You are on page 1of 16

Nama : Clara Novita

NPM : 110110190157
Mata Kuliah : Hukum Perjanjian Internasional

TASK 4 : PENSYARATAN ( RESERVATION )

Kasus Pensyaratan Amerika Serikat terhadap Pasal IX Convention on the Prevention and
Punishment of the Crime of Genocide 1948 (Konvensi Genosida)

Pasal IX Konvensi Genosida berbunyi:


Disputes between the Contracting Parties relating to the interpretation, application or fulfilment
of the present Convention, including those relating to the responsibility of a State for genocide
or for any of the other acts enumerated in article III, shall be submitted to the International
Court of Justice at the request of any of the parties to the dispute.

Ketika meratifikasi traktat tersebut pada 1988, Amerika Serikat mengajukan pensyaratan
terhadap pasal tersebut:
The Senate's advice and consent is subject to the following reservations:
(1) That with reference to Article IX of the Convention, before any dispute to which the United
States is a party may be submitted to the jurisdiction of the International Court of Justice under
this article, the specific consent of the United States is required in each case.

Belanda kemudian membuat pernyataan terkait pensyaratan Amerika Serikat:


As concerns the first reservation, the Government of the Kingdom of the Netherlands recalls its
declaration, made on 20 June 1966 on the occasion of the accession of the Kingdom of the
Netherlands to the Convention [...] stating that in its opinion the reservations in respect of
article IX of the Convention, made at that time by a number of states, were incompatible with the
object and purpose of the Convention, and that the Government of the Kingdom of the
Netherlands did not consider states making such reservations parties to the Convention.
Accordingly, the Government of the Kingdom of the Netherlands does not consider the United
States of America a party to the Convention...”

Britania Raya menyatakan penolakan sebagai berikut:


The Government of the United Kingdom have consistently stated that they are unable to accept
reservations to article IX. Accordingly, in conformity with the attitude adopted by them in
previous cases, the Government of the United Kingdom do not accept the first reservation
entered by the United States of America.

Meksiko juga menyatakan penolakannya sebagai berikut:


The Government of Mexico believes that the reservation made by the United States Government
to article IX of the aforesaid Convention should be considered invalid because it is not in
keeping with the object and purpose of the Convention, nor with the principle governing the
interpretation of treaties whereby no State can invoke provisions of its domestic law as a reason
for not complying with a treaty.
If the aforementioned reservation were applied, it would give rise to a situation of uncertainty as
to the scope of the obligations which the United States Government would assume with respect
to the Convention. Mexico's objection to the reservation in question should not be interpreted as
preventing the entry into force of the 1948 Convention between the [Mexican] Government and
the United States Government.

Jerman tidak memberikan pernyataan apapun terkait pensyaratan Amerika Serikat


tersebut.

1. Apa definisi pensyaratan, syarat pensyaratan, dan kapan pensyaratan dilakukan


berdasarkan VCLT 1969?
Dalam Article 2(d) Vienna Convention Law on Treaties 1969, “reservation” means a
unilateral statement, however phrased or named, made by a State or by an international
organization when signing, ratifying, formally confirming, accepting, approving or acceding
to a treaty, whereby it purports to exclude or to modify the legal effect of certain provisions
of the treaty in their application to that State or to that organization. 1Jika diterjemahkan,
"reservasi" berarti pernyataan sepihak, bagaimanapun diungkapkan atau diberi nama, yang
dibuat oleh suatu Negara, ketika menandatangani, meratifikasi, menerima, menyetujui atau
mengaksesi suatu perjanjian, yang dimaksudkan untuk mengecualikan atau mengubah akibat
hukum dari ketentuan-ketentuan tertentu dari perjanjian dalam penerapannya pada Negara
tersebut.
Unilateral statement atau pernyataan sepihak ini artinya belum disetujui oleh negara-
negara yang bernegosiasi, baik dua atau lebih negara dapat membuat reservasi yang sama. 2
Selain itu, berdasarkan definisi yang dipaparkan dalam Article 2(d) VCLT 1969 dikatakan
bahwa “suatu pihak dapat mengecualikan ketentua-ketentuan tertentu dalam penerapnnya” ,
ketentuan yang dimaksud itu seperti keadaan darurat publik.
Suatu negara dalam mengajukan persyaratan terdapat beberapa pembatasan yang perlu
diperhatikan, pembatasan tersebut tercantum pada Article 19 Vienna Convention Law on
Treaties mengenai formulation of reservations. 3 A state may, when signing, ratifying,
accepting, approving or acceding to a treaty, formulate a reservation unless:
a)  the reservation is prohibited by the treaty;
b) The treaty provides that only specified reservations, which do not include the reservation
in question, may be made; or
1
Article 2 Vienna Convention Law on Treaties 1969, p.3.
2
Anthony aust, Modern Treaty Law and Practice – Second Edition, Cambridge: Cambridge University Press,p.131.
3
Article 19 Vienna Convention Law on Treaties 1969, Op.Cit, p.8.
c)  in cases not falling under sub-paragraphs (a) and (b) the reservation is incompatible with
the object and purpose of treaty.
Jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia, suatu negara negara dapat mengajukan persyaratan
atau reservation, ketika menandatangani, meratifikasi, menerima, menyetujui, atau
mengaksesi suatu perjanjian internasional, kecuali  persyaratan itu dilarang oleh
perjanjian, perjanjian itu menentukan, bahwa hanya pensyaratan yang khusus, yang tidak
termasuk di dalam persyaratan yang merupakan masalah, yang dapat diajukan; atau dalam
hal-hal yang tidak termasuk di dalam persyaratan itu ternyata tidak sesuai dengan obyek dan
tujuan dari perjanjian.
Sehubungan dengan kalimat pertama dalam Artilce 19 Vienna Convention Law on
Treaties, maka diketahui bahwa pengajuan persyaratan dapat dilakukan ketika
menandatangani, meratifikasi, menerima, menyetujui, atau mengaksesi suatu perjanjian
internasional. Reservasi atau pensyaratan yang dilakukan saat penandatangan biasanya ditulis
di bawah/ di samping tanda tangan, hanya saja jika reservasinya snagkat sigkat biasanya teks
diberikan secara terpisah pada saat penandatangann. Namun, saat ini Sebagian besar
perjanjian menyatakan secara tegas bahwa reservasi tersedia atau dapat dibuat pada saat
ratifikasi. 4

2. Apakah perbedaan antara pendekatan Pan America dan Unanimity? Pendekatan mana
yang paling mendekati prosedur pensyaratan di VCLT 1969?
Vienna Convention Law on Treatis 1969 dinilai mengandung unsur-unsur progressive
development5, pernyataan tersebut didasari oleh doktrin yang digunakan yaitu doktrin Pan
American dalam kaitannya dengan penerimaan dan penolakan terhadap persyaratan. 6
Doktrin atau sistem Pan American mulai diterapkan atas permintaan Majelis Umum PBB
terhadap Mahkamah Internasional, Mahkamah Internasional mengeluarkan advisiory opinion
berkaitan dengan suatu konvensi tentang pencegahan dan penghukuman terhadap kejahatan
pembunuhan massal manusia (genocide convention), kemudian prinsip pan American yang
terkandung inilah diadopsi dan dimasukan dalam Vienna Convention Law on Treaties 1969.
Sistem Pan American cenderung bersifat fleksibel karena negara yang mengajukan
persyaratan tersebut diperkenaknya menjadi pihak perserta pejanjian berhadapan dengn
negara yang menerima persyratan yang bersangkutan.
Dalam Article 20 (4) Vienna Convention Law on Treaties 1969 dikatakan bahwa7:
a) Penerimaan reservasi oleh Negara pihak lain yang membuat reservasi membuat Negara
yang memesan menjadi pihak dalam perjanjian dalam hubungannya dengan Negara lain
itu jika atau ketika perjanjian itu berlaku untuk Negara-negara tersebut;

4
Anthony aust, Modern Treaty Law and Practice – Second Edition, p.154.
5
Mieke Komar, Beberapa Masalah Pokok Konvensi Wina Tahun 1969 Tentang Hukum Perjanjian internasional,p.
35.
6
Michael Engelbert Theis, Reservasi Pan America System Menurut Hukum Perjanjian Internasional, Lex Privatum,
Vol.8, No.3, 2010,p. 121
7
Article 20 Vienna Convention Law on Treaties 1969, Loc.Cit.
Berdasarkan penjelasan poin (a), maka disimpulkan bahwa:
- Negara yang mengajukan persyaratan terikat pada perjanjian dalam hubungannya
dengan negara penerima persyaratan
- Jika persyaratan berupa penolakan untuk terikat, maka pihak hanya terikat pada
ketentuan perjanjian yang tidak dikenakan persyaratan
b) Suatu keberatan oleh Negara pihak lain terhadap suatu reservasi tidak menghalangi
berlakunya perjanjian antara Negara- negara yang menolak dan yang memesan kecuali
jika maksud yang berlawanan secara pasti dinyatakan oleh Negara yang menolak;
Berdasarkan penjelasan poin (b), maka disimpulkan bahwa penolakan terhadap
persyaratan pleh suatu negara peserta tidaklah menghalangi berlaku atau mengikatnya
perjanjian, perjanjian tetap berlaku sepenuhnya antara negara yang mengajukan
persyaratan dalam hubungannya dengan nergara yang menolak atau keberatan atas
persyaratan tersebut. 8
c) Suatu tindakan yang menyatakan persetujuan suatu Negara untuk terikat oleh perjanjian
dan mengandung reservasi berlaku segera setelah setidaknya satu Negara peserta lainnya
telah menerima reservasi tersebut.
Secara garis besar, prinisp ini tidak memerlukan adanya persetujuan bulat (unanimity) dari
para peserta konvensi atas reservasi yang diadakan oleh negara-negara peserta. Adapun
konvensi dianggap berlaku dengan pensyaratan yang diajukan baik antara yang mengajukan
dan menerima pensyaratan, tidak dengan negara-negara yang menolak pensyaratan tersebut.
maka dari itu, prinsip ini memberikan akibat hukum yang hanya berlaku bagi kedua negara
yang bersepakat.
Selanjutnya, pendekatan unanimity atau persetujuan bulat yang merupakan prinsip lama
yang pernah digunakan oleh Liga Bangsa-Bangsa. "aturan kebulatan suara," semua pihak
dalam suatu perjanjian diharuskan untuk memberlakukan reservasi, yang berbeda dari aturan
yang memungkinkan Negara yang memesan untuk berpartisipasi dalam perjanjian, meskipun
perjanjian itu tidak akan berlaku antara Negara yang memesan dan Negara mana pun yang
menolak reservasi. Apabila pengambilan suara secara bulat/ unanimity tidak tercapai, mak
suatu keputusan akan terhambat. Mr. Demotropoulos dari Yunani memberikan gambaran
mengenai kebulatan suara sebagai sesuatu yang harus diharapkan, dan delegasi melakukan
upaya yang terpuji untuk dicapai melalui pembicaraan pribadi, amandemen, kompromi,
menghindari pemungutan suara pada resolusi penting sebelum formula yang dapat diterima
ditemukan. Tetapi kebulatan suara yang biasa apriori akan menghambat pekerjaan komite
dan kemungkinan kemajuan apa pun. Prinsip kemanusiaan bertentangan dengan prinsip
kesetaraan, karena satu negara dapat memiliki kepentingan yang lebih besar daripada yang
lain.9 Apabila sikap bulat telah dibentuk sebelum dilakukannya pengambilan suara, maka
keputusan tersebut dalam bentuk aklamasi. Dalam Article 5(1) The convenant of the lague of
Nations dikatakan Except where otherwise expressly provided in this covenant, or by term of
8
Michael Engelbert Theis, Reservasi Pan America System Menurut Hukum Perjanjian Internasional, Op.cit, p.125.
9
Soegiyono, Kajian Pembentukan Hukum Internasional Antariksa Perserikatan Bangsa-Bangsa, Lex Jurnalica, Vol.6,
No.2, 2009, p. 106.
the present treaty, decisións at any meeting of the assembly or of’ the council, shall’ require
the agreement of all Menbers of the league represented at the meeting. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa keputusan bulat yang berlaku pada saat ini
hanyalah sebuah pengambilan keputusan. Dewan Keamanan PBB tidak lagi menggunakan
metode ini karena dapat menganggu kestabilan dunia. Selain daripada itu, pengambilan
keputusan bulat dinilai tidak praktis dan sulit untuk mencapai keputusan.
Prosedur mengenai pensyaratan/ reservation terdapat dalam Article 23 Vienna
Convention Law on Treaties,prosedur mengenai pensyaratan tersebut diantaranya:
a) Reservasi, penerimaan tegas atas reservasi, dan keberatan terhadap reservasi harus
dirumuskan secara tertulis dan dikomunikasikan kepada Negara-negara penandatangan
dan Negara-negara lain yang berhak menjadi pihak dalam perjanjian.
b) Jika dirumuskan ketika menandatangani perjanjian yang tunduk pada ratifikasi,
penerimaan atau persetujuan, reservasi harus secara resmi dikonfirmasi oleh Negara yang
memesan ketika menyatakan persetujuannya untuk terikat oleh perjanjian itu. Dalam
kasus seperti itu reservasi akan dianggap telah dibuat pada tanggal konfirmasinya.
c) Penerimaan secara tegas, atau keberatan terhadap, reservasi yang dibuat sebelumnya
untuk konfirmasi reservasi itu sendiri tidak memerlukan konfirmasi.
d) Penarikan reservasi atau keberatan reservasi harus dirumuskan secara tertulis.

e) Berdasarkan pemaparan
kedua prinsip diatas,
sistem yang paling
mendekati
f) dengan ketentuan reservasi
pada VCLT 1969 adalah
prinsip Pan Amerika. Hal
tersebut
g) tercermin pada Pasal
20 dan Pasal 21 yang
mengatur mengenai
penerimaan dan
h) penolakan terhadap
reservasi serta akibat
hukum dari penerimaan
dan penolakan
i) reservasi. Dimana dalam
Pasal 20 ayat (1) menyatakan
dengan tegas mengizinkan
bahwa
j) reservasi tidak
memerlukan penerimaan oleh
peserta perjanjian, kecuali
bila hal tersebut
k) dipersyaratkan dalam
perjanjian.
Mengacu pada article 20 Vienna Convention Law on Treaties tentang penerimaan dan
pemolakan terhadap reservations dan Article 21 Vienna Convention Law on Treaties tentang
akibat hukum atas pensyaratan dan penolakan pensyaratan, terutama dalam Article 20 (1)
yang meyatakan a reservation expressly authorized by a treaty does not require any
subsequent acceptance by the other contracting states unless the treaty so provides, jika
diterjemahkan yaitu reservasi yang secara tegas disahkan oleh suatu perjanjian tidak
memerlukan penerimaan berikutnya oleh negara-negara peserta lainnya kecual jika perjanian
itu mengaturnya, maka dapat saya simpulkan bahwa sistem/doktrin/ prinsip yang mendekati
prosedur pensyaratan Vienna Convention Law on Treaties 1969 adalah Pan Amerika.

3. Berdasarkan aturan pensyaratan dalam VCLT 1969, jelaskan konsekuensi hukum dari
pensyaratan Pasal IX Konvensi Genosida yang dilakukan Amerika Serikat terhadap
hubungan antara:
Pasal IX Konvensi Genosida berbunyi Disputes between the Contracting Parties relating
to the interpretation, application or fulfilment of the present Convention, including those
relating to the responsibility of a State for genocide or for any of the other acts enumerated
in article III, shall be submitted to the International Court of Justice at the request of any of
the parties to the dispute.
Amerika Serikat mengajukan pensyaratan ketika meratifikasi traktat tersebut pada 1988,
the Senate's advice and consent is subject to the following reservations:
(1) That with reference to Article IX of the Convention, before any dispute to which the
United States is a party may be submitted to the jurisdiction of the International Court of
Justice under this article, the specific consent of the United States is required in each case.
Terhadap pensyaratan Amerika Serikat tersebut, Belanda membuat pernyataan, As concerns
the first reservation, the Government of the Kingdom of the Netherlands recalls its
declaration, made on 20 June 1966 on the occasion of the accession of the Kingdom of the
Netherlands to the Convention [...] stating that in its opinion the reservations in respect of
article IX of the Convention, made at that time by a number of states, were incompatible with
the object and purpose of the Convention, and that the Government of the Kingdom of the
Netherlands did not consider states making such reservations parties to the Convention.
Accordingly, the Government of the Kingdom of the Netherlands does not consider the
United States of America a party to the Convention...” Kerajaan Belanda menyatakan bahwa
pensyaratan atau reservation yang diajukan Amerika Serikat tidak sesuai dengan maksud
ataupun tujuan dari konvensi, Belanda tidak menganggap Amerik Serikat sebagai pihak
dalam konbensi Genosida. Mengenai konsekuensi hukum terhadap hal ini, berdasarkan
kentutan dalam Article 20 (4)(b) Vienna Convention Law on Treaties 1969 “An objection by
another contracting state of a reservation constitures the reserving state a party to the traty
in relation to that other state if or when the treaty in force for those states”, maka perjanjian
tesebut tidak memiliki kekuatan mengikat bagi negara yang mengajukan dan meonlak
reservasi.
Lain halnya dengan Belanda, Meksiko menyatakan penolakan pensyaratan yang dibuat
oleh Amerika, the Government of Mexico believes that the reservation made by the United
States Government to article IX of the aforesaid Convention should be considered invalid
because it is not in keeping with the object and purpose of the Convention, nor with the
principle governing the interpretation of treaties whereby no State can invoke provisions of
its domestic law as a reason for not complying with a treaty. If the aforementioned
reservation were applied, it would give rise to a situation of uncertainty as to the scope of
the obligations which the United States Government would assume with respect to the
Convention. Mexico's objection to the reservation in question should not be interpreted as
preventing the entry into force of the 1948 Convention between the [Mexican] Government
and the United States Government. Secara garis besar, meksiko menganggap bahwa reservasi
tersebut tidak sesuai dengan maksud dan tujuan konvensi genosida, jika ditaati maka
reservasi tersebut akan menimbulkan ketidakpastian ruang lingkup kewajiban. Mengacu pada
Article 21(3) Vienna Convention Law on Treaties 1969, konsekuensi hukum antara Amerika
dan Meksiko yakni tidak berlakunya ketentuan dalam reservasi pada kedua negara tersebut
dan jika terjadi sengketa mengenai interpretasi, penerapan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan tanggung jawab dapat diajukan ke Mahkamah Internasional atas permintaan salah
satu pihak tanpa perlu adaya persetujuan pihak lain.
Sama halnya dengan negara Belanda, Britania Raya juga menyatakan penolakannya,
the Government of the United Kingdom have consistently stated that they are unable to
accept reservations to article IX. Accordingly, in conformity with the attitude adopted by
them in previous cases, the Government of the United Kingdom do not accept the first
reservation entered by the United States of America. Mengacu pada Article 21(3) Vienna
Convention Law on Treaties 1969 “ when a state ovjecting to a reservation has not opposed
the entry into force of the treaty between itself and the reserving state, the provisions to
which the reservation relates do not apply as between the two states to the extent of the
reservation.” Berdasarkan ketentuan tesebut, maka jika nantinya terjadi sebuah sengketa
mengenai interpretasi, penerapan yang melibatkan diantara kedua negara tersebut dapt
diajukan ke Mahkamah Internasional.
Jerman tidak memberikan pernyataan apapun terkait pensyaratan Amerika Serikat
tersebut, dalam Article 20 (5) Vienna Convention Law on Treaties 1969 dikatakan “for the
purposes of paragraphs 2 and 4 and unless the treaty otherwise provides, a reservation is
considered to have been accepted by a State if it shall have raised no objection to the
reservation by the end of a period of twelve months after it was notified of the reservation or
by the date on which it expressed its consent to be bound by the treaty, whichever is later.”
Maka negara Jerman dianggap menerima reservasi tersebut sekalipun Jerman tiak
memberikan pernyataan menerima ataupun menolak dalam jangka waktu 12 bulan.
Lalu mengenai konsekuensi hukum bagi seluruh negara pesert yang terlibat, kita perlu
meninjau Kembali isi dari Article 21 Vienna Convention Law on Treaties 1969, reservasi
tidak akan mengubah ketentuan perjanjian terhadap pihak lain dalam perjanjian tersebut. Jadi
jika negara yang menjadi peserta konvensi tersebut mengalami sebuah perselisihan, semua
hal tersebut dapat dibawa langsung ke Mahkamah Internasional tanpa persetujuan apapun
dari pihak lawan.

Oleh sebab itu, diantara para


peserta
konvensi genosida yakni
Belanda, Meksiko, Inggris, dan
Jerman pengaturan hal-hal
mengenai penyelesaian
perselisihan yang berkaitan
dengan interpretasi, penerapan
atau pemenuhan konvensi ini,
termasuk pula yang berkaitan
dengan tanggung jawab
suatu negara terhadap
genosida atau untuk
tindakan lain sebagaimana
disebutkan
dalam Pasal III dapat
langsung di bawa ke
Mahkamah Internasional
berdasarkan
permintaan salah satu pihak
bersengketa tanpa perlu
persetujuan pihak lawan
(tunduk
mengikuti ketentuan-ketentuan
yang telah diatur dalam
konvensi genosida)
Pemerintah Belanda pada
intinya merujuk pada deklarasi
yang dibuat tanggal 20
Juni 1966 tentang occasion
of the accesion kerajaan
Belanda dan kemudian
menyatakan reservasi yang
diajukan Amerika Serikat tidak
sesuai dengan maksud
serta tujuan Konvensi ini, oleh
karena itu pemerintah Belanda
tidak menganggap
negara-negara yang
mengajukan reservasi
tersebut sebagai pihak
dalam konvensi
artinya tidak menganggap
Amerika Serikat sebagai pihak
dalam konvensi genosida
ini. Apabila kemudian dikaitkan
dengan konsekuensi hukum dari
pensyaratan Pasal
IX Konvensi Genosida yang
dilakukan Amerika Serikat
terhadap hubungan dengan
Belanda, maka antara Belanda
dan Amerika sebagaimana
ketentuan Pasal 20 ayat (4)
huruf b VCLT 1969, perjanjian
itu tidak mempunyai kekuatan
mengikat antara negara
yang mengajukan reservasi
dengan negara yang menolak
reservasi, kecuali bila pihak
yang menolak mengajukan
maksud sebaliknya.
Artinya terhadap pasal IX
konvensi genosida jika terjadi
perselisihan menegenai
hal-hal yang telah ditentukan
dalam pasal ini, baik Amerika
Serikat maupun Belanda
jika terjadi sengketa tidak bisa
membawa sengketanya ke
Mahkamah Internasional
berkenaan dengan reservasi
yang diajukan Amerika
Serikat, karena jika ingin
mengajukan suatu sengketa
yang melibatkan Amerika
Serikat sebagai salah satu
pihak dalam sengketa tersbut
tidak bisa dibawa langsung ke
Mahkamah Internasional
atas permintaan salah satu pihak
sebagaimana ketentuan Pasal IX
konvensi genosida,
akan tetap harus melalui
persetujuan khusus dari
Amerika Serikat terlebih
dahulu
barulah sengketa tersebut bisa
dibawa untuk diselesaikan di
Mahkamah Internasiona
Daftar Pustaka

Vienna Convention Law on Treaties 1969


aust, A. (n.d.). Modern Treaty Law and Practice – Second Edition. Cambridge: Cambridge
University Press.
Komar, M. (n.d.). Beberapa Masalah Pokok Konvensi Wina Tahun 1969 Tentang Hukum
Perjanjian internasional.
Theis, M. E. (2010). Reservasi Pan America System Menurut Hukum Perjanjian Internasional.
Lex Privatum, 8(3).
Soegiyono. (2009). Kajian Pembentukan Hukum Internasional Antariksa Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Lex Jurnalica, 6(2), 106.

You might also like