You are on page 1of 258
Ekonomi Kesehatan Konsep, Teori, dan Aplikasi A. Heri Iswanto RAJAWALI PERS Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada DEPOK Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KOT) A. Heri Iswanto. Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi/A. Heri Iswanto. Ed. 1, Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2021. wviii, 258 blm., 23 cm. Bibliografi: ada di setiap bab: ISBN 978-623-231-774-1 1, Ekonomi, Teori 1. Judul Il. Yanita Nur Indah Sari 3301 Hak cipta 2021, pada penulis Dilarang mengutip sebagian atau selurub isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit 2021. 2983RA) A. Heri Iswanto EKONOMI KESEHATAN: Konsep, Teori, dan Aplikasi Cetakan ke-1, Maret 2021 Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok Editor : Yanita Nur Indah Sari Copy Editor : Nuraini Setter : Raziv Gandhi Desain Cover : Tim Kreatif RGP Dicetak di Kharisma Putra Utama Offset PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Anggota IKAPI Kantor Pusat: J!. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinar Telepon: (021) 84311162 a E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: //www.rajagrafindo.co.id Pecwokion Jakarta 16956 Ji Raya Leuwinangg, JH. Kurd Timur No.8 Komp Cay pen 1ezur4. Kec. Tapos, Depok, Yep. 021} 84311162. Bandung 40222 | Neestinaco, Kasihan, Bantul, Telp. 0274.625093, Pondok Soragan indah Biok Al, J Socager | 30137, Banjarmasin-70114, i, Bat No. 31 R05, Telp 051! lock 88 No. 2 Susunan Baru, Langkapura, noeltecrea ‘Bandar Lampung-35115, Perum Bilsbons 22 : i i - ; i E TESTIMONI Sebuah buku yang mencerahkan dan inspiratif, berguna bagi para akademisi maupun praktisi. Buku ini memberikan banyak insight dalam melihat kesehatan dari sisi ekonomi, di mana selama ini kesehatan selalu dilihat sebagai aspek nonekonomi. Dr. A. Heri Iswanto berhasil mengupas teori ekonomi untuk menjelaskan sektor kesehatan dengan referensi yang komprehensif dan bahasa yang mengalir dengan baik. Or. Tantri Yanuar R. Syah, S.E., M.S.M. Dekan FEB Universitas Esa Unggul Alhamdulilah, akhirnya intelektual Indonesia bisa memperoleh buku rujukan ekonomi kesehatan yang komprehensif. Sumber referensi yang bagus untuk para dosen dan mahasiswa Prof. dr. Hasbullah Thabrany, M.PH., Dr.PH. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Ketua Umum Perkumpulan Ahli Ekonomi Kesehatan Indonesia pidang Ilmu Ekonomi Kesehatan secara al ‘oe tcot sampai aplikasi kontemporernya uku ini juga dilengkapi dengan tugas mandiri dan tugas dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengajaran di ine. Saya salut, kagum, dan mengapresiasi Dr. A. Heri a menulis buku ini. Selamat! Dono Widiatmoko Senior Lecturer di University of Derby Pakar Ekonomi Kesehatan Buku ini me! komprehensi di masyarakat. Bi kelompok yang kelas maupun onl Iswanto atas keberhasilanny: Ekonomi kesehatan, bidang kajian yang sangat krusial dalam pembangunan kesehatan. Buku ini ditulis oleh profesional muda yang sarat pengalaman praktis dan akademis. Setiap bab dalam buku ini dijelaskan secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga layak dijadikan referensi bagi setiap level pengambil kebijakan, praktisi kesehatan, dosen, serta mahasiswa S1, $2, dan S3. dr. Adila Kasni Astiena, M.A.R.S. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Buku ini termasuk yang pertama sebagai buku ajar dalam bidang ekonomi kesehatan. Dengan dukungan referensi yang luas penulis buku ini mengajak para pembaca untuk memahami penggunaan ilmu ekonomi 7 soko Kesehatan, Penggunaan ilmu ekonomi semakin menjadi relevan a vane mengalami kemunduran dalam kehidupan sosial berbagal ao zn atan. Dengan adanya buku ini, para mahasiswa os ns ms Kesehatan dan sosial dapat mempelajari ilmu ecara mendalam. Buku ini diharapkan dapat mendorong pengajaran ilmu eki i untuk perbaikan kehidupan i annie bso iam Pot dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc. Ph.D. 'uru Besar Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Universitas Gadjah Mada vi = Ekonomi Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi PRAKATA Puji syukur, Alhamdulillah, akhirnya buku yang di tangan pembaca ini, berjudul Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi dapat rampung. Buku ini lahir dari hasil diskusi dan mencari berbagai sumber referensi selama hampir 3 tahun dalam kondisi yang sangat berat karena saat pandemi Covid-19 terjadi. Buku ini memaparkan ekonomi kesehatan yang meliputi konsep, teori, dan aplikasinya. Tidak hanya itu, buku ini juga dilengkapi dengan contoh kasus ekonomi kesehatan kontemporer sesuai isu terkini seperti pada konteks BPJS Kesehatan dan pandemi Covid-19. Setiap akhir BAB dilengkapi uji diri untuk melatih dan memotivasi pembaca dalam berpikir kritis, kemampuan menyelesaikan masalah dan mampu menyampaikan ide/gagasan dalam sebuah tulisan. Selama penulisan buku ini, banyak pihak yang terlibat aktif memberikan masukan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas dedikasi dan kontribusinya sehingga buku ini dapat terbit. Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam buku ini. Kritik dan saran serta pemikiran lainnya sangat penulis harapkan guna penyempurnaan buku ini. Besar harapan bahwa buku vii hususnya kalangan akademi; _ t j pembaca k ini dapat bermanfaal bagi pe! aktisi ekonomi kesehatan pag, (dosen dan mahasiswa) dan juga para pr khususnya. Salam BELA NEGARA, Jakarta, Januari 202; ® viii = Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi DAFTAR ISI TESTIMONI PRAKATA “a DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xv DAFTAR GAMBAR xvii BAB 1 KONSEP-KONSEP KUNCI EKONOMI KESEHATAN 1 A. Barang 1 B. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) 3 C. Balok Bangunan Ekonomi Lainnya 4 D. Kesimpulan ll E. Daftar Pustaka 1 F Uji Diri 13 BAB 2 EKONOMI MAKRO, GLOBALISASI, DAN KESEHATAN 17 ‘A. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) 17 B. Nilai Tukar dan Neraca Pembayaran 18 C. Globalisasi dan Kesehatan 20 Ekonomi Maki Penyakit yang Da Tidak Dapat Diko Pengeluaran Pelayanan Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri Fo = fo BAB 3 Kebutuhan, Keinginan, Determinan Permintaan Kurva Permintaan Kurva Indiferen Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri Oo7mMoO0 f > BAB 4 MENGUKUR PERMINTAAN A. Elastisitas Permintaan B. Elastisitas Terkompensasi dan Tidak Terkompensasi C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Elastisitas Permintaan . Elastisitas Lintas Permintaan Elastisitas Selain Elastisitas Harga Harga Ekuilibrium |. Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri BAB5 PRODUKSI JANGKA P; JANGKA PENDEK A. SRATC dan LRAC B. Waktu dan Persaingan " X © Ekonomi Kesehatan: Konsep, ee ti ro dan saga nikasikan dan Kesehatan MODEL PERMINTAAN SEDERHANA dan Permintaan D. E. E G. Elastisitas dan Kesejahteraan Ekonomi H 1 J "ANJANG DAN Teori, dan Aplikasi 22 25 26 27 28 3] 35 36 37 42 46 47 47 51 fe] 34 55 56 57 58 60 63 64 65 2 a 3s Fungsi Biaya Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri mmoo BAB6 BIAYA, KURVA PENAWARAN, DAN SKALA EKONOMI Fungsi Biaya Surplus Produsen Ekonomi dan Disekonomi Skala Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri amo = » BAB7 MODEL PASAR Pasar Ekuilibrium Dinamika Pasar Efisiensi Alokatif Pasar Bebas Pelayanan Kesehatan Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri qQqmmup Aw > 78 81 81 81 85 86 87 92 95: 96 98 101 101 106 107 111 114 115 Ts BAB 8 PASAR PELAYANAN KESEHATAN DAN EFISIENSI 119 Eksternalitas Kegagalan Pasar Monopoli Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri amo BP BAB 9 PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN A. Berbagai Alternatif Pembiayaan oleh Pihak Ketiga B. Universal Health Coverage (UHC) Daftar Isi 119 121 123 127 127 129 133 136 137 ® xi amoo Konsep Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri BAB 10 PEMBAYARAN PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN A. c. D. E E Teori Agen-Prinsipal Teori Motivasi Intrinsik Bentuk-Bentuk Pembayaran Penyedia Pelayanan Kesehatan Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri BAB 11 ASURANSI KESEHATAN SWASTA O™moO p> Logika Asuransi dan Underwriting Premi Asuransi Pembayaran Bersama (Co-payment) Asuransi Kesehatan Syariah (Takaful) Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri BAB 12 JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (UNIVERSAL HEALTH COVERAGE) zZO™ PO w > "i @ Ekonomi Kesehatan: Konsep, Pembiayaan Layanan Kesehatan Universal Pembiayaan Regresif dan Progresif Model Pembiayaan Cakupan Layanan Universal Asuransi Kesehatan Masyarakat Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri Sendirj Tone 2 i4 144 145 147 162 165 166 169 173 174 175 181 182 182 186 187 193 194 194 }° BAB 13 VALUAST EKONOMI A. B. Metode Valuasi Ekonomi CBA (Cost-Benefit Analysis) CEA (Cost Effectiveness Analysis) CUA (Cost-Utility Analysis) Tahapan Valuasi Ekonomi Analisis Sensitivitas Kesimpulan . Daftar Pustaka Uji Dini BAB 14 PERHITUNGAN BIAYA A. Klas si Biaya Klasifikasi Biaya dalam Konteks Intervensi Biaya Kesehatan Kesimpulan Daftar Pustaka Uji Diri BAB 15 CONTOH KASUS EKONOMI KESEHATAN KONTEMPORER A. B. c. Dz Ekonomi Kesehatan dalam Konteks BPJS Ekonomi Kesehatan dalam Konteks Pandemi Covid-19 Daftar Pustaka Uji Diri GLOSARIUM INDEKS BIODATA PENULIS Dattar Isi 201 201 204 205 206 207 208 209 209 211 213 213 218 222 225 226 227 231 232 236 242 245 249 255 257 © xiii ® DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 9.1 Tabel 10.1 Tabel 11.1 Tabel 11.2 Tabel 12.1 Tabel 12.2 Tabel 12.3 Tabel 12.4 Tabel 13.1 Tabel 14.1 Tabel 14.2 Berbagai Kriteria untuk Mengalokasikan Sumber Daya Kesehatan yang Langka Kemungkinan Kondisi Keuangan Kembali Pulih Setelah Sediakala Menggunakan Berbagai Strategi dalam Mengatasi Biaya Kesehatan yang Besar dengan Uang Sendiri Model Pembayaran Berdasarkan Bentuk Organisasi Perbedaan Logika Asuransi dan Logika Negara Sejahtera Informasi Pribadi yang Dikumpulkan Asuransi dalam Underwriting Karakteristik Berbagai Skema Asuransi Kesehatan Universal di Indonesia Perbandingan Model Pembiayaan Cakupan Universal Perbandingan Model Pembiayaan Campuran Nilai Median Kinerja Model Pembiayaan Universal Perbandingan Antar Analisis Ekonomi Contoh Perhitungan Biaya Fasyankes Primer Selama Setahun Perbandingan Metode Pembagian Biaya 5 135 160 167 168 184 188 191 192 203 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Hubungan Antara Pembelian Jasa dengan Jumlah Pembayaran 39 Gambar 3.2 Contoh Kurva Permintaan Asisten Dokter 41 Gambar 3.3 Pergeseran Kurva Permintaan Asisten Dokter karena Ekspektasi Harga Masa Depan 42 Gambar 3.4 Contoh Kurva Indiferen 43 Gambar 3.5 Kendala Anggaran 43 Gambar 3.6 Dua Buah Kurva Kendala Anggaran 44 Gambar 3.7 Persinggungan Kurva Indiferen dan Kurva Kendala Anggaran 45 Gambar 3.8 Kurva Permintaan x 46 Gambar 4.1 Berbagai Situasi Elastisitas Harga 53 Gambar 4.2 Pengaruh Kurva Permintaan Inelastik dan Elastik pada Harga Pasar dan Kuantitas Ekuilibrium 61 Gambar 4.3 Pengaruh Kurva Penawaran Inelastik dan Elastik pada Harga Pasar dan Kuantitas Ekuilibrium 63 Gambar 5.1 Teorema Sampul 70 Gambar 5.2 Situasi Persaingan Monopolistik 72 © xvii © Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 6.1 Gambar 6.2 Gambar 6.3 Gambar 6.4 Gambar 7.1 Gambar 7.2 Gambar 7.3 Gambar 7.4 Gambar 7.5 Gambar 7.6 Gambar 7.7 Gambar 7.8 Gambar 9.1 Gambar 9.2 Gambar 9.3 Gambar 9.4 Gambar 14.1 Gambar 14,2 “xviii = Ekonomi Kesehatan: Konsep, Efek Biaya pada LRAC 23 Situasi Disekonomi Ukuran 74 Situasi Pengembalian Konstan 3 Situasi Ekonomi Ukuran 6 Kurva Biaya 86 Surplus Produsen 88 Surplus Produsen dan Kerugian Mati 90 Implementasi dan Penghentian Kuota Produksi Rokok Amerika Serikat 92 Model Pasar dalam Kesetaraan 102 Model Pasar Bergerak dari Permintaan Berlebihan ke Kesetaraan 103 Model Pasar dari Penawaran Berlebihan ke Kesetaraan 104 Efek Relokasi Klinik ke Luar Kota 107 Efisiensi Alokatif 108 Eksternalitas Negatif dengan MSB = D 109 Situasi Eksternalitas Negatif dengan MSC = S 110 Eksternalitas Positif Wl Kurva Konsentrasi Konseptual Subsidi Pemerintah Berdasarkan Pelayanan Kesehatan dan Pendapatan 140 Kurva Konsentrasi Biaya Pencarian Pelayanan dan Kurva Lorenz Pendapatan Rumah Tangga di India 141 Kurva Konsentrasi Subsidi Pemerintah pada Pelayanan Kesehatan (Rawat Inap, Rawat Jalan, dan Total) dan Pendapatan pada Tahun 2002 dan 2007 pada Kawasan Urban dan Rural di Tiongkok 142 Sistem Pembiayaan Pelayanan Kesehatan 144 Grafik Partisipasi Kerja 13.391 Pasien Multiple Sclerosis Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit 219 Biaya Akumulatif Per i i ‘ Sclerosis nyakit Pasien Multiple 220 Teori, dan Aplikasi 1° KONSEP-KONSEP KUNCI EKONOMI KESEHATAN Public health care systems are confronted by scarce resources in attempting to satisfy the health needs of populations over time. (Suesse, 2018) pertukaran antara barang dan jasa antara konsumen dan produsen. Ekonomi dapat berlangsung di bidang kesehatan, maupun dalam bidang-bidang lainnya. Bab ini akan mengawali pembelajaran kita mengenai ekonomi kesehatan dengan mengeksplorasi konsep-konsep di seputar ekonomi kesehatan. Fz adalah sebuah bidang ilmu yang mempelajari tentang A. Barang Barang adalah output dari proses produksi yang melibatkan kombinasi dari berbagai sumber daya seperti tenaga kerja dan peralatan (Wiseman, 2011). Ada berbagai jenis klasifikasi barang dalam ilmu ekonomi. Secara khusus, dalam bidang ekonomi kesehatan kita mengenal adanya barang dosa (sin goods). Barang dosa adalah barang yang jika dikonsumsi menciptakan konsekuensi kesehatan yang negatif di masa depan (Immordino, et al., 2016). Contoh dari barang dosa adalah Junk food, rokok, alkohol, narkoba, dan perjudian. Kita juga mengenal 2 u barang yang ee barang q in orang tersebut dipis. 7 corse vigeccias = ee ar, Cowal ban ha dari proses a ceqedi pencermara dara ie a Lear tuk menghirup dan bernapas dengannya. Congo, nat ts web adalah mercusuar, informasi publik, dan aturan laly lain barang pu wi jika dikonsumsi tidak akan menghalangi orang prigaar mengonsumsinya. Hal ini saints a barang vat di mana konsumsi atasnya membuat orang !ain terhalang untuk 6 inya (Moon, et al., 2017). Berdasarkan kategori pubjix. a nn ada empat jenis barang yang dapat dihasilkan sebagai berikut_ (Moon, et al., 2017). 1. Barang privat, yaitu barang yang jika dikonsumsi akan menghilangkan kuantitas yang tersisa untuk dikonsumsi oleh orang lain dan menjadikan orang lain tidak dapat mengonsumsinya. Contoh barang privat adalah pil. 2. Barang umum, yaitu barang yang jika dikonsumsi tetap menyisakan kuantitas untuk dikonsumsi oleh orang lain, tetapi orang lain tidak dapat mengonsumsinya. Contoh barang umum adalah efikas) antibiotik. adanya barang publik, yait 3. Barang klub, yaitu barang yang jika dikonsumsi akan menghilangkan kuantitas yang tersisa untuk dikonsumsi oleh orang lain tetapi orang lain dapat mengonsumsinya. Contoh barang klub adalah pengetahuan yang dilindungi oleh paten. 4. Barang publik, yaitu barang yang jika dikonsumsi akan menyisakan kuantitas untuk dikonsumsi oleh orang lain dan orang lain dapat mengonsumsinya. Contoh barang publik adalah informasi publik dan akses terbuka pada penelitian publikasi. Berdasarkan pengeluaran umum, baran; jenis yaitu (Piipponen, 2017): 1. Barang normal, yaitu barang yan; semakin naik seiring pengeluarai barang normal adalah daging. Ada dua jenis barang normal, yaitu: a. Barang kebutuhan, yaitu barang di mana perubahan dalam Kuantitas yang diinginkan lebih kecil dari dari perubahan Juaran Contoh barang kebutuhan adalah a tea ig dapat dibagi menjadi dua 8 permintaan atasnya menjadi N seseorang juga naik. Contoh * Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi b. Barang mewah, yaitu barang di mana perubahan dalam kuantitas yang diinginkan lebih besar dari perubahan pengeluaran. Contoh barang mewah adalah daging kualitas nomor satu. 2. Barang inferior, yaitu barang yang permintaan atasnya menjadi semakin turun seiring pengeluaran seseorang naik. B. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) Transaksi muncul ketika keberadaan barang langka. Karena kelangkaan ini, sebagian memiliki barang sementara yang lain tidak memiliki barang tersebut. Jika orang yang tidak memiliki barang, ingin memiliki suatu barang, maka ia harus menukarkan barang miliknya dengan barang yang diinginkan tersebut. Manusia kemudian menciptakan uang untuk memfasilitasi pertukaran dengan mudah. Uang yang dimiliki kemudian dapat ditukarkan dengan barang yang diinginkan tersebut. Seperti barang, uang yang dimiliki orang juga terbatas, karena memang pada dasarnya, uang juga adalah suatu bentuk barang. Bagaimana jika kemudian seseorang memiliki keinginan atau kebutuhan lebih banyak dari jumlah uang yang ia miliki? Bayangkan jika ia memiliki Rp100.000,00 dan harus memilih untuk membeli dua barang yang tidak bisa dibeli kedua-duanya sekaligus karena keterbatasan dananya. Katakanlah kedua barang ini adalah barang A dan barang B. Jika ia membeli barang A, maka kesempatan untuk membeli barang B menjadi hilang, begitu juga sebaliknya. Secara ekonomi, barang B menjadi sebuah biaya kesempatan bagi barang A. Begitu juga, jika ia memutuskan membeli barang B, maka barang A menjadi biaya kesempatan, karena ia kehilangan kesempatan untuk membeli barang A. Biaya adalah sesuatu yang negatif bagi kepuasan. Ia adalah sesuatu yang ingin dihilangkan. Bersifat membebani dan mengurangi kepuasan. Itu mengapa kesempatan yang hilang ini disebut “biaya” kesempatan. Dalam bidang kesehatan, banyak hal bisa menjadi biaya kesempatan. Sebuah uji klinis terhadap pasien dapat menimbulkan biaya kesempatan bagi pasien tersebut untuk mendapatkan obat yang standar dan telah teruji efektivitasnya. Itu mengapa uji klinis harus memiliki justifikasi etis yang meyakinkan kalau pasien akan jauh lebih baik jika dirawat dengan uji klinis ketimbang menggunakan obat standar (Sanders, et al., BAB 1 Konsep-Konsep Kunci Ekonomi Kesehatan © 3 * ae mendanai uji medis atau intervensi tertentu, jy oie ar sso hilang. Biaya ini beri tan — Pemakaia, dana untuk intervensi tersebut, seandainya dana tersebut digunaka, untuk hal yang lain ketimbang untuk membiayai intervensi terseby; Jika intervensi kesehatan tersebut menggunakan dana Kementeria, Kesehatan misalnya, ada biaya kesempatan karena dana tersebut Bagel digunakan untuk aktivitas lain, misalnya untuk kegiatan seminar atay pembangunan infrastruktur kesehatan (Asaria, et al., 2015). Biaya kesempatan biasanya diukur dengan uang, tetapi tidak mest demikian. Dalam bidang kesehatan, biaya kesempatan dapat diukur dengan waktu atau kesehatan (Culyer, 2015). Pengenalan teknologi baru misalnya, dapat berkaitan dengan adanya biaya kesempatan berupa hilangnya kesehatan akibat tidak terawatnya beberapa penyakit karena anggaran dialihkan untuk membeli mesin baru. Tetapi mesin inj berpotensi meningkatkan kesehatan jauh lebih banyak orang ketimbang biaya kesempatan, sehingga diputuskan bahwa pembelian mesin tersebut adalah langkah yang bijak. C. Balok Bangunan Ekonomi Lainnya Saat ini kita telah mempelajari dua jenis balok bangunan ekonomi yaitu barang dan biaya. Berikut ini akan dijelaskan balok-balok bangunan ekonomi lainnya. 1. Produksi Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, barang adalah output dari proses produksi. Karenanya, produksi itu sendiri juga merupakan elemen penting dari ekonomi. Produksi adalah sebuah proses yang mengubah barang tertentu, yang disebut sumber daya, menjadi barang !ain- Kemampuan suatu pihak untuk melakukan produksi disebut kapabilitas produksi. Suatu masyarakat yang maju dan berkembang secara ekonom! ditentukan salah satunya oleh keanekaragaman kapabilitas produksi dari masyarakatnya (Fischer, et al., 2018). Ini artinya, suatu masy yang maju secara ekonomi memiliki an amp ggota yang hanya mampr nar satu barang dan ada juga yang mampu memproduks! yak barang. Anggota yang mampu memproduksi hanya satu barant kemudian menjadi Spesialis yang umumnya mampu menghasilkan satu barang saja, tetapi bermutu tinggi, Anggota yang mampu memproduksi banyak barang menjadi generalis yang menghasilkan berbagai jenis barang tetapi dengan kualitas yang rata-rata. Dalam hal ini, masyarakat ditawarkan bukan saja berbagai jenis barang, tetapi juga barang yang sama tetapi dengan berbagai derajat kualitas. 2. Ekonomi Untuk memahami apa itu ekonomi, kita dapat melihatnya dari definisi ilmu ekonomi. IImu ekonomi, secara sederhana, adalah ilmu yang mempelajari ekonomi. Jadi, jika kita melihat pada definisi ilmu ekonomi, kita juga dapat memahami apa itu ekonomi. Ada banyak pendapat mengenai definisi ilmu ekonomi. Berbagai definisi yang dapat ditemukan dalam literatur ekonomi antara lain sebagai berikut (Long, 2014). a. Marshall menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah “ilmu manusia dalam kehidupan bisnis sehari-hari; memeriksa bagian dari individu dan tindakan sosial yang paling dekat hubungannya dengan perolehan dan pemakaian syarat-syarat material atas kesejahteraan... Karenanya, di satu sisi ia adalah ilmu yang mempelajari kekayaan, sementara di sisi lain yang lebih penting, ia adalah ilmu yang mempelajari manusia.” Dari definisi ini, kita dapat memahami bahwa ekonomi adalah “aktivitas manusia, baik secara individu ataupun kelompok, dalam perolehan dan pemakaian syarat-syarat material atas kesejahteraan.” Inheren di dalam definisi ini adalah bahwa kesejahteraan memerlukan syarat. Syarat ini adalah syarat material dan syarat nonmaterial. Ekonomi berurusan dengan syarat material tersebut. Adapun syarat nonmaterial tidak termasuk ekonomi. Syarat nonmaterial ini misalnya agama, psikologi, dan sebagainya. b. Case, Fair, dan Oster mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai “ilmu tentang bagaimana individu dan masyarakat memilih untuk menggunakan sumber daya langka yang telah disediakan oleh alam dan generasi sebelumnya.” Dari sini, ekonomi berarti “aktivitas individu dan masyarakat dalam memilih untuk menggunakan sumber daya langka yang telah disediakan oleh alam dan generasi BAB 1 Konsep-Konsep Kunci Ekonomi Kesehatan © 5 ® sebelumnya.” Jika kita gabungkan dengan definisi sebelumnya, kita akan mendapatkan tujuan dari ekonomi, karena dalam definisi inj tidak disebutkan apakah tujuan dari ekonomi itu. Dalam definigi sebelumnya, tujuan ekonomi adalah memenuhi kesejahteraan, Jadi, jika kita gabungkan, definisi ekonomi menjadi “aktivitas yang dilakukan individu dan masyarakat dalam menggunakan sumber daya langka yang telah disediakan oleh alam dan generasi sebelumnya untuk memenuhi kesejahteraannya.” c. Colander mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai “ilmu tentang bagaimana manusia mengoordinasikan keinginan dan hasratnya, menggunakan mekanisme pengambilan keputusan, kebiasaan sosial, dan realitas politik masyarakat.” Dari definisi ini, kita ketahui bahwa ekonomi adalah “aktivitas manusia dalam mengoordinasikan keinginan dan hasratnya, menggunakan mekanisme pengambilan keputusan, kebiasaan sosial, dan realitas politik masyarakat.” Dari definisi ini sudah terkandung tujuan ekonomi, yaitu “memenuhi keinginan dan hasrat manusia.” Dari definisi ini juga, kita ketahui ada tiga mekanisme yang be mekanisme pengambilan keputu: sosial, dan mekanisme berb: rkaitan dengan ekonomi, yaitu san, mekanisme berbasis kebiasaan asis politik. Contoh mekanisme berbasis politik adalah pembuatan kebijakan-kebijakan seperti pajak, jaminan sosial, dan sejenisnya. Contoh mekanisme berbasis kebiasaan sosial adalah kontrak, Pembelian, penjualan, Pasar, dan sebagainya. Contoh pengambilan keputusan adalah Permintaan dan penawaran. Dapat dilihat bahwa banyak pem: ekonomi. Walau begitu, kita dapat menangkap bahwa dalam ilmu ekonomi pasti ada pembahasan tentang kehidupan bisnis, tindile tndakan yang berhubungan dengan bisnis, keinginan dat er : an- untuk memenuhi keinginan tersebut, dan efek-efeknya pada m: a jahaman Mengenai apa itu ilmu 3. Ekonomi Kesehatan ‘Walau kita dapat langsung menyatakan kalau e! ekonomi yang dilakukan pada bidang kesehat; yang lebih spesifik mengenai hal ini, Beber. sebagai berikut. konomi kesehata: ‘an, ada beberap apa definisi ini n adalah 2 definisi diuraikan © 6 = Ekonomi Keschatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi t Mushkin mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai “cabang ekonomi yang berurusan dengan pemakaian optimum sumber daya ekonomi langka untuk merawat orang sakit dan mempromosikan kesehatan, dengan mempertimbangkan berbagai pemanfaatan yang bersaing atas sumber daya ini” (Suesse, 2018). Definisi Mushkin termasuk yang tertua karena dibuat tahun 1958. Kobelt menyebut bahwa ekonomi kesehatan adalah “disiplin yang menggunakan konsep-konsep dan alat-alat ekonomi untuk membantu pengambil keputusan menentukan bagaimana cara terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka untuk meningkatkan kesehatan dan pelayanan kesehatan” (Levante dan Ronco, 2016). Bank Dunia mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai “studi mengenai bagaimana sumber daya yang langka dialokasikan di antara berbagai penggunaan alternatif untuk merawat orang sakit dan promosi, perawatan, dan peningkatan kesehatan, termasuk studi tentang bagaimana pelayanan kesehatan dan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan, biaya dan manfaatnya, serta kesehatan itu sendiri, didistribusikan antarindividu dan kelompok dalam masyarakat (Ferguson, 2017). Begg, Fischer, dan Dornsbusch mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai “ilmu tentang bagaimana masyarakat memutuskan apa, bagaimana, dan untuk siapa memproduksi pelayanan kesehatan” (de Teixera, 2017). Morris, Devlin, dan Parkin mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai “penerapan teori, model, dan teknik empiris dari bidang ekonomi pada analisis pengambilan keputusan individu, penyedia pelayanan kesehatan, dan pemerintah terkait bidang kesehatan dan pelayanan kesehatan” (de Teixera, 2017). Himakalasa (2015) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai “determinasi dan alokasi sumber daya pelayanan kesehatan”. Termasuk sumber daya kesehatan di sini adalah pasokan medis, personel, dan input modal. Definisi lain menyebutkan bahwa ekonomi kesehatan adalah “sebuah cabang ekonomi yang berurusan dengan masalah yang berkaitan, dengan efisiensi, efektivitas, nilai, dan perilaku dalam produk dan konsumsi kesehatan dan pelayanan kesehatan” (Seim, 2016). BAB 1 Konsep-Konsep Kunei Ekonomi Kesehatan 7 4. Konsekuensi yang Tidak Diinginkan dan Konsekuensi yang Tidak Diantisipasi a dibahas mengenai konsekuensi yang tidak g tidak diantisipasi (Funk, 2016). “\uaran yang tidak diantisipasi (Funk, 2016). Contoh dari n, seperti termasuk Dalam ekonomi, jug: diinginkan dan konsekuensi yan Konsekuensi yang tidak diinginkan adalah atau diharapkan dari tindakan yang diambil” konsekuensi yang tidak diinginkan adalah biaya kesempata yang telah dibahas sebelumnya. Setiap tindakan manusia, n tindakan ekonomi, selalu memiliki dampak yang tidak diantisipas! atau tidak diinginkan. Ada perbedaan antara dampak yang tidak diantisipast dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang tidak diantisipasi bersumber dari kegagalan, keridakpedulian, atau kebutaan ideologis. Dampak yang tidak diduga berasal dari pilihan rasional yang ternyata kurang lengkap (de Zwart, 2015). Suatu analisis ekonomi yang baik tentu meminimalkan adanya dua dampak ini dengan memperhitungkan berbagai macam kemungkinan. Sebagai contoh, cukup jarang dalam analisis ekonomi kita menemukan biaya kesempatan. Padahal, biaya kesempatan ini adalah bagian penting dari aktivitas ekonomi. 5. Kelangkaan Adanya aktivitas ekonomi dipi iam tidak langka, mal Sercat beviet ons a: merce te menggunakannya. Sering kali, semakin langka suata bar orang dapat semakin mahal barang tersebut. Hal yang sama j ree Soper sumber daya untuk produksi. Semakin langka socio periaka pada semakin mahal ongkos produksi, yang pada gilira a ae Wace harga barang yang menggunakan sumber daya fee semakin pula Konsep kelangkaan sangat penting dalam eko: : vteseue dalam beberapa definisi ekonomi. Ingat definisi c a“ yang mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai “ilm ase, Fair, dan Oster individu dan masyarakat memilih untuk men wcentang bagaimana langka yang telah disediakan oleh alam dan a Sumber daya eee ahli juga menyertakan konsep eifecreee sebelumnya » ekonomi kesehatan seperti Kobelt, Mushkin, dan Deke definisi ‘Unia di atas, ngga masuk 8 Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi Teknologi-teknologi pelayanan kesehatan pada umumnya mahal dan mengandung risiko investasi karena teknologi-teknologi ini menggunakan sumber daya yang langka (Levante dan Ronco, 2016). Ekonomi kesehatan akan berusaha mengidentifikasi penghematan- penghematan biaya kunci pada item-item tertentu agar dapat mengalokasikan sumber daya kesehatan yang langka tersebut (Stowers, etal., 2015). Ada banyak sekali hal langka dalam bidang kesehatan, terlebih di negara berkembang. Data termasuk barang yang langka di negara berkembang, sehingga sulit mendapatkan data yang akurat mengenai pelayanan kesehatan (Frew, et al., 2019). Begitu pula organ donor, ranjang rumah sakit pada saat wabah terjadi, dan pengganti sendi. Pada umumnya, orang akan mengutamakan yang sakit terlebih dahulu untuk mendapatkan prioritas. Prioritas lain yang dapat digunakan adalah daftar antrian atau prognosis (lihat Tabel 1.1). Sangat sedikit praktisi kesehatan akan memprioritaskan imbal balik, nilai instrumental, kontribusi uang, apalagi pengundian sebagai kriteria prioritas untuk seseorang agar mendapatkan tempat dalam situasi kelangkaan yang tinggi (Kriitli, etal., 2016). Karenanya, tidak heran kalau selain masalah ekonomi, analisis dalam ekonomi kesehatan juga membahas tentang tingkat keparahan penyakit, masalah antrian, dan prognosis. Tabel 1.1 Berbagai Kriteria untuk Mengalokasikan Sumber Daya Kesehatan yang Langka Prinsip | Deskri Pro Kontra Alokasi a = Hal yang Memprioritaskan Sudah jelas secara Mengabaikan paling sakit | yang paling sakit, intuitif, yang tersakit | prognosis pasca- pertama yaitu orang yang adalah yang terparah | perawatan paling membutuhkan perawatan pada satu waktu Daftar Mengalokasikan Kesetaraan Mengabaikan tunggu pelayanan sesuai kesempatan; tidak perbedaan dengan posisi individu | ada intervensi yang | antarindividu pada daftar tunggu. —_| terputus yang relevan; Disebut juga prinsip mengutamakan orang yang sehat; “datang pertama, dilayani pertama” rentan korupsi BAB 1 Konsep-Konsep Kunci Ekonomi Kesehatan _ pro Kontra "ie peskrips! Prinsip Tyelas secara intuitif, Tidak mempertim. Alokas! = ‘an Jela bangkan distrib, Memprioritaska" =| yelamatkan 4 si Prognosis rang yang memniliki aling banyak tahun | danjumlah | prognosis yang Fan kehidupan yang mendukung, Ya" diselamatkan berarti orang yan8 memiliki kemungkinan dan durasi kelane- sungan hidup yang tingsi 5 ings = Mendorong eava Alasan atas Peritaku | Memprioritaskan i" if individu diabaikan; Perilaku k hidup sehat; 3 orang yang tidal mendorong tanggung | konflik dengan hak terifpat dalam b individu asasi untuk bebas perilaku berisiko jawal yang menyebabkan masalah mereka atau memengaruhinya L secara negatif “ab 9 i Dapat mengakibet- Nilai Mempriaritaskan acai lebih han varvelewenany instrumental | orang-orang yang (renyelamatican.tebih | Xt fungsinya esensial banyak nyawa sistem untuk melayani secara mendasar; misalnya profesional kesehatan. Relevan pada saat pandemi Kombinasi | Skema alokasi yang Mempertimbangkan | Mendiskriminasi kriteria mencakup kombinasi sejumlah kriteria orang tua kriteria seperti yang relevan secara usia (lebih muda), moral; keadilan prognosis, dan undian | distributif yang layak be muda | Memprioritaskan Memprioritaskan Mengabaikan prinsio pertama orang muda atas yang paling parah; lainnya orang tua sulit dikorupsi Pengundian | Mengalokasi iti Kesempatan yang Buta pada medis sama; sediki . Secara acak pada ; sedikit faktor lainnya; | mereka yang Pengetahuan tentang | memperlakukan memerlukan kebutuhan pasien; semua orang | perawatan oon dilakukan; sama rata sering ; an terhadap justru berarti OFUpSi memperiakukan _ | diskriminasi - 10 Ekonomi Kesehatan: Keeewia. pansy | Alokasi ipsi Pro Kontra imbal balik | Memprioritaskan “| Keadilan bagi Memerlukan mereka yang pernah orang yang telah pertimbangan yang melayani masyarakat | memberikan kompieks secara sukarela di kontribusi di masa masa lalu talu Kontribusi Memprioritaskan Memudahkan sistem | Hanya mendukung moneter orang yang paling pelayanan kesehatan; | orang kaya; banyak memberikan mengurangi biaya; meremehkan kontribusi uang pada | mencerminkan solidaritas sosial; perawatan medis prinsip siapa yang membuat alokasi paling butuh, itu berdasarkan yang yang paling banyak paling parah itu lt membayar mustahil Sumber: Kriitli, et al., 2016 D. Kesimpulan Ekonomi muncul karena adanya kelangkaan pada barang. Barang-barang ini adalah syarat material bagi kesejahteraan manusia, baik karena kesejahteraan itu dibentuk oleh kebutuhan ataupun oleh keinginan. Ilmu ekonomi mempelajari aktivitas manusia dalam memperoleh maupun memakai barang-barang langka ini. Dari ilmu ekonomi dihasilkan berbagai konsep dan alat-alat untuk menganalisis ekonomi. Ilmu ekonomi kesehatan secara spesifik menyorot pada pemakaian ilmu ekonomi dalam menentukan bagaimana cara terbaik menentukan dan mengalokasikan barang-barang langka untuk meningkatkan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, ekonomi kesehatan bukan saja bersentuhan pada bidang ekonomi dan bidang kesehatan, tetapi juga bidang etika. E. Daftar Pustaka Asaria, M., Griffin, S., Cookson, R., Whyte, S., & Tappenden, P. (2015). Distributional Cost-Effectiveness Analysis Of Health Care Programmes - A Methodological Case Study of the UK Bowel Cancer Screening Programme. Health Economics, 24, 742-754. https://doi.org/10.1002/hec BAB 1 Konsep-Konsep Kunci Ekonomi Kesehatan 11 , Thresholds in Health Care. (Effectiveness , A Culyer, T 8 Te their Meaning and Use (No. CHE Resear, Bookshelf Gu! Paper). New York. |, M. (2017). In! de Teixera, ess try-specific data on the results e of coun! ; fluenc | oral anticoagulants in atrial i analysis of nove’ f cost-effecti" 7 : . olla Universidade de Lisboa. icipated 5) Unintended bur not unanticipated consequences de Zwart, F ee 4, 283-297. hnteps://doi.org/10.1007/s1 1196. Theoretic pees -9247-6 : + Shah, K, &e Buckingham, K. (2017). What is the Normative ar we selecting the Measure of ‘Average’ Preferences for Use in Social Choices ? (No. 17). Ferguson, M. (2017). Health Economics Outcomes Research and Evidence Strategies. In Managing Medical Devices within a Regulatory Framework (pp. 277-296). Elsevier. Fischer, B. B., Kotsemir, M., Meissner, D., & Streltsova, E. (2018). Patents {for Evidence-Based Decision-Making and Smart Specialization (No. 86). Frew, E., Brown, H., Goodman, A., Platt, M., Seidler, E., Spetz, J., & Mcintyre, D. (2019). Building an international health economics teaching network. Health Economics, 27(6). Funk, C. (2016). Recipient Perspectives of Privately Funded Aid in Tanzania. Royal Roads University. Himakalasa, W. (2015). (Public) Health Economics. Nakornpathom. Thailand: Mahidol University Immordino, G., Menichini, A.M.C., & Romano, M. G. (2016). Taxing and Regulating Vices (No, 434). Naples. “a temic ©, Tomblom, K. ¥., 8 Smieszek, T. (2016). Ho un dot Sern by le e Medical Resources: Ethical Argumentation 117), 0159086 hi st Professionals and Lay People. PLoS On Levante, C., & Ronco, C éo doi.org/10.1371/journal.pone.0159085 '~: (2016), The Imperative for Health Economic Assessment in A i https://doi.org/ ites a . Long, M. (2014). The Princi _ Changes to Methodologic Textbooks. Gore Schoo} les from Marshall to Mankiw: Histo c " . . ~ al Discussion in Introductory Econo™ of Business. 12 Eko: “Konomi Kesehatan: K, ‘onsep, Teori, d. Gan Aplikasi Moon, S., Rottingen, J.-A,, & Frenk, J. (2017). Global public goods for health: weaknesses and opportunities in the global health system. Health Economics, Policy and Law, 12, 195-205. https://doi. org/10.1017/S1744133116000451 Piipponen, J. (2017). Consumer demand for meat in Finland. University of Helsinki. Sanders, G., Neumann, P, Basu, A., Brock, D., Feen, D., Krahn, M., ... Ganiats, T. (2016). Recommendations for Conduct , Methodological Practices, and Reporting of Cost-effectiveness Analyses Second Panel on Cost-Effectiveness in Health and Medicine. JAMA, 316(10), 1093-1103. https://doi.org/10.1001/jama.2016.12195 Seim, B. S. (2016). Valuation of Novo Nordisk A/S - A focused pharmaceutical company. Norwegian School of Economics. Stowers, M. D. J., Lemanu, M. D. P, & Hill, A. G. (2015). Health economics in Enhanced Recovery After Surgery programs ‘conomie de la sante’ et programmes de Re ‘cupe’ ration rapide ‘s la chirurgie apre. Canadian Journal of Anesthesia, 62, 219-230. https://doi. org/10.1007/s12630-014-0272-0 Suesse, B. (2018). Cost-effectiveness of health system strategies for older patients with malnutrition presenting in hospital. University of Wollongong. Wiseman, V. (2011). Key Concepts in Health Economics. In L. Guinness & V. Wiseman (Eds.), Introduction to Health Economics (pp. 20-32). London: McGraw-Hill. F Uji Diri Sebelum melanjutkan ke Bab I], isilah latihan-latihan di bawah ini sesuai dengan perintah yang ada. 1. Berpikir Kritis Jawablah pertanyaan secara rinci disertai argumentasi yang relevan. a. Jelaskan empat jenis kategori barang berdasarkan kategori publik- privat! BAB 1 Konsep-Konsep Kunci Ekonomi Kesehatan 13 b. Jelaskan apa yang, dimaksud denga" piaya Kesempatan ( iin Cost)? ; Y ndapat Anda mengena! b diremukan 44 liveratur ekonomi? dg. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ekonomi Kesehatan? Apakah konseP kelangkaan berlaku jug dalam ekonomi kesehatanp Jelaskan! erbagai definisi yang da Pat 2. Penyelesaian Masalah Kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu PF dan kontra. Masing-masing kelompok mendiskusikan permas ahan berikut ini. Masalah: Kriteria untuk Mengalokasikan Sumber Day: at Lam 1 Daya Kesehi a. Kelompok 1 = PRO b. Kelompok 2 = KONTRA 14 Ekonomi i Kesehata in: Konsey Ps Teori, dan Aplikasi 3. Menulis Artikel Julis artikel dengan judul APLIKASI EKONOMI DALAM BIDANG KESEHATAN dengan menceritakan secara rinci implementasinya pada salah satu fasilitas pelayanan kesehatan sebagai berikut. a. b. c. d Klinik Puskesmas Apotek Rumah Sakit Penulisan artikel mengikut ketentuan berikut ini. Judul ditulis dengan jenis huruf Arial, 14 poin, ditulis dengan huruf kapital, bold, dengan spasi 1. Jumlah halaman maksimal 10 lembar, ditulis dengan jenis huruf Arial, 12 poin, dengan spasi 1.5, diketik rata kiri-kanan (justify). Judul tabel ditulis di atas tabel, sedangkan judul gambar ditulis di bawah gambar. Sumber tabel dan gambar wajib ditulis di bagian bawah. Daftar pustaka disusun secara abjad, 1 spasi dengan minimum 5 pustaka. Artikel ditulis pada; Kertas jenis HVS, putih polos, berat 70 gram, ukuran A4. Penempatan teks pada tepi kertas; kiri 4 cm, kanan, atas, bawah 3 cm. Penulisan nomor halaman menggunakan angka latin, diletakkan di pojok kanan bawah. BAB1 Konsep-Konsep Kunci Ekonomi Kesehatan 15 -2- EKONOMI MAKRO, GLOBALISASI, DAN KESEHATAN Globalization is defined as the acceleration of global economic, political, cultural, and environmental interconnectedness and interdependency over the past several decades, with different authors placing different starting times to it. (Colic-Peisker, 2017) berbeda negara yang dibawa oleh globalisasi membawa pada berbagai perubahan ekonomi, termasuk perubahan dalam ekonomi kesehatan. Globalisasi dan ekonomi makro menjadi sistem- sistem yang sangat luas yang melingkupi masyarakat saat ini (Sarpong, 2018). Hubungan-hubungan yang awalnya mudah dipahami, terbiasa, dan dapat dibandingkan dengan mudah menjadi semakin kompleks pada sistem yang sangat luas ini. Karenanya, kita merasa perlu untuk membahas ekonomi kesehatan dalam lingkup sistem yang luas ini. P= dalam berbagai sektor hubungan antar masyarakat A. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) PDB atau GDP (Gross Domestic Products) adalah besaran pendapatan total dari seluruh warga masyarakat di suatu negara. PDB merupakan indikator ekonomi total suatu negara. Jika nilai ini dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara, maka diperoleh pendapatan rata-rata setiap orang warga negara di negara tersebut. Lebih lanjut, dari PDB dapat 17 a diambil persentase tertentu yang dapat digunakan sebagai landasan untuk pengeluaran pemerintah. Secara global, pengeluaran pemerintah adalah sekitar 13% hingga 40% PDB di negara-negara berpendapatan rendah (McIntyre, etal., 2017). Pengeluaran ini dapat dialokasikan pada sektor tertentu. Analisis menunjukkan kalau setidaknya 5% PDB harus digunakan untuk sektor kesehatan agar suatu negara dapat maju dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (McIntyre, et al., 2017). Pengeluaran yang dimaksud di sini tidak secara eksklusif pada sektor kesehatan tetapi pada sektor-sektor yang menjadi determinan bagi kesehatan, baik itu determinan sosial maupun hak asasi manusia (Meheus dan McIntyre, 2017). Dengan adanya 3% PDB untuk kesehatan, pemerintah dapat mencapai target 23 profesional medis inti per 10 ribu populasi dan dengan lebih dari 5% PDB, pemerintah dapat menghasilkan 44 orang profesional medis inti per 10 ribu populasi (McIntyre, et al., 2017). Pembatasan pembayaran sendiri oleh pasien hingga maksimal 20% pengeluaran kesehatan total memerlukan 6% PDB, persalinan sebanyak 90% dilakukan oleh bidan terlatih memerlukan 5,5% PDB, dan imunisasi campak pada minimal 90% anak memerlukan 5,5% PDB (McIntyre, et al., 2017). B. Nilai Tukar dan Neraca Pembayaran Ketika membandingkan ekonomi antarnegara, maka konsep nilai tukar dan neraca pembayaran menjadi relevan. Nilai tukar adalah seberapa besar nilai dari mata uang suatu negara jika ditukarkan dengan mata uang negara lain. Nilai mata uang suatu negara dapat naik relatif terhadap nilai mata uang negara lain. Pada situasi ini, dikatakan bahwa mata uang tersebut mengalami apresiasi. Sebaliknya, jika mata uang tersebut mengalami penurunan nilai dibandingkan mata uang negara lain, maka mata uang tersebut mengalami depresiasi. Nilai tukar memengaruhi harga barang yang diperdagangkan antarnegara. Jika barang ini adalah barang kesehatan, maka tentu saja, hal ini dapat berdampak pada pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, jika mata uang rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar, maka harga beli barang kesehatan yang dibeli dari negara lain akan meningkat. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai tukar suatu mata uang sangat kompleks. Faktor-faktor ini ada di tangan para pedagang mata 18 +» Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi , ang di pasar uang. Walau bagaimanapun, para pedagang mata uang masing-masing mempertimbangkan faktor yang berbeda-beda untuk melakukan penawaran dan permintaan mata uang (Anzuini, et al., 2016). satu peristiwa, misalnya pengumuman dari kementerian keuangan, dapat menjadi faktor yang menentukan keputusan menaikkan atau menurunkan nilai mata uang. Begitu pula, bagi satu orang, mood atau emosinya, atau masalah keluarga, dapat membuat pedagang mata uang tersebut menahan atau melepas mata uang dengan harga tertentu. Walau bagaimanapun, nilai tukar secara keseluruhan adalah hasil gabungan dari berbagai penawaran dan permintaan para pedagang mata uang. Memang, jika digabungkan, maka jumlah faktor yang memengaruhi nilai tukar mata uang menjadi sangat banyak dan terus berubah sepanjang waktu. Akan tetapi, ada beberapa faktor umum yang dipegang oleh kebanyakan pedagang wang sebagai pegangan untuk memutuskan apakah akan menaikkan atau menurunkan nilai mata uang. Faktor ini bisa berupa faktor politik, faktor ekonomi, atau faktor teknologi. Faktor-faktor ekonomi yang menentukan nilai tukar disebut faktor fundamental ekonomi (Li dan Wang, 2017; Raza dan Afshan, 2017). Termasuk faktor-faktor fundamental ekonomi ini diuraikan sebagai berikut. 1. Indikator ekonomi negara. Indikator ini mencakup pasokan uang, pendapatan domestik bruto, inflasi, dan tingkat suku bunga- 2. Indikator ekonomi mata uang. Indikator ini mencakup pasokan mata uang dan volume transaksi. 3, Indikator aktivitas pasar. Indikator ini mencakup volume perdagangan dan volatilitas harga, yang tidak lain adalah variasi dari nilai tukar tersebut mata uang secara historis. Termasuk pula dalam indikator ini adalah suku perdagangan, yaitu rasio harga ekspor terhadap harga impor, dan keterbukaan perdagangan, yaitu jumlah impor ditambah ekspor dibagi dengan PDB. Aliran uang antarnegara diukur lewat neraca pembayaran. Pada neraca pembayaran, pembayaran ke negara lain disebut sebagai debit. Contoh debit adalah impor. Pemasukan atau pembayaran yang diterima dari negara lain disebut kredit. Contoh kredit adalah ekspor. Bagi investor dan pedagang internasional, neraca pembayaran dapat menjadi faktor penting untuk mengambil keputusan. Mereka melihat BAB 2 Ekonomi Makro, Globalisasi, dan Kesehatan 19 kinerja sebuah negara dari tingkat surplus atau defisit dari neraca pembayaran yang dimiliki negara tersebut (Smith, 2011). Karenanya, neraca pembayaran menjadi indikator bagi kapabilitas manajemen krisis dan struktur ekonomi suatu negara (de Oliveira, et al., 2018). Secara global, pengawasan terhadap nilai tukar dan neraca pembayaran dilakukan oleh IMF (International Monetary Fund). IMF mengamati dan memprediksi sistem keuangan global dan memberikan bantuan teknis dan keuangan jika diminta. IMF juga memberikan pinjaman pada negara-negara yang mengalami krisis neraca pembayaran yang akut seperti pada kasus India di pertengahan tahun 1991 dan Indonesia di tahun 1997 (Bose, 2019). Para peneliti telah mendesak agar ada transparansi yang lebih pada sistem keuangan global sehingga dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan milenium, yang salah satunya adalah di bidang kesehatan (O’Hare dan Makuta, 2015). Sejauh ini, sistem tersebut bukan hanya tertutup, tetapi juga ditunjukkan tidak mencukupi. Selain itu, ada tantangan untuk mengoordinasikan pemberian dan pengarahannya kepada masyarakat yang paling membutuhkan, sehingga pada gilirannya menghambat pencapaian kesehatan mendasar pada negara-negara yang paling memerlukannya (Pawar, 2017). C. Globalisasi dan Kesehatan Globalisasi telah membawa berbagai perubahan pada dunia kesehatan. Perubahan ini terjadi pada determinan-determinan ekonomi, ekologi, kelembagaan, dan sosio-kultural dari kesehatan. Walau begitu, perubahan ini tentunya tergantung pada konteks. Secara umum, perubahan-perubahan yang dibawa globalisasi pada bidang kesehatan antara lain (Espigares, 2016): 1. Meningkatnya jumlah perusahaan swasta asing yang menawarkan pelayanan kesehatan dan internasionalisasi asuransi kesehatan. 2. Peningkatan beban penyakit di negara miskin yang memerlukan analisis yang lebih mendalam mengenai kesehatan global, di mana risiko kesehatan di negara miskin dan kaya terlihat memiliki sebab- sebab dan konsekuensi global. 3. Meningkatnya keterlibatan sektor kesehatan dalam perdaganga” langsung barang dan jasa yang berkaitan dengan kesehatan 20 » Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi ye oy y salisanen f Sawidh, 2011), Pengeluaran farmasi Menjadi bagian penting dalam pengeluaran kesehatan di semua negara, Walau begitn, pengeluaran unt Derdedasbada babkan di antara negara berpendapatan tinggt sekalipun, Selain Darang juga terdapar peningkaran pelayanan kesehatan Vang diperdagangkan antarnegara, } feningkatnya mobilitas Konsumen Kesehatan seperti pasien yang pergi ke luar negeti untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Peningkatan mobilitas profesional tenaga kesehatan lintas negara. Profesional ini termasuklah dokter, ahli farmasi, dokter gigi, perawat, asisten dokter, dan teknisi laboratorium klinis. Misalnya Inggris telah melakukan rekrutmen perawat dari negara lain (Shafer, ef al., 2016; Maier dan Aiken, 2016). Sebagai hasilnya, banyak tenaga Kesehatan dari negara berpendapatan rendah mengalir ke negara maju untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Walau begitu, di sisi lain, rerdapat pula tenaga kesehatan dari negara maju yang mengalir ke negara berpendapatan rendah. Termasuk pula dalam kelompok ini adalah meningkatnya tenaga kesehatan sukarela lintas negara yang bekerja dalam jangka pendek, misalnya lewat program tertentu atau sebagai respons terhadap suatu bencana (Steele, et al., 2016). Penggunaan teknologi-teknologi baru seperti internet untuk memberikan pelayanan kesehatan lintas negara dan di daerah terpencil di suatu negara. Ponsel cerdas berpotensi meningkatkan luaran kesehatan pasien namun masih berhadapan dengan kendala struktural dari penerapannya (Dutta, et al., 2018). Karenanya, walaupun sudah ada banyak program kesehatan bergerak berbasis ponsel cerdas (mHealth), masih banyak kendala teknis, budaya, dan sosio-ekonomi dalam penerapannya, khususnya bagi penduduk miskin, marginal, dan perdesaan (Pitaloka, 2018). Pertumbuhan perdagangan, pemasaran, dan investasi yang berimplikasi pada kesehatan publik maupun efek kesehatan dari kesepakatan perdagangan global. Meningkatnya aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility) di bidang kesehatan oleh perusahaan-perusahaan farmasi multinasional di negara-negara berkembang sebagai bentuk investasi jangka panjang BAB 2 Ekonomi Makro, Globalisasi, dan Kesehatan © 21 tersebut di masa datang (Dutta, et a dengan meningkatkan kesehatan ekonomi dapat berkembang duk perusahaan tersebut dj guna perluasan pasar di negara al., 2018). Hal ini dicapai misalny: masyarakat secara langsung sehingga dan pasar dapat diciptakan bagi pro negara berkembang (Droppert dan Bennett, 2015). D. Ekonomi Makro dan Kesehatan Hal-hal yang dipelajari pada level ekonomi makro adalah hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat pada level yang sangat luas seperti negara dan dunia. Pada level ini, isu-isu penting yang mengemuka pada aspek kesehatan adalah berbagai kebijakan pemerintah. Kebijakan-kebijakan pemerintah diarahkan untuk membawa pada peningkatan luaran kesehatan masyarakat secara umum dengan pengeluaran serendah mungkin. Hal ini karena keyakinan bahwa kesehatan adalah hal mendasar yang diperlukan untuk menghapus kemiskinan dan mendorong pertumbuhan kesejahteraan masyarakat (Summers, 2015). Kebijakan-kebijakan ini misalnya kebijakan program imunisasi, distribusi antibiotik, suplementasi nutrisi mikro, dan sebagainya (Bloom, et al., 2019). Selain mempelajari masalah alokasi anggaran untuk sektor kesehatan, ekonomi makro kesehatan juga mempelajari biaya- biaya ekonomi global dari suatu penyakit. Hal ini dilakukan dengan mengukur biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung didasarkan pada memberikan nilai 1 DALY pada 1 tahun PDB (Pendapatan Domestik Bruto) per kapita untuk memperkirakan kerugian dari kehilangan produktivitas (Listl, et al., 2015). DALY adalah singkatan dari disability-adjusted life years (tahun hidup yang disesuaikan dengan disabilitas). DALY merupakan indikator dari keseluruhan beban penyakit. DALY diukur sebagai jumlah tahun yang hilang karena kesehatan yang buruk, kematian dini, atau kecacatan. Untuk memperoleh nilai kerugian produktivitas, DALY dikali dengan PDB per kapita. Sebagai contoh, untuk Indonesia, PDB per kapita tahun 2017 adalah 3.846,86 USD. DALY untuk kehilangan gigi di Asia Tenggara adalah 281.000 (Listl, et al., 2015). Karenanya, kerugian dari hilangnya produktivitas adalah: 3.846,86 x 281.000 = 1,08 miliar USD. Jika 1 USD = Rp14.219, maka gambaran ini menunjukkan 22 + Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi yalau jumlah kerugian dari kehilangan produktivitas akibat hilangnya oe masyarakat di Indonesia adalah sebesar Rp15,37 triliun. Tentu ekonomi negara akan lebih baik sebesar Rp15,37 triliun jika saja tidak ada warga masyarakat di Indonesia yang kehilangan giginya Hal ini baru menghitung produktivitas yang hilang karena kehilangan gig. belum penyakit-penyakit lainnya seperti misalnya kanker atau TBC. Dapat dibayangkan berapa besar penghematan yang dapat diperoleh jika seluruh masyarakat Indonesia terbebas dari beban penyakit. Selain DALY, juga terdapat konsep QALY (Quality-Adjusted Life years). QALY kurang lebih sama dengan DALY, hanya saja QALY mengukur berdasarkan kualitas hidup, bukan berdasarkan hidup yang bebas dari kesakitan. QALY diketahui dipengaruhi oleh keparahan dan durasi kondisi kesehatan dan sejumiah faktor lainnya (Pennington, et al., 2015). Sejalan dengan ini, menjadi mungkin pula untuk mengukur beban penyakit global. Banyak penelitian di bidang ekonomi kesehatan secara khusus mengukur tingkat beban global dari berbagai jenis penyakit. Penelitian pada kasus penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang memuncak di April 2003 dan selesai bulan Juli 2003 mengakibatkan beban ekonomi makro global sebesar 30-100 miliar USD. Walau hanya ada 10 ribu orang yang terjangkit dan hanya 10% yang meninggal, ada penurunan drastis pada perjalanan dan sektor pariwisata. Begitu pula, banyak industri yang mengumpulkan orang di tempat ramai seperti bioskop, restoran, dan retail juga mengalami penurunan pemasukan karena ketakutan masyarakat akan tertular SARS (Smith, 2011). Asumsi dari menyamakan 1 DALY dengan PDB rata-rata adalah karena PDB per kapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara dalam setahun. Sementara itu, 1 DALY merupakan hilangnya produktivitas selama satu tahun. Jadi, wajar jika | DALY dikalikan dengan PDB rata-rata penduduk. Sebagai contoh, PDB per kapita penduduk di Indonesia tahun 2017 adalah 3.846,86 USD atau setara dengan Rp54,7 juta per tahun. Ini setara dengan Rp4,6 juta sebulan, Jika seorang kehilangan satu tahun produktivitasnya, berarti ia kehilangan Rp54,7juta dalam satu tahun yang hilang tersebut. Dalam konteks intervensi, ada dua pendekatan untuk memperkirakan ambang batas efektivitas biaya. Kedua jenis pendekatan ini adalah (Woods, et al., 2015): BAB 2 Ekonomi Makro, Globalisasi, dan Kesehatan» 23 © 24 3 Pendekatan sisi permintaan, yaitu pendekatan yang berfokus pada pilihan dari populasi yang terpengaruh, yaitu seberapa may mereka membayar per satuan efek. Metode yang paling utama dalam pendekatan sisi permintaan adalah VSL (Value per Statistical Life—nilai per hidup statistik). VSL adalah seberapa besar seorang yang sakit atau cacat mau membayar agar dapat hidup produktif selama satu tahun lebih lama dari perkiraan (Bertram, et al., 2016). Adanya istilah “statistik” di sini mencerminkan bahwa ini hanya bersifat probabilitas (kemungkinan) semata. Pendekatan sisi penawaran. Pendekatan ini berfokus pada biaya kesempatan dari intervensi, yaitu biaya per satuan efek dari alternatif yang paling menguntungkan jika intervensi diimplementasikan. Ada dua metode utama dalam pendekatan ini. a. Metode berbasis PDB. Metode ini telah dibahas sebelumnya dalam contoh kehilangan gigi. Saat ini telah ada kesepakatan global lewat WHO-CHOICE (WHO-Choosing Interventions that are Cost-Effective) mengenai kriteria intervensi yang efektif biaya. Menurut WHO-CHOICE, intervensi dapat dibagi menjadi (Bertram, et al., 2016): 1) _Intervensi yang sangat efektif biaya, yaitu intervensi yang mencegah satu DALY menggunakan anggaran kurang dari rata-rata PDB per kapita. 2) Intervensi yang efektif biaya, yaitu intervensi yang mencegah satu DALY menggunakan anggaran kurang dari tiga kali rata-rata PDB per kapita. Kenapa tiga kali? Karena menurut perhitungan, setiap tahun hidup sehat seseorang dihargai sampai tiga kali pendapatan tahunan seseorang. Secara matematis bisa dilambangkan DALY = 3PDB = PDB + 2PDB. Pendapatan tahunan (PDB) digunakan untuk konsumsi pasar sementara nilai yang dua kali lipat itu (2PDB) digunakan untuk waktu bersantai saat tidak bekerja, efek panjang usia murni, dan rasa sakit dan penderitaan yang dihindari karena penyakit tidak datang (Robinson, et al., 2017). 3) Intervensi yang tidak efektif biaya, yaitu intervensi yang mencegah satu DALY menggunakan anggaran tiga kali atau lebih dari rata-rata PDB per kapita. Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi b. Metode berbasis PNB. Selain menggunakan PDB per kapita, estimasi biaya DALY dapat dilakukan menggunakan PNB dan pilihan aktual individu. PNB (Pendapatan Nasional Bruto) atau GNI (Gross National Income) atau diistilahkan juga dengan GDP (Gross National Product) adalah nilai aktivias ekonomi penghuni negara. Dibandingkan dengan PDB, PNB juga mencakup pendapatan yang diterima dari luar negeri dan mengeluarkan pembayaran yang dikirim ke luar negeri. PNB mencakup pula pendapatan atau konsumsi pribadi dan investasi serta pengeluaran pemerintah (Robinson, et al., 2017). Tingginya DALY mencerminkan tingginya beban penyakit di suatu negara. Dengan adanya penyediaan pelayanan kesehatan yang baik, jumlah DALY dapat direduksi dan masyarakat dapat lebih produktif. Hal ini diyakini akan mengurangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara (Lutz dan Kebede, 2018). Selain kesehatan, pemerintah suatu negara juga harus menjaga agar negaranya tidak terjebak dalam depresi. Depresi adalah situasi penurunan ekonomi yang berkelanjutan, lebih parah dari resesi (Smith, 2011). Pada situasi ini, masyarakat menjadi kurang mampu menjaga kesehatannya dan program kesehatan juga menjadi sulit akibat mahalnya harga barang. E. Penyakit yang Dapat Dikomunikasikan dan Tidak Dapat Dikomunikasikan Dalam studi ekonomi makro kesehatan, dibedakan antara penyakit yang dapat dikomunikasikan dan penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan. Penyakit yang dapat dikomunikasikan adalah penyakit-penyakit yang dapat dirasakan sendiri oleh seseorang dan dapat diberitahukan kepada petugas pelayanan kesehatan. Sebaliknya, penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan adalah penyakit-penyakit yang tidak dapat dirasakan sendiri oleh seseorang dan/atau tidak dapat diberitahukan kepada orang lain. Jika ia dapat dirasakan tetapi tidak dapat diberitahukan kepada orang lain, alasannya dapat beragam misalnya rasa malu, takut dengan hukuman sosial, dan sebagainya. Contoh penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan adalah penyakit kronis, seperti jantung, stroke, BAB 2 Ekonomi Makso, Globalisasi,dan Kesehatan © 25 + diabetes, kanker, hipertensi, diabetes, dan penyakit jiwa (Pitaloka, 2018). Penyakit-penyakit kronis yang tidak dapat dikomunikasikan saat ini menyebabkan 64% kematian di Indonesia (Schréders, et al., 2015), Beban ekonomi dari penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan terjadi jauh lebih besar lagi. Beban ekonomi global atas penyakit jiwa diproyeksikan melebihi 16 triliun USD pada tahun 2030. Beban ini adalah yang terbesar dari segala jenis penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan. Lebih dari separuh (55%) beban ini terjadi di negara berpendapatan tinggi (maju) (Davlasheridze, et al., 2018). F. Pengeluaran Pelayanan Kesehatan Pada umumnya, target pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terkait seberapa banyak anggaran harus dikeluarkan terbagi menjadi dua kelompok, sebagai berikut. 1. Pendekatan jumlah per kapita mutlak. Pendekatan ini mengalokasikan anggaran berdasarkan jumlah orang yang akan terkena dampak kebijakan. Semakin banyak jumlah penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan, semakin besar APBN dialokasikan untuk kesehatan. 2. Pendekatan target. Pendekatan ini mematok persentase anggaran pada satu besaran tertentu. Pendekatan target yang terkenal adalah target Abuja, yaitu target sebesar minimal 15% dari APBN. Target Abuja disepakati oleh negara-negara di Afrika untuk mengatasi masalah kesehatan di negara-negara mereka. Walau begitu, kesepakatan seperti ini sulit diimplementasikan karena setiap negara memiliki egoisme tersendiri untuk tidak ingin terpaku pada satu kesepakatan bersama antarnegara (McIntyre, et al., 2017). Saat ini, total pengeluaran pemerintah Indonesia untuk sektor kesehatan masih sangat rendah, hanya sekitar 3% dari PDB. Nilai ini masih lebih rendah dari rata-rata global yang mencapai 6,3%. Dari nilai ini, 40,54% adalah pengeluaran kesehatan pemerintah sementara 59,46% sisanya adalah pengeluaran kesehatan swasta (Hariyoga, 2017). Selain itu, 10% dari pengeluaran ini adalah untuk penyediaan obat-obatan (GBR, 2015). Walau begitu, ke depannya telah ada target untuk meningkatkan jumlah pengeluaran sektor kesehatan ini mencapai * 26 » Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi sedikitny2 5% (GBR, 2015). Menariknya, diketahui bahwa pengeluaran Kesehatan berkorelasi negatif dengan perilaku hidup ramah lingkungan (Lee, et al., 2017). Artinya, semakin sedikit pengeluaran kesehatan, semakin tinggi perilaku hidup ramah lingkungan. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai langkah antisipasi yang diambil secara mandiri oleh masyarakat. Dengan kata lain, jika memang tidak ada uang, usahakan jangan sampai sakit. Dari semua pengeluaran pelayanan kesehatan, hampir 2/3 nya dikonsumsi hanya oleh 10% dari seluruh pasien. Pasien-pasien paling mahal ini adalah pasien yang mengalami penyakit kronis. Tantangan utama untuk mereduksi pengeluaran yang dikonsumsi oleh pasien- pasien ini adalah bagaimana dokter bersama tim multidisiplinernya mendidik pasien, melakukan diagnosis dan merawat masalah kesehatan mental, membahas pilihan-pilihan perawatan secara eksplisit, mendorong kepatuhan obat pasien, dan mengantisipasi berbagai pengembangan penyakit (Emanuel dan Gudbranson, 2018). Hal ini karena sebagian kegagalan dalam manajemen penyakit pasien terletak pada tindakan atau kediaman individual, misalnya ketidakmampuan atau ketidakmauan mengikuti pesan pencegahan atau perawatan yang direkomendasikan (Pitaloka, 2018). G. Kesimpulan Globalisasi memiliki pengaruh besar pada ekonomi kesehatan masa kini seperti meningkatnya aliran tenaga kesehatan antarnegara, penggunaan teknologi-teknologi baru, peningkatan efek kesehatan dari pertumbuhan perdagangan lintas negara, peningkatan CSR dari perusahaan multinasional, dan sebagainya. Hal ini dikaji lewat ekonomi makro, yang berbicara tentang aspek-aspek ekonomi pada level negara. Termasuk dalam kajian ekonomi makro adalah bagaimana penyakit dapat mengakibatkan hilangnya produktivitas dan berapa besar nilai kerugian akibat hilangnya produktivitas tersebut. Karena itu, kalangan ilmiah dan lembaga supranasional seperti WHO berusaha membangun tif secara biaya untuk mendorong panduan intervensi yang efe! penghapusan penyakit-penyakit di dunia, baik penyakit yang dapat dikomunikasikan maupun yang tidak dapat dikomunikasikan. BAB2 Ekonomi Makro, Globalisasi, dan Kesehatan * 27 H. Daftar Pustaka Anzuini, A., Cecioni, M., & Neri, S. (2016). Determinants of the movements in the euro-dollar exchange rate during the sovereign debt crisis (No. 305), Bertram, M. Y., Lauer, J. A., Joncheere, K. De, Edejer, T., Hutubessy, R,, Kieny, P, Bertram, M. Y. (2016). Cost — effectiveness thresholds: pros and cons Use and misuse of thresholds. Bulletin of World Health Organization, 94, 925-930. Bloom, D. E., Canning, D., Kotschy, R., Prettner, K., & Schiinemann, J. J. (2019). Health and Economic Growth: Reconciling the Micro and Macro Evidence (No. 26003). Bose, S. (2019). A History of the Indian Economy in Asian and Global Contexts, 1810s-2010s. In T. Shiraishi & T. Sonobe (Eds.), Emerging States and Economies: Their Origins, Drivers, and Challenges Ahead (pp. 139-152). Singapore: Springer Open. Colic-Peisker, V. (2017). Globalization and Migration. In Global Encyclopedia of Public Administration, Public Policy, and Governance (pp. 1-7). Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319- 31816-5 Davlasheridze, M., Goetz, S. J., & Han, Y. (2018). The Effect of Mental Health on U.S. Country Economic Growth. The Review of Regional Studies, 48, 155-171. Retrieved from http://journal.srsa.org/ojs/ index.php/RRS/article/view/900/869 De Koning, K. (2020). How home equity can be used to fight a recession. AUS. case study (No. 99037). de Oliveira, A. C., Sokulski, C. C., Batista, A. A. da S., & de Francisco, A.C. (2018). Competencies for sustainability : A proposed method for the analysis of their interrelationships. Sustainable Production and Consumption, 14, 82-94. https://doi.org/10.1016/j.spc.2018.01.005 Droppert, H., & Bennett, S. (2015). Corporate social responsibility in global health: an exploratory study of multinational pharmaceutical firms. Globalization and Health, 11(15), 1-8. https://doi.org/10.1186/ $12992-015-0100-5 Dutta, M. J., Kaur-Gill, S., Tan, N., & Lam, C. (2018). mHealth, Health, and Mobility: A Culture-Centered Interrogation. In mHealth Innovation in Asia: Grassroots Challenges and Practical Interventions (pp. 91-107)- Dodrecht: Springer. © 28 * Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi Hmanuel, B),, & Gudbranson, Li (018), Does Medicine Overemphanize TQ? JAMA, 319(7), 051-042 hetpar//dolorg/ 10, 10017 Jama20l7 20111 Bspigates, J, (2016), Economic Inpact of Healthcare System: an Inter County Input-Output Approach, nl, Rune Spena & C, Mele (Bds,), Proceedings of 26th Annual RESER Conference (pp. 417447) Naples: RESER, GBR, (2015). Indonesia pharmaceuticals 2015, Jakaria, Harlya HW. (2017). Invest in Indonesia's Pharmaceutical Industry Economic Policy Packages XI Development of Healthcare Industries Pharmaceutical Industry. Lee, D., Kang, S., & Shin, J. (2017). Determinants of Pro-Environmental Consumption: Multicountry Comparison Based upon Big, Data Search, Sustainability, 9(183), 1-17, hetps://doi.org/10,3390/ su9020183 Li, X., & Wang, C. A. (2017), The technology and economic determinants of cryptocurrency exchange rates: The case of Bitcoin. Decision Support Systems, 95, 49-60. https://doi.org/10,1016/j.dss.2016,12,001 Listl, S., Galloway, J., Mossey, P. A., & Marcenes, W. (2015), Global Economic Impact of Dental Diseases. Journal of Dental Research, 94(10), 1355-1361. https://doi.org/10.1177/00220345 15602879 Lutz, W., & Kebede, E. (2018). Education and Health: Redrawing the Preston Curve. Population and Development Review, 44(2), 343-361. https://doi.org/10.1111/padr.12141 Maier, C. B., & Aiken, L. H. (2016). Expanding clinical roles for nurses to realign the global health workforce with population needs: a commentary. Israel Journal of Health Policy Research, 5(21), 2-5. https:// doi.org/10.1186/s13584-016-0079-2 McIntyre, D. 1., Meheus, F, & Rottingen, J.-A. (2017). What level of domestic government health expenditure should we aspire to for universal health coverage? Health Economics, Policy and Law, 12, 125-137, https://doi.org/10.1017/S17441331 16000414 Meheus, F, & Melntyre, D. (2017). Fiscal space for domestic funding of health and other social services. Health Economics, Policy and Law, 12, 159-177. https://doi.org/10.1017/S1 744133116000438 BAB 2 Ekonomi Makro, Globalisasi,dan Kesehatan © 29 = O'Hare, B., & Makuta, 1, (2015). An analysis of the potential toy achieving the fourth millennium development goal in SSA wit), domestic resources, Globalization and Health, 11(8), 1 9, Itps://doi org/10,1186/s 12992-015-0092-1 Pawar, M, (2017), Social Development: Progress So Far, In J, Midgley & M, Pawar (Eds,), Future Directions in Social Development (pp, 41.58), Berkeley, California: Palgrave Macmillan, Pennington, M., Baker, R., Brouwer, W., Mason, H,, Gyrd-Hansen, D., Robinson, A., & Donaldson, C. (2015). Comparing WTP values of different types of QALY gain clicited from the general public. Health Economics, 24(3), 280-293. https://doi.org/’ 10,1002/hec.3018 Pitaloka, D. (2018). The Use of Mobile Phones in Rural Javanese Villages: Knowledge Production and Information Exchange Among Poor Women with Diabetes. In E, Baulch, J. Watkins, & A. Tariq (Eds.), mHealth Innovation in Asia: Grassroots Challenges and Practical Interventions (pp. 49-68). Springer. Retrieved from http://nbn-resolving.de/ urn:nbn:de:]111-20171224146 Raza, S. A., & Afshan, S. (2017). Determinants of Exchange Rate in Pakistan: Revisited with Structural Break Testing. Global Business Review, 18(4), 1-24. https://doi.org/10.1177/0972150917692210 Robinson, L. A., Hammitt, J. K., Chang, A. Y., & Resch, S. (2017). Understanding and improving the one and three times GDP per capita cost-effectiveness thresholds. Health Policy and Planning, 32, 141-145. https://doi.org/10.1093/heapol/czw096 Sarpong, K. A. (2018). The Community of Cross Fit: An Ethnographic Inquiry. University of Toronto. Schroders, J., Wall, S., Kusnanto, H., & Ng, N. (2015). Millennium Development Goal Four and Child Health Inequities in Indonesia: A Systematic Review of the Literature. Plos One, 10(5), e0123629. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0123629 Shaffer, F A., Bakhshi, M., Dutka, J. T., & Phillips, J. (2016). Code for ethical international recruitment practices: the CGFNS alliance case study. Human Resources for Health, 14(Suppl 1), 31-37. https://doi. org/10.1186/s12960-016-0127-6 * 30 » Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi smith, R. (2011). Macroeconomics, Globalization and Health. In L Guinness & V. Wiseman (Eds.), Introduction to Health Economics (pp 34-47). London: McGraw-Hill. Steele, L. M., Mulhearn, T.J., Medeiros, K. E., Watts. L L., Connelly. S.. & Mumford, M. D. (2016). How Do We Know What Works’ A Revi and Critique of Current Practices in Ethics Training Ev Accountability in Research, 23(6), 319-350. https: dor.org/ 10.108) /08989621.2016.1186547 summers, L. H. (2015). Economists’ declaration on universal health coverage. The Lancet, 386(10008), 2112-2113 hteps://dor org/10.1016/S0140-6736(15)00242-1 Woods, B., Revill, P, Sculpher, M., & Claxton, K. (2016). Country-Level Cost-Effectiveness Thresholds: Initial Estimates and the Need for Further Research. Value in Health, 19, 929 935. https://dor org/10.1016/j,jval.2016.02.017 Worldometer. (2020). Coronavirus. Retrieved April 5, 2020, from hetps: www.worldometers.info/coronavirus/ 1. Uji Diri Sebelum melanjutkan ke Bab III, isilah latihan-latihan di bawah ini sesuai dengan perintah yang ada. 1. Berpikir Kritis Jawablah pertanyaan secara rinci disertai argumentasi yang relevan dapatan Domestik Bruto (PDB) atau GDP (Gross yang digunakan untuk sektor kesehatan agar ncapaian tujuan pembangunan a. Berapa persen Pen Domestic Products) suatu negara dapat maju dalam pe! berkelanjutan? b. Jelaskan faktor- uang suatu negara? c. Jelaskan perubahan-pe kesehatan! d, _ Jelaskan perbedaar QALY (Quality-Adjusted faktor apa saja yang memengaruhi nilai tukar mata rubahan yang dibawa globalisas: pada bidang n konsep DALY (Disability Adjusted Life Years) dan 4 Life Years)! Kesehatan u BAB 2 Ekonom Makro, Globalisasi, da e. Jelaskan beberapa pendekatan dalam Pengeluaran Anggaran Pelayanan Kesehatan! 2. Penyelesaian Masalah Kelas dibagi menjadi 2 (dua) kelompok. Masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan berikut ini. Masalah: diskusikan keunggulan dan kekurangan ekonomi makro dan globalisasi di bidang kesehatan. a. Kelompok 1 = EKONOMI MAKRO b. Kelompok 2 = GLOBALISASI 3. Menulis Artikel Tulis artikel dengan judul DAMPAK EKONOMI MAKRO DAN GLOBALISASI TERHADAP KESEHATAN dengan menceritakan secara tinci dampaknya terhadap beberapa hal berikut. * 32 = Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Nilai Tukar dan Neraca Pembayaran. Pengeluaran Anggaran Pelayanan Kesehatan. Penulisan artikel mengikut ketentuan berikut ini. Judul ditulis dengan jenis huruf Arial, 14 poin, ditulis dengan huruf capital, bold, dengan spasi 1. . Jumlah halaman maksimal 10 lembar, ditulis dengan jenis huruf Arial, 12 poin, dengan spasi 1.5, diketik rata kiri-kanan (justify). Judul tabel ditulis di atas tabel, sedangkan judul gambar ditulis di bawah gambar. Sumber tabel dan gambar wajib ditulis di bagian bawah. Daftar pustaka disusun secara abjad, 1 spasi dengan minimum 5 pustaka. Artikel ditulis pada; Kertas jenis HVS, putih polos, berat 70 gram, ukuran A4. Penempatan teks pada tepi kertas; kiri 4 cm, kanan, atas, bawah 3 cm. Penulisan nomor halaman menggunakan angka latin, diletakkan di pojok kanan bawah. BAB 2 Ekonomi Makro, Globalisasi, dan Kesehatan © 33 « 3 MODEL PERMINTAAN SEDERHANA According to law of demand, the price and quantity demanded has the inverse relationship while other factors are remained unchanged. (Deluna dan Maneja, 2016) termasuk ekonomi kesehatan, Permintaan pada dasarnya adalah seberapa besar keinginan konsumen atas suatu barang atau jasa. Permintaan adalah “hubungan antara jumlah suatu barang yang konsumen ingin dan mampu beli pada berbagai harga” (Wiseman dan Jan, 2011). Jika suatu barang atau jasa tersedia secara bebas, permintaan tidak akan menghasilkan harga karena permintaan tersebut segera terpenuhi. Ketika barang atau jasa tersebut terbatas, barang dan jasa tersebut memiliki harga. Sejalan dengan ini, permintaan pun akan berkaitan erat dengan harga. Secara umum, ketika harga barang itu meningkat, maka jumlah barang yang diminta akan menurun. Hal ini karena kesediaan konsumen untuk membeli barang tersebut menjadi menurun seiring meningkatnya ketidakmampuan untuk membeli barang. Karenanya, terjadi pula penurunan kuantitas barang yang diminta (Deluna dan Maneja, 2016). Permintaan perlu dianalisis dalam bidang ekonomi kesehatan karena dapat digunakan untuk memperkirakan reaksi dan perilaku Pens adalah sebuah konsep penting dalam ekonomi, ken aimana jika larga obat fertenn, yirakat atas kenaikan harga obay Muntaan juga perlu dianalisis karena pengetahuan tentan permintaan pelayanan kesehatan memungkinkan pengetahuan mer seberapa bernilai pelayanan kesehatan tersebut bagi masyaraka int pada gilirannya dapat membantu dalam kebijak obat-obatan (Wiseman dan Jan, 2011), honstmen. Sebagat contol, bay: dinaikhon, bayatniana reaksi me tersebut? 1 'wenal t. Hat an seperti subyiq) A. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan Permintaan muncul karena adanya keinginan dan kebutuhan dar} konsumen. Keinginan berbeda dari kebutuhan, Kebutuhan adalah Sesuatu yang objektif dan perlu dimiliki semua orang. Objektif artinya ia tidak tergantung pada individu serta berlaku secara univeral Pada semua orang. Keinginan adalah “kecenderungan tertentu yang dapat ditunjukkan pada hasrat atau pilihan atas sesuatu, apakah dinyatakan dalam kata-kata atau lewat perilaku nonverbal” (Korolev, 2015), | Keinginan merupakan sesuatu yang subjektif dan tergantung pada orang tertentu. Kebutuhan berangkat dari keinginan manusia untuk menghindari rasa sakit. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, maka manusia | akan merasakan kesakitan yang berada di luar kendali orang tersebut, Sementara itu, keinginan jika tidak dipenuhi tidak akan mengakibatkan kesakitan (Korolev, 2015), Secara teoretis, Korolev (2015) membedakan kebutuhan dan keinginan berdasarkan empat kriteria, yaitu sebagai berikut. 1, Observabilitas, yaitu level ketampakan sesuatu. Kebutuhan merupakan sesuatu yang tidak terlalu tampak, kecuali pada situasi benar-benar membutuhkan. Sementara itu, keinginan adalah sesuatu yang mudah untuk dilihat, 2. Variabilitas atau perubahan, yaitu tingkat perubahan sesuatu. Kebutuhan adalah sesuatu yang berubah dengan sangat Jambat. Orang dari zaman dulu sampai sekarang memiliki kebutuhan untuk kesehatan. Sebaliknya, keinginan adalah sesuatu yang berubah dengan cepat. Hari ini seseorang mungkin menginginka® makanan tertentu, sedangkan di keesokan harinya, ia tidak x menginginkannya, walaupun keinginan tersebut belum terpenuh. » 36 Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi 3. Kelembaman, yaitu sensitivitas sesuatu atas pengaruh luar. Kebutuhan adalah sesuatu yang tidak lembam. Pengaruh dari luar, misalnya nasihat dari teman, tidak akan menghilangkan kebutuhan akan obat-obatan. Sebaliknya, keinginan adalah sesuatu yang sangat lembam. Pengaruh dari luar seperti nasihat teman dapat mengubah keinginan seseorang dari awalnya ingin membeli kosmetik menjadi tidak ingin membelinya. 4. Kepuasan, yaitu emosi positif yang dihasilkan setelah mendapatkan sesuatu. Kebutuhan memberikan kepuasan konkret, yaitu kepuasan yang muncul karena kebutuhan tersebut benar-benar diperoleh. Keinginan, selain memberikan kepuasan konkret, juga memberikan kepuasan simbolik. Hanya dengan diberi tahu bahwa keinginan atas sesuatu akan terpenuhi suatu saat di masa depan, orang tersebut sudah merasakan kepuasan. Adanya keinginan dan kebutuhan membawa pada permintaan, tetapi adanya permintaan tidak berarti orang akan benar-benar membeli sesuatu. Sebagai contoh, ketika seseorang hanya bersedia membayar paling mahal Rp5.000,00 untuk sekeping parasetamol, maka jika parasetamol dijual dengan harga Rp7.000,00 per keping, tidak akan terjadi transaksi. Orang tersebut tidak bersedia membeli walaupun ada permintaan atas parasetamol dari orang tersebut. Karenanya, kuantitas yang diminta adalah jumlah yang sebuah rumah tangga bersedia dan mampu untuk membeli, bukan seberapa banyak mereka benar-benar membelinya (Wiseman dan Jan, 2011) Ketika besarnya biaya yang bersedia dan mampu dibayar oleh konsumen lebih besar daripada jumlah yang mereka benar-benar bayarkan ketika mereka membeli barang, maka dikatakan bahwa konsumen tersebut mengalami surplus konsumen (Wiseman dan Jan, 2011). B. Determinan Permintaan Dari gambaran di atas, menjadi jelas bahwa harga merupakan determinan utama dari permintaan suatu barang Walau begitu, ada sejumlah faktor lain yang turut memengaruhi permintaan suatu barany Pada umumnya, pengaruh faktor-laktor int digabungkan ke dalam persamaan permintaan, yartu: BAB 3 Model Permintaan Sederhana 7 Keterangan: {(...) = notasi stal P Y P P, T Demand = f (PY. P,P» 1) ndar matematis untuk menyatakan fungsi dari... = harga barang = pendapatan = harga barang pelengkap = harga barang pengganti = cita rasa atau pilihan Sejalan dengan persamaan di atas, maka determinan-determinan permintaan antara lain (Deluna dan Maneja, 2016): 1. 38 © Ekonomi Kesehatan: Konsep Harga barang. Pada umumnya, semakin tinggi harga barang, semakin rendah permintaan. Sementara itu, semakin murah harga barang, semakin banyak permintaan. Pendapatan dan distribusinya. Semakin meningkatnya pendapatan konsumen, semakin mampu konsumen membeli barang. Selain itu, pendapatan juga meningkatkan permintaan barang dan pelayanan tertentu. Berdasarkan pengaruhnya terhadap pendapatan, ada dua jenis barang: a. Barang normal, yaitu barang yang permintaannya semakin meningkat seiring meningkatnya pendapatan konsumen. Sebagai contoh, daging merupakan bentuk barang normal karena semakin meningkatnya pendapatan, semakin banyak orang membeli daging. b. Barang inferior, yaitu barang yang permintaannya justru semakin menurun seiring meningkatnya pendapatan konsumen. Contoh barang inferior adalah rokok daun. Semakin meningkatnya pendapatan, permintaan rokok daun semakin menurun. Rag mal a va dp brah sai ING Shag cool aps ede eae a, Ketika pendapatan aii is aaae ke Orang pintar” atau dukun. turut naik, pithoermicben tua naik, biaya berobat ke dukun jug normal. Walau begitu, pada laya berobat tersebut adalah barans , Satu titik, ketika orang sudah bena! Teori, dan Aplikasi benar mampu berkonsultasi dan berobat ke dokter atau rumah sakit, jumlah pembayaran tidak lagi meningkat. Hal ini karena biaya dukun menjadi barang inferior. Selanjutnya, yang menjadi barang normal adalah biaya berobat ke dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Gambar berikut merupakan gambaran grafik perubahan barang normal menjadi barang inferior. Income Inferior Goods Normal Goods Willingness to pay price 3.1 Hubungan Antara Pembelian Jasa dengan Jumlah Pembayaran Sumber: Phophirul, 2016 Gambar 3. Harga barang terkait. Ada dua jenis barang terkait dalam relasinya dengan harga dan permintaan suatu barang, sebagai berikut. a. Barang pengganti, yaitu barang yang jika dibeli, maka barang utama tidak perlu dibeli. Katakanlah ada dua barang, i dan j. Jika kuantitas permintaan barang j meningkat karena peningkatan harga barang i, maka barang j disebut sebagai barang pengganti. Contoh barang pengganti adalah rokok elektronik yang menggantikan rokok biasa. Jika suatu barang memiliki sedikit penggant!, maka barang tersebut cenderung memiliki permintaan yang tidak elastis. Artinya, perubahan ang tajam pada barang tersebut, tidak mengubah harga y ut. Hal ini karena banyak permintaan atas barang tersebi BAB 3 Model Permintaan Sederhans 4, Cita rasa dan perubahan pili juga dipengaru sebagai berikut. bh parasetamol, maka akan menurun. konsumen U berpendapatan rendah, bagi rokok biasa karena har dari rokok biasa. Barang pelengkap. yaitu baran dari barang utama. oat male rendah permintaan barang tersebut, dan begitu juga, semakin rendah permintaan atas barang utama. Katakanlah ada dua barang, i j meningkat, kuantitas permintaan barang barang j merupakan barang pelengkap (Piippo! han, Cita rasa dan peru hi oleh iklan, pertimbangan kesehatan, dan contoh, ketika seseorang mendadak alergi dengan permintaan orang tersebut pada parasetamol g yang dibeli Semakin tingg! j menurun, m nen, 2017). Faktor lain yang juga diketahui memengaruhi permintaan diuraikan Ekspektasi harga masa depan. Jika konsumen menduga bahwa di masa datang, harga suatu barang akan meningkat, maka konsumen dapat membeli barang dj masa kini sehingga tidak akan membeli barang dengan harga yang lebih mahal di masa depan. Ukuran dan penyusun populasi. Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak pula permintaan. Jika populasi stabil, maka akan 7 = orang ren semakin tua. Dalam kasus ini, semakin \yé rmintaan j i i Saaule enone - henson Se = permintaan terhadap pelayanan kesehatar. C. Kurva Permintaan Suatu kondisi permintaan dapat digambarkan dalam bentwk kurvé ruk kurva | yang menempat i ipatkan harga barang di sisi vertikal dan kuantitas barané di sisi horizontal iti na mtal. Setiap titik pada kurva akan menunjukkan koordinat | ‘ul coord! yang terdirt dari j Karena orl oe pada tingkat harga certent™ g akan semakin sedikit seiring meningkat"Y* 40, Ekonomi Kesel hatan; Ko: Konsep, Teori, dan Anlikasi Aplikasi harga, maka kurva akan berbentuk seperti seluncuran ke bawah yang menandakan kalau ketika harga tinggi, jumlah barang sedikit sementara ketika harga rendah, jumlah barang yang diminta banyak. Gambar 3.2 menunjukkan contoh sebuah kurva permintaan. p16,000,000 Rp 14,000,000 Rp12,000,000 Rp10,000,000 Rp8,000,000 Rp6,000,000 Rp4,000,000 Rp2,000,000 Rp- Gambar 3.2 Contoh Kurva Permintaan Asisten Dokter Sumber: pengembangan penulls Gambar di atas adalah contoh kurva permintaan asisten dokter di rumah sakit, Ketika gaji asisten dokter adalah Rp15 juta per bulan, rumah sakit hanya berani merekrut satu orang asisten dokter baru untuk rumah sakitnya. Ketika gaji asisten dokter per bulan standarnya adalah Rp12 jutaan, rumah sakit berani merekrut tiga orang. Ketika gaji itu turun lagi menjadi Rp6 juta per bulan, rumah sakit merekrut hingga tujuh orang. Saat gaji sebesar Rp3 juta per bulan, rumah sakit merekrut hingga sembilan orang asisten dokter. Dari ilustrasi di atas, ada perubahan satu nilai ketika nilai lain berubah, Hal ini disebut sebagai pergerakan. Pergerakan adalah perubahan satu nilai (harga atau kuantitas) ketika nilai lain berubah. h, ketika gaji asisten dokter berubah dari Rp15 juta Sebagai conto maka terjadi pergerakan kuantitas rekrutmen asisten menjadi Rp9 juta, dokter dari hanya satu orang menjadi tiga orang. Selain pergerakan, ada juga pergeseran. Pergeseran pada kurva permintaan terjadi ketika ada perubahan pada faktor-faktor determinan permintaan, Sebagai contoh, perubahan ekspektasi masa depan dapat BAB3 Model Permintaan Sederhana 41 taan dari awalnya pada : an pada kurva permin| : mengakibatkan Perea rah sakit hanya beran) merekrut satu 15 juta en —- Se ecal sakit menduga tahun depan gaj! —_ dokter ae i i ilih merekrut dua orang ada lebih mahal lagi, maka rumah sakit memi f pals aa Rp15 juta. Pergeseran dapat diamau pada Gambar 3.2 di bawah, di mana kurva A bergeser menjadi kurva B. Rp18,000,000 Rp16,000,000 Rp14,000,000 Rp12,000,000 Rp10,000,000 Rp8,000,000 Rp6,000,000 . | | Rp2,000,000 4 | Rp- | Se oo = > 23 4 5 6 7 8 Rp4,000,000 Gambar 3.3 Pergeseran Kurva Permintaan Asisten Dokter karena Ekspektasi Harga Masa Depan Sumber: pengembangan penulis D. Kurva Indiferen Kurva indiferen adalah kurva kombinasi dua barang ketika seseorang tidak mengalami perubahan utilitas karena kombinasi dari dua barang tersebut. Gambar berikut adalah contoh sebuah kurva indiferen dari seorang konsumen. Dalam kurva ini, konsumen yang membeli 5 buah _ Y dan 3 buah barang X memiliki utilitas yang sama denga” nsumen yang membeli 2 buah barang Y dan 6 buah barang X. Artiny@ . facet ps sacsit pada setiap titik di kurva indiferen, konsumen merasakan utilitas y208 | sama dari kombinasi dua barang (Wiseman dan Jan, 2011) 4, esehatan: Konsep, Teori, dan 2 Ekonomi Kesehatan: Kon Teori, d Aplikas 5 Units of ¥ D1 3 6 Units of X Gambar 3.4 Contoh Kurva Indiferen Sumber: pengembangan penulis Kita kemudian dapat melakukan analisis lebih dalam pada kurva indiferen. Misalkan kita memiliki kendala anggaran berupa pendapatan sebesar Rp40 juta, sementara harga X adalah Rp4 juta dan harga Y adalah Rp2 juta. Pada situasi ini, kita dapat menggunakan vang Rp40 juta tersebut untuk membeli 10 buah barang X atau membeli 20 buah barang Y. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut. 20 Units of Y 10 Units of X Gambar 3.5 Kendala Anggaran umber pengembangan penulis BAB 3 Model Permintaan Sederhana 43 Rp2 juta per buah, maka ak dari sebelumnya, membeli 20 buah X, konsumen dapat , i Rpdo juta, kon! reine 2 on one bush x seperti sebelumnya- Kurva art - ek = os dian bergeser menjadi kurva kendal 7 nes ’ Oe ) seperti ditunjukkan pada Gambar i jadi Jika harga X turun dari Rp4 juta menja (garis putus-putus, 4 Units of ¥ 5 io (5 20 Units of X Gambar 3.6 Dua Buah Kurva Kendala Anggaran Sumber: pengembangan penulis Konsumen kemudian akan berusaha mendapatkan titik pada kurva indiferen dengan kendala anggaran yang ada. Hal ini karena adanya # prinsip peluruhan utilitas marginal. Prinsip peluruhan utilitas marginal menyatakan kalau semakin banyak barang yang dikonsumsi, semakin sedikit penambahan kepuasan yang diperoleh konsumen. Konsumea tidak ingin menghabiskan seluruh anggarannya untuk membeli X dat meninggalkan Y. Begitu juga, ia tidak ingin menghabiskan selurult ee untuk membeli Y tanpa membeli X. Ia akan mencatt itik di mana kombinasi j ji yang optimal desgin be vale jumlah X dan Y menghasilkan situs onesnial ca endala anggaran yang ia miliki. Hal ini disebUt mst optimum, Secara grafik, hal inj tBBeael ts : grafik, hal ini berarti konsumen berusalt# i titik Persinggungan antara k indi { anggatan. Hal ini digamberkan ‘a kurva indiferen dan kurva kendal# arkan pada Gambar 3.7 berikut. | | j } 44 ‘onomi Ekonomi Kesehatan: Konsep, Teori dan Aplikasi dan Aptikasi ’ Units of ¥ 5 10 15 20 Units of X Gambar 3.7 Persinggungan Kurva indiferen dan Kurva Kendala Anggaran ‘Sumber: pengembangan penulis Pada gambar di atas, titik konsumsi optimum pada saat biaya satuan X adalah Rp4 juta adalah A dan titik konsumsi optimum pada saat biaya satuan X adalah Rp2 juta adalah B. Pada titik A, konsumsi optimum adalah membeli 6 buah X sementara pada titik B, konsumsi optimum adalah dengan membeli 10 buah X. Kedua nilai untuk satuan X ini dapat digunakan untuk membuat kurva permintaan dengan dua data, yaitu A di mana harga Rp4 juta, kuantitas sebesar 6 buah, dan data Bdi mana harga Rp2 juta permintaan menjadi 10 buah. Perubahan ini terekam pada kurva permintaan X pada Gambar 3.8 berikut. BAB3 Model Permintaan Sederhana 45 Rp4,500,000 Rp4,000,000 | Rp3,500,000 = Rp3,000,000 ~ Se, Rp2,500,000 + an oe | p2,000,000 © Rp1,500,000 | Rp1,000,000 | | Rp500,000 Re + Gambar 3.8 Kurva Permintaan x Sumber: pengembangan penulis E. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, diketahui bahwa walaupun terkesan sederhana, konsep permintaan memiliki pengembangan yang kompleks. Permintaan adalah “hubungan antara jumlah suatu barang yang konsumen ingin dan mampu beli pada berbagai harga” (Wiseman dan Jan, 201 1). Konsep ini berkaitan bukan saja dengan satu barang dan sebuah rentang harga, tetapi juga mencakup berbagai determinan seperti cita rasa, harga barang pengganti, harga barang pelengkap, pendapatan, dan faktor lainny* Ta juga berkaitan dengan kesediaan seseorang untuk membayar svat — serta memungkinkan konsumen untuk mendapatkan surplus ari selisih pembayaran yang sesungguhnya dengan kebersediaan da" kemampuan konsumen dalam membayar. 46 E hat kas konomi Kesehatan: Konsep, Teori, dan Aplikasi s

You might also like