You are on page 1of 59

KEBIJAKAN, STANDAR DAN PROSEDUR

DALAM PENANGANAN OBAT SUNTIK (KANKER &


NON KANKER) DENGAN TEKNIK ASEPTIS
DISPENSING

RS. Kanker “Dharmais”, 27 JUNI 2022


Drs. Masrial Mahuyudin Apt, MM, PIA, FISQua
CV: Drs. Masrial Mahyudin Apt, MM, PIA, FISQua
I. LAHIR & MASA KECIL S/D TAMAT SMA DI PADANG ( 7 Agustus 1962 – 1981 )
II. PENDIDIKAN :
1. S1 & APOTEKER : FARMASI – ITB 1982 SD 1988
2. S2 MAGISTER MANAGEMEN (KEUANGAN SATYA GAMA) 2000 -2001
3. PROFESIONAL INTERNAL AUDIT (PIA) 2017
4. FELLOWSHIP ISQUA DUBLIN – IRLANDIA 2020
II. ORGANISASI :
1. KETUA HISFARSI –JKT TH. 2000 – TH. 2015 (3 PERIODE)
2. KETUA HISFARSI NASIONAL TH. 2005 – TH. 2014 (2 PERIODE)
3. KETUA KOMP. MANAJ FARMASI PERSI TH. 2009 – SEKARANG (PER. KE 4)
4. WAKIL KETUA IAI – BID. FRS TH. 2010 S/D TH. 2013
5. ANGGOTA DEWAN PENASEHAT FARMASI ITB TAHUN 2012 – 2017
III. PENGALAMAN PEKERJAAN :
1. STAF F&M KANWIL DEPKES PROP. IRIAN JAYA –PAPUA MAR - AGUS TH.’89
2. KA. INST. FARMASI RSUD KAB. MERAUKE - PAPUA TH. ‘89 – ‘91
3. KA. GUDANG FARMASI DATI II MERAUKE IRIAN JAYA – PAPUA TH. ‘91 – ‘93
4. KA. INST. FARMASI RS. KANKER “DHARMAIS JAKARTA TH. 1999 – 1 OKT. 2010
5. KONSULTAN FARMASI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA TH. 2010 S/D 2012
6. KA. BAG PELAYANAN PELANGGAN RSKD 1 OKT. 2010 – APR 2012
7. KEPALA BAGIAN PROGRAM & SIM RSKD APRIL 2012 – OKT 2016
8. SURVEYOR & PEMBIMBING - KARS) TH. 2017 S/D SEKARANG
9. STAF FUNGSIONAL KARS PEB.’2018 - SEKARANG
10. KEPALA SPI RS. KANKER “DHARMAIS” OKTOBER 2016 – 2018
11. FUNGSIONAL KA. CSSD RS. KANKER “DHARMAIS” 2018 - 2021
12. KETUA KFT RS. KANKER “DHARMAIS” NOVEMBER 2021 SD SEKARANG
1. PENDHULUAN
2. BACKGROUND
3. OBAT HIGH ALEERT
4. POTENSI RISIKO OBAT KANKER
5. REGULASI / KEBIJAKAN
6. KLARIFIKASI →SURFOK – SNARS 1.1
7. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
8. STANDAR ASEPTIS DISPENSING
9. STRATEGI REALISASI PENANGANAN
REKONSTITUS OBAT SUNTIK (KANKER
& NON KANKER ) TERSENTRAL
10. KESIMPULAN
I. PENDAHULUAN
PP RI NO. 47 TH
2021
DISPENSING SEDIAAN STERIL “PHARMACY
INTRVENA ADMIXTURE SERVICES (PIVAS)” :
1. INTRA VENA ADMIXTURE
2. HANDLING CYTOTOXIC
3. TOTAL PARENTERAL NUTRITION
DEFINITIONS

1. Aseptic technique is the technique for manipulations of


compounded sterile products and parenteral
preparations that prevents contamination
2. Aseptic technique requires specific manipulations for:
a. Syringes
b. Needles
c. Vials
d. Ampules
e. Removal of packaging
f. Assembling of sterile products
g. Hand placement
PRINCIPLE OF “PIVAS”

We must protect the drugs from


exposure the contaminant’s and
especially for cytotoxic / neoplastic
drugs, so we must protect the
operator from exposure the
cytotoxic drugs (carcinogenic,
mutagenic, oncogenic etc)
According to estimate reported of
WHO, approximately 15% of all
hospitalized patients suffer from
these infections. These infections
are responsible for 4%–56% of all
death causes in neonates, with
incidence rate of 75% in South-East
Asia and Sub-Saharan Africa. The
incidence is high enough in high
income countries i.e. between 3.5%
and 12% whereas it varies between
5.7% and 19.1% in middle and low
income countries. The frequency of
overall infections in low income
countries is three times higher than in
high income countries whereas this
incidence is 3–20 times higher in
neonates.
IRDAN 2017 : PALEMBANG
BACKGROUND Con’t..

 IMPORTANCE OF ASEPTIC TECHNIQUE


1. PARENTERAL MEDICATIONS ACCOUNT
FOR >40% OF ALL MEDICATIONS
ADMINISTERED IN INSTITUTIONAL
PRACTICE
2. PARENTERAL ADMINISTRATION BY PASSES
THE SKIN AND GASTROINTESTINAL TRACT,
THE BODIES NATURAL BARRIERS TO
INFECTION
3. GIVING A PATIENT A CONTAMINATED
PRODUCT CAN CAUSE SERIOUS ADVERSE
EFFECTS INCLUDING DEATH
BACKGROUND CONT’S
(Research : microbiology data in oncology ward)
PREPARATE COLONI AMOUNT

Ward third class 750 coloni

Ward first class 550 coloni

Ward VIP/VVIP class 225 coloni

Ward Isolate 40 coloni

Surgical Room 65 coloni

ICU Room 240 coloni

IV Preparation in third class room 50 coloni

IV Preparation in Second class room Sterile


IV Preparation in VIP class room Sterile
1. Obat →yang memiliki risiko tinggi
dan menyebabkan bahaya yang
tidak diinginkan dan atau kejadian
sentinel pada pasien jika tidak
digunakan secara tepat
2. Standar akreditasi RS mensyaratkan
adanya retriksi dalam penyimpanan
& penggunaannya serta dibutuhkan
penanda khusus (sampai saat ini
masih dikerjakan secara manual
oleh petugas RS).
3. Kelompok obat high alert yang
tersedia di rs:
a. High Risk (insulin, heparin,
OBAT KEMOTERAPI)
b. Lasa / Norum
c. Elektrolit Konsentrat
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT
IV. POTENSI RISIKO OBAT KANKER ( HAM )

MODALITIES OF CANCER THERAPY


(Treatment of cancer can involve any of several
modalities) :
1. Surgery
2. Radiation therapy
3. CHEMOTERAPY
4. Hormonal therapy
5. Immunotherapy
Notes :
1. Cytotoxic drugs (sometimes known as antineoplastics)
describe a group of medicines that contain chemicals
which are toxic to cells, preventing their replication or
growth, and so are used to treat cancer.
2. Once inside the body, their action is not generally
tightly targeted, and they can produce side effects
both to the patients and others who become exposed
3. Often, modalities are combined to create a treatment
program that is appropriate for the patient and is based
on patient and tumor characteristics as well as patient
preferences.
BEBERAPA ISTILAH

1 Biohazard Hazardous to life


2 Carcinogenic An agent which is responsible for the formation of a
cancer
3 Chemotherapy The treatment of cancer using specific chemical
agents or drugs that are destructive to malignant cells
and tissues. The term comes from two words that mean
"CHEMICAL" AND "TREATMENT
4 Cytotoxic Toxic to cells

5 Extravasation Leakage of cytotoxic drug from the vein into the


surrounding tissue
6 Mutagenic An agent capable of producing a mutation
7 Teratogenic An agent capable of causing abnormalities in a
developing foetus, resulting in birth defects.
8 Combination Prevents resistance.
Therapy
9 Adjuvant Therapy Administered after primary therapy e.g.Surgery
10 Neo adjuvant Given before surgery to reduce tumour size.
Therapy
WHAT IS THE RISK? (POTENSI RISIKO LANJUT…)

1. OCCUPATIONAL EXPOSURE CAN OCCUR WHEN CONTROL


MEASURES ARE INADEQUATE.
a. Abdominal pain, hair loss, nasal sores, vomiting, and liver
damage
b. Contact dermatitis and local allergic reactions.
c. Foetal loss in pregnant women and malformations in the
children of pregnant women
d. Fertility changes
e. Alterations to normal blood cell count
ACUTE EFFECTS :
a. Irritant effect on mucous membranes, eyes & skin
b. Soft tissu injury can effec dizziness, light-headedness, and
nausea
CHRONIC EFFECTS
a. Carcinogenic
b. Mutagenic
c. Teratogenic
d. Abortion
CONT’ …

2. Exposure may be through from the following activities:


a. Drug preparation
b. Drug administration
c. Handling patient waste
d. Transport and waste disposal, or
e. Cleaning spills.
3. Exposure routes Exposure to cytotoxic drugs may occur
through:
a. Inhalation
b. ingestion
c. dermal absorption
d. mucosal absorption
e. percutaneous injury.
WHO IS AT RISK?

Anyone working with patients (or animals) receiving cytotoxic


drugs is at risk of exposure. This therefore includes :
1. Pharmacists,
2. Pharmacy Technicians,
3. Medical and Nursing Staff,
4. Laboratory Staff, and Others.
Appropriate control measures must be in place to protect
them all.
DR.dr. Sutoto, M.kes,FISQua
KEBIJAKAN TERKAIT PELAYANAN KEFARMASIAN

1. UU NO. 36 TAHUN 2009 TTG KESEHATAN


Ps 54 :
1) PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DILAKSANAKAN SECARA
BERTANGGUNGJAWAB, AMAN, BERMUTU, SERTA MERATA DAN
NONDISKRIMINATIF.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
1)
3) Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud ayat 1) dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat.
Ps 55 :
1) PEMERINTAH WAJIB MENETAPKAN STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN
2) Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
KEBIJAKAN ( LANJUTAN … )

2. UU No. 44 Tahun 2009 Ttg Rumah Sakit


Ps 2 :
Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan didasarkan
kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat,
keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial.
Ps 3 : Pengaturan penyelenggaraan RS bertujuan :
1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
2) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan RS dan SDM di RS
3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit dan.
4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, SDM RS
dan RS.
UU RS NO 44 TH
2009

PS 13

PANDUAN ASUHAN HC
SPO HC
IK & FORM-FORM HC
RSU PS 23
KRONOLOGIS PERATURAN - UU TTG YANFAR

AMANAH UU RS
PS 15 AYAT 2

PERMENKES RI
NOMOR 58 TH 2014
TTG STANDAR YANFAR DI RS

PERMENKES RI
NOMOR 72 TH 2016
TTG STANDAR YANFAR DI RS
KEBIJAKAN KETENAGAAN
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang
UU No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Sakit UU No. 36 tahun 2014 Tentang
Kefarmasian
Pasal 12 Tenaga Kesehatan
(1) Persyaratan sumber daya
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang
manusia sebagaimana dimaksud Pasal 8:
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
dalam Pasal 7 ayat (1) yaitu Tenaga di bidang kesehatan terdiri
atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
Rumah Sakit harus memiliki atas: (a) TENAGA KESEHATAN dan
tenaga tetap yang meliputi (b) asisten tenaga kesehatan
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah
tenaga medis dan penunjang
lulus sebagai apoteker dan telah
medis, tenaga keperawatan, Pasal 9: TENAGA KESEHATAN
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker
TENAGA KEFARMASIAN, tenaga sebagaimana dimaksud dalam
manajemen Rumah Sakit, dan Pasal 8 huruf a harus memiliki
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga
tenaga non kesehatan. kualifikasi minimum Diploma Tiga,
yang membantu Apoteker dalam menjalankan
(2) Jumlah dan jenis sumber daya kecuali tenaga medis.
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
manusia sebagaimana dimaksud
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
pada ayat (1) harus sesuai Pasal 10: Asisten Tenaga
Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/
dengan jenis dan klasifikasi Kesehatan sebagaimana
Asisten Apoteker
Rumah Sakit. dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
(3) Rumah sakit harus memiliki data harus memiliki kualifikasi minimum
ketenagaan yang melakukan pendidikan menengah di bidang
UU No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga
praktik atau pekerjaan dalam kesehatan.
Kesehatan
penyelenggaraan Rumah Sakit
KLARIFIKASI KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
I UU NO. 44 TAHUN 2009 TTG RUMAH SAKIT :
I. REGULASI :
Ps 3 ayat 3 : Pengaturan penyelenggaraan RS bertujuan ;
UU → PP →
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
PPRES / KEPRES
rumah sakit dan.

PP 47 TH 2021 :

Rincian kegiatan
II. REGULASI : Apoteker
PMK & JUKNIS,
KEPMENPAN,
II

III. REGULASI RS :
KEPUTUSAN
DIREKTUR,
PROGRAM, SPO,
IK DLL

IV. KLARIFIKASI STARKES


IMPLEMENTASI
DI RS
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan sistem
Standar PKPO 1
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang
Sistem pelayanan kefarmasian dan
meliputi:
penggunaan obat dikelola untuk
a) Perencanaan sistem pelayanan kefarmasian dan
memenuhi kebutuhan pasien sesuai
penggunaan obat.
dengan peraturan
b) Pemilihan.
perundangundangan.
c) Perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan
BMHP.
d) Penyimpanan.
e) Pendistribusian.
f) Peresepan/permintaan obat/instruksi pengobatan.
g) Penyiapan (dispensing).
h) Pemberian.
Injeksi i) Pemantauan terapi obat
kanker non
kanker &
parenteal
nutrisi
CATATAN :
Untuk yang belum ada
kegiatan atau kerjasama
terkait PIVAS maka harus
dituliskan dalam pedoman
Standar PKPO 3 Obat yang sudah dibuka (Beyond Use Date = BUD)
Rumah sakit menetapkan dan dari kemasan primer (wadah yang bersentuhan
langsung dengan obat) atau sudah dilakukan
menerapkan regulasi penyimpanan
perubahan, misalnya: dipindahkan dari wadah
sediaan farmasi dan BMHP disimpan aslinya, sudah dilakukan
dengan benar dan aman sesuai peracikan, maka tanggal kedaluwarsanya
peraturan perundang-undangan dan (ED=Expired Date) tidak lagi mengikuti tanggal
standar profesi. kedaluwarsa dari pabrik yang tertera di kemasan
obat.
Rumah sakit harus menetapkan tanggal kedaluwarsa
sediaan obat tersebut (BUD=Beyond Use Date). BUD
harus dicantumkan pada label obat
KEMOTERAPI
1) Disimpan secara terpisah dari obat lainnya.
2) Ada lembar MSDS (Material Safety Data Sheet) dekat tempat penyimpanan
obat.
3) Letak penyimpanan obat, minimal sejajar dengan mata atau lebih rendah,
agar mudah terlihat tanda berbahaya oleh petugas.
4) Tanda obat berbahaya pada kotak kemasan luar harus berada di sisi
sebelah luar sehingga mudah terlihat.
5) Bila perlu disimpan dalam lemari pendingin, maka masukkan dalam lemari
pendingin yang terpisah.
6) Bila tidak tersedia lemari pendingin tersendiri, maka obat sitostatika
dimasukkan dalam wadah tertutup dari bahan anti bocor dan disimpan
bersama obat lainnya di lemari pendingin yang sama.
7) Kerusakan pengemas maupun wadah harus ditangani dengan baik oleh
petugas yang mengenakan pakaian pelindung saat preparasi di ruangan.
8) Penyimpanan kemoterapi oral di gudang farmasi, satelit farmasi dan
diruang perawatan diletakkan di lemari high alert
9) Setiap obat sitostatika oral diberi sticker high alert pada kemasan terkecil
yang didispens ke pasien.
10) Obat sitostatika injeksi di Instalasi Farmasi disimpan dalam gudang high alert.
11) Obat sitostatika injeksi diserahkan keruang perawatan dalam bentuk sudah
direkonstitusi dan siap digunakan.
12) Obat sitostatika yang sudah direkonstitusi dan akan dikirim ke ruang
perawatan diberi sticker high alert dan sticker obat sitostatika berwarna
ungu bergambar sel yang sedang membelah.
Standar PKPO 5
Rumah sakit menetapkan dan Penyiapan (dispensing) adalah rangkaian proses
menerapkan regulasi dispensing mulai dari diterimanya resep/permintaan
sediaan farmasi dan bahan medis obat/instruksi pengobatan sampai dengan
habis pakai sesuai standar profesi dan penyerahan obat dan BMHP kepada
peraturan perundangundangan.
dokter/perawat atau kepada pasien/keluarga.
Penyiapan obat dilakukan oleh staf yang
terlatih dalam lingkungan yang aman bagi
pasien, staf dan lingkungan sesuai peraturan
perundangundangan dan standar praktik
kefarmasian untuk menjamin keamanan,
mutu, manfaat dan khasiatnya.
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat
pada pasien rawat inap, maka obat yang
diserahkan harus dalam bentuk yang siap
digunakan, dan disertai dengan informasi
lengkap tentang pasien dan obat.
PERMENKES RI Nomor PENYIMPANAN
1691/MenKes/Per 1. Pisahkan obat-obat yang termasuk obat high alert sesuai
dengan daftar obat high alert.
VIII/2011 Tentang 2. Tempelkan stiker/tanda/logo yang membedakan antara obat
Keselamatan Pasien RS high alert dengan obat lainnya
BAB IV Pasal 8 ayat 2 c 3. Gunakan penanda pada tempat penyimpanan obat high alert
Peningkatan keamanan dan pisahkan dari obat yang lainnya
obat yang perlu 4. Cara penyimpanan pada ruang perawatan mengikuti cara
penyimpanan di ruang farmasi
diwaspadai 5. Simpan elektrolit pekat dalam lemari terkunci
1. Tentukan kelompok yang perlu dibuat
SCM
a. Obat
b. Alat kesehatan
c. Alat penunjang
2. Buat alur dari hulu sampai ilir
3. Identifikasi setiap tahap kegiatan
pengelolaan produk mulai dari awal -
akhir
4. Identifikasi potensi risiko di setiap tahap
pengelolaan & penilaian risiko ( prioritas)
5. Buat program mitigasi risiko dan rencana
kegiatan untuk mengantisipasi terjadi
risiko
6. Implementasi
7. Monev dan perbaikan
VIII. STANDAR ASEPTIS DISPENSING UNTUK PENANGAN OBAT INJEKSI ( KANKER & NON KANKER )
a. PERSONAL

1. Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat injeksi baik kanker maupun non kanker
harus mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan penanganan obat
sitostatika.
2. Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak dianjurkan untuk
terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika
3. Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam rekonstitusi obat
sitostatika
4. Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus diistirahatkan dari tugas ini.
5. Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika seminggu sebelumnya
harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Complete blood count
b. Liver Function Test
c. Renal Function Test
6. Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodic setiap 6 bulan, jika terdapat
kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam & Semua hasil harus didokumentasikan
WHO SHOULD BE TRAINED?

THESE STAFF MIGHT INCLUDE : KEEP TRAINING RECORDS


1. pharmacy personnel 1. date of the session
2. stores personnel 2. topics dealt with at the
3. nursing and medical session
personnel
3. the name of the person
4. cleaners
who conducted the
5. laboratory staff
session
6. on-site waste transporters
7. couriers and porters 4. the names of the
8. waste handlers employees who
9. supervisors and managers attended the session
10. waste generators. 5. course evaluations
11. maintenance personnel 6. the competencies
assessed.
b. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) – ASEPTIS DISPENSING

Standar prosedur kerja yang harus disiapkan sebagai pedoman petugas


dalam melaksanakan kegiatan
1. SPO Pelatihan personal / Petugas Dispensing steril
2. SPO Pembersihan clean room
3. SPO Pakaian pelindung yang melindungi operator dan produk
4. SPO Pengerjaan sediaan dalam ampul & Vial
5. SPO Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan saat penyiapan
sitostatika
6. SPO Penanganan jika obat jatuh, pecah
7. SPO Pembersihan tumpahan obat
8. SPO Pemberian label & pengemasan,
9. SPO Transportasi dan pembuangan obat injeksi (kanker dan non kanker)
10. Dll sesuai kebutuhan
c. STANDAR SARANA DAN PRASARANA YANG DIPERLUKAN

1. Ruang
a. Persyaratan Ruang Aseptik
1) Ruang tidak ada sudut atau siku
2) Dinding terbuat dari epoksi
3) Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000
partikel/liter
4) Aliran udara diketahui dan terkontrol
5) Tekanan ruangan diatur
6) Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat
celcius dan kelembaban 35-50%)
b. Ada High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter
2. Ruang Transisi
Ruangan ini terletak antara ruang cuci tangan dan ruang aseptik, di
ruanngan ini petugas menggunakan perlengkapan steril
3. Ruang Cuci Tangan
Ruangan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan
sesudah melakukan penanganan obat sitostatatika
STANDAR PELAYANAN FARMASI RS PMK 72
CLEAN ROOM TAHUN 2016
IX. STRATEGI REALISASI PENANGANAN OBAT INJEKSI KANKER & NON KANKER TERSENTRAL

YAKINKAN DIREKSI TENTANG PENTINGNYA SENTRALISASI OBAT INJEKSI KANKER & NON
KANKER (KENDALI BIAYA DAN KENDALI MUTU, AKREDITASI NASIONAL DAN
INTERNASIONAL SERTA MELINDUNGI OPERATOR DAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT)

YAKINKAN PARA PELAKSANA PELAYANAN TERKAIT TENTANG


SENTRALISASI PIVAS SERTA UNTUNG RUGINYA

INGATKAN STAKEHOLDER TENTANG TINGKAT KECERDASAN MASYARAKAT


TERHADAP TUNTUTAN PELAYANAN YANG BERMUTU , AMAN DAN SELAMAT

RENCANAKAN PENGGUNAAN OBAT KANKER / NON KANKER DAN BUAT


PROPOSAL YANG KOMPREHENSIF
LANGKAH TINDAK LANJUT
1. PEMBUATAN PROPOSAL SENTRALISASI PENANGANAN OBAT KANKER NON KANKER YANG KOMPEHENSIF

MEMBUAT
FEASIBILITY
ADANYA PENINGKATAN
PERHITUNGAN STUDY YANG
LATAR TUNTUTAN SISTEM GAMBARAN JAMINAN MUTU EFISIENSI
BIAYA DILENGKAPI
BELAKANG STAKEHOLDE JAMINAN TOXICITY DAN (KADAR DAN (WAKTU
PENGADAAN PERHITUNGAN
PENDIDIKAN PEMBAYARAN RISIKO TERKENA STABILITAS PENGERJAAN,
DAN
R TERHADAP JKN (KENDALI PAPARAN OBAT HARUS SESUAI TENAGA
SARANA DAN FIXED COST
PELAYANAN PRASARANA DAN VARIABLE
TANGGUNGJA BIAYA DAN KANKER (AKUT STANDAR) DAN PERAWAT DAN
BERMUTU “CLEAN COST AGAR
WAB FARMASI KENDALI MUTU) DAN KRONIK) STERILITAS PRODUK OBAT
ROOM” DIKETAHUI
PRODUK SESUAI DOSIS)
TARIF DAN BEP-
NYA
LANGKAH TINDAK LANJUT ( CON’T )
2. Menyiapkan SDM untuk penanganan obat injeksi (Workshop, On
The Job Trainning, studi banding, simulasi di
keperawatan/pelayanan agar mahir)
3. Menyiapkan SPO tentang penanganan Obat injeksi
4. Menyiapkan ruang Clean room :
a. Pengadaan konsultan pembangunan ruang Clean Room
b. Pembuatan RAB ruangan secara rinci
c. Usulan proposal RAB untuk tahun sesuai rencana dan mengawal
persetujuannya
d. Persiapan ruang tempat pembangunan Clean Room
5. Mengadakan dan menyiapkan fasilitas PIVAS
6. Uji coba ruangan dan fasilitas peralatan sesuai persyaratan
7. Sosialisasi kepada seluruh stakeholder rumah sakit
8. Simulasi penanganan PIVAS
9. Evaluasi pelayanan dan perbaikan
10. Implementasi pelayanan PIVAS
11. Monev, laporan dan perbaikan berkelanjutan
X. KESIMPULAN

1. PELAYANAN FARMASI HARUS DAPAT MENJAMIN


KEAMANAN, KHASIAT, MUTU DAN MANFAAT
2. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT HARUS
MELAKSANAKAN PELAYANAN FARMASI SECARA
KOMPREHENSIF (MANAJEMEN FARMASI, FARMASI
KLINIK DAN PRODUKSI FARMASI) DAN SIMULTAN
3. LAKSANAKAN PEKERJAAN KEFARMASIAN SECARA
PROFESIONAL SESUAI KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN →SEJAHTERA LAHIR BATHIN
4. PENGELOLAAN OBAT SUNTIK ( BAIK KANKER MAUPUN
NON KANKER) DI RS HARUS TERJAMIN KUALITASNYA
(STERIL & STABIL) UNTUK ITU PERLU DILAKUKAN
PELAYANAN IV-ADMIXTURE (PIVAS) SESUAI STANDAR
YANG DITETAPKAN
5. UNTUK MELAKSANAAN PIVAS MAKA PERLU
DILENGKAPI FASILITAS, SDM YANG KOMPETEN DAN SPO
SESUAI KEBUTUHAN YANG DITETAPKAN STANDAR
6. RUANG IV-ADMIXTURE & HANDLING CYTOTOXIC HARUS
MEMENUHI KRITERIA CARA PEMBUATAN OBAT YANG
BAIK (CPOB)
Terima Kasih

You might also like