You are on page 1of 14

AKUNTANSI UNTUK PIUTANG USAHA

Dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Pengantar Akuntansi 2

Dosen Pengampu : Dieni Nurul Aliyya S.Pd.,M.Acc.

Disusun Oleh :

Egi Regista (2108205160)

Isma Sabrina Nazia Elhansa (2108205148)

Putri Nurfadilah (2108205141)

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Akuntansi untuk Piutang Usaha ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dieni Nurul Aliyya S.Pd.,M.Acc pada mata kuliah Akuntansi Syariah 2. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Akuntansi untuk Piutang Usaha.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dieni Nurul Aliyya S.Pd.,M.Acc selaku dosen mata
kuliah Pengantar Akuntansi 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jum`at, 18 Maret 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Piutang dalam suatu lingkup usaha merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Piutang
terjadi sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan.
Pemberian jangka waktu kepada pelanggan untuk melunasi kewajibannya merupakan
kebijakan tersendiri dari setiap perusahaan. Pemberian kelonggaran pembayaran
kewajiban kepada pelanggan ini dapat menguntungkan dan merugikan perusahaan.
Pemberian piutang akan meningkatkan aktivitas dalam suatu perusahaan karena
pelanggan diberikan kemudahan atau keringanan dalam membayar kewajibannya kendati
sudah mendapatkan barang atau sudah menikmati jasanya. Pemberian piutang ini bisa
juga semakin memperbanyak cakupan bisnis suatu perusahaan. Namun disisi lain piutang
dapat menimbulkan kerugian. Hal ini berkaitan dengan ketidakpastian dalam pembayaran
piutang. Piutang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena untuk masa
kedepan akan ada kemungkinan debitur tidsk sanggup membayar kewajibannya. Oleh
karena itu, dalam memberikan piutang kepada pelanggan perusahaan juga harus
mempunyai beberapa pertimbangan tersendiri. Selain itu, perusahaan juga harus
memepertimbangkan untuk membuat penyisihan jika terjadi kemungkinan debitur tidak
sanggup untuk membayar utangnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi piutang ?

2. Apa saja jenis-jenis piutang ?

3. Apa saja ciri-ciri piutang ?

4. Apa saja penyebab timbulnya piutang ?

5. Apa saja klasifikasi piutang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akuntansi Piutang.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis piutang.
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri piutangl.
4. Untuk mengetahui apa saja penyebab timbulnya piutang.
5. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi piutang.
Daftar Isi

BAB 1 ................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 3
1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi piutang ? ....................................................................... 3
2. Apa saja jenis-jenis piutang ? ................................................................................................... 3
3. Apa saja ciri-ciri piutang ? ....................................................................................................... 3
4. Apa saja penyebab timbulnya piutang ? .................................................................................... 3
5. Apa saja klasifikasi piutang ? ................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 3
Daftar Isi ............................................................................................................................................. 5
BAB 2 ................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6
A. Pengertian Akuntansi Piutang .................................................................................................. 6
B. Jenis-jenis Piutang ................................................................................................................... 6
C. Ciri-ciri Piutang ..................................................................................................................... 10
D. Penyebab Timbulnya Piutang ................................................................................................. 11
E. Klasifikasi Piutang ................................................................................................................. 12
BAB III ............................................................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 13
B. Saran ..................................................................................................................................... 13
Daftar Pusaka .................................................................................................................................... 14
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Piutang


Dalam istilah akuntansi, Piutang kerap disebut dengan AR. Istilah ini berasal dari
kata “Account Receiveable”, terjemahan kata piutang dalam bahasa inggris. Pengertian
piutang sendiri bisa diterjemahkan sebagai salah satu jenis dari transaksi akuntansi
yang memiliki pengertian penagihan kepada konsumen yang telah berutang. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa piutang adalah hak milik kita yang masih ada di tangan orang atau
pihak lain, baik berupa uang atau penjualan yang belum dibayar lunas.

Pengertian Piutang Menurut para Ahli :

Soemarso (2004:338)

Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-


kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-
kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan
tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.

Wibowo dan Abu Bakar Arif (2005:151)

Piutang adalah klaim terhadap sejumlah uang yang diharapkan akan diperoleh pada
masa yang akan datang.

Rusdi Akbar (2004:199)

Pengertian piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain
untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai
akibat kejadian pada masa yang lalu.

B. Jenis-jenis Piutang

Umumnya jenis piutang terbagi menjadi 3, yaitu :

1. Piutang Usaha (account rasaivable)

Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak
produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan
piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat
dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya
diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau
60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

Tiga masalah akuntansi terkait dengan piutang usaha adalah :

1. Pengakuan piutang usaha, yaitu tindakan yang relatif mudah. Perusahaan jasa
mencatat piutang ketika mereka memberikan jasa secara kredit. Perusahaan
dagang mencatat piutang ketika melakukan penjualan barang dagang secara
kredit. Saat perusahaan dagang menjual barang, transaksi ini akan meningkatkan
(debit) piutang usaha dan meningkatkan (mengkredit) pendapatan penjualan. 1

2. Penilaian piutang usaha, yaitu piutang usaha dinilai sebesar jumlah piutang usaha
yang diharapkan dapat ditagih diterima. Setiap akhir periode, saldo piutang usaha
harus disesuaikan untuk mengakui adanya biaya kerugian piutang dan
memperbaiki penyajian saldo piutang usaha di neraca.

3. Penghapusan piutang usaha, yaitu piutang dagang yang dimiliki perusahaan


merupakan tagihan-tagihan yang tidak disertai dengan janji tertulis antara pihak
yang berpiutang kreditur dengan pihak yang mempunyai kewajiban debitur
sehingga kemungkinan terdapat beberapa piutang yang tidak dapat ditagih.
Berikut ini beberapa alasan yang mengakibatkan tidak tertagihnya piutang yaitu :
(1) terhentinya usaha pelanggan debitur sehingga ia tidak mampu melunasi
kewajibannya kepada kreditur. (2) debitur melarikan diri. (3) perusahaan gagal
memaksa pembayaran secara sah dari debitur (4) debitur meninggal dunia. (5) dll.

Contoh piutang usaha :

PT Delima Jaya adalah sebuah perusahan vehicle manufacture yang menjual


produknya kepada Pabrik Kopi Liong senilai Rp150 juta. Pihak Pabrik Kopi Liong
baru membayarkan sebagiannya, yaitu senilai Rp25 juta, dan sisanya akan dilunasi
pada bulan berikutnya. Maka jika dibuat dalam bentuk jurnal umum, piutang usaha
tersebut akan menjadi seperti di bawah ini.

Kas Rp25 juta

Piutang Usaha Rp125 juta

Penjualan Rp150 juta

1
Weygandt, Jerry J.Kimmel, Paul D.Kieso, Donald E..2013. Financial Accounting 2 nd, IFRS edition, Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
2. Wesel Tagih (notes receivable)

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah
menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih
dalam setahun. Maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Wesel bisa
digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan
piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut
piutang dagang. Jadi wesel tagih yaitu janji tertulis yang tidak bersyarat dari suatu
pihak ke pihak lain untuk sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang
akan dating.

Ada 2 macam wesel tagih yaitu :

1. Wesel tagih tidak berbunga, yaitu wesel tagih yang tidak mencantumkan bunga,
dengan demikian nilai nominal = nilai nominal pada jatuh temponya.

2. Wesel tagih berbunga, yaitu yaitu wesel tagih yang mencantumkan bunga, dengan
demikian pada hari jatuh temo wesel = harga nominal wesel + bunga mulai tangal
penarikan s/d jatuh tempo.

Piutang wesel dapat dipindah tangankan dan ada yang tidak dapat dipindah
tangankan. Jika wesel dapat di[indah tangankan artinya adalah yang membuat wesel
akan membayar pada orang (badan) yang memegang wesel tersebut pada saat jatuh
tempo. Wesel yang dapat didiskontokan ke bank sebelum temponya.

Piutang wesel biasanya timbul karena :

1. Terjadunya transaksi penjualan secara kredit.

2. Pemberian pinjaman uang.

3. Perubahan piutang dagang menjadi piutang wesel.

i. Penilaian piutang wesel

Piutang wesel yang jangka waktu pembayaran atau jatuh temponya kurang
dari satu tahun akan dicatat dalam aktiva lancar. Dan piutang wesel yang
berjangka waktu lebih dari satu tahun dianggap sebagai jangka pendek. Piutang
wesel dinilai berdasarkan jumlah yang diharapkan dapat ditagih (net realiable
value) dan prinsipnya sama dengan piutang dagang.

ii. Pendiskontoan wesel


Mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke bank dengan menggunakan
wesel sebagai jaminan . bank akan memberikan pinjaman tetapi dikurangi dengan
bunga yang diperhitungkan dengan selama jangka waktu diskonto, bunga yang
diperhitungkan ini disebut juga diskonto.

Syarat pendiskontoan wesel : jika pembuat wesel tidak melunasi weselnya


pada tanggal jatuh tempo maka pihak yang mendiskontokan bertanggung jawab
untuk melunasi wesel tersebut.

Contoh wesel tagih :

Nilai jatuh tempo wesel adalah Rp100 juta. Debitur meminta perpanjangan sebulan
untuk melunasinya, sehingga baru akan lunas di bulan keempat. Maka dari itu,
dikenakan bunga sebesar 10 persen per bulan. Selanjutnya, jumlah yang harus
dibayarkan ketika wesel tagih jatuh tempo sebagai berikut.

nilai jatuh tempo + (nilai jatuh tempo x bunga x durasi hari / 365 hari).

Perhitungannya seperti ini.

Rp100 juta + (Rp100 juta x 10% x 120/365) = Rp103.287.671,23

Dengan demikian jumlah wesel tagih yang harus dibayarkan adalah Rp.
103.287.671,23.

1. Piutang Lain-lain (other receivable)

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini
diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi.
Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau
karyawan perusahaan.
Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat
perusahaan, pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak
berkaitan dengan usaha.
Yang termasuk piutang lain-lain adalah :
1. Tuntutan (klaim) kepada pihak lain akibat peristiwa tertentu (klaim asuransi, klaim
akibat hilangnya barang, klaim kepada pegawai akibat kesalahannya).
2. Piutang pendapatan (deviden, bunga, sewa).
3. Piutang kepada pegawai, karena perusahaan memberikan pinjaman kepada pegawai.
4. Persekot dalam kontrak pembelian.
5. Klaim terhadap restitusi pajak.

Perbedaan masing-masing jenis piutang :


a. Piutang dagang :
1. Jangka waktu kurang dari 1 tahun 2/10, n/30.
2. Dimasukkan dalam aktiva lancar.
3. Berkaitan dengan operasi utama perusahaan sehingga harus dapat ditagih.

b. Piutang wesel :
1. Jangka waktu bermacam-macam tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari.
2. Bagian yang jatuh temponya dalam waktu 1 tahun dapat diperlakukan sebagai
aktiva lancar, sedangkan yang lebih dari satu tahun piutang jangka panjang.
3. Mensyaratkan adanya jaminan sehingga jika saat jatuh tempo tidak dapat melunasi
maka jaminan tersebut dapat dijual.

b. Piutang lain-lain :
1. Jangka waktu lebih dari satu tahun atau termasuk dalam piutang jangka panjang.
2. Pada umumnya termasuk dalam piutang jangka panjang.
3. Tidak berkaitan dengan operasi sehari-hari dan biasanya dilaporkan dineraca
sebagai kelompok aktiva tidak lancar.

C. Ciri-ciri Piutang
Setelah membahas pengertian piutang dan perbedaannya dengan hutang, kali ini kita
akan membahas karakteristik piutang. Adapun ciri-ciri piutang adalah sebagai berikut:
1. Punya Tanggal Jatuh Tempo
Piutang adalah transaksi dengan jatuh tempo tertentu berdasarkan kesepakatan
pihak debitur (yang berhutang) dan kreditur (pemberi hutang). Tanggal jatuh tempo
penting guna menjaga stabilitas arus kas perusahaan. Selain itu, penentuan jatuh
tempo juga akan memudahkan akuntan dalam menyusun jurnal keuangan periodik. 2
Klien yang melakukan transaksi dengan sistem kredit harus membayar sejumlah nilai
barang yang dibeli beserta dengan bunganya, hal ini sudah menjadi aturan bagi klien
karena sudah meminta waktu untuk membayar barang yang dibeli dengan tempo.

2
Redaksi OCBC NISP, “Piutang: Pengertian, Jenis, Ciri, & Bedanya dengan Hutang”,
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/06/22/piutang-adalah, diakses : 22 juni 2021.
2. Dapat Memiliki Bunga
Ciri-ciri piutang berikutnya adalah perusahaan selaku pihak kreditur dapat
menentukan apakah piutang yang dikeluarkannya memiliki bunga atau tidak. Jika
perusahaan mewajibkan piutang dengan bunga, maka pelaporannya dalam jurnal
wajib disendirikan. Bunga dibayar sebagai bentuk konsekuensi pembeli yang
meminta waktu pembayaran tertentu dan sebagai keuntungan bagi penjual karena
sudah bersabar dalam menunggu pelunasan kredit tersebut. Besaran bunga biasanya
sesuai kebijakan dari penjual dalam menentukan tingkat bunga yang dipakai. 3

3. Memiliki Konsekuensi Telat Pembayaran


Ciri - ciri piutang yang terakhir adalah menimbulkan risiko saat telat dibayar.
Piutang adalah salah satu komponen aset penentu lancar tidaknya operasional
perusahaan. Sehingga perusahaan perlu memberikan konsekuensi tegas bagi pihak-
pihak debitur yang telat melakukan pembayaran. Konsekuensi ini bisa berbentuk
blacklist atau bahkan pelaporan ke pihak berwajib.
Umumnya, penjual menggunakan dua jenis pengukuran umur, yaitu bulan dan
hari. Jika menggunakan hitungan bulanan, maka tanggal jatuh temponya sama dengan
tanggal pembeli melakukan transaksi kredit tersebut, hanya saja berbeda bulan.
Apabila berpatokan pada harian, maka wajib dilakukan perhitungan untuk
menentukan kapan tanggal jatuh temponya secara pasti. 4

D. Penyebab Timbulnya Piutang


Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dana jasa
perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan
setelah tanggal transaksi dijual beli. Dengan kata lain, piutang timbul karena adanya
pemberian kredit kepada debitur yang pelunasannya dilakukan secara mengangsur atau
dengan cicilan.
Ada kalanya sebuah piutang menjadi piutang tak tertagih jika belum ada pembayaran
ketika jatuh tempo. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya piutang tak
tertagih ini adalah :
a. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
b. Turunnya penjualan dan naiknya piutang.

3
Akidna Rahma, majoo.id, “Piutang: Pengertian, Ciri-ciri, dan Jenis-jenis Piutang”,
https://majoo.id/solusi/detail/piutang-usaha-1, diakses : 16 September 2021.
4
BUKUKAS, “Piutang : Pengertian, Penyebab, Ciri-Ciri, Jenis, Klasifikasi, Contoh, dan Cara Pengelolaannya”,
https://bukukas.co.id/piutang-pengertian-penyebab-ciri-ciri-jenis-klasifikasi-contoh-dan-cara-pengelolaannya/ ,
diakses : 16 Juli 2020.
c. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap.
d. Turunnya piutang diikuti turunnya penjualan dengan jumlah yang lebih besar.
e. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dengan jumlah yang lebih besar. 5

E. Klasifikasi Piutang
Piutang biasanya diklasifikasikan menjadi piutang dagang dan piutang bukan dagang.

a. Piutang dagang

Yang termasuk piutang dagang yaitu piutang usaha (accounts receivable) dan
wesel tagih (notes receivable). Piutang usaha merupakan piutang dagang yang tidak
dijamin dengan rekening terbuka. Piutang jenis ini adalah perluasan kredit jangka
pendek bagi pelanggan dan tempo pembayarannya berkisar 30 hingga 90 hari,
Sedangkan wesel tagih dikuatkan dengan janji tertulis untuk membayar transaksi
jual-beli yang telah dilakukannya.

b. Piutang bukan dagang

Yang termasuk piutang bukan dagang antara lain :

1. Penjualan surat berharga atau kepemilikan selain barang dan jasa.


2. Uang muka bagi para pemegang saham, direktur, pejabat, karyawan dan
perusahaan afiliasi.
3. Pembayaran di awal pembelian.
4. Tuntutan atas kerugian atau kerusakan produk.
5. Saham yang harus disetor.
6. Dilakukan setoran untuk menjamin kontrak atau pembayaran biaya.
7. Setoran kepada kreditur, perusahaan keperluan umum, dan serta lembaga
lainnya.

5
BukuKas, “piutang : pengertian,penyebab,ciri-ciri,klasifikasi dan jenisnya.” https://bukukas.co.id, diakses
: 16 Juli 2020.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, bisa disimpulkan bahwa piutang adalah hak milik kita yang masih ada di
tangan orang atau pihak lain, baik berupa uang atau penjualan yang belum dibayar
lunas. Adapun sebab terjadinya piutang adalah naiknya piutang sedangkan penjualan
tidak berubah, turunnya penjualan dan naiknya piutang, turunnya penjualan dengan
piutang yang tetap, turunnya piutang diikuti turunnya penjualan dengan jumlah yang
lebih besar, naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dengan jumlah yang lebih besar.
Ciri-ciri piutang adalah adanya nilai jatuh tempo, adanya tanggal jatuh tempo dan
adanya bunga yang berlaku. Selanjutnya ada jenis-jenis piutang yaitu piutang
usaha,wesel tagih dan piutang lain-lain. Kemudian klasifikasi piutang terbagi menjadi
piutang dagang dan piutangbukan dagang.Selanjutnya yaitu piutang tak tertagih yang
merupakan hutang pihak lain kepada Anda atau perusahaan atas transaksi suatu bisnis,
tetapi piutang tersebut tidak bisa dikembalikan kreditur meskipun telah diupayakan
tindakan penagihan.Adapun metode nya yaitu Metode Direct Write-Off dan Metode
Allowance.

B. Saran
Saran kami kepada pembaca lebih banyaklah membaca dan melatih diri dengan
mencoba latihan soal-soal materi akuntansi piutang agar menambah ilmu akuntansi
serta bermanfaat dikemudian hari nantinya. Serta dalam penulisan makalah selanjutya
agar terus konsisten dalam pembahasan materi yang akan dibahas yang tentunya
disertai sumber-sumber terpe
Daftar Pusaka

Weygandt, Jerry J.Kimmel, Paul D.Kieso, Donald E..2013. Financial Accounting


2nd, IFRS edition, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Redaksi OCBC NISP, “Piutang: Pengertian, Jenis, Ciri, & Bedanya dengan
Hutang”, https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/06/22/piutang-adalah, diakses : 22
juni 2021.

Akidna Rahma, majoo.id, “Piutang: Pengertian, Ciri-ciri, dan Jenis-jenis Piutang”,


https://majoo.id/solusi/detail/piutang-usaha-1, diakses : 16 September 2021.

BUKUKAS, “Piutang : Pengertian, Penyebab, Ciri-Ciri, Jenis, Klasifikasi, Contoh,


dan Cara Pengelolaannya”, https://bukukas.co.id/piutang-pengertian-penyebab-ciri-ciri-
jenis-klasifikasi-contoh-dan-cara-pengelolaannya/ , diakses : 16 Juli 2020.

BukuKas, “piutang : pengertian,penyebab,ciri-ciri,klasifikasi dan jenisnya.”


https://bukukas.co.id, diakses : 16 Juli 2020.

You might also like