Professional Documents
Culture Documents
Forum Diskusi
Forum Diskusi
2. Bagaimana kata ‘menuntun’ saya maknai dalam konteks social budaya di daerah saya?
Apa dapat saya lakukan untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan
konteks social budaya di daerah saya ?
3. Mengapa pendidikan murid (anak) perlu mepertimbangkan kodrat alam dan kodrat
zaman?
1.1.a.4.1. Forum Diskusi Refleksi
Kritis Tentang Pemikiran KHD Di
Ruang Diskusi VirtualGoogle
Meet™ For Moodle
1. Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di
daerah saya? Perubahan konkret apa yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?
Menuntun, di sekolah saya budaya menuntun sudah mendarah daging. Para pendidik
terutama para guru, mengarahkan siswa tanpa kesan memaksa. Tetapi dengan memberi
pemahaman yang baik. Walaupun cara ini tidak efektif untuk sebagian kecil siswa.
Pendidikan yang menghamba pada sudah mulai saya terapkan. Pembelajaran saya
laksanakan berpusat pada anak. Saya sebagai guru memfasilitasi dan menuntun mereka
untuk mencapai tujuan.
Menuntun yang saya lihat dari konteks sosial budaya daerah saya adalah among,
ngemong. Menuntun dengan sabar agar anak bisa memahami dirinya dan berkembang
sesuai kemampuan dan keunikannya.
2. Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
Dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat
zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat
atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar
tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul
sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.
Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan
kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri.
Dalam konteks pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan
Abad 21. Budi pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan
pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan
yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa
melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi
pekerti/akhlak mulia kepada anak.
3. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran
saya sebagai pendidik?
Saya pendidik untuk memberi tuntunan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak
secara budi (cipta, rasa, karsa) dan pekerti (tenaga), sesuai dengan kodratnya sang anak.
Pendidikan yang "ekologis," ibarat petani yang menanam berbagai macam bibit tanaman
dan memelihara tanaman tersebut sesuai dengan kodratnya. Tuntunan ini bersifat holistik,
tak boleh lepas dari pendidikan sosial dan kultural.
Menghantarkan anak tidak hanya pada ketajaman pikiran, kehalusan rasa, dan kekuatan
kemauan, namun juga pada kebulatan jiwa dan kebijaksanaan.
Sebagai guru saya tidak hanya menekankan pendidikan pikiran saja dan menomorduakan
pendidikan social saja, tetapi harus berjalan seirama.
4. Bagaimana gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan)
pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)?
Konsep Student Centered Leaning/ Menghamba pada anak, siswa diharapkan sebagai
peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan
berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber
informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan
pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Dalam
batas-batas tertentu siswa dapat memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya.
Pendidikan yang menghamba pada anak menekankan pada minat, kebutuhan dan
kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk
membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat
mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti
kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam
berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta
wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.
Refleksi Filosofi Pendidikan dan Pengajaran Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan dan pengajaran adalah satu kesatuan yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran (onderwijs)
adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam
memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan
batin. Sedang pendidikan(opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala
kekuatan kodrat yang dimiliki anak. Agar mampu mencapai keselamatan dan
kebahagian setinggi-tingginya. Baik sebagai seorang manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Ki Hajar Dewantara mengingatkan para pendidik harus
tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Namun tidak
semua yang baru itu baik. Jadi perlu diselaraskan . Indonesia memiliki potensi-
potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Dasar pendidikan
anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan
kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya setiap anak sudah
membawa sifat atau karakter masing-masing. Jadi guru tidak bisa menghapus
sifat dasar tersebut. Yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing
mereka agar muncul sifat-sifat baiknya. Sehingga menutupi/mengaburkan sifat-
sifat jeleknya.
Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali
keterampilan kepada siswa sesuai zamannya. Agar mereka bisa hidup, berkarya
dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, kita harus bekali
siswa dengan kecakapan abad 21. Budi pekerti harus menjadi bagian tak
terpisahkan. Guru harus senantiasa memberikan teladan baik bagi siswanya.
Dalam pembelajaran di kelas, guru harus memperhatikan kodrati anak yang
masih suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak bermain pasti yang mereka
rasakan kegembiraan. Semua itu membuat kesan membekas di hati dan
pikirannya. Guru harus memasukan unsur permainan dalam pembelajaran. Agar
siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi permainan tradisional. Selain
mendidik sekaligus bisa mengajak anak melestarikan kebudayaan
Ada beberapa hal yang bisa diterapkan, agar kelas mencerminkan pemikiran Ki
Hajar Dewantara. Diantaranya: Meningkatkan kredibilitas saya (perilaku yang
diteladani) serta kedisiplinan waktu. Pembelajaran dirancang untuk mendorong
banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Memperkokoh basis pendidikan
karakter dan mengembangkna budi pekerti anak. Setiap penguatan tugas akan
dikaitkan kebutuhan dan minat setiap siswa. Selalu berkomunikasi dengan rekan
guru, kepala sekolah, orang tua, dan stakeholder untuk pengembangan kualitas
pembelajaran anak. Sebagai pendidik saya ingin bisa mengajak rekan guru dan
sekolah untuk kreatif. Mengembangkan ide-ide inovatif, menghasilkan karya
bermakna, bermanfaat, dan berdampak untuk masa depan anak. Ayo guru
bergerak mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Yaitu mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada
Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara demokratis serta bertanggung jawab.