You are on page 1of 18

Disusun Oleh :

Kelompok V

GLORIA

PRISKANIA

KIKI IDAMAN PUTRI

WINDA SWARA

DIPLOMA KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN

DAN BISNIS SITI FATIMAH MAMUJU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
"Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik” Makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Komunikasi Keperawatan.

Makalah ini dibuat bertujuan agar mahasiswa memahami tentang


segala yang berkaitan dengan masalah Komunikasi Keperawatan. Dalam
proses pembuatan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam penulisannya, olehnya itu penulis
memohon bimbingan dan bantuan dari semua pihak sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya.

Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan


makalah ini banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah inidapat bermanfaat bagi pembaca.

Mamuju, 05 Juni 2022

Penyusun

KELOMPOK V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 4

A. Defenisi Komunikasi Terapeutik.......................................... 3

B. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik................................ 5

BAB III PENUTUP................................................................................... 14

A. Kesimpulan............................................................................ 14

B. Saran....................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam

hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih

bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan

proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan

kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).

Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian

sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang

tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989)

dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik

tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien,

mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam

pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra

rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk

memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi

termasuk “therapeutic use of self” dan “helping relationship” untuk praktek


keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi

terapeutik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapiutik?

2. Apa teknik-teknik dari komunikasi terapiutik?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Untuk Mengetahui Pengertian Komunikasi terapeutik

2. Untuk mengetahui teknik-teknik terapiutik


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara

perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang

mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik

adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan

berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif

seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif

perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang

dirinya. Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart

dan Sundeen, 1987, hal. 111) karena :

1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik.

Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran

perasaan dan pikiran.

2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti,

keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena

proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai

tingkat kesehatan yang normal.


3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang

terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.

Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu

mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam

membantu klien memecahkan masalahnya.

Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim

pesan, penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu

pengirim dan penerima adalah komunikasi yang akan member efek pada

perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal.

Bermain merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan

klien anak.

Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara

lain : Vokal; nada, kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang semuanya

menggambarkan suasana emosi.

1. Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau

gerakan-gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat

diartikan sebagai suasana hati.

2. Jarak (space) Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain

menggambarkan keintiman.

3. Sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan

aspek budaya dan kebiasaaan.

Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus

menganalisa dirinya : kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu


menjadi model yang bertanggung jawab. Seorang perawat tidak akan dapat

mengetahui kondisi klien jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan

klien.

Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus

di rencanakan, di pertimbangkan dan di lakukan secara profesional. Pada saat

pertama kali perawat melakukan komunikasi terapeutik proses komunikasi

umumnya berlangsung singkat, canggung, semu dan seperti di buat-buat.hal

ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing hubungan

pasien karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia

yang positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.

B. TEHNIK-TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Bertanya

Bertanya (questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien

untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering

digunakan pada tahap orientasi.

a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif

Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat

bertanya perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara

langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan

nonfasilitatif (nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak

efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah


atau pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian

terhadap klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

b. Pertanyaan terbuka dan tertutup

Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat

membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan

terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya

(Antai-Otong dalam Suryani, 2005).

Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat

membutuhkan jawaban yang singkat.

c. Inapropriate quantity question

Inapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari

sisi jumlah pertanyaan, yang mengakibatkan klien bingung dalam

menjawab. Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang tidak

tepat karena menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab (Long,

L dalam Suryani, 2005).

d. Inapropriate quality question

Inapropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik

diberikan pada klien dan biasanya dimulai dengan kata “why”

(mengapa). Why question ini dipertimbangkan tidak tepat karena :

1) Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah-olah

diintimidasi (Sturat, G.W dalam Suryani, 2005). Hal ini bisa

menghambat keterbukaan klien terhadap perawat.


2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena

why question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau

mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan

bagaimana perasaanya terhadap kejadian (Gerald, D dalam

Suryani, 2005).

2. Mendengarkan

Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam

komunikasi terapeutik (Keliat, Budi Anna, 1992). Mendengarkan adalah

proses aktif (Gerald, D dalam Suryani, 2005) dan penerimaan informasi

serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson,

S dalam Suryani, 2005).

Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang

dibacakan klien dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan

dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian

bahwa perawat mempunyai waktu untuk mendengarkan (Purwanto, Heri,

1994).

3. Mengulang

Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan

klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi

perawat mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi Anna, 1992).

Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung

listening (Suryani, 2005).

4. Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau

pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti

dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa

yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi (Gerald, D

dalam Suryani, 2005). Apabila perawat menginterpretasikan pembicaraan

klien, maka penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya.

Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap

perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.

5. Refleksi

Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,

pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk

memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan

menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien (Antai-Otong

dalam Suryani, 2005).

Tehnik-tehnik refleksi terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 1992)

a) Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide

yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.

b) Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap

isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.

Gunanya adalah untuk :

a. Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.

b. Mengoreksi.
c. Memberi keterangan lebih jelas.

Ruginya adalah :

a. Mengulang terlalu sering dan sama.

b. Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi

6. Memfokuskan

Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada

klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien

pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Dengan

demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan penggantian

topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengguanakan

metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien

menyampaikan masalah penting (Suryani, 2005).

7. Diam

Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan

pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan

memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi

pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005). Tehnik

ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati,

memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan dukungan,

pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk


berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus

mengambil keputusan (Suryani, 2005).

8. Memberi Informasi

Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan

penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam

mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek

yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi

yang diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian dan

pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu dalam

memberikan alternatif pemecahan masalah (Suryani, 2005).

9. Menyimpulkan

Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu

klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini

membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama

saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu

peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith

dalam Suryani, 2005).

Manfaat dari menyimpulkan antara lain : (Suryani, 2005)

a. Memfokuskan pada topik yang relevan.

b. Menolong perawat dalam mengulang aspek utama interaksi.

c. Membantu klien untuk merasa bahwa perawat memahami

perasaannya.
d. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat

tambahan atau koreksi terhadap informasi sebelumnya.

10. Mengubah Cara Pandang

Tehnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk

memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau

masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

Tehnik ini sangat bermanfaan terutama ketika klien berfikiran negatif

terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Seorang

perawat kadang memberikan tanggapan yang kurang tepat ketika klien

mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan : “sebenarnya apa yang

anda pikirkan tidak seburuk itu kejadiannya”. Reframing akan membuat

klien mampu melihat apa yang dialaminya dari sisi positif (Gerald, D

dalam Suryani, 2005) sehingga memungkinkan klien untuk membuat

perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

11. Eksplorasi

Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih

dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005)

supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap

kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang

dialami klien.

12. Membagi Persepsi


Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan, membagi persepsi

(sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang

perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat

merasakan atau melihat ada perbedaan antara respos verbal dan respons

nonverbal klien.

13. Mengidentifikasi Tema

Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus

mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya

adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting

(Stuart & Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat

pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal

masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. Humor

Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik.

Florence Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam Suryani (2005)

pernah mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan

humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta

menurunkan tekanan darah dan nadi.

Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :

a. Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor

mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.

b. Jika relevan dan konsisten dengan sosial budaya klien.

c. Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.


15. Memberikan Pujian

Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis

yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement

berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien

(Gerald, D dalam Suryani, 2005). Reniforcement bisa diungkapkan dengan

kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan

latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi

tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang

turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui

dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.

2. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam

penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal

lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi

ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam

mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

B. SARAN

1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan

klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.

2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan

bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang

teguh etika keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans

Info Media

http://dhanwaode.wordpress.com/2010/10/09/komunikasi-dalam-proses-

pembangunan-dalam-proses-keperawatan/

You might also like