You are on page 1of 8

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah

Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143

Collaborative Governance dalam


Pemberdayaan Masyarakat Disabilitas di
Desa Maron Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo

Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan


Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Slamet Riyadi

Info Artikel Abstrak


Diterima : 30 April 2021 Kelompok masyarakat disabilitas merupakan warga negara yang
Direvisi : 7 Oktober 2021 harus mendapatkan hak yang sama, namun mereka sering
Disetujui : 1 Desember 2021 terpinggirkan dan hidup kurang layak. Permasalahan disabilitas
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat saja,
Kata Kunci: namun stakeholder lain juga bertanggung jawab. Tujuan
Collaborative penelitian ini untuk mengetahui seberapa jauh peran yang
Governance dilakukan oleh stakeholder dalam menyelesaikan permasalahan
Pemberdayaan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Disabilitas collaborative governance yang dilakukan oleh pmerintah Desa
Maron dengan Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo, Dinas Sosial
Kabupaten Temanggung, KSM Tali Kasih serta pihak swasta
yaitu komunitas lokal dalam pemberdayaan masyarakat
disabilitas. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Teknik pengambilan data dilakukan melalui
wawancara dengan stakeholder yang terlibat dalam
pemberdayaan masyarakat disabilitas serta dokumen sebagai
data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
collaborative governance dalam pemberdayaan masyarakat
disabilitas belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
indikator collaborative governance menurut DeSeve yang belum
tercapai yaitu belum adanya komitmen yang kuat pada semua
stakeholder, belum adanya kepercayaan yang kuat antar
stakeholder, belum adanya aturan resmi terkait kolaborasi
pemberdayaan masyarakat disabilitas serta belum akses sumber
daya yang masih terbatas terutama anggaran dan juga
prasarana. Rekomendasi pada penelitian ini adalah pemerintah
dapat membuat program bantuan nasional untuk disabilitas,
pemerintah bekerjasama dengan UMKM untuk pemberdayaan
disabilitas.

Abstract
Keywords: People with disabilities are citizens who must get equal rights,
Collaborative but they are often marginalized and live less properly. Disability
Governance issues are not only the responsibility of the central government,
Empowerment but other stakeholders are also responsible. The purpose of this
Disability study is to find out how far the role played by stakeholders in
solving existing problems. This study aims to determine the
collaborative governance carried out by the Maron Village
Corresponding Author: government with the Wonosobo District Social Service, the
Riska Wirawan Temanggung District Social Service, Tali Kasih KSM and the
riskawirawan91@gmail.com private sector, namely the local community in empowering
HP: 082243508720 people with disabilities. Methods This research uses a qualitative
approach. Data collection techniques were carried out through
interviews with stakeholders involved in empowering people with

http://ejournal.bappeda.jatengprov.go.id/index.php/jurnaljateng 137
DOI: https://doi.org/10.36762/jurnaljateng.v19i2.857
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143

disabilities and documents as secondary data. The results of the


study show that collaborative governance in empowering people
with disabilities has not gone well. This can be seen from the
indicators of collaborative governance according to DeSeve that
have not been achieved, namely the absence of a strong
commitment to all stakeholders, the absence of strong trust
between stakeholders, the absence of official rules related to
collaboration for empowering people with disabilities and not
having access to resources that are still limited, especially the
budget. and infrastructure. The recommendation in this study is
that the government can create a national assistance program for
disability, the government cooperates with MSMEs for disability
empowerment.
PENDAHULUAN di bawah garis kemiskinan (Susilawati, 2016;
Penyandang disabilitas di Indonesia Siregar and Purbantara, 2020).
hidup dalam kondisi rentan, terbelakang dan Pemenuhan kebutuhan untuk
miskin yang disebabkan oleh minimnya penyandang disabilitas merupakan salah satu
pemenuhan hak – hak penyandang disabilitas hak yang dijamin Pemerintah. Pemerintah
oleh pemerintah. Berdasarkan data Susenas Indonesia telah memberi jaminan
pada tahun 2018 terdapat 14,2 persen atau kesempatan untuk kelompok disabilitas
30,38 juta penduduk Indonesia hidup dengan melalui Undang- Undang Nomor 8 Tahun
disabilitas. Selain itu permasalahn yang 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang
sering dijumpai adalah keterbatasan akses didalamnya mengatur kuota pekerjaan untuk
baik dari fasilitas publik, pekerjaan, mereka. Seiring dengan meningkatnya
kesehatan, transportasi serta kehidupan yang kesadaran umum atas hal tersebut, berbagai
layak (Sholehah, 2017). jenis pelayanan sosial bagi kelompok
Pada era global ini sumber daya disabilitas kini mulai dilihat dan disediakan
manusia merupakan unsur utama dalam masyarakat selain negara/pemerintah
mencapai kesuksesan pembangunan, dan (Syobah, 2018; Surwanti and Puspitosari,
penyandang disabilitas merupakan salah satu 2019).
sumber daya yang perlu diberdayakan pada Pemberdayaan yang dapat dilakukan
sektor jasa (Waruwu, Ketut and Adhi, 2019). seperti pemberian ilmu pengetahuan,
Setiap kelompok masyarakat membutuhkan pelatihan ketrampilan dan semangat untuk
upaya pemberdayaan khusus sesuai dengan terus berjuang. Hal ini dilakukan untuk
kelompok, usaha, aktivitas ekonomi mereka pemberian daya kekuatan, melalui diri
(Widiastuti and Handayani, 2014). mereka sendiri atau kemampuan dari pihak
Penyandang disabilitas juga merupakan yang dianggap mampu memberikan daya
bagian masyarakat yang berhak memperoleh (Didin Putra Pradana, 2019). Pemberian daya
kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang kepada penyandang disabilitas ini bisa
sama untuk memperoleh pendidikan, dilakukan oleh pemerintah maupun swasta
kehidupan yang layak dan mempunyai dalam bentuk kolaborasi.
kemampuan yang berkarya (Andayani and Collaborative governance merupakan
Afandi, 2019; Baturangka, Kaawoan, J and salah satu strategi atau cara yang dapat
Singkoh, 2019). Pada kenyataanya sampai dilakukan dalam permasalahan penyandang
saat ini penyandang disabilitas masih disabilitas ini. Suatu kebijakan atau program
menghadapi persoalan tentang harus melibatkan stakeholder lain secara
kesejahteraannya. Kondisi yang lebih ekstrim keseluruhan dalam perumusan dan
ketika penyandang disabilitas ini berada di partisipatif pada implementasinya (Yashinta,
pedesaan, mereka mengalami stigma 2020). Collaborative Governance sebagai
diskriminatif dan sebagian dari mereka hidup sebuah strategi yang dinilai mampu
138 Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan
Collaborative Governance dalam Pemberdayaan Masyarakat Disabilitas di Desa Maron Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143
mewujudkan dan mempercepat penyelesaian langsung dengan stakeholder terkait
permasalahan sosial yang terjadi pada pemberdayaan masyarakat disabilitas di Desa
masyarakat. Konsep ini merupakan sebuah Maron. Wawancara yang dilakukan adalah
proses yang didalamnya melibatkan wawancara semi struktural yang mempunyai
stakeholder terkait untuk mengusung tujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih
kepentingan masing- masung instansi dalam mendalam (Cresswell, 2012). Peneliti tidak
mencapai tujuan bersama (Febrian, 2016; membatasi jumlah informan yang ada,
Mafaza and Setyowati, 2017). namun berpatokan kedalam informasi yang
Kabupaten Wonosobo terdapat 3.913 diperoleh. Informasi yang peneliti gali adalah
penyandang disabilitas dengan rincian informasi yang terkait dengan pemberdayaan
sebagai berikut: Tuna Rungu sebanyak 461 masyarakat disabilitas di Desa Maron.
jiwa (11,8%), Tuna Netra 414 jiwa (10,6%), Peneliti melihat sejauh mana tugas, fungsi,
Tuna Daksa 1.768 jiwa (45,2%), Disabilitas kemampuan, program, hambatan yang
Ganda (Fisik dan Mental) 230 jiwa (5,9%), dihadapi dari beberapa organisasi yang
Tuna Laras 417 jiwa (10,7%) serya Tuna terlibat dalam pemberdayaan masyarakat
Grahita 623 jiwa (15,9%) (Dinsos Kab. disabilitas di Desa Maron.
Wonosobo Tahun 2020). Desa Maron yang Penelitian ini juga menggunakan model
merupakan salah satu Desa yang ada di collaborative governance dari DeSeve yang
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo terdiri dari delapan indikator antara lain;
berupaya mengatasi permasalah tersebut. Network Structure, Commitment to a
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Common Purpose (Komitmen Terhadap
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Desa Tujuan), Trust among the participants (ada
Maron yang memiliki jumlah penyandang saling percaya diantara para stakeholder),
disabilitas stakeholder sekitar 29 orang Governance, Access to Authority (Akses
membuat berbagai kegiatan untuk Terhadap Otoritas), Distributive
memberdayakan kaum disabilitas. Accountability atau Responsibility
Upaya pemberdayaan disabilitas (Pembagian Akuntabilitas dan
dilakukan Desa Maron melalui kerjasama Responbilitas), Information Sharing
dengan berbagai stakeholder. Kerjasama atau (Penyampaian Informasi), Access to
yang biasa dikenal dengan collaborative Resources (Akses Terhadap Sumberdaya).
governance ini dilakukan sebagai upaya
memaksimalkan pemberdayaan yang ada.
Collabortive governance yang terjalin yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
antara Pemerintah Desa Maron, Kelompok Ada delapan indikator yang digunakan
Tali Asih serta komunitas lokal yang ada di untuk pengukuran Collaborative governance
Desa Maron. Penelitian ini melihat dan yang berjalan di Desa Maron. Indikator ini
menganalisis untuk mengetahui bagaimana digunakan untuk melihat sejauhmana
proses collaborative governance yang keadaan yang terjadi dalam pemberdayaan
terjalin antar stakeholder terkait masyarakat disabilitas di Desa Maron.
pemberdayaan masyarakat disabilitas serta
1. Network Structure
faktor apa saja yang menjadikan
collaborative governance belum maksimal.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualititatif dengan
pengumpulan data dilakukan selama kurang
lebih dua bulan. Data yang diperoleh dari
hasil wawancara dan observasi secara

Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan - Collaborative Governance dalam Pemberdayaan Masyarakat 139
Disabilitas di Desa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143

bidang. Desa Maron yang merupakan salah


satu Desa Wisata di Kabupaten Wonosobo
menjadikan semua kalangan masyarakat
dapat mengakses sumber daya alam dan bisa
terlibat dalam pengelolaan pariwisata
setempat. Kolaborasi yang terjalin antara
Pemerintah Desa, Dinas Sosial Kabupaten
Wonosobo, KSM Tali Kasih dan juga
Komunitas lokal yang ada memberikan
kesempatan untuk hak tersebut.
Masyarakat penyandang disabilitas di
Desa Maron diberikan kegiatan berupa
Gambar 1. Network Structure pembuatan batik ciprat yang rutin dilakukan
Pemberdayaan kaum disabilitas secara setiap hari sabtu di atap Balai Desa Maron
garis besar dilakukan oleh Pemerintah Desa yang didampingi oleh Pemdes dan juga KSM
Maron Garung Wonosobo. Pemerintah Desa Tali Kasih. Dinas Sosial sendiri “sedikit”
melakukan kolaborasi dengan beberapa terlambat untuk ikut andil, namun tetap
stakeholders seperti Dinas Sosial Kabupaten memberikan bantuan dana untuk membeli
Wonosobo, Dinas Sosial Temanggung, KSM perlengkapan membatik. Komunitas lokal
Tali Kasih serta komunitas lokal yang ada di juga ikut mengajak masyarakat dengan
Desa Maron. Kolaborasi dalam networked disabilitas untuk mengelola pariwisata yang
structure tidak ada hierarki, kolaborasi yang ada di Desa Maron. Beberapa dari mereka
dijalankan hanya sebatas kesepakatan ikut membantu menjaga penitipan helm
bersama dan belum ada sesuatu yang bahkan ada juga yang menjadi petugas parkir
mengikat. Hal ini juga sama dengan yang ada di Kawasan Objek Wisata Telaga
penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari Menjer. Dari penelitian ini dapat kita lihat
(2017) tentang pemberdayaan penanganan bahwa komitmen terhadap tujuan sudah baik
gangguan jiwa di Desa Papringan Kabupaten terutama dari Pemereintah Desa dan juga
Ponorogo (Kumalasari and Dewi, 2017). Komunitas lokal yang ada di Desa Maron.
Pada kolaborasi yang terjalin terdapat 3. Trust among the participants (adanya
stakeholder yang dominan yaitu Pemerintah saling percaya antara para stakeholder)
Desa dan juga komutitas lokal yang ada di Stakeholder lebih fokus kepada tugas
sana, sedangkan Network Administrative dan kepentingan masing – masing dalam
Organization yaitu untuk mengelola jaringan pekerjaan mereka, misalnya ketika kelompok
itu sendiri, di dalam jaringan ini aktor yang lokal ini mengadakan acara pelatihan untuk
terlibat tidak terlalu banyak, jarang masyarakat disabilitas maka mereka berjalan
melakukan pertemuan, tidak ada struktur sendiri karena koordinasi dengan kelompok
yang mengikat dan tidak ada yang lain dianggap kurang efisien, sehingga dapat
mendominasi sehingga terjadi perpaduan dari dikatakan bahwa kolaborasi antar
jaringan self organization dan lead stakeholder kurang saling percaya satu sama
organization. lain. Namun ketika ada kegiatan besar pihak
2. Commitment to a Common Purpose pemerintah daerah mengaku bahwa bahwa
(Komitmen Terhadap Tujuan) batik ciprat yang diproduksi oleh masyarakat
Kolaborasi pemberdayaan masyarakat dengan disabilitas di Desa Maron merupakan
disabilitas yang terjalin antar stakeholder ini binaan dari mereka. Dalam hal ini dapat kita
memiliki tujuan bahwa masyarakat memiliki lihat beberapa stakeholder cenderung berfikir
hak akses ke semua lini yang ada di berbagai individualistis karena tidak mau mendengar
dari stakeholder lain. Stakeholder yang
140 Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan
Collaborative Governance dalam Pemberdayaan Masyarakat Disabilitas di Desa Maron Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143
terlibat harus ada rasa saling percaya, jika 6. Distributive Accountability and
mereka saling curiga, memfitnah, maka hal Responsibility (Pembagian
ini menjadi bukti bahwa kolaborasi yang ada Akuntabilitas dan Responbilitas)
sekrang sudah tidak sehat. Pembagian Akuntabilitas dan
Responbilitas ditujukan untuk melakukan
4. Governance
forum komunikasi diadakannya pertemuan
Governance meliputi batas – batas
apabila terdapat hal – hal atau agenda saja.
siapa yang boleh terlibat dan siapa yang
Pemberdayaan dan kegiatan rutin yang
belum terlibat, aturan main yang jelas yang
dilakukan sejauh ini dan adalah batik ciprat
disepakati bersama, kebebasan menentukan
maka koordinasi antar pengurus biasanya
bagaimana kolaborasi dilakukan. Dari
bersifat insidental. Untuk komunitas lokal
pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
seperti Karang Trauna terkait kegiatan
tidak jelas bagaimana aturan tersebut dibuat
pengelolaan pariwisata ada pertemuan yang
karena belum adanya Momerandum of
dilakukan setiap satu bulan sekali sesuai
Understanding (MoU) tetapi aktor hanya
jadwal yang sudah disepakati komunitas,
menempatkan diri sesuai dengan wewenang
sedangkan dengan Pemerintah Daerah dalam
dari masing – masing instansi. Setiap
hal ini Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo
stakeholder diberikan kebebasan untuk
juga apabila diperlukan saja, tidak ada jadwal
menangani masyarakat disabilitas dan
rutin setiap bulannya. Dari penejelasan di
penderita gangguan jiwa sesuai dengan visi
atas mengenai pembagian akuntabilitas dari
masing – masing. Maka dapat diketahui
masing-masing stakeholders hanya sesuai
bahwa dalam penelitian ini belum terdapat
dengan tanggungjawab masing- masing
kesepakatan dari kolaborasi, dan tidak
intansi tidak secara bersama membagi
adanya pengawasan untuk melihat
tanggung jawab.
berjalannya kolaborasi ini ataupun sanksi jika
melanggar kesepakatan. 7. Information Sharing (Penyampaian
Informasi)
5. Access to Authority (Akses Terhadap
Penyampaian informasi yang terjadi
Otoritas)
antar aktor tidak secara keseluruhan
Akses terhadap otoritas yakni
tersampaikan, hanya antara Pemerintah Desa,
tersedianya ukuran – ukuran ketentuan
KSM Tali Kasih serta Komunitas lokal saja
prosedur yang jelas yang diterima secara
yang berjalan dengan baik sedangkan aktor
luas. Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo
yang lain masih memiliki hambatan yaitu
memiliki ukuran ataupun standar sendiri
kurang terjalin komunikasi untuk
terkait pemberdayaan masyarakat disabilitas
penyampaian kolaborasi pemberdayaan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
masyarakat dengan disabilitas di Desa
Otoritasnya yaitu memberikan fasilitas dan
Maron.
juga wadah bagi mereka. Namun yang terjadi
yang memberikan hal itu justru Pemereintah 8. Access to Resources (Akses Terhadap
Desa, Komunitas lokal serta organisasi Sumberdaya)
swasta. Misalnya ada akses terhadap Akses terhadap sumberdaya yaitu
pengelolaan tempat wisata, Karang Taruna ketersediaan sumber daya keuangan, teknis,
setempat yang memberikan kesempatan dan manusia, dan sumber daya lainnya yang
merangkul masyarakat disabilitas untuk diperlukan untuk mencapai tujuan network.
mengelola beberapa hal ditempat wisata Suatu kegiatan akan berjalan ketika di
tersebut, sedangkan Dinas Sosial didukung oleh sumberdaya yaitu
Temanggung dan juga KSM Tali Kasih yang ketersediaan keuangaan dan manusia.
memberikan dukungan dan pendampingan Sayangnya dalam realita yang ada, sumber
lainya. daya manusianya pun belum bisa dikatakan
cukup, walaupun jumlah yang dimiliki sudah
mencukupi. Stakeholder yang terlibat ada
Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan - Collaborative Governance dalam Pemberdayaan Masyarakat 141
Disabilitas di Desa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143

dari pemerintah dan juga swasta. Untuk Andayani, A. dan Afandi, M. 2019.
pengetahuan dan keterampilan yang mereka Pemberdayaan dan Pendampingan
miliki sudah mampu memaksimalkan Komunitas Disabilitas Dalam
pemberdayaan masyarakat dengan disabilitas Mengakses Pendidikan Tinggi.
di Desa Maron. Namun dari sumber daya Aplikasi: Jurnal Aplikasi Ilmu – Ilmu
anggaran masih belum mendukung, Agama 16 (2): hlm 153.
meskipun terdapat sektor pariwisata sebagai Doi: 10.14421/aplikasia.v16i2.1178.
sumber pendapatan, tetapi belum mampu Baturangka, T., Kaawoan, J. E., Singkoh, F.
menyokong secara keseluruhan. Sedangkan 2019. Peran Dinas Sosial Kota Manado
untuk sumber daya prasarana juga belum Dalam Pemberdayaan Masyarakat
memadai. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan Penyandang Disabilitas. Jurnal
membatik masih dilakukan di atap Balai Eksekutif 3 (3): 1 – 9.
Desa Maron. Hal ini sangat mempengaruhi Cresswell, J. W. 2012. Research Design:
produksi batik ciprat itu sendiri. Apabila Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
musim hujan maka produksi jadi terhambat. Mixed. Edited by A. Fawaid.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
SIMPULAN Febrian, R. A. 2016. Collaborative
Collaborative Governance dalam Governance Dalam Pembangunan
pemberdayaan masyarakat dengan disabilitas Kawasan Pedesaan (Tinjauan Konsep
di Desa Maron yang terjalin antara dan Regulasi). Jurnal Pemerintahan,
Pemerintah Desa Maron, Dinas Sosial Politik dan Birokrasi 2(1): 200 – 208.
Kabupaten Wonosobo, Dinas Sosial Kumalasari, I. dan Dewi, U. 2017.
Kabupaten Temanggung, KSM Tali Kasih Collaborative Governance Dalam
serta komunitas lokal belum optimal. Hal ini Penanganan Kasus Gangguan Jiwa di
berdasarkan analisis terhadap delapan faktor Desa Paringan Kecamatan Jenangan
pengukur keberhasilan kolaborasi menurut Kabupaten Ponorogo. Jurnal Abdi
DeSeve (2007) hanya dua indikator yang Negara 6 (5).
berjalan dengan baik yaitu, tidak adanya Mafaza, A. dan Setyowati, K. 2017.
aktor yang mendominasi terhadap network Collaborative Governance Dalam
dan keterlibatan antar aktor sesuai dengan Pengembangan Desa Wisata. Jurnal
otoritas masing – masing instansi. Indikator Kebijakan Publik 11 (1): 7 – 12.
yang tidak tercapai yaitu, kurang adanya Pradana, D. P. dan Aji, G. G. 2019. Strategi
komitmen dari beberapa stakeholder, belum Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat
ada kepercayaan diantara aktor, Belum ada Penyandang Disabilitas Intelektual
Mou yang mengikat kolaborasi yang (Studi Kasus pada Kelompok Swadaya
dijalankan antar aktor, secara keseluruhan Masyarakat Sambung Roso Simbatan,
keterlibatan aktor tidak berjalan secara Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
merata, Forum Komunikasi dan kurang Magetan. Jurnal Commercium 01 (02):
berjalan secara rutin, keterbatasan Sumber 95 – 98.
daya anggaran, dan fasilitas. Sholehah, Iffatus. 2017. Pemberdayaan
Difabel Melalui Asset Based Approach.
UCAPAN TERIMAKASIH Jurnal Pemberdayaan Masyarakat 1
Lembaga Penelitian dan Pengabdian (1): 183 – 205.
kepada Masyarakat Universitas Slamet Siregar, N. A. M dan Purbantara, A. 2020.
Riyadi yang telah memberikan dukungan Melawan Stigma Diskriminatif:
fasilitas dan juga dana. Strategi Pemberdayaan Penyandang
Disabilitas di Desa Panggungharjo.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Pemberdayaan Masyarakat:
142 Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan
Collaborative Governance dalam Pemberdayaan Masyarakat Disabilitas di Desa Maron Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143
Media Pemikitan dan Dakwah
Pembangunan 4 (1): 23 – 44.
Doi: 10.14421/jpm.2020.041-02
Surwanti, A. dan Puspitosari, W. A. 2019.
Peningkatan Peran Kelompok
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
Dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Penyandang Disabilitas. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil
Pengabdian Kepada Masyarakat 3 (3):
305 – 314.
Doi:10.12928/jp.v3i3.1105
Susilawati, Ika. 2016. Pemberdayaan
Masyarakat Miskin Penyandang
Disabilitas Melalui Pengembangan
Industri Kreatif “Lembah Singkong” di
Kabupaten Ponorogo. Jurnal Lentera
14 (2): 224 – 242.
Syobah, Nurul Sy. 2018. Pemberdayaan
Penyandang Disabilitas di Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Nuansa 15
(2): 252 – 272.
Doi:10.19105/nuansa.v15i2.2057
Waruwu, Dermawan dan Adhi, N. K. J.
2019. Pemberdayaan Penyandang
Disabilitas Pada Objek Wisata Kuta
Bali. Jurnal Civics: Media Kajian
Kewarganegaraan 16 (1): 51 – 58.
Widiastuti, W. dan Handayani, A. 2014.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir di Jawa Tengah (Studi Kasus
Kabupaten Batang dan Pati). Jurnal
Litbang Provinsi Jawa Tengah 12(2):
187 – 197.
doi: 10.1088/1751-8113/44/8/085201.
Yashinta, P. N. 2020. Collaborative
Governance Dalam Kebijakan
Pembangunan Pariwisata Di Kabupaten
Gianyar. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial
4 (1): 1 – 23.
Doi: 10.38043/jids.v4i1.2219

Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan - Collaborative Governance dalam Pemberdayaan Masyarakat 143
Disabilitas di Desa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 19, No. 2, Desember 2021, hal. 137 - 143

144 Liliek Winarni, Ika Nur Afni, Riska Wirawan


Collaborative Governance dalam Pemberdayaan Masyarakat Disabilitas di Desa Maron Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo

You might also like