You are on page 1of 26

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DIARE TAMPA DEHIDRASI

DI PUSKESMAS ALUE BILIE

NAMA :RISKA MURLIA


NIM :1590120026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH ACEH
TAHUN 2021
LEMBARAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN


PECAH DINI DI PUSKESMAS ALUE BILI

RISKA MURLIA
1590120026

Banda Aceh, 27 Juli 2021


Menyetujui

Perseptor Pembimbing

(Fatmawati Sinuhaji, S.Tr.Keb) (Evi Kurniawati,SST,M.Keb)

Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

(Rahma Dalila Fitri,SST,M.Keb )


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
a. Rumusan Maslah..................................................................... 3
B. Tujuan Penelitian........................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Balita.......................................................................................... 5
B. Diare........................................................................................... 6
C. Teori asuhan Kebidanan............................................................. 15
BAB III ASUHAN KEBIDANAN
A. Asuhan kebidanan...................................................................... 18
BAB III ASUHAN KEBIDANAN
A. Kesimpulan............................................................................... 22
B. Saran......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa

angka kematian balita dan anak di Indonesia masih tergolong tinggi jika

dibandingkan dengan negara-negara anggota Assosiation South East Asia

Nation (ASEAN) yakni 31/1.000 kelahiran, hanya lebih baik

dibandingkan dengan Kamboja (97/1000) dan Laos (82/1000). Jika

dibandingkan dengan negara-negara tetangga lain, kita masih tertinggal.

Singapura dan Malaysia memiliki Angka Kematian Balita (AKB) amat

rendah, masing-masing 3 dan 7 per 1.000 kelahiran. Ini menunjukkan

masih rendahnya perhatian pemerintah terhadap masalah kesehatan yang

dihadapi anak-anak (Arsa, 2018).

Penduduk Indonesia pada tahun 2016 telah melampaui 251 juta.

Dan jumlah Balita tahun 2016 merupakan golongan penduduk terbanyak

ketiga yaitu 23.512.851 juta (9,7%) dari jumlah penduduk. Jumlah

kematian balita di Indonesia selama tahun 2016 mencapai 134 ribu,

sebagai akibat dari kegagalan program kesehatan (Depkes, 2016)).

Kasus diare masih merupakan penyebab kematian terbanyak pada

anak-anak di dunia. Setiap tahunnya terjadi 4 miliyar kasus diare dimana

88% disebabkan oleh air yang tidak bersih dan setiap tahun 1,8 juta orang

meninggal dunia karena penyakit diare, mayoritas adalah anak-anak

1
2

dibawah usia 5 tahun (Kemenkes, 2017).

Pada tahun 2016 WHO (World Health Organization) menyatakan

bahwa setiap tahun 1,5 juta anak meninggal dunia akibat penyakit diare,

hal ini menyebabkan diare sebagai penyebab kematian terbesar kedua

pada anak balita. Di NegaraAssosiation South East Asia

Nation(ASEAN), anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian

diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk

diare (WHO, 2017).

Diare telah menyebabkan kematian 25,5% anak usia satu tahun

hingga empat tahun. Bahkan pada tahun 2017, diare merupakan

penyumbang kematian bayi terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 31,4%

dari total kematian bayi. Penyebab kematian balita terbanyak adalah diare

(25.2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau

sekitar 460 balita per hari. Jika dirata-rata, sebanyak 7,8 dari 1.000 balita

meninggal karena diare setiap tahun. Sementara, dari hasil survei

kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab

kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi pada bayi, dan nomor

lima bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare

sebanyak 1,6-2 kali per tahun (Meliyati, 2016).

Upaya pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI dan

Dinas Kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat

diare adalah peningkatan kualitas dan kuantitas tatalakana penderita diare

melalui pendekatan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan


3

pelembagaan pojok oralit, mengupayakan tatalaksana penderita diare di

rumah tangga secara tepat dan benar, meningkatkan upaya pencegahan

melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), dan meningkatkan upaya

kesehatan bersumber masyarakat, meningkatkan sanitasi lingkungan serta

peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa

diare (Depkes, 2011).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan Yang Diberikan

Pada Balita An. L umur 4 tahun dengan diare tampa dehidrasi di

Pukesmas Alue Bilie.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka

perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. L umur 4

tahun dengan diare tampa dehidrasi di Pukesmas Alue Bilie di

Puskesmas Alue Bilie dengan menggunakan manajemen kebidanan 7

langkah Varney?”.

C. Tujuan Studi Kasus

A. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan balita sakit dengan diare tampa

dehidrasi di Pukesmas Alue Bilie di Puskesmas Alue Bilie sesuai

dengan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.


4

B. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian balita sakit pada An. L umur 4

tahun dengan diare dengan diare tampa dehidrasi di

Pukesmas Alue Bilie

b) Mampu menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa

kebidanan, masalah dan kebutuhan balita sakit pada An. L

umur 4 tahun dengan dengan diare tampa dehidrasi di

Pukesmas Alue Bilie

c) Mampu menentukan diagnosa potensial balita sakit pada An.

L umur 4 tahun dengan diare tampa dehidrasi di Pukesmas

Alue Bilie

d) Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada An. L

umur 4 tahun dengan diare tampa dehidrasi di Pukesmas

Alue Bilie

e) Mampu melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun

pada An. L umur 4 tahun dengan diare tampa dehidrasi di

Pukesmas Alue Bilie

f) Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang

diberikan pada An. L umur 4 tahun dengan diare tampa

dehidrasi di Pukesmas Alue Bilie


5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. BALITA

Balita adalah anak usia 12 - 59 bulan. Masa balita adalah

periode penting dalam tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2015). Balita

adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan yakni pertumbuhanan cepat pada usia 0-1 tahun dimana

umur 5 bulan berat badan naik 2 x berat badan lahir, dan 3 x berat badan

lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 x pada umur 2 tahun (Bety,

2012).

1. Penyakit pada Balita

Beberapa penyakit yang sering terjadi pada balita menurut Hidayat

(2011), diantaranya:

a. Asma

Asma adalah suatu penyaki obstruktif jalan nafas yang

disebabkan oleh odema mukosa, sekresi mukus yang berlebihan,

serta spasme otot polos bronkus.

b. Bronkitis

Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari

hidung dan tenggorokan.


c. Typhus abdominalis

Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang

terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii.

d. Penyakit alergi

Penyakit alergi merupakan penyakit yang dapat disebabkan

adanya reaksi fisiologis yang menyimpang, sebagai akibat reaksi

antigen dan antibodi.

e. Diare

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang

tidak normal atau tidak seperti biasanya.

B. Diare

Diare adalah seringnya frekuensi buang air besar lebih dari

biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Rekawati, 2013). Diare

adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang air besar

yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi lebih

banyak dari biasanya (Weni, 2010). Diare adalah keadaan dimana sering

Buang Air Besar, paling tidak terjadi 3 x dalam sehari serta tinja cair

(Swasanti, 2013).

1. Etiologi

Menurut Rekawati (2013), penyebab utama beberapa kuman usus

penting, yaitu Rotavirus, Escherichia Coli, Shigella, Cryptosporidium,

6
vibrio cholerae, salmonella. Selain kuman, ada beberapa perilaku yang

dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu :

a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama

kehidupan

b. Menggunakan botol susu

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar

d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan

7
2. Hiperperistaltik

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan.

Selanjutnya, timbul diare pula.

3. Gambaran Klinis

Tanda/gejala klinis penyakit diare dengan dehidrasi sedang menurut

Weni (2010), adalah sebagai berikut :

1. Cengeng
2. Gelisah
3. Suhu meningkat
4. Nafsu makan
menurun
5. Tinja cair
6. Lendir (+)
7. Darah (terkadang
ada)
8. Warna tinja lama
kelamaan berwarna
hijau karena
tercampur dengan
empedu
9. Anus lecet
10. Tinja lama
kelamaan menjadi
asam (karena
banyaknya asam
laktat yang keluar).

8
4. Akibat Penyakit Diare

Menurut Rekawati (2013), sebagai akibat dari diare akut maupun

kronik dapat terjadi hal-hal sebagai berikut :

a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian

pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam - basa (asidosis metabolik) Asidosis

metabolik ini terjadi karena :

1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja


2) Adanya ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak sempurna

sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh

3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)

5) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan

intraseluler.

Secara klinis, asidosis dapat diketahui dengan

memperhatikan pernafasan yang bersifat cepat, teratur, dan

dalam yang disebut pernafasan kuszmaull.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemi terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang menderita

diare. Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik hipoglikemia ini jarang

terjadi. Lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah

menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena :

9
1. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu

2. Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang

terjadi).

Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah

menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-

anak yang dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,

berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

d. Gangguan Gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi

dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu

yang singkat. Hal ini disebabkan :

1. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare

atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua hanya

sering memberikan air teh saja (teh diit)

2. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan

pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama

3. Makanan yan diberikan sering tidak dapat dicerna dan di

absorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan Sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,

dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok)

hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi

hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengkibatkan

10
perdarahan didalam otak dan kesadaran menurun

(soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong maka penderita

dapat meninggal.

5. Komplikasi

Akibat diare, yaitu kehilangan cairan dan elektrolit secara

mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut

(Rekawati, 2013) :

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau

hipertonik)

b. Renjatan hipovolemik

c. Hipoglikemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah,

bradikardi)

d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan

defisiensi enzim laktose

e. Hipoglikemia

f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama

atau kronik).

6. Pencegahan

Menurut Sudaryat (2005), tujuh intervensi pencegahan diare yang

efektif adalah :

a. Pemberian ASI

b. Memperbaiki makanan sapihan

11
c. Menggunakan air bersih yang cukup banyak

d. Mencuci tangan

e. Menggunakan jamban keluarga

f. Cara membuang tinja yang baik dan benar

g. Pemberian imunisasi campak

7. Pengobatan atau Penatalaksanaan Diare

Untuk mengatasi diare, tidak selalu harus dirujuk. Hal ini

disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada tindakan yang dapat

dilakukan sendiri oleh petugas dilapangan. Anak baru dirujuk apabila

keadaan anak tidak membaik. Sesuai dengan klasifikasi pada

pedoman MTBS, tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai

berikut (Rekawati, 2013) :

a. Diare tanpa dehidrasi (rencana terapi A)

1) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat

berobat, orang tua perlu diberi oralit beberapa bungkus

untuk diberikan pada anak dirumah. Juga perlu penjelasan

2) Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila masih

diberi ASI)

3) Jika diberi ASI ekslusif berikan oralit atau air matang

sebagai tambahan

4) Jika memperoleh ASI ekslusif, berikan salah satu cairan

berikut ini yaitu oralit, kuah sayur, kuah tajin, air matang

5) Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah :

12
a) bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1 gelas)

air matang

b) Usia sampai 1 tahun berikan 50 – 100 ml oralit setiap

habis berak

c) Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Bila

muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi

6) Lanjutkan pemberian makan sesuai usianya

7) Bila keadaan anak tidak membaik dalam 5 hari atau bahkan

memburuk, maka anjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.

Selama perjalanan ke rumah sakit, oralit tetap diberikan.

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B)

1) Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan

jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak.

Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan

sendok. Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia

atau berat badan dalam 3 jam pertama adalah sebagai

berikut :

(1) Usia 0-4 bulan (< 6 kg) : 200-400 ml

(2) Usia 4-12 bulan (6-<10 kg) : 400-700 ml

(3) Usia 12-24 bulan (10-<12 kg) : 700-900 ml

(4) Usia 2-5 tahun (12-19 kg) : 900-1400 ml

Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan. Anak

dibawah 6 bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga

13
air matang sekitar 100-200 ml selama periode ini

2) Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit,

yaitu satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas

(ukuran 200 ml) air matang

3) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi 3 jam. Bila

membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai

dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk,

segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk

mendapatkan penanganan segera.

c. Diare dengan dehidrasi berat

1) Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera dirujuk.

a) Selama dalam perjalanan, mintalah ibu terus

memberikan oralit sedikit demi sedikit dan anjurkan

tetap memberikan ASI

2) Jika tidak ada penyakit berat lainnya, perlu tindakan

sebagai berikut :

a) Jika dapat memasang infus, segera berikan cairan RL /

NaCL secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/BB

b) Jika tidak dapat memasang infus, tetapi dapat memasang

sonde, berikan oralit melalui nasogatric dengan jumlah

20 ml/kg BB/jam selama 6 jam. Jika anak muntah

terus menerus dan perut kembung berilah oralit lebih

lambat. Jika keadaan membaik setelah 6 jam, teruskan

14
penanganan seperti dehidrasi ringan atau sedang. Jika

keadaan memburuk, segera lakukan rujukan

c) Jika tidak dapat memasang infus maupun sonde, rujuk

segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu untuk

memberikan oralit sedikit demi sedikit selama dalam

perjalanan.

C. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh

bidan untuk melakukan metode pemecahan masalah secara sistematis,

terarah dan terukur. pertama, dimulai dengan pengkajian, analisis data,

diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Mufdilah

2012:110

Menurut Hellen Varney Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

1) Pengumpulan Data Dasar

Menghimpau informasi tentang dari orang yang meminta

meminta asuhan. Memilih informasi data yang tepat diperlukan

analisa situasi yang menyangkut manusia yang rumit karena

sifat manusia yang komplek.

2) Interprestasi Data Dasar

Pada tahap ini adalah melakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnose atau masalah serta kebutuhan klien

berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang

dikumpulkan.

15
Dalam perumusan diagnosa kebidanan adalah pengelolaan atau

analisa data, harus menggabungkan dan menghubungkan

berbagai fakta sehingga tergambar sebuah fakta.

3) Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Melakukan indentifikasi masalah atau diagnose potensial lain

Langkah ini membutuhkan antisipasi, dan dapat bersiap-siap

bila diagnosa atau masalah benar-benar terjdi.

4) Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera

Kadang terdapat beberapa situasi emergensi yang

mengharuskan bidan bertindak segera demi keselamatan ibu

dan bayi, tetapi ada juga beberapa data menunjukkan situasi

yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu

intruksi lain.

Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan

asuhan pasien yang paling tepat.

16
5) Merencanakan Asuhan yang Komprehensif atau Menyeluruh

Pada tahap ini, dilakukan asuhan yang menyeluruh. Suatu rencana

asuhan harus sama-sama disetujui oleh kedua belah pihak yaitu

bidan dan ibu agar efektif.

6) Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan

Pada tahap ini ini rencana menyeluruh dilaksanakan secara efisien

dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan selurunya oleh bidan

atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,

atau anggota tim kesehatan lainnya.

Dalam tahap ini, biasanya bidan akan berkolaborasi dengan dokter

dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi,

bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksanakannya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

7) Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah dilakukan

seperti pemenuhan kebutuhan akan bantuan. Tolak ukur dari

rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif saat

penatalaksanaan

17
18

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DIARE TAMPA DEHIDRASI

Hari/Tanggal :21-6-2021
Jam :14.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Alue Bili

A. Subjektif
1. Identitas
Nama Bayi :An.L
Umur :4 tahun

2. Identitas Orang Tua


Nama ibu :Fatimah Nama ayah :M. Amin
Umur :38 tahun Umur :46 tahun
Agama : Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Petani
Suku/Bangsa :Aceh Suku/Bangsa :Aceh
Alamat :Ujong lamie Alamat : Uj.lami

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

1. Alasan datang ke Puskesmas

Ibu mengatakan tanggal 21 Juni 2021 pukul 10.00 WIB sampai

pukul 13.00 WIB anaknya buang air besar kurang lebih 5 kali encer,

badannya lemas, rewel, gelisah, nafsu makan dan aktifitas menurun

disertai muntah 2 kali sehari.


2. Riwayat kesehatan

a. Imunisasi

1) BCG : Tanggal 31 mei 2018

2) DPT 1 : Tanggal 29 juli 2018

3) DPT 2 : Tanggal 29 agustus 2018

4) DPT 3 : Tanggal 30 september 2018

5) Polio 1 : Tanggal 30 juni 2018

6) Polio 2 : Tanggal 29 juli 2018

7) Polio 3 : Tanggal 29 agustus 2018

8) Polio 4 : Tanggal 30 september 2018

9) Hepatitis B 1 : Tanggal 29 juli 2018

10) Hepatitis B 2 : Tanggal 29 agustus 2018

11) Hepatitis B 3 : Tanggal 30 september 2018

12) Campak : Tanggal 26 februari 2018

13) Imunisasi Lain : Tidak ada

3. Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit berat, pernah menderita

sakit batuk, pilek dan demam tetapi dapat sembuh setelah diberi obat

dari bidan.

19
B. Objektif

1. Keadaan umum : Composmentis


2. Kesadaran : Baik

3. BB : 15 kg

4. PB : 96 cm

5. Vital Sign : TD -, Vols 90x/menit, suhu 37C, repirasi 28x/menit

6. Kepala

a. Rambut : halus, tipis dan berwarna lembut

b. Wajah :  tampak pucat dan lemas

c. Mata : normal dan tidak perlu dikhawatirkan

d. Hidung : Tidakada benjolan

e. Mulut dan bibir sedikit tampak kering

7. Perut tidak kembung, turgor perut jika dicubit kembalinya cepat.

C. Assesment

Asuhan balita An L usia 4 tahun di pukesmas Alue Bilie dengan Diare tampa

dehidrasi.

D. Planning

1. Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat, orang tua

perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk diberikan pada anak

dirumah. Juga perlu penjelasan

2. Beri ASI lebih lama pada setiap kali pemberian (bila masih diberi ASI)

3. Jika diberi ASI ekslusif berikan oralit atau air matang sebagai

tambahan

20
4. Jika memperoleh ASI ekslusif, berikan salah satu cairan berikut ini

yaitu oralit, kuah sayur, kuah tajin, air matang

5. Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah :

6. bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1 gelas) air matang

7. Usia sampai 1 tahun berikan 50 – 100 ml oralit setiap habis berak

8. Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Bila muntah, tunggu 10

menit, kemudian berikan lagi

9. Lanjutkan pemberian makan sesuai usianya

10. Bila keadaan anak tidak membaik dalam 5 hari atau bahkan memburuk,

maka anjurkan untuk dibawa ke rumah sakit. Selama perjalanan ke

rumah sakit, oralit tetap diberikan

21
22

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bidan berperan sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk

memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan

kesehatan.Untuk melaksanakan asuhan tersebut bidan diharapkan memahami

tentang manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk

mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien dan kemudian

merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah

pemecahannya.

B. SARAN

Permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan

mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai

dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen

kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan anak, keluarga maupun

kelompok masyarakat. Manajemen kebidanan dapat 26 digunakan oleh bidan

didalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam

lingkup dan tanggung jawab.


DAFTAR PUSTAKA

Arsa, Avilla. 2018. Perubahan Pengetahuan dalam Pemilihan Jajanan Sehat


dengan Metode Emo Demo Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Jatikalang 1 Krian, Sidoarjo. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Gizi
Surabaya.
Bety, B.S. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Depkes RI. 2016. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2016
.http://www.depkes.go.id/download/PROFIL_DATA_KESEHATA
N_INDO NESIA_TAHUN_2016.pdf. Diakses tanggal 11 Juli
2021.
Hidayat, A. A. 2011. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Profil Kesehat.
Indones. 2017 100 (2018). doi:10.1037/0022-3514.51.6.1173.

Meliyanti, F. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada


Balita. J. Ilmu Kesehat. Aisyah 1, 7 (2016).

Mufdlilah. 2009. Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Jogjakarta:


Mitra Cendekia Press.
Rekawati, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan
Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Sudaryat, S. 2005. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Swasanti, niluh. 2013. Pertolongan pertama pada anak sakit. Yogyakarta:
Kata Hati.
World Health Organization (WHO) . Child Mortality Report 2017t.
Routledge Handb. Asian Demogr. 168–189 (2017).
doi:10.4324/9781315148458
Weni, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika.

23

You might also like