periode tahunan (1986-2015)
menangkap fenomena ekonomi yang dalam persen yang diperoleh dari
terjadi terkait respon indikator publikasi World Bank.

80
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
3. Nilai ekspor Indonesia periode karena tidak perlu menentukan variabel
tahunan (1986-2015) dalam endogen dan eksogen, metode estimasinya
satuan juta Dollar Amerika sederhana, dan hasil peramalan dalam
Serikat (juta USD) yang banyak kasus lebih baik dibandingkan
diperoleh dari publikasi Badan dengan model persamaan simultan yang
Pusat Statistik. kompleks.
4. Data jumlah penduduk yang Pada penelitian ini, guncangan dari
bekerja periode tahunan (1986- setiap mitra dagang akan dimodelkan
2015) dalam satuan orang yang tersendiri dengan menggunakan variabel
diperoleh dari publikasi Badan penerima guncangan yang sama, sehingga
Pusat Statistik. akan terbentuk tiga model, yakni model
Metode analisis yang digunakan Jepang, model Tiongkok, dan model
dalam penelitian ini adalah analisis Singapura. Adapun tahapan pembentukan
desktiptif dan analisis inferensia yang model VAR/VECM untuk masing-masing
berupa analisis time series. Analisis model adalah sebagai berikut:
deskriptif dalam penelitian ini digunakan 1. Melakukan uji stasioneritas pada
untuk memberikan gambaran umum data yang digunakan untuk
mengenai perkembangan pertumbuhan mengetahui apakah mengandung
ekonomi mitra dagang utama Indonesia akar unit atau tidak. Pada
serta perkembangan indikator penelitian ini digunakan uji
makroekonomi Indonesia yang meliputi stasioneritas menggunakan uji
ekspor, Produk Domestik Bruto, dan Phillip-Perrons (PP). Beberapa
penyerapan tenaga kerja tahun 1986- kemungkinan yang dapat terjadi
2015 dengan menggunakan grafik. berdasarkan hasil uji stasioneritas:
Adapun analisis time a. Jika semua variabel stasioner
series dalam penelitian ini menggunakan pada level maka digunakan
model Vector Autoregression model VAR in level.
(VAR)/Vector Error Correction Model b. Jika variabel tidak stasioner
(VECM) dengan dua alat analisis utama pada level, maka dilakukan
yaitu Impulse Response Function (IRF) diferensiasi sampai semua
dan Forecast Error Variance variabel stasioner pada
Decomposition (FEVD). Alasan yang difference yang sama.
melatarbelakangi penggunaan model 2. Menentukan jumlah lag yang
VAR/VECM diantaranya: mengacu pada optimal untuk model. Penentuan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh lag optimal pada penelitian ini
Nizar (2012) serta Bounchaour dan didasarkan pada kriteria Final
Hussein (2012); jumlah variabel Prediction Error (FPE) atau
penerima guncangan atau variabel Akaike Information Criterion
endogen dalam penelitian ini ada tiga; (AIC). Lag yang memiliki nilai
dan tujuan dari penelitian ini adalah terkecil pada kedua atau salah satu
untuk menangkap fenomena ekonomi kriteria tersebut akan terpilih
yang terjadi yakni respon indikator sebagai lag optimal.
makroekonomi terhadap guncangan 3. Selanjutnya dilakukan pengujian
pertumbuhan ekonomi mitra dagang stabilitas model VAR yang
utama dan hal ini dapat tergambarkan terbentuk. Pengujian stabilitas
melalui analisis IRF dalam VAR. Selain VAR dapat dilihat berdasarkan
itu, menurut Gujarati (2004), VAR roots of characteristic polynomial.
memiliki beberapa keunggulan, Jika semua akar dari fungsi
diantaranya: metode VAR sederhana polinomial memiliki nilai kurang

81
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
dari satu atau berada dalam unit 20
circle, maka dapat dikatakan 15
bahwa model VAR yang 10

persen
terbentuk sudah stabil. 5
4. Jika tidak semua variabel 0

2002
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000

2004
2006
2008
2010
2012
2014
stasioner pada level tetapi -5
semuanya stasioner pada first -10
difference, maka perlu dilakukan Tiongkok Singapura Jepang
uji kointegrasi. Uji kointegrasi
dalam penelitian ini Sumber: World Bank (diolah)
menggunakan Johansen Gambar 1.
Cointegration Test. Ada beberapa Pertumbuhan ekonomi mitra dagang
kemungkinan berdasarkan hasil utama Indoneia tahun 1986-2015
uji kointegrasi: Pertumbuhan ekonomi ketiga mitra
a. Jika terdapat kointegrasi, dagang mengalami penurunan yang cukup
maka model yang digunakan signifikan akibat krisis ekonomi tahun
adalah VECM. 1997/1998 dan krisis global tahun 2008.
b. Jika tidak terdapat Bahkan, pertumbuhan ekonomi Singapura
kointegrasi, maka model yang dan Jepang menjadi negatif pada tahun
digunakan adalah VAR first 1998 dan 2009. Setelah periode krisis,
difference. pertumbuhan ekonomi ketiga mitra
5. Setelah terpilih model yang tepat, dagang mengalami peningkatan. Namun,
langkah selanjutnya yaitu sejak tahun 2010, perkembangan
menganalisis Impulse Response pertumbuhan ekonomi mitra dagang
Function (IRF) dan Forecast utama cenderung menurun. Pertumbuhan
Error Variance Decomposition ekonomi Tiongkok menurun dari 10,64
(FEVD) yang terbentuk. persen pada tahun 2010 menjadi 6,91
persen pada tahun 2015. Demikian pula
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan Jepang yang mengalami
Pertumbuhan ekonomi pada penurunan dari 4,19 persen menjadi 1,22
penelitian ini merupakan persentase persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi
kenaikan PDB riil pada suatu tahun Singapura paling signifikan, yakni dari
tertentu dibandingkan dengan PDB riil 15,24 persen menjadi 2,01 persen pada
pada tahun sebelumnya. Berdasarkan tahun 2015. Secara umum, guncangan
Gambar 1, perkembangan pertumbuhan penurunan pertumbuhan ekonomi mitra
ekonomi mitra dagang utama Indonesia dagang ini dikarenakan oleh kondisi
selama periode 1986-2015 cukup perekonomian global yang tidak stabil
berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan sehingga berdampak pada menurunnya
ekonomi mitra dagang yang paling permintaan global dan harga berbagai
tinggi adalah Tiongkok yakni sebesar komoditas.
9,65 persen. Kemudian di posisi kedua
dan ketiga adalah Singapura dan Jepang Gambaran Umum Perkembangan Ekspor
dengan rata-rata 6,47 persen dan 1,67 Indonesia
persen. Ekspor yang dicakup dalam
penelitian ini meliputi ekspor barang, baik
migas maupun non-migas. Berdasarkan
Gambar 2, selama periode 1986-2015
nilai dan volume ekspor Indonesia
mempunyai pergerakan yang hampir

82
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
sama, yakni cenderung meningkat Gambaran Umum Perkembangan Produk
kemudian menurun. Namun, pada tahun Domestik Bruto Indonesia
2012 dan 2013 terjadi perbedaan Berdasarkan Gambar 3,
pergerakan, dimana volume ekspor perkembangan Produk Domestik Bruto
mengalami peningkatan, tetapi nilainya (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan
menurun. Hal ini disebabkan 2010 atau PDB riil selama periode 1986-
menurunnya harga berbagai komoditas 2015 cenderung mengalami peningkatan
ekspor di pasar dunia. Variabel yang dari tahun ke tahun. Besarnya PDB riil
digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesia pada tahun 1986 adalah
nilai ekspor, sehingga pada bagian ini 242.227,89 juta USD dan mengalami
akan difokuskan untuk menganalisis peningkatan hampir empat kali lipat
nilai ekspor. menjadi 988.127,96 juta USD pada tahun
Nilai ekspor Indonesia cenderung 2015. Rata-rata PDB riil Indonesia selama
meningkat dari tahun 1986 sampai 2011, periode 1986-2015 adalah sebesar
kemudian mulai mengalami tren 533.314,26 juta USD. Sedangkan,
menurun sejak tahun 2011 sampai 2015. pertumbuhan PDB riil Indonesia cukup
Pada tahun 1986, ekspor Indonesia berfluktuasi selama periode 1986-2015,
adalah sebesar 14.805 juta USD dan dengan rata-rata sebesar 4,87 persen.
meningkat lebih dari sepuluh kali lipat Krisis ekonomi tahun 1997/1998
menjadi 150.366,3 juta USD pada tahun memberikan dampak yang signifikan
2015. Krisis ekonomi 1997/1998 dan terhadap perkembangan PDB riil
krisis global 2008 turut berdampak pada Indonesia, yakni menurun dari 493.545,85
menurunnya nilai ekspor Indonesia. juta USD pada tahun 1997 menjadi
Sejak tahun 2011, perkembangan ekspor 428.759,44 juta USD pada tahun 1998
Indonesia mengalami penurunan yang atau menurun sekitar 13 persen.
cukup signifikan yakni dari 203.496,6 Sedangkan, krisis global 2008 tidak
juta USD menjadi 150.366,3 juta USD berdampak pada menurunnya PDB riil,
pada tahun 2015. Penurunan ini tetapi hanya berdampak pada penurunan
disebabkan oleh melemahnya kondisi pertumbuhan PDB riil, yakni menurun
perekonomian beberapa mitra dagang sekitar 1,38 persen pada tahun 2009.
Indonesia sehingga permintaan ekspor Setelah krisis global, PDB rill Indonesia
Indonesia menurun dan menurunnya terus mengalami peningkatan. Meskipun
harga beberapa komoditas ekspor. Selain PDB riil meningkat, pertumbuhan PDB
itu, juga dikarenakan rendahnya daya riil Indonesia mengalami gejala
saing produk Indonesia dibandingkan pelemahan sejak tahun 2010.
dengan negara lain. Pertumbuhan PDB riil Indonesia
mengalami penurunan dari 6,22 persen
250000 800000 pada tahun 2010 menjadi 4,88 persen
200000 pada tahun 2015. Hal ini disebabkan
juta USD

600000
ribu ton

150000
400000 lesunya perekonomian global sehingga
100000 permintaan ekspor turun serta penurunan
50000 200000
0 0
konsumsi domestik.
1986
1990
1994
1998
2002
2006
2010
2014

nilai volume

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)


Gambar 2. Nilai dan volume ekspor
Indonesia tahun 1986-2015 (juta USD)

83
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822

1500000 10 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja.


5 Meskipun jumlah tenaga kerja yang
juta USD

1000000 terserap meningkat dari tahun ke tahun,

persen
0
-5 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
500000 mengalami penurunan yang cukup
-10
0 -15 signifikan sejak tahun 2012 sampai 2015.
1986
1990
1994
1998
2002
2006
2010
2014
150 6

juta orang
4

persen
100
2
PDB pertumbuhan PDB 50 0
0 -2
Sumber: World Bank (diolah)

1986

2010
1989
1992
1995
1998
2001
2004
2007

2013
Gambar 3.
Produk Domestik Bruto dan jumlah penyerapan tenaga kerja
pertumbuhan Produk Domestik Bruto
pertumbuhan
Indonesia atas dasar harga konstan
2010 tahun 1986-2015 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Gambar 4.
Gambaran Umum Penyerapan Jumlah dan pertumbuhan penyerapan
Tenaga Kerja Indonesia tenaga kerja Indonesia tahun 1986-2015
Menurut Boediono dalam
Zamrowi (2007), penyerapan tenaga Analisis Time Series
kerja didefinisikan jumlah tenaga kerja Tahap awal dalam dalam analisis
yang bekerja dalam suatu unit usaha. time series adalah melakukan pengujian
Berdasarkan definisi tersebut, pra-estimasi, yang meliputi: uji
penyerapan tenaga kerja pada penelitian stasioneritas, penentuan lag optimal,
ini didekati dengan konsep BPS yakni pengujian stabilitas VAR, dan uji
jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke kointegrasi.
atas) yang bekerja. Berdasarkan Gambar Uji Stasioneritas
4, perkembangan penyerapan tenaga Uji Stasioneritas digunakan untuk
kerja di Indonesia tahun 1986-2015 menentukan apakah suatu data
memiliki tren yang positif atau mengandung akar unit atau tidak. Metode
cenderung mengalami peningkatan dari yang digunakan adalah uji Phillips-
tahun ke tahun. Jumlah tenaga kerja Perron (PP). Jika t-statistik lebih kecil
yang terserap pada tahun 1986 adalah dibandingkan dengan nilai kritis
sebesar 65,38 juta orang dan meningkat MacKinnon, maka ditolak dan dapat
hampir dua kali lipat menjadi 114,82 disimpulkan bahwa data stasioner (tidak
juta orang pada tahun 2015. Rata-rata mengandung akar unit).
jumlah tenaga kerja yang terserap setiap Tabel 1. Hasil pengujian stasioneritas
First
tahunnya selama periode 1986-2015 V
Level
Difference
adalah sekitar 90,15 juta orang. ariabel
-statistik
t
robalilitas
P
-statistik
t
robalilitas
P

Pertumbuhan penyerapan tenaga 1)


(
2)
(
3)
(
4)
(
5)
(

kerja selama periode 1986-2015 cukup T


G
1,894020
-
,3303
0
6,447683
-
,0000
0

berfluktuasi dengan rata-rata sebesar J


G
3,469266
-
,0164
0
15,70393
-
,0000
0

1,96 persen. Berbeda dengan dua S


G
1,777326
-
,0720
0
12,50795
-
,0000
0

indikator makroekonomi lainnya, krisis NX


L
1,834902
-
,3569
0
4,453757
-
,0015
0

ekonomi 1997/1998 dan krisis global L - 0 - 0


NPDB 0,451254 ,8870 3,784455 ,0080
2008 tidak berdampak langsung pada L - 0 - 0
NKRJ 1,793708 ,3760 6,456099 ,0000
menurunnya penyerapan tenaga kerja,
melainkan berdampak pada penurunan

84
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Nilai kritis MacKinnon dengan Pada model Singapura dan Jepang,
= 5 persen pada tingkat level adalah - lag maksimal yang diperoleh adalah lag 4.
2,967767. Hasil pengujian pada Tabel 1, Kandidat lag optimal yang terpilih untuk
semua variabel tidak stasioner pada kedua model tersebut adalah lag 1.
alpha 5 persen, kecuali variabel Karena pengujian dilakukan pada variabel
pertumbuhan ekonomi Jepang (GJ). first difference atau yang sudah stasioner,
Oleh karena itu, pengujian stasioneritas maka untuk pengujian kointegrasi dan
perlu dilanjutkan pada tingkat first estimasi persamaan tidak perlu dikurangi
difference. Pada tingkat first difference 1. Dari uraian di atas, lag optimal yang
nilai t-statistik semua variabel lebih digunakan pengujian kointegrasi dan
kecil dibandingkan dengan nilai kritis estimasi persamaan selanjutnya untuk
MacKinnon pada = 5 persen yang ketiga model adalah lag 1. Penggunaan
sebesar -2,971853, sehingga dapat lag 1 berarti bahwa variabel-variabel yang
disimpulkan bahwa semua variabel terdapat dalam model tidak hanya
sudah stasioner pada tingkat first berkaitan pada periode sekarang, tetapi
difference. juga saling berkaitan pada satu tahun
sebelumnya.
Penentuan Lag Optimal
Penentuan lag optimal dalam Uji Stabilitas Model VAR
pendekatan VAR sangat penting karena Model VAR perlu diuji
lag dari variabel endogen dalam sistem stabilitasnya untuk memastikan Impulse
persamaan akan dijadikan sebagai Response Function (IRF) dan Forecasting
variabel eksogen. Pada model Tiongkok, Error Variance Decomposition (FEVD)
lag maksimal yang didapat adalah 3, yang terbentuk valid. Pengujian stabilitas
sehingga untuk mencari lag optimal VAR dapat dilihat berdasarkan roots of
digunakan sampai dengan lag 3. characteristic polynomial.
Berdasarkan Tabel 2, kandidat lag
optimal yang terpilih menurut kriteria
FPE dan AIC untuk model Tiongkok
adalah lag 2, sebagaimana yang
ditunjukkan dengan tanda (*). Menurut
Lutkepohl (2005), ketika pengujian lag
optimal menggunakan variabel yang
belum stasioner, maka untuk pengujian (a) Model Tiongkok
(b) (b) Model Singapura
kointegrasi dan estimasi persamaan (c) (c) Model Jepang
VECM selanjutnya digunakan lag (p-1), Gambar 5.
atau dalam hal ini adalah lag 1. Hasil uji stabilitas VAR untuk ketiga
Tabel 2. Hasil pengujian lag optimal model
untuk model Tiongkok, Berdasarkan Gambar 5, semua
Singapura, dan Jepang root untuk model Tiongkok, Singapura,
Model Tiongkok Model Singapura Model Jepang
[ maupun Jepang berada di dalam unit
F A F A F A
PE IC PE IC PE IC circle atau memiliki modulus yang kurang
9 - 1 - 3 -
,75E-06
0
0,187134 ,39E-07 4,439457 ,08E-08 5,944105 dari satu, sehingga dapat disimpulkan
2 - -
,70E-08
1
6,09354
5,68e-
08*
-5,353820*
2,37e-
08*
6,229182 bahwa model VAR yang terbentuk sudah
2,02e- 2
-6,469995* ,66E-08
8
5,04543
-
,82E-08
4
5,630752
- stabil pada lag optimalnya.
08*
3 - 1 - 5 -
3
,86E-08 6,066416 ,34E-07 4,925405 ,21E-08 5,869197
1 - 4
4
,85E-07 5,346628 ,53E-08 -6,751119*

85
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Uji Kointegrasi kointegrasi. Karena data stasioner pada
Uji kointegrasi dilakukan untuk first difference, namun tidak terjadi
mengetahui apakah terdapat kointegrasi kointegrasi maka model yang tepat untuk
atau hubungan jangka panjang di antara Jepang adalah VAR first difference.
variabel yang tidak stasioner. Pada
penelitian ini, metode pengujian Tabel 3. Hasil uji kointegrasi untuk
kointegrasi yang digunakan adalah model Tiongkok, Singapura, dan
Johansen’s Cointegration Test. Menurut Jepang
0 0
Enders (2004), jika terdapat kointegrasi M
H T
,05
M
,05
ipotesis race ax-Eigen
odel
di antara variabel penelitian maka model Nol Statistic
Critical
Value
Statistic
Critical
Value
estimasi yang digunakan adalah model T 1,67668
7
4,07904
5
3,29182
4
8,58808
2

Vector Error Correction Model iongkok 2 3 1 2


8,38486 5,19275 7,86025 2,29962
(VECM). Sedangkan, jika tidak terdapat 6 5 3 2
S 9,18001 4,07904 6,74481 8,58808
kointegrasi, maka estimasi dilakukan ingapura 3 3 2 2
dengan menggunakan model VAR in 2,43520 5,19275
4
3,73495
5 2
2,29962
2
difference. J 6,94923 4,07904 5,88970 8,58808
epang 2 3 1 2
Langkah awal dalam uji 1,05953 5,19275 2,41379 2,29962

kointegrasi adalah menentukan model Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata


yang tepat. Berdasarkan Lampiran 1, 5 persen
asumsi deterministic trend yang terpilih
menurut kriteria AIC dan SC untuk Analisis Impulse Response Function
ketiga model adalah asumsi yang kedua, (IRF)
yakni data atau persamaan VAR tidak Pada penelitian ini, tidak semua
mempunyai tren dan persamaan IRF dari model yang terbentuk akan
kointegrasi mempunyai intersep. dianalisis, melainkan hanya fokus pada
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk respon indikator makroekonomi Indonesia
menentukan jumlah kointegrasi terhadap guncangan pertumbuhan
berdasarkan trace statistic dan max- ekonomi mitra dagang utama sebesar satu
eigen statistic. Menurut Lutkepohl, standar deviasi. Sumbu horizontal dalam
Pentti, dan Carsten (2002), dalam IRF menyatakan periode (tahun) setelah
sampel kecil trace statistic mempunyai terjadi guncangan dan sumbu vertikal
kekuatan yang lebih tangguh menyatakan besarnya respon (persen).
dibandingkan max-eigen statistic, IRF disimulasikan sampai dengan periode
sehingga penelitian ini mengacu pada ke-30 karena pada periode tersebut respon
hasil trace statistic. sudah relatif stabil.
Berdasarkan Tabel 3, nilai trace
statistic pada model Tiongkok dan Respon Indikator Makroekonomi
Singapura lebih besar dibandingkan nilai Indonesia terhadap Guncangan
critical value untuk hipotesis nol: , Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
sehingga dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan Gambar 6, guncangan
terdapat satu kointegrasi pada taraf nyata pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan
5 persen. Karena terdapat kointegrasi, direspon positif oleh indikator
maka model yang tepat untuk Tiongkok makroekonomi Indonesia. Pada tahun
dan Singapura adalah VECM. pertama, respon pertumbuhan ekspor
Sedangkan, pada model Jepang, nilai terhadap guncangan pertumbuhan
trace statistic lebih kecil dibandingkan ekonomi Tiongkok adalah sebesar 1,44
nilai critical value untuk semua persen, yang berarti ketika pertumbuhan
hipotesis nol, sehingga dapat ekonomi Tiongkok mengalami
disimpulkan bahwa tidak terdapat peningkatan sebesar satu standar deviasi

86
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
maka pertumbuhan ekspor Indonesia Pada tahun ke-30, respon ketiga indikator
akan meningkat sebesar 1,44 persen. sudah relatif stabil, dimana respon
Demikian pula dengan pertumbuhan pertumbuhan ekspor sebesar 22 persen,
PDB dan pertumbuhan penyerapan pertumbuhan PDB sebesar 12 persen, dan
tenaga kerja yang memberikan respon pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
positif sejak tahun pertama. Pada tahun- sebesar 3 persen. Berdasarkan pergerakan
tahun selanjutnya, respon terus IRF, respon indikator makroekonomi
mengalami peningkatan hingga Indonesia membentuk keseimbangan baru
mencapai kondisi keseimbangan. di atas keseimbangan awal, sehingga
Namun, semakin lama peningkatannya dapat dikatakan bahwa guncangan
semakin menurun. Pada tahun ke-30, pertumbuhan ekonomi Singapura juga
respon ketiga indikator sudah relatif meninggalkan dampak permanen terhadap
stabil, besarnya respon masing-masing indikator makroekonomi Indonesia.
adalah sebagai berikut: pertumbuhan
ekspor (23 persen), pertumbuhan PDB
(13 persen), dan pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja (5 persen).
Guncangan pertumbuhan ekonomi
Tiongkok meninggalkan dampak yang Gambar 7.
permanen terhadap indikator Respon indikator makroekonomi
makroekonomi Indonesia, hal ini dapat Indonesia terhadap guncangan
dilihat dari respon yang membentuk pertumbuhan ekonomi Singapura
keseimbangan baru di atas
keseimbangan awal. Respon Indikator Makroekonomi
Indonesia terhadap Guncangan
Pertumbuhan Ekonomi Jepang
Berdasarkan Gambar 8, pada tahun
pertama, guncangan pertumbuhan
Gambar 6. ekonomi Jepang sebesar satu standar
Respon indikator makroekonomi deviasi akan direspon positif oleh
Indonesia terhadap guncangan indikator makroekonomi Indonesia, yakni
pertumbuhan ekonomi Tiongkok pertumbuhan ekspor meningkat 6,56
persen, pertumbuhan PDB meningkat 1,34
Respon Indikator Makroekonomi persen, dan pertumbuhan penyerapan
Indonesia terhadap Guncangan tenaga kerja meningkat 0,42 persen. Pada
Pertumbuhan Ekonomi Singapura tahun-tahun selanjutnya, respon ketiga
Berdasarkan Gambar 7, pada indikator mengalami penurunan hingga
periode pertama pertumbuhan ekspor mencapai angka negatif selama 2 tahun.
dan pertumbuhan PDB memberikan Selanjutnya, respon ketiga indikator
respon positif terhadap guncangan mangalami peningkatan dan mencapai
pertumbuhan ekonomi Singapura yakni angka positif. Respon indikator
sebesar 8,68 persen dan 1,34 persen. makroekonomi Indonesia berhasil
Sedangkan, pertumbuhan penyerapan mencapai kondisi keseimbangan awal atau
tenaga kerja memberikan respon yang kembali ke nol pada tahun ke-8. Hal ini
negatif, yakni sebesar -0,02 persen. Pada mengindikasikan bahwa guncangan
tahun-tahun selanjutnya, ketiga respon pertumbuhan ekonomi Jepang
mengalami peningkatan hingga berpengaruh terhadap indikator
mencapai angka positif, kemudian makroekonomi Indonesia hanya sampai
bergerak menuju kondisi keseimbangan. tahun ke-8. Sedangkan, dalam jangka

87
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
panjang guncangan tersebut tidak lagi
berpengaruh. Berdasarkan Gambar 9, penurunan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada
mitra dagang utama akan diikuti dengan
penurunan konsumsi masyarakatnya baik
terhadap barang domestik maupun barang
impor. Hal ini berdampak pada
menurunnya permintaan ekspor Indonesia.
Ketika permintaan ekspor mengalami
penurunan, pertumbuhan ekspor Indonesia
Gambar 8. akan menurun. Penurunan permintaan
Respon indikator makroekonomi ekspor juga akan berdampak pada
Indonesia terhadap guncangan menurunnya pertumbuhan PDB Indonesia
pertumbuhan ekonomi Jepang karena ekspor merupakan salah satu
komponen PDB. Selanjutnya, ketika
Ringkasan Respon Indikator permintaan ekspor menurun, produsen
Makroekonomi Indonesia terhadap harus mengurangi jumlah produksinya,
Guncangan Pertumbuhan Ekonomi Mitra salah satunya dengan mengurangi input
Dagang tenaga kerja yang digunakan. Akibatnya
Berdasarkan uraian di atas, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
respon Indikator makroekonomi Indonesia akan menurun.
Indonesia terhadap guncangan Selanjutnya, untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi ketiga mitra kekuatan guncangan pertumbuhan
dagang utama adalah positif sesuai ekonomi dari ketiga mitra dagang utama
dengan yang dihipotesiskan sebelumnya. dalam memengaruhi indikator
Hasil penelitian ini sejalan dengan makroekonomi Indonesia dapat dilihat
penelitian Bermingham dan Conefrey berdasarkan nilai elastisitas responnya.
(2014). Respon positif ini berarti ketika Menurut Bermingham dan Conefrey
pertumbuhan ekonomi mitra dagang (2014), elastisitas respon merupakan
meningkat maka indikator perbandingan antara akumulasi impulse
makroekonomi Indonesia juga akan response variabel penerima guncangan
meningkat. Demikian pula sebaliknya, dengan akumulasi impulse response
ketika pertumbuhan ekonomi mitra variabel sumber guncangan. Dalam
dagang menurun sebagaimana yang penelitian ini, elastisitas respon dihitung
terjadi pada beberapa tahun terakhir, dengan cara membagi akumulasi respon
maka akan berdampak pada menurunnya selama 30 tahun dari indikator
indikator makroekonomi Indonesia. makroekonomi Indonesia terhadap
Proses transmisi guncangan guncangan pertumbuhan ekonomi mitra
pertumbuhan ekonomi mitra dagang dagang utama dibagi dengan akumulasi
utama ke perekonomian Indonesia respon pertumbuhan ekonomi mitra
digambarkan dalam Gambar 9 sebagai dagang terhadap guncangan dirinya
berikut: sendiri. Hasil perhitungan elastisitas
respon indikator makroekonomi Indonesia
untuk ketiga model disajikan dalam Tabel
4.

Gambar 9. Transmisi guncangan pertumbuhan


ekonomi mitra dagang utama ke indikator
makroekonomi Indonesia

88
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Tabel 4. Elastisitas respon indikator dan 0,0684. Artinya, kekuatan guncangan
makroekonomi Indonesia pertumbuhan ekonomi Singapura dalam
Guncangan
Elastisitas
Pertumbuhan Ekonomi memengaruhi pertumbuhan ekspor
T S J
iongkok ingapura epang Indonesia adalah 2 kali lipat lebih besar
(1)
2)
(
3)
(
4)
(
dibandingkan dengan guncangan dari
Pertumbuhan Ekspor
,0714
0
,1602
0
,0684
0
Tiongkok dan 2,5 kali lipat lebih besar
0 dibandingkan
Pertumbuhan PDB
,0380
0
,0833
0
,0181
guncangan dari Jepang.
Pertumbuhan 0 0 0 Demikian pula untuk elastisitas respon
penyerapan tenaga kerja ,0146 ,0210 ,0034

Nilai elastisitas respon pertumbuhan PDB dan pertumbuhan


menunjukkan seberapa besar perubahan penyerapan tenaga kerja, dimana
indikator makroekonomi Indonesia elastisitas respon indikator makroekonomi
akibat perubahan pertumbuhan ekonomi yang terbesar adalah terhadap guncangan
mitra dagang sebesar 1 persen. dari Singapura. Hal ini mengindikasikan
Berdasarkan Tabel 4, indikator bahwa guncangan pertumbuhan ekonomi
makroekonomi Indonesia yang Singapura lebih kuat pengaruhnya
mempunyai elastisitas respon terbesar terhadap indikator makroekonomi
untuk ketiga model adalah pertumbuhan Indonesia dibandingkan dengan
ekspor. Hasil ini sejalan dengan guncangan dari Tiongkok ataupun
penelitian sebelumnya dari Bermingham Jepang. Kuatnya pengaruh guncangan
dan Conefrey (2014). Nilai elastisitas pertumbuhan ekonomi Singapura terhadap
yang terbesar tersebut mengindikasikan perekonomian Indonesia didukung oleh
bahwa guncangan pertumbuhan ekonomi banyaknya kerjasama perdagangan
mitra dagang utama berdampak paling regional yang dijalin oleh Indonesia
besar terhadap ekspor, sehingga dapat dengan Singapura, seperti AFTA,
dikatakan bahwa ekspor merupakan ACFTA, AIFTA, dan AEC. Selain itu,
penghubung utama dari guncangan menurut World Integrated Trade Solution
perdagangan internasional (trade shock) (2015), Indonesia menempati posisi
ke perekonomian Indonesia. Sedangkan, kelima sebagai mitra dagang utama bagi
indikator yang mempunyai elastisitas Singapura. Berbeda dengan dua mitra
respon terkecil adalah pertumbuhan dagang lainnya, yang merupakan mitra
penyerapan tenaga kerja, yang berarti dagang utama Indonesia, tetapi Indonesia
dampak guncangan pertumbuhan bukan mitra dagang utama mereka.
ekonomi mitra dagang utama paling
kecil diterima oleh pertumbuhan Analisis Forecast Error Variance
penyerapan tenaga kerja. Hal ini Decomposition (FEVD)
dikarenakan permintaan domestik di Pada penelitian ini, analisis
Indonesia yang sangat tinggi dan dekomposisi varian atau FEVD digunakan
mendominasi (Kiyota, 2014), sehingga untuk melihat seberapa besar kontribusi
kenaikan atau penurunan permintaan guncangan pertumbuhan ekonomi mitra
ekspor tidak memberikan dampak yang dagang dalam menjelaskan variabilitas
signifikan terhadap penyerapan tenaga indikator makroekonomi Indonesia.
kerja. Simulasi analisis ini diproyeksikan selama
Dari Tabel 4 tersebut, nilai 30 periode (tahun), karena pada periode
elastisitas respon pertumbuhan ekspor tersebut kontribusi setiap variabel sudah
terhadap guncangan pertumbuhan relatif stabil.
ekonomi Singapura adalah sebesar
0,1602. Sedangkan, elastisitas respon
pertumbuhan ekspor terhadap guncangan
dari Tiongkok dan Jepang adalah 0,0714

89
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Tabel 5. Ringkasan hasil FEVD dari mempunyai kontribusi paling besar dalam
Indikator Makroekonomi menjelaskan variabilitas pertumbuhan
Indonesia ekspor yakni sebesar 36,67 persen.
E Indikator Makroekonomi Indonesia
P
xterna
erio Pertumbuha Pertumbuhan
l Pertumbuhan
Shock
de n ekspor ekonomi penyerapan TK KESIMPULAN DAN SARAN
iongk
T Berdasarkan hasil dan pembahasan
ok 1,33 1 2,06 2,02 yang telah diuraikan sebelumnya serta
2
0 27,60 32,91 38,62 merujuk pada tujuan penelitian, maka dapat
3
0 29,52 35,10 39,74 diambil kesimpulan sebagai berikut:
ingap
S
1. Selama periode 1986-2009,
ura 53,151
2
42,44 0,04
perkembangan pertumbuhan
0 38,17 34,72 17,14 ekonomi mitra dagang utama
3
0 36,67 33,78 18,08 Indonesia cukup berfluktuasi, tetapi
epang
J
27,631 10,86 14,57 sejak tahun 2010 cenderung
0 32,58
2
13,44 33,14
menurun. Perkembangan ekspor
3 Indonesia cenderung mengalami
0 32,58 13,44 33,14
peningkatan pada periode 1986-
Tabel 5 menyajikan ringkasan
2011, kemudian menurun pada
nilai dekompoisis varian indikator
periode 2011-2015. Sedangkan,
makroekonomi Indonesia dari tahun 1
perkembangan PDB dan penyerapan
sampai 30 setelah terjadi guncangan
tenaga kerja Indonesia cenderung
pertumbuhan ekonomi mitra dagang
meningkat dari tahun ke tahun.
utama. Berdasarkan tabel tersebut, pada
2. Berdasarkan hasil analisis Impulse
tahun pertama, variabilitas pertumbuhan
Response Function (IRF), respon
ekspor yang dipengaruhi oleh guncangan
indikator makroekonomi Indonesia
pertumbuhan ekonomi Tiongkok adalah
terhadap guncangan pertumbuhan
sebesar 1,33 persen, sedangkan 98,67
ekonomi mitra dagang utama adalah
persen lainnya dipengaruhi oleh
positif, sehingga guncangan
guncangan pertumbuhan PDB,
penurunan pertumbuhan ekonomi
penyerapan tenaga kerja serta
mitra dagang utama akan
pertumbuhan ekspor itu sendiri.
berdampak pada menurunnya
Kontribusi guncangan
pertumbuhan ekspor, pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi mitra dagang
PDB, dan pertumbuhan penyerapan
utama terhadap variabilitas indikator
tenaga kerja Indonesia. Indikator
makroekonomi Indonesia semakin
makroekonomi yang memberikan
meningkat seiring dengan meningkatnya
respon terbesar terhadap guncangan
periode, kecuali kontribusi guncangan
pertumbuhan ekonomi mitra dagang
Singapura terhadap variabilitas
utama adalah ekspor, sehingga dapat
pertumbuhan ekspor dan PDB yang
dikatakan ekspor merupakan
mengalami penurunan. Sampai dengan
penghubung utama dari guncangan
tahun ke-30, guncangan pertumbuhan
perdagangan internasional (trade
ekonomi Tiongkok dan Jepang
shocks) ke perekonomian Indonesia.
mempunyai kontribusi yang paling besar
Guncangan pertumbuhan ekonomi
dalam menjelaskan variabilitas
Singapura mempunyai pengaruh
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja,
yang lebih kuat terhadap indikator
masing-masing adalah sebesar 39,74
makroekonomi Indonesia
persen dan 33,14 persen pada akhir
dibandingkan dengan guncangan
periode. Sedangkan, guncangan
dari Tiongkok dan Jepang.
pertumbuhan ekonomi Singapura
3. Berdasarkan hasil analisis Forecast

90
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No. 1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Error Variance Decomposition (LPEI) dalam pembiayaan,
(FEVD), guncangan pertumbuhan penjaminan, dan asuransi ekspor,
ekonomi mitra dagang utama khususnya untuk Usaha Kecil
mempunyai kontribusi yang cukup Menengah (UKM) yang berorietasi
besar terhadap variabilitas ekspor dan industri pada karya.
indikator makroekonomi Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini
Indonesia. bisa dikembangkan dengan menambahkan
guncangan eksternal dari mitra dagang
Berdasarkan hasil penelitian dan lainnya, seperti Amerika Serikat dan Korea
kesimpulan yang telah diuraikan Selatan, karena ekspor Indonesia ke dua
sebelumnya, saran yang diajukan oleh negara tersebut cukup besar atau dengan
penulis adalah sebagai berikut: menambahkan variabel inflasi (IHK), nilai
1. Untuk meminimalisasi dampak tukar, dan suku bunga sebagai variabel
negatif dari guncangan penurunan penerima guncangan.
pertumbuhan ekonomi mitra
dagang utama, pemerintah DAFTAR PUSTAKA
diharapkan memperketat
standardisasi produk ekspor dan Badan Pusat Statistik. Diakses pada tanggal
mendorong peningkatan daya 8 November 2016 melalui
saing produk unggulan ekspor https://www.bps.go.id/
Indonesia agar penurunan ekspor
ke mitra dagang dapat ditekan. Bermingham, Colin dan Thomas Conefrey.
Selain itu, pemerintah sebaiknya (2014). The Irish Macroenomic
memperluas penetrasi pasar ekspor Response to an External Shock
Indonesia khususnya ke negara- with an Application to Stress
negara yang potensial atau negara Testing. Journal of Policy
yang perekonomiannya masih Modeling,1-17.
tumbuh dengan kuat, baik di Asia
maupun Afrika. Bounchaour dan Hussein. (2012). Oil Price
2. Untuk mengantisipasi penurunan Distorsion and Their Impact on
pertumbuhan Produk Domestik Algerian Macroeoconomic.
Bruto, pemerintah sebaiknya International Journal of Business
mendorong penguatan pasar and Management, 7 (18), 9-114.
domestik karena Indonesia
memiliki pangsa pasar yang besar. Enders, Walter. (2004). Applied
Usaha yang dapat dilakukan Econometric Time Series Second
pemerintah diantaranya: Edition. USA: John Wiley & Sons,
memperketat sertifikasi Standar Inc Gujarati, Damodar N. (2004).
Nasional Indonesia (SNI) untuk Basic Econometrics fourth edition.
membatasi produk impor, New York: McGraw-Hill
meningkatkan kualitas produk Companies, Inc.
domestik, memberikan insentif
kepada para pelaku usaha, dan Gujarati, Damodar N. (2004). Basic
mempermudah perizinan usaha. Econometrics fourth edition. New
3. Untuk mengantisipasi penurunan York: McGraw-Hill Companies,
penyerapan tenaga kerja, Inc.
pemerintah diharapkan
mengoptimalkan peran Lembaga Kiyota, Kozo. (2014). Export and
Pembiayaan Ekspor Indonesia Employment in China, Indonesia,

91
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis
Vol. 16. No.1, Maret 2019: 78-92
EISSN : 2442 – 9813
ISSN : 1829 – 9822
Japan and Korea. OECD Trade Tambunan, T. (2010). The Indonesian
Policy Paper No.166. Experience with Two Big
Economy Crises. Modern
Lutkepohl, Pentti, dan Carten. (2002). Economy, 1, hal. 156-167.
Maximum Eigenvalue Trace Test
for the Cointegrating Rank of a World Bank. (2016). Diakses pada tanggal
VAR Process. Economoetric 20 Januari 2017 melalui
Journal, 1-29. http://data.worldbank.org

Lutkepohl, Helmut. (2005). New World Integrated Trade Solution. (2015).


Introduction to Multiple Time Diakses pada tanggal 10 Juni 2017
Series Analysis. New York: melalui http://wits.worldbank.org
Springer Herlin Heidelberg.
Zamrowi, M. Taufik. (2007). Analisis
Nizar, Muhammad Afdi. (2012). Dampak Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Fluktuasi Harga Minyak Dunia Industri Kecil (Studi di Industri
terhadap Perekonomian Kecil Mebel di Kota Semarang)
Indonesia. Buletin Ilmiah [Tesis]. Semarang: Universitas
Litbang Perdagangan, 6 (2), 189- Diponegoro.
210.

Ramana, Febria. (2016). Contagion Effect


Perekonomian Amerika Serikat
dan Cina Terhadap
perekonomian Indonesia
[Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik.

Retnasih, Agustin, dan Wulandari. (2016).


Analisis Guncangan Eksternal
Terhadap Indikator Moneter dan
Makro Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Studi
Pembangunan, 8(2).

Sato, Zhang, dan McAleer. (2011).


Identifying Shock in Regionally
Integrated East Asian Economics
with Structural VAR and Block
Exogeneity. Mathematics and
Computers in Simulation, 81.

Setiawan, Wawan. (2010). Analisis


Dampak Fluktuasi Perekonomian
Dunia Terhadap Efektivitas
Kebijakan Moneter [Tesis].
Depok: Universitas Indonesia.

92

View publication stats

You might also like