Professional Documents
Culture Documents
Pelayanan Aseptic Dispensing
Pelayanan Aseptic Dispensing
Dari aspek keselamatan pasien (patient safety), dispensing sediaan steril merupakan
pelayanan yang penting untuk dilakukan oleh Instalasi Farmasi. Umumnya sediaan
steril diberikan secara intrave-na. Kita mengetahui bahwa obat yang diberikan secara
intravena langsung masuk ke sirkulasi darah, sehingga jika ada kesalahan atau
ketidaktepatan dalam penyiapan ataupun dalam pemberian obat tersebut, dapat
berakibat fatal bagi pasien. Selain itu risiko infeksi nosokomial mungkin terjadi akibat
kontaminasi mikroorganisme jika dispensing sediaan steril tersebut dilakukan tanpa
fasilitas yang sesuai standar.
Terkait standar JCI yang melarang Kalium Klorida (KCl) pekat berada di ruang rawat,
satelit di CMU 2 memproduksi sediaan KCl yang sudah diencerkan yang
disebut Premixed KCl solution. Saat ini disediakan 5 macam: KCl 12,5 meq, KCl 25
meq dan KCl 50 meq, masing-masing di dalam cairan NaCl 0,9% 500 ml, KCl 50
meq dalam NaCl 0,9% 100 ml dan KCl 10 meq dalam KaEn1B 500 ml. Jika
dibutuhkan campuran yang berbeda dari sediaan premixed KCl standar, satelit tetap
melayani permintaan khusus dengan jadwal: pukul 08.00 s/d 19.00 untuk Senin-
Jumat, serta pukul 09.00 s/d 15.00 untuk Sabtu/Minggu/Hari Libur.
Beberapa obat suntik serbuk yang harganya mahal dibuat oleh produsen dalam
kemasan hanya untuk dosis orang dewasa, padahal pasien bayi/anak hanya
membutuhkan dosis yang jauh lebih sedikit. Obat suntik setelah dilarutkan tidak stabil
dalam jangka waktu lama, akibatnya sisa obat harus dibuang dan tentu saja ini berarti
biaya pengobatan menjadi mahal. Pelayanan Pengemasan Kembali (Repacking) Obat
Suntik di Instalasi Farmasi memberikan solusi terhadap masalah ini. Melalui
proses repacking dengan teknik aseptik, obat suntik serbuk dapat dibagi-bagi menjadi
dosis yang lebih kecil se-suai kebutuhan pasien sehingga dapat menghemat biaya
penggunaan obat.
Aseptik Dipensing
November 27, 2011 by fathelvi
Penyiapan produk dengan prinsip teknik aseptic yang tepat dan berkualitas.
berkualitas artinya tepat dan aman. adanya aseptic dispensing menjamin produk
parentral bebas dari kontaminasi mikroba/ tidak mengandung mikroorganisme.
Teknik aseptic harus MENJAMIN sedian steril farmasi itu : TEPAT& AMAN (bebas
kontaminasi mikroba)
Sterilisasi suatu keadaan dimana suatu produk/sediaan dirancang aman dan steril,
bebas dari mikroorganisme hidup (artinya semua mikroorganisme hidup itu mati)
– Panas basah
Menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0 C, tekanan 15 lbs selama 12 menit.
Ini banyak digunakan untuk alat-alat gelas, larutan-larutan,dan banyak dipakai dalam
dunia kesehatan.
Prinsipnya adalah dengan cara mendestruksi mikroorganisme dengan menggunakan
uap jenuh pada tekanan tinggi sehingga protein mikroba terkoagulasi.
Bisa jg dengan pemanasan mengunnakan bakterisid dan perebusan (tapi perebusan
tidak membunuh spora, jd dilakukan dlm keadaan darurat saja)
– UV
Digunakan untuk steriliasi udara…
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di
udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan
secara eksklusif pada 253,7 nm
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom
dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya
keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika eksitasi dan
perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme
atau metabolit utamnya, organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh
utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan
lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang panjang.
2. Kimia
– Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk
mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir
jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan
harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan
protein ketika disterilkan dengan etilen oksida
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau
gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen
oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel
Gas : etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin
– Cairan kimia : alkohol 70%, fenol 5%.
3. Radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA
dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan
atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang
digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil
(sinar α dan β)
Teknik Aseptik :
Teknik aseptic disiapkan untuk mencegah masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
komponen steril.
Standar Aseptik Dispensing :
1. Ruangan steril yang terpisah
2. Laminar air flow atau clean classroom 100
3. System kualitas steril (adanya HEPA filter)
4. Biological Safety Cabinet
5. Adanya program jaminan mutu
Persyaratan untuk proses aseptic :
1. Fasilitas dan ruangan/ lingkungan udara yang bebas dari kontaminasi mikroba
bebas dari lalu lintas banyak orang
2. adanya tenaga yang terlatih
memahami konsep teknik aseptic dispensing
adanya pelatihan iv admixture
adanya pelatihan penyiapan obat sitostatika
adanya peltihan penyiapan TPN
ruangan steril :
– service room/ruang pelayanan
– ruang bersih (clean room)
– ruang steril
prosedur ASEPTIS :
– No Touch technic
– Hindari keluar masuknya tangan begitu sering ke LAF
– Hindari batuk selama di LAF
– Hindari tumpahan cairan di LAF
komplikasi pemberian iv :
– thrombosis terjadinya bekuan darah
– emboli udara adanya emboli udara bisa sampai ke jantung
– hipersensitifitas
– phlebitis terjadinya radang di tempat disuntikkannya iv
– adanya over dose obat dan cairan
– adanya sepsis infeksi sistemik, paling bahaya dan menakutkan!
tanggung jawab farmasis dalam aseptic dispensing :
1. kebenaran zat-zat yang dikandung dalam suatu sediaan farmasi
2. kemurnian zat
3. kekuatan
4. sterilitas
5. wadah
6. label
7. tepat pasien
IV ADMIXTURE
iv admixture adalah : proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril,
menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk pemberian secara intravena
iv admixture : dilakukan dengan teknik aseptic
Kegiatan iv admixture :
– Melarutkan obat-obat serbuk kering steril
– Menyiapkan suntikan iv dalam 1 vial atau 1 ampul ke dalam syringe ataupun
kantong infuse
– Menyiapkan suntikan iv dalam beberapa vial ataupun beberapa ampul yang sama ke
dalam kantong infuse
–
Layanan farmasi Iv admixture :
– Obat sitostatika
– Nutrisi parentral
– Antibiotika
– Analgesic
– Anti jamur
– Antivirus
– Dll
Label iv admixture :
– Nama pasien, no MR, no ruangan
– Nama obat dan jumlah yang ditambahkan
– Nama obat dan jumlah larutan obat
– Volume sediaan akhir larutan
– Tanggal dan waktu pemberian
– Kecepatan infuse rata-rata
– Tanggal kadaluarsa
– Petugas yang bertanggungjawab
– Instruksi khusus
Dispensing :
Dokter order utk 24 jam disiapkan dan harus segera diberikan jika memang harus
disimpan, maka disimpan dalam lemari es sebaiknya selama 24jam
Jaminan Mutu :
1. Kalibrasi alat
2. Teknik dispensing
3. Label dan pencatatan order obat
4. Pemeriksaan selama transportasi : apakah ada yang pecah, tumpah, label terlepas
5. Penyimpanan : hindari dengan pembekuan, harus diperhatikan
6. Pemeriksaan komponen sebelum dispensing : diperhatikan label, tanggal
kadaluarsa, ada endapan atau tidak, tanggal kadaluarsa
Kecepatan Pemberian iv :
PENTING untuk ditentukan. Karena BAHAYA jika terjadi endapan akibat
pemberian iv yang terlalu cepat!
Ketercampuran/Kompatibility :
Memahami sifat dasar obatnya gimana, konsentrasi obat, pH larutan obat, suhu,
wadah obat
Penanganan Sitostatika
Obat-bat sitostatika :
– Alam (golongan vinkristin, vinca alkaloid) diberikan dengan IV, jika dengan IT
dapat kematian, jika dengan IC atau Im dapat menyebabkan iritasi
Vinkristin : Nefrotoksik, kekakuan/kram otot, gangguan gastrointestinal,
trombositopenia, anemia, leucopenia, ocular toksisitas (gangguan kebutaan),
konstipasi, pendarahan, sesak nafas
Penanganan Sitostatika :
– Alat untuk melindungi petugas
– Area penyimpanan
– Alat untuk menyiapkan obat sitostatika
– Petugas yang terlatih
– Penanganan terhadap tumpahan sitostatika lokalisasi
– Penanganan terhadap limbah incinerator suhu 10000C
– Transportasi
– Pemeriksaan kesehatan petugas
– Jaminan mutu
Jaminan mutu :
– Monitoring/validasi petugas (seleksi, pendidikan, pelatihan)
– Monitoring lingkungan
– Dokumentasi kecelakaan
– Tes produk akhir
– Sampling
– Jadwal pemeliaharaan
Peranan farmasis :
Absolute : penyediaan, penyimpanan, pemberian, quality control, stock
Potential : mengawasi order TPN, konsultan TPN, identifikasi interaksi TPN dengan
obat, identifikaso ESO TPN
Penyimpanan TPN :
1. Pada suhu 2-6 0C
2. Lemati Es harus rutin dikalibrasi
3. Zat2 yang mengandung lemak, tidak boleh disimpan di suhu ruanga
Konsep Aseptik
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Aseptik
1. Pengertian
serangan dan penyebaran infeksi pada luka didasarkan pada prinsip teknik
aseptik. Aseptik berarti tidak adanya pathogen pada penyakit. Teknik aseptik
Bedah :
a. Aseptik medis.
Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk
juga sebagai teknik bersih. Mencuci tangan, mengganti lien ditempat tidur dan
menggunakan cangkir untuk obat merupakan contoh Aseptik Medis. Salah satu
diterapkan saat kita merawat individu yang rentang terhadap infeksi, misalnya
medical asepsis sebagai upaya untuk menghindari transfer kuman dari pasien ke
perawat, dari perawat ke klien, dari perawat ke perawat lain atau petugas
kesehatan lain, atau dari satu klien ke klien lainnya. Suatu obyek dikatakan
terkontaminasi bila obyek tersebut menjadi tidak steril atau tidak bersih. Dalam
medical asepsis suatu area atau obyek dikatakan terkontaminasi jika terdapat
atau obyek dicurigai mengandung kuman pathogen, misalnya bedpan yang telah
dipakai, lantai, dan kassa basah yang telah dipakai. Mata rantai infeksi yang
paling mudah untuk diputus adalah cara penularan. Dalam lingkungan
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas
dibawah air mengalir. (Larson, 2002). Oleh karena itu, mencuci tangan menjadi
peralatan. Mencuci tangan yang kurang tepat menempatkan baik pasien dan
tenaga perawatan kesehatan pada resiko terhadap infeksi atau penyakit. Tenaga
dan Klebsiella secara langsung kepada hospes yang rentan, yang menyebabkan
infeksi nosokomial dan endemik di semua jenis lingkungan pasien. Pada saat
dari mencuci tangan karena mereka dapat dengan cepat dipindahkan melalui
tangan kecuali disingkirkan dengan gesekan mekanik dan sabun dan dicuci
dengan air. Adapun peralatan yang digunakan untuk mencuci tangan adalah
sebagai berikut :
1. Sabun.
kesehatan yaitu :
1) Sabun biasa.
bahwa zat-zat kimia tersebut tetap tinggal dikulit untuk tetap membunuh
emulsi, maka pada umumnya digunakan sebagai alat pembersih yang baik
sabun batangan, maka sabun tersebut tidak boleh dilepas dari tangan
yang baik adalah yang tidak memungkinkan ada sisa air tergenang,
2. Orangestick (tusuk kuku yang terbuat dari kayu jeruk). Alat ini digunakan
kuku lecet. Namun jika kesehatan dan kebersihan kuku sudah terpelihara
baik, cara membersihkan seperti ini tidak perlu lagi, kecuali jika keadaan
tertentu mengharuskan.
3. Air yang mengalir pada wastafel. Mencuci tangan lebih baik dilakukan
dengan air yang mengalir pada wastafel, dan kerannya ditutup dan dibuka
tidak dengan tangan, maka membuka dan menutupnya haruslah dengan lap
5. Keranjang sampah.
tubuh, membran mukosa, kulit yang tidak utuh, atau objek yang mati yang
mungkin terkontaminasi)
mikroba)
kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama (Garner dan Favero,2000). Larson dan
Lusk (2002) telah menemukan bahwa perawat yang mencuci tangannya 8 kali
mereka. Prosedur mencuci tangan menurut Perry, Potter (2005) adalah sebagai
berikut :
a) Dorong ke atas jam tangan dan lengan baju seragam yang panjang dia
goresan atau terpotong pada kulit dan kutikula. Laporkan adanya lesi bila
d) Berdiri di depan bak cuci, jaga agar tangan dan seragam anda tidak
e) Alirkan air. Tekan pedal kaki dengan kaki untuk untuk mengatur aliran
dan suhu air. Tekan tangkai pedal ke arah lateral untuk mengontrol aliran
dan suhu air. Hidupkan keran yang dioperasikan dengan tangan, tutupi
mengalir. Jaga agar tangan dan lengan bawah lebih rendah dari siku
selama mencuci.
tangan dan buat berbusa Bila menggunakan sabun batangan, pegang dan
gosok sampai berbusa. Dapat juga digunakan sabun berbentuk granula dan
preparat liflet
k) Bila area di bawah jari-jari kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan
yang lain dan tambahkan sabun atau kayu orange bersih. Jaga agar kulit
p) Hentikan aliran air dengan kaki dan gagang pedal. Untuk menghentikan
b. Aseptik Bedah .
Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk
steril atau tidak bersih, obyek tersebut terkontaminasi. Pada aseptik medis suatu
area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika area atau obyek tersebut
dipakai, lantai dan kassa yang basah merupakan contoh obyek yang
terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek yang tidak steril. Misalnya pada
seperti saat persiapan dan pemberian injeksi, pemasangan urine kateter, terapi
klien. Keefektifan tindakan kontrol infeksi bergantung pada sifat dan konsistensi
yang steril atau dengan peralatan yang steril harus mengerti bahwa kegagalan
Kulit yang sehat dan utuh serta membran mukosa dapat memberikan suatu
karena itu saat jaringan bawah kulit terbuka akibat atau luka karena
(1) Mencuci tangan .
(2) Pilihlah permukaan yang datar, kuat dan kering untuk
inchi.
(1) Mencuci tangan.
inchi di atasnya.
percikan
menyibakkannya ke samping
pembungkus.
keranjang sampah.
(6) Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominant,
menggulung
pada pergelangan tangan. Pasti juga bahwa ibu jari dan jari-jari
belakang.
steril
f) Merawat Luka
berikut :
(Smith,et al,2000).
(1) Merawat balutan.
Perawatan luka pasca bedah yang baik memberikan penyembuhan luka
yang baik. Dalam hal ini yang terpenting adalah penggunaan pembalut.
baru dari cedera mekanik, untuk melindungi luka dari kontaminasi bakteri dan
seperti pada balutan tekanan dan untuk memberikan kenyamanan mental dan
fisik bagi pasien. Menurut Schaffer, et al (2000), ada beberapa tipe-tipe balutan
(a) Kassa.
kassa yang kering diangkat. Basahi kassa dengan normal saline jika kassa
Kassa lembab dapat digunakan pada semua luka dengan ketebalan parsial
atau penuh dan pada luka yang akut dan kronik. Kulit yang utuh disekitar
luka harus dilindungi dari kassa yang lembab untuk mencegah laserasi.
Kassa kering yang dibasahi dengan normal saline atau larutan isotonic
harus diganti setiap 8 jam atau sebelum kelembaban menguap. Kassa yang
diisi harus diganti setiap 8 jam sampai 48 jam, tergantung pada keadaan
parsial, dan tidak terinfeksi dengan drainase minimal yang terletak di area
untuk balutan pada terapi intra vena, abrasi superficial, lepuh, luka bakar
minor, dan ulkus dekubitus (tahap I dan II). Balutan ini tidak boleh
digunakan pada luka yang terinfeksi. Bila mengangkatnya dari kulit yang
tipis dan tua harus selalu diangkat searah dengan arah pertumbuhan
permiabel harus dikaji setiap hari dan diganti setiap 3 sampai 7 hari bila
(c) Hidrokoloid.
donor, luka bakar derajat tiga, abrasi, lepuh dan ulkus dekubitus tahap I,
II, dan III. Balutan ini tidak dianjurkan untuk penggunaan pada luka yang
dikaji setiap hari dan diganti setiap 3 sampai 7 hari atau bila drainase luka
dan hidrokoloid mencegah invasi bakteri pada luka yang terbuka dengan
(d) Hidrogel.
pada luka. Luka dengan ketebalan parsial paling baik ditangani dengan
luka dan ditutup dengan plester kertas atau jala. Luka dengan ketebalan
luka dari 8 sampai 24 jam. Hal ini diikuti dengan balutan kassa yang agak
dibasahi dengan saline dan kemudian ditutup dengan kassa kering atau
balutan film transfaran. Klien yang menderita akibat nyeri luka, dapat
memanfaatkan penggunaan hidrogel karena efek pendinginan dan
tergantung pada jumlah eksudat luka dan juga tipe hidrogel yang
digunakan. Balutan ini hanya bersifat absortif sedang. Oleh karena itu,
balutan hidrogel tidak boleh digunakan pada luka yang banyak drainase
keringnya dasar luka dan untuk melindungi dari invasi bakteri serta untuk
(2) Pembersihan luka
Pembersihan semua luka terbuka setiap kali penggantian balutan
pembersihan luka terdiri dari memilih cairan yang tepat untuk membersihkan
luka dan menggunakan cara-cara mekanik yang tepat untuk memasukkan cairan
mempunyai efek anti mikroba dan pembersih. Bahan kimiawi aktif berinteraksi
iodine scrubs, sabun, deterjen, dan hydrogen peroksida. Cairan pembersih yang
tidak boleh digunakan pada luka dengan granulasi yang bersih. Perawat harus
dengan darah atau cairan tubuh. Kewaspadaan ini dimaksud penggunaan sarung
tangan, gaun, masker, atau kaca mata jika ada resiko kontaminasi oleh
Drain dapat memberikan jalan keluar bagi udara dan cairan empedu. Drain juga
dapat mencegah luka dalam dan pembentukan abses pasca luka operasi selama
balutan yang basah dengan membersihkan bagian bawah dan sekitar drain serta
bantalan pada area distal dengan bantalan absorbent, yang dapat mencegah
iritasi kulit dan kontaminasi luka operasi. Mengganti balutan pada drain yang
tidak terjahit harus dilakukan dengan hati-hati agar drain tidak tercabut dari
a. Siapkan peralatan
c. Pasang peralatan.
terhadap infeksi/penyembuhan.
dibersihkan sebelumnya.
melingkar.
dan plester.
bahan.
o Luka adalah suatu trauma yang disebabkan oleh benda-benda fisik, yang
Keane,2005)
Ada 3 fase yang terjadi pada respon jaringan terhadap cedera, yaitu: fase
1) Fase Inflamasi.
Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai dengan 10 menit dan diikuti
juga timbul. Sel-sel basal pada pingir luka mengalami mitosis, dan
antara kedua sisi luka secara progrsif terisi dan sisinya pada akhirnya
saling bertemu dalam 24 jam sampai 48 jam. Pada saat ini, migrasi sel
2) Fase Proliferatif.
bagi jaringan granulasi yang baru. Kolagen utama dari jaringan ikat yang
serat dengan panjang dan diameter yang meningkat : serat – serat ini
menjadi kumpulan bundle dengan pola yang tesusun baik. Sintesis kolagen
3) Fase Maturasi.
Jaring parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi
yang lebih padat. hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan
tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.
ketiga.
parut minimal.
terjadi pembentukan pus (supurasi) atau di mana tepi luka tidak saling
lebih lama. Ketika abses diinsisi akan terjadi kolaps sebagian, tetapi sel-
sel yang sudah mati dan yang masih sekarat yang membentuk
materi nekrotik berdisintegrasi dan terlepas, dan kavitas abses diisi oleh
jaringan lunak, merah dan sensitive yang sangat mudah berdarah.
Jaringan ini terdiri atas kapiler yang sangat halus, berdinding tipis dan
bulat mereka menjadi panjang dan tipis dan saling menindih satu sama
kapan saja pus terbentuk atau ketika kehilangan jaringan terjadi untuk
alasan apapun.
3) Penyembuhan melalui intensi ketiga (sutura Sekunder). Jika luka dalam
baik yang belum disutura atau terlepas dan kemudian disutura kembali
1) Faktor Internal.
a) Oksigenasi.
dengan vaskulatur darah yang lemah akibat kondisi paru, jantung atau
b) Nutrisi.
dalam, dan jumlah protein yang tinggi, diperlukan untuk pasien lansia
dan pasien-pasien dengan luka yang luas. Ekskresi nitrogen urine yang
meningkat terjadi dengan adanya luka yang dalam dan trauma yang
c) Penuaan.
daya rentang luka, dan hubungan silang serat kolagen yang menurun
untuk infeksi. Nutrisi yang optimal dan dukungan dasar luka harus
adekuat.
d) Penyakit sistemik.
2) Faktor Eksternal.