You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas, baik dalam pelaksanaan pendidikan
formal, non formal, atau informal. Menurut Peraturan Pemerintah RI
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan Pasal 1 ayat 6, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan ini dilaksanakan secara
sistematis, terorganisir, dan setiap jenjang pendidikan memberikan ilmu
yang saling berkaitan satu sama lain (Ristekdikti, 2010). Pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah diharapkan dapat berkontribusi dalam membentuk
siswa lebih berkompeten.
Kegiatan utama dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar
yang dilakukan guru dan siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Hal ini menunjukan berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan tergantung
pada proses belajar yang dialami siswa. Hasil belajar menjadi tolak ukur
untuk mengetahui berhasil tidaknya siswa setelah mengikuti serangkaian
kegiatan belajar mengajar.
Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek
kehidupan. Banyaknya permasalahan dan kegiatan dalam kehidupan yang
harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika. Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Karena peran matematika inilah maka
sangat beralasan jika matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan
di Indonesia, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
(Depdiknas, 2006). Kegiatan belajar akan berlangsung optimal jika peserta
didik dan guru dapat berinteraksi baik dan siswa dapat mengikuti setiap

1
rangakain utuh dan bersikap aktif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berkaitan
dengan masalah di kehidupan sehari-hari dan terdapat solusi didalamya.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.
Matematika dan penalaran merupakan dua hal yang sangat erat
hubungannya karena materi matematika dapat dipahami dari penalaran dan
penalaran dapat diasah dari pelajaran matematika dan penalaran
merupakan salah satu standar matematika sekolah yang termasuk ke dalam
standar proses. Jadi, begitu pentingnya penalaran ini dalam pelajaran
matematika.(Amir, 2015). Didalam Permendiknas nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika disebutkan bahwa salah
satu tujuan pembelajaran matematika adalah menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika. Maka dari itu dalam pembelajaran matematika, siswa
diharapkan agar memiliki kemampuan penalaran matematis.
Fajar dalam (Utami dkk, 2014) menyatakan bahwa penalaran
merupakan suatu kegiatan, suatu proses, atau suatu kegiatan berfikir yang
memperoleh kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar
yang telah terbukti kebenarannya. Sedangkan pernyataan Setiadi yang
diperoleh dari Sari & Raditya (2017) menyatakan bahwa pealaran dapat
secara langsung meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu jika siswa diberi
kesempatan menggunakan penalarannya untuk menduga solusi dari suatu
masalah yang terjadi berdasarkan pengalaman sendiri, menjadikan siswa
akan lebih mudah memahami konsep.

2
Roesdiana (2016) mengungkapkan bahwa penalaran merupakan
tahapan berpikir tingkat tinggi yang mencakup kemampuan-kemampuan
untuk berfikir logis dan sistematis berdasarkan fakta dan sumber yang
mendukung untuk mencapai suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan dari Kreaf (Hendriana, 2018) yang menjelaskan istilah
penalaran (reasoning) secara umum sebagai proses berpikir yang berusaha
menghubunghubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju kepada suatu
kesimpulan. Jadi dapat dikatakan bahwa penalaran merupakan salah satu
aspek dari proses berpikir. Adapun berpikir (thinking) menurut
Hardjosatoto (Wulandari, 2011) adalah serangkaian aktivitas mental yang
banyak macamnya seperti mengingat kembali suatu hal, berkhayal,
menghafal, menghitung, menghubungkan beberapa pengertian,
menciptakan sesuatu konsep atau memperkirakan berbagai kemungkinan.
Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa bernalar dan berfikir sangat
berbeda, dalam penalaran dapat terjadi salah satu pemikiran, tetapi tidak
semua berpikir merupakan penalaran.
Sejalan dengan penjelasan diatas, obsesrvasi yang dilakukan
peneliti di sekolah SMP Negeri 9 Pematangsiantar pada siswa kelas VIII
sebanyak 32 siswa dengan menggunakan tes tertulis berupa soal uraian tes
kemampuan penalaran matematis sebanyak 3 soal dengan materi operasi
aljabar maka didapat hasil pengerjaan siswa yang berbagai jenis. Hasil
penelitian ini merupakan hasil analisis dari data yang diperoleh dari
analisis jawaban siswa. Soal insturmen penilaian tes kemampuan
penalaran matematis ini mencakup 4 indikator kemampuan penalaran
matematis, diantara nya adalah melakukan manipulasi matematika,
menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi, mengajukan dugaan (conjektur), dan menarik kesimpulan,
menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.
Adapun hasil nya adalah sebagai berikut

3
Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa Soal Nomor 1

Pada jawaban siswa pada gambar 1.1 diatas, terlihat siswa mampu
memahami soal cerita sesuai dengan materi operasi hitung pada aljabar, ia
juga mampu membuat permodelan matematika dari soal tersebut dan
mampu menyelesaikan permasalahan yang ditanyakan. Dari hasil siswa
diatas memperlihatkan bahwa siswa mampu mengerjakan atau
menyelesaikan permasalahan operasi hitung pada aljabar yang disajikan
dalam soal cerita sesuai dengan langkah-langkah yang diinginkan dimulai
dari permodelan matematis, operasi aljabar, sampai pada penarikan
kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan tersebut.

mani
pulasi

Mengajukan
dugaan

kesim
pulan

Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Soal Nomor 2

4
Gambar 1.2 merupakan hasil pengerjaan siswa dari hasil jawaban
tersebut dapat dilihat bahwa siswa belum mampu untuk membuat
permodelan dari soal yang ditanyakan dan siswa juga belum mengerti
operasi aljabar yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut, sehingga terdapat kelalaian dalam mengerjakan soal tersebut
yaitu siswa salah dalam operasi aljabar dari pertanyaan yang ditanya,
siswa tersebut keliru saat mengerjakan soal dan tidak ada kesimpulan yang
tepat sesuai dengan yang ditanya dalam soal.

Menemukan
pola

Gambar 1.3. Hasil Jawaban Siswa Soal Nomor 3

Pada gambar1.3 merupakan jawaban siswa terlihat siswa belum


mampu memahami soal cerita sesuai dengan materi operasi hitung pada
aljabar, Dari hasil jawaban siswa diatas memperlihatkan bahwa siswa
tidak mampu mengerjakan atau menyelesaikan permasalahan operasi
hitung pada aljabar sesuai dengan langkah-langkah yang diinginkan
dimulai dari permodelan matematis nya tidak sesuai, operasi aljabar nya
tidak ada, sampai tidak adanya penarikan kesimpulan yang sesuai dengan
pertanyaan tersebut.
Berdasarkan hasil tes kemampuan penalaran matematis yang uraian di
atas, dapat dilihat bahwa penalaran matematis siswa pada materi operasi
aljabar masih rendah, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut
maka upaya yang dapat dilakukan yaitu memilih dan menggunakan
berbagai model pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat memahami
materi dengan baik dan dapat meningkatkan kemampuan penalaran
matematis siswa. Hal ini dapat membantu siswa terlibat aktif dalam
mencoba mencari konsep secara mandiri atau bertanya mengenai materi
yang belum dipahami.

5
Model pembelajaran digunakan guru sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce & Weil dalam (Rusman,
2012) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Adi dalam
(Suprihatiningrum, 2013) memberikan definisi model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam
mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan pola pilihan para guru untuk
merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapakan.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dan mendapatkan
pengetahuan dengan mengalami sendiri yaitu model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL). Dimana Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu
guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) memfasilitasi siswa untuk
mencoba dan mencari bukan hanya menerima informasi yang diberikan
guru. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu dukungan dari
komponen pembelajaran yaitu bahan ajar yang akan digunakan oleh guru.
Dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) ini siswa juga terlibat dalam proses pembelajaran dan dapat
memacu pola pikir dan kemampuan penalaran matematis siswa dalam
menyelesaikan permasalahan matematika yang sedang dipelajari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mardiati dan Rani
(2018) yang mengkaji tentang kemampuan penalaran matematis siswa
mengungkapkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and

6
Learning (CTL) sangat berpengaruh terhadap kemampuan penalaran
matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata posttests hasil
tes kemampuan penalaran matematika siswa yang telah diajarkan dengan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
sebesar 61,844 dan nilai rata-rata posttests yang telah diajarkan dengan
model pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori adalah
61,187 sehingga didapatkan bahwa model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) memiliki pengaruh sebesar 70,56 %.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
berpengaruh terhadap kemampuan penalaran matematika siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Mulbasari dan Surmilasari (2018)
menyatakan bahwa hasilnya nilai signifikansi 0,00<0,05 yang berdasarkan
kriteria pengujian hipotesis maka Hₐ diterima dan dapat disimpulkan
bahwa “ Ada pengaruh yang signifikan bahan ajar berupa Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL)
materi peluang terhadap kemampuan penalaran matematis siswa SMA.
Dari uraian latar belakang diatas kemampuan penalaran matematis
peserta didik sangat perlu untuk dikembangkan dikarenakan masih
kurangnya kemampuan penalaran matematis siswa sekarang, sehingga
peneliti ingin melakukan penelitian terhadap kemampuan penalaran
matematis siswa, namun model pembelajaran yang akan dingunakan
peneliti yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL). Yang mana lebih memfokuskan siswa terhadap lingkungan sekitar
dan kehidupan sehari-harinya sehingga mempermudah siswa dalam
memecahkan permasalahan matematika yang ingin diselesaikan.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa kelas VIII di SMP Negeri 9
Pematangsiantar”

7
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti
mengidentifikasih beberapa masalah dalam proses pembelajaran yaitu
sebagai berikut:
1. Kemampuan penalaran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
matematika masih kurang
2. Perserta didik kurang mengetahui implementasi pelajaran
matematika dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan indentifikasi masalah, maka batasan masalah yang
terindentifikasi pada penelitian ini yaitu :
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dari berbagai model
pembelajaran matematika yang ada.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh model pembelajarn
Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap kemampuan matematis
siswa?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap kemampuan
siswa

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pembaca maupun peneliti lain dan menambah wawasan baru

8
tentang Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) terhadap Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa.

1.6.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematisnya dalam pembelajaran
matematika.

b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapatkan di gunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi guru, khususnya guru mata pelajaran
matematika dalam meningkatkan kemampuan penalaran
matematis siswa.

c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi sekolah dalam mengambil langkah untuk
meningkatkan kemepuan penalaran matematis siswa.

d. Penulis
Penelitian ini merupakan sarana untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang pengaruh model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) terhadap kemapuan penalaran
siswa.

1.7 Luaran Penelitian


Penelitian ini akan dipublikasikan di jurnal ber-ISSN

You might also like