You are on page 1of 8

UTS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Nama : Khalifah Nur Istiqomah


Kelas :B
NPM : 215020041

1. Menurut Prof. Dr. H. Asep Sjamsulbachri, M. Pd. (2019:1), Pendidikan Kewarganegaraan


dirancang untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang pengetahuan dan
kemampuan mengenai hubungan antar warga negara dengan sebagai bekal menjadi warga
negara yang memiliki rasa tanggung jawab berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan memasukan pengaruh yang baik (Positive Influence) melalui pendidikan di
sekolah pendidikan di rumah, dan pendidikan di masyarakat.
Landasan Pendidikan Kewarganegaraan :
a. UUD 1945.
b. Pembukaan UUD 1945, aliena kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi
bangsa
Indonesia tentang kemerdekaannya).
c. Pasal 27 (1) kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan pemerintahan.
d. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara.
e. Pasal 30 (1) hak dan kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan
negara.
f. Pasal 31 (1), hak dan warga negara mendapatkan pendidikan
g. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
h. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nome"43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Penguruan Tinggi.
f. Landasan Historis
Landasan Historis adalah fakta-fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi
pengembangan pendidikan Pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan,
pengembangan materi, rancangan model pembelajaran, dan evaluasinya. Berdasarkan
landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang dipakai sebagai
dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari nilai-nilai pandangan
hidup masyarakat.
g. Landasan Kultural
Landasan kultural adalah pengembangan pendidikan Pancasila didasarkan atas
nilai-nilai yang diagungkan, dan karenanya disepakati dalam kehidupan nasional.
Pancasila merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus
diwariskan ke generasi penerus.
h. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis menyangkut aturan perundang-undangan yang mendasari
pelaksanaan Pendidikan Pancasila. Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara
formal menjadi dasar negara sejak dituangkannya rumusan Pancasila dalam
pembukaan UUD 1945. Secara hierarkis, landasan yuridis dapat ditelusuri dari UUD
1945, Ketetapan MPR, Undang undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri,
Keputusan Direktur Jenderal, dan lain-lain.
i. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah penggunaan hasil-hasil pemikiran filsafat Pancasila
untuk mengembangkan Pendidikan Pancasila. Secara praktis nilai-nilai tersebut
berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa. Pancasila yang merupakan filsafat
negara harus menjadi sumber bagi segala tindakan para penyelenggara negara,
menjadi jiwa dari perundang-undangan yang berlaku bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Menurut Prof. Dr. H. Asep Sjamsulbachri, M. Pd. (2019:11) Urgensi Pengembangan
pendidikan kewarganegaraan ke depan diharapkan dapat berorientasi atau terasa pada
terbentuknya masyarakat sipil dengan cara memberdayakan warga negara melalui proses
pendidikan.Melalui proses pendidikan setiap warga negara dapat diajarkan bagaimana cara
berperan secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang demokratis. Patrick (Samsuri
2006:38) mengungkapkan secara skematis, keempat komponen PKN untuk membentuk
warga negara demokratis yang diuraikan sebagai berikut :
1. KNOWLEDGE OF CITIZENSHIP AND GOVERNMENT IN DEMOCRACY
(CIVIC KNOWLEDGE)

a. Konsep dan Prinsip hakekat demokrasi


b. Persoalan pokok mengenai arti dan penggunaan gagasan inti
c. Melanjutkan masalah pokok dan keputusan tentang kebijakan umum dan tafsiran
berdasarkan Undang-undang dasar
d. Undang-undang dasar dan lembaga pemerintah untuk perwakilan demokrasi
e. Demokrasi kewarganegaraan dan peran warganegaraan
f. Sejarah demokrasi di negara negara tertentu dan di seluruh dunia
2. COGNITIVE SKILLS OF DEMOCRATIC CITIZENSHIP (INTELECTUAL
CIVIC SKILSS)

a. Mengidentifikasi dan menggambar informasi mengenai kehidupan politik dan


umum
b. Menganalisis dan menjelaskan informasi mengenai kehidupan politik dan umum
c. Mengumpulkan dan menjelaskan informasi mengenai kehidupan politik dan umum
d. Mengevaluasi, menghasilkan, dan mempertahankan keadaan pada peristiwa dan
permasalahan umum
e. Berpikir kritis mengenai kondisi kehidupan politik dan umum
f. Berpikir secara konstruktif tentang bagaimana meningkatkan kehidupan politik dan
umum

3. PARTICIPATORY SKILLS OF DEMOCRATIC CITIZENSHIP


(PARTICIPATORY CIVIC SKILLS)
a. Berinteraksi dengan warga negara lain untuk memajukan kepentingan pribadi dan
umum
b. Memantau peristiwa dan permasalahan umum
c. Merundingkan dan membuat keputusan mengenai masalah-masalah umum
d. Melaksanakan keputusan politik mengenai masalah-masalah umum
e. Mengambil tindakan untuk memperbaiki kehidupan politik dan umum

4. VIRTUES AND DISPOSITIONS OF DEMOCRATIC CITIZENSHIP (CIVIC


DISPOSITIONS).
a. Menyatakan kesamaan derajat dan martabat umat manusia untuk setiap orang
b. Menghormati, melindungi, dan menggunakan hak yang dimiliki untuk setiap orang
c. Berpartisipasi demgan bertanggung jawab dalan kehidupan politik dan masyarakat
d. Menjalankan pemerintahan sendiri dan mendukung pemerintah dengan persetujuan
dari yang mengatur
e. Mencontohkan ciri-ciri moral kewarganegaraan demokratis
f. Mempromosikan kepentingan umum

3. Menurut Prof. Asep Sjamsulbachri, M. Pd. (2019: 19) bentuk puluh dua kasa dasar yang
umr berasal dari kata identity. kamus besar bahasa Indonesia KBBI identitas berapa ciri-ciri
atau keadaan seseorang atau Jati diri, Indonesia national berkenaan berasal dari bangsa
sendiri meliputi suatu bangsa. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas
nasional berarti jati diri yaitu ciri-ciri atau karakteristik, keyakinan tentang kebangsaan yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Tilaar (2007) Menyatakan identitas
nasional berkaitan dengan pengertian bangsa. Menurutnya, ” bangsa adalah suatu keseluruhan
alamiah dari seseorang karena dari padanyalah seorang individu memperoleh realitasnya.
Soedarsono 2002 menyatakan “jati diri adalah siapa diri Anda sesungguhnya”. Makna
identitas dalam konteks ini digambarkan sebagai jati diri individu manusia. Menurut kaelan
2002 “ jati diri bangsa Indonesia adalah merupakan hasil pikiran dan gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri
masyarakat Indonesia. Menurut Hardono Hadi 2002 jati diri itu mencakup tiga unsur yaitu
kepribadian, identitas, dan keunikan. Pancasila sebagai jati diri bangsa lebih dimaknai
sebagai kepribadian (sikap dan perilaku yang ditampilkan manusia Indonesia)yang
mencerminkan lima nilai pancasila).

4. Hal yang mempersatukan etnis meskipun adanya perbedaan


A. Mahfud mengatakan karena Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar ideologi
negara yang kuat dan bisa mempersatukan keberagaman tersebut. Semua patut
mensyukuri lahirnya Pancasila di Indonesia. "Pancasila bisa menyatukan 17.504
pulau, 1.340 suku bangsa, 736 bahasa daerah, dan ada 6 agama, semua bisa bersatu
dan rukun itu karena Pancasila,"
B. Makna luhur Bhinneka Tunggal Ika: Bangsa Indonesia menyadari bahwa
keragaman, baik suku bangsa, agama, ras, antargolongan, bukan merupakan unsur
pemecah. Melainkan faktor potensi atau modal terbentuknya persatuan dan kesatuan
Indonesia. Bangsa Indonesia menyadari bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika
mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan Indonesia yang semakin kokoh. Karena
pengalaman sejarah bahwa semangat kedaerahan hanya akan memecah belah bangsa
Indonesia sehingga mudah dikuasai oleh bangsa lain. Bangsa Indonesia menyadari
bahwa di tengah arus globalisasi yang sangat cepat dan terjadinya percampuran
budaya diperlukan penyaringan. Agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap utuh dan
semangat berbeda tetapi tetap satu atau Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa Indonesia
menyadari sepenuhnya bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu pilar
selain UUD RI 1945 dan NKRI demi kokohnya kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia.
C. Beberapa contoh implementasi Bhinneka Tunggal Ika meliputi, perilaku inklusif,
mengakomodasi sifat pluralistik, tidak mencari menang sendiri, musyawarah untuk
mufakat, dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban. Sementara, disintegrasi
bangsa adalah sebuah keadaan dimana tidak bersatu padu dan menghilangnya
keutuhan atau persatuan suatu bangsa yang akan menyebabkan perpecahan. Ketika
hal ini terjadi, bukan tidak mungkin akan terjadi pelepasan wilayah dari suatu negara.
Salah satu contoh yang bisa kita perhatikan adalah situasi yang terjadi di semenanjun
Korea. Sebuah perbedaan ideologi yang sulit sekali untuk dipersatukan kembali,
mereka terpecah menjadi dua negara, Korea Selatan yang menganut paham demokrasi
dan Korea Utara yang memilih ideologi komunis.
Disintegrasi bangsa bisa disebabkan oleh beberapa macam hal. Sekarang mari kita cari tahu
apa saja itu.
a. Perbedaan Ideologi Setiap negara tentu punya ideologi masing-masing yang harus
juga dimiliki oleh para warga negaranya. Masalah akan muncul ketika muncul
berbagai ideologi dengan paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara.
Contohnya adalah ideologi atau dari Indonesia adalah Pancasila. Namun, banyak
ideologi selain Pancasila yang berkembang di tengah masyarakat. Keberadaan
ideologi selain Pancasila tersebut dapat mengancam persatuan dan dapat
menyebabkan kehancuran pada suatu tatanan hidup masyarakat. Seperti komunisme,
marxisme dan lain-lain.
b. Demografi Yang Timpang Kesenjangan dalam demografis juga bisa menjadi
penyebab dari terjadinya disintegrasi bangsa. Ketika pemenuhan kebutuhan tidak
seimbang, rakyat akan berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhannya. Ini bisa
memunculkan rasa kecemburuan yang akan menuntut berbagai hal dan bisa berakibat
perpecahan.
c. Iklim Politik yang Kurang Sehat Ini adalah salah satu pemicu yang bisa
menyebabkan terjadinya perpecahan. Akan ada oknum yang mempermainkan politik
untuk kepentingannya sendiri. Hasilnya? Banyak terjadi demonstrasi dan perpecahan
di tengah masyarakat ketika membahas masalah politik ini.
d. Menurunnya Tingkat Toleransi di Tengah Masyarakat Menghormati segala
perbedaan adalah hal yang penting dalam hidup berbangsa. Kita tidak boleh
membedakan sikap terhadap orang lain hanya karena suku, ras, agama, adat, kondisi
ekonomi, kondisi fisik, tingkat pendidikan ataupun hal-hal lainnya. Namun nyatanya
saat ini, toleransi dari masyarakat semakin berkurang. Banyak sekali kejadian yang
bisa membuat perpecahan bangasa dimulai dari tidak adanya toleransi. Kita harus
waspada nih untuk hal yang satu ini.
e. Kemajuan Ekonomi yang Terhambat Hal ini bisa menyebabkan kesenjangan yang
besar di antara orang-orang yang berkecukupan dengan yang memiliki kekurangan
finansial di tengah masyarakat. Tingginya tingkat pengangguran juga merupakan
akibat dari lambatnya kemajuan ekonomi. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan
kriminalitas dan perpecahan di antara penduduk suatu negara.
Contoh disintegrasi yang pernah terjadi di Indonesia :
a. Kasus G30S-PKI, dimana gerakan ini menimbulkan keresahan yang ada di
masyarakat dan sampai sekarang menjadi ancaman terhadap ideologi negara.
b. Perang saudara, seperti perang sampit antara suku Dayak dan Madura.
c. Lepasnya Timor Leste dari Indonesia.
d. Politik, seperti kampanye kubu A sama kubu B. Yang dimana terkadang ada
kerusuhan atau iri dengki

5.
 Jenis Konstitusi
A. Konstitusi Tertulis Konstitusi tertulis merupakan sekumpulan aturan pokok dasar negara,
bangunan negara dan tata negara yang mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam
persekutuan hukum negara. Berikut ini adalah beberapa contoh konstitusi tertulis yang pernah
digunakan negara Indonesia, di antaranya yaitu:
a. UUD 1945
b. UUD RIS
c. UUD Sementara
d. UUD 1945 Hasil Amandemen

B. Konstitusi Tidak Tertulis Konstitusi yang tidak tertulis dapat juga disebut sebagai
konvensi. Konvensi sendiri memiliki pengertian sebagai kebiasaan sistem tata negara yang
sering ada dalam sebuah negara. Berikut ini adalah beberapa contoh konstitusi tertulis yang
pernah digunakan negara Indonesia, di antaranya yaitu:
a. Keputusan di MPR diambil dan diputuskan berdasarkan musyawarah secara mufakat.
b. Pidato Presiden pada sidang paripurna DPR setiap tanggal 16 Agustus 1945, dan Pidato
Presiden sebelum MPR melakukan sidang. Presiden sebagai kepala negara telah menyiapkan
bahan-bahan untuk sidang umum MPR yang akan datang.

 Alasan Perubahan UUD 1945


Menurut Prof. Dr. H. Asep Sjamsulbachri, M. Pd. (2019:55), Mengapa demikian, karena
sejak semula UUD NRI 1945 oleh Bung Karno sendiri dikatakan sebagai UUD kilat yang
akan terus disempurnakan pada masa yang akan datang. Perubahan yang dilakukan
dimaksudkan guna menyesuaikan dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi saat itu.
Persoalan bangsa dan tantangan yang dihadapi saat itu tentunya berbeda dengan masa awal
reformasi. Perubahan UUD NKRI 1945 yang pada mulanya merupakan tuntutan reformasi,
dalam perjalannya telah menjadi kebutuhan seluruh komponen bangsa.

6.
 Asas, Status dan Masalah Kewarganegaraan
A. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran
a. Asas Ius Sanguinis Asas ius sanguinis bisa disebut juga dengan asas hubungan
darah atau keturunan. Asas ini menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
kewarganegaraan orangtuanya. Contohnya seorang anak lahir di negara X yang
menganut asas ius sanguinis, sedangkan orang tuanya merupakan warga negara Y
yang menganut asas lain, maka anak tersebut menjadi warga negara Y. Contoh negara
yang menganut asas ius sanguinis adalah RRC.
b. Asas Ius Soli Asas ius soli atau disebut juga asas tempat atau daerah kelahiran
adalah asas yang menetapkan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat atau
daerah orang tersebut dilahirkan. Contohnya apabila seorang anak lahir di negara X,
maka secara otomatis menjadi warga negara X walaupun orang tuanya merupakan
warga negara Y. Beberapa negara yang menganut asas ius soli antara lain Amerika
Serikat, Kanada, Kamboja, Pakistan, dan Brazil.
B. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan
a. Asas Persamaan Hukum Asas persamaan hukum adalah asas yang memandang
bahwa suami istri merupakan keluarga yang saling terikat satu sama lain, sehingga
diusahakan status kewarganegaraan keduanya sama.
b. Asas Persamaan Derajat Asas persamaan derajat adalah asas yang memandang
bahwa perkawinan tidak menjadikan ketundukan salah satu pihak terhadap hukum
yang lain. Artinya, baik suami maupun istri diberikan kebebasan untuk menentukan
status kewarganegaraan mereka masing-masing.
Di Indonesia, asas kewarganegaraan telah diatur dalam Undang-undang. Berdasarkan UU
Nomor 12 Tahun 2006, asas kewarganegaraan Indonesia terdiri dari ius sanguinis, ius soli,
tunggal, dan ganda terbatas. Berikut penjelasannya:
A. Asas Ius Sanguinis Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan
negara tempat kelahiran.
B. Asas Ius Soli Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.
C. Asas Kewarganegaraan Tunggal Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang
menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
D. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas Asas kewarganegaraan ganda terbatas
adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

 Kehilangan Kewarganegaraan
Warga Negara Indonesia dengan sendirinya kehilangan kewarganegaraannya karena:
Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri; Tidak menolak atau tidak
melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapatkan
kesempatan untuk itu; Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas
permohonan sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin, bertempat tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan
Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan; Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin
terlebih dahulu dari Presiden; Secara sukarela masuk dalam dinas tentara asing, yang jabatan
dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia; Secara sukarela mengangkat
sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing
tersebut; Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing; Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor
dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya; atau Bertempat tinggal di luar wilayah negara
Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara,
tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap
menjadi WNI sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi WNI kepada
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan. mendasarkan kepada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 khususnya Pasal
27 ayat (3) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya Pembelaan Negara. Lalu Pasal 30 ayat (1) menjelaskan bahwa tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Dari kedua
ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa bela negara merupakan hak dan kewajiban
konstitusional warga negara Indonesia. Konsepsi Bela Negara ini secara substansial
mengandung lima nilai yaitu: cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila
sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan
awal bela negara. Kemudian hak dan kewajiban konstitusional tersebut selanjutnya
dijabarkan di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan
Undang-Undang Nomor 3Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

 Hak dan Bela Negara


Hak dan Bela Negara adalah kewajiban dasar warga negara, warga negara wajib membela
negara apabila kemerdekaan bangsan dan negara serta wajib membela negara apabila
kemerdekaan bangsa dan negara serta kedaulatan negara terancam dalam bahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsulbachri, Asep. 2019. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Tinggi. Kota


Tasikmalaya: Ksatria Siliwangi.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konstitusi/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5776217/4-jenis-asas-kewarganegaraan-dan-
contohnya

You might also like