Professional Documents
Culture Documents
Makalah Tumbuhan Obat Matalawa - Ok
Makalah Tumbuhan Obat Matalawa - Ok
*Email: agusfreedom59@gmail.com
ABSTRAK
Tumbuhan yang berkhasiat obat telah lama digunakan oleh masyarakat tradisional dalam
penyembuhan berbagai penyakit, salah satunya masyarakat desa penyangga di Taman
Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (TN Matalawa). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang berkhasiat obat berdasarkan
pengetahuan lokal masyarakat desa penyangga TN Matalawa. Populasi penelitian ini
adalah masyarakat desa penyangga TN Matalawa dan pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode snowball sampling, sehingga responden yang terpilih
sesuai dengan data yang diperlukan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui
penggunaan tumbuhan obat yang digunakan masyarakat dengan cara wawancara
sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui banyaknya penggunaan
tumbuhan obat oleh masyarakat desa penyyangga. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
164 jenis tumbuhan berkhasiat obat dari 64 famili. Bagian tumbuhan yang paling sering
digunakan adalah daun (36%) dengan cara pengolahan direbus untuk diminum dan yang
paling sedikit digunakan adalah getah (1 %). Penyakit yang biasanya diobati oleh
masyarakat dengan tumbuhan adalah penyakit yang perawatan pra dan pasca persalinan.
PENDAHULUAN
Pemanfaatan akan tumbuhan obat merupakan salah satu cara masyarakat pedesaan
sekitar kawasan hutan yang dilakukan secara turun temurun untuk memenuhi kebutuhan
persoalan terkait dengan kesehatan. Pengetahuan tradisional dan kearifan lokal terhadap
pemanfaatan tumbuhan obat, menghasilkan suatu tatanan kehidupan yang baru dalam
keharmonisan dalam berinteraksi dengan alam. Alam sendiri memiliki kemampuan
memulihkan dirinya sendiri apabila dibarengi dengan minimnya kerusakan, disisi lain secara
naluriah masyarakat pedesaan memiliki pandangan dan ilmu pengetahuan tradisional
sebagai upaya mempertahankan diri dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan masayarakat pedesaan.
Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat
sebagai salah satu upaya dalam penanggulan masalah kesehatan jauh sebelum pelayanan
kesehatan formal dengan obat-obatan sintetik. Dengan pengetahuan dan kearifan lokal yang
dimiliki secara turun temurun dari leluhurnya, masyarakat Indonesia memanfaatkan
tumbuhan untuk meredakan gejala hingga menyembuhkan beragam penyakit yang diderita.
Ada yang langsung dimanfaatkan dan ada juga yang harus diracik dengan tumbuhan obat
1
lainnya. Bahan-bahan yang dijadikan ramuan dapat diambil dari bagian akar, daun, bunga,
buah maupun kayu (Suparni & Wulandari, 2012:3). Melihat kondisi sebaran masyarakat di
Pulau Sumba yang berada di daerah yang cukup jauh dari kecamatan bahkan jauh dari ibu
kota kabupaten berpengaruh terhadap keterbatasan dalam mengakses fasilitas kesehatan,
tentu ini menjadi faktor utama masyarakat lokal dalam mendorong pemanfaatan sumber
daya alternative dalam pemenuhannya akan kesehatan, hingga saat ini data terkait
pemanfaatan Tumbuhan Obat di kawasan penyangga Taman Nasional Manupeu Tanah
Daru dan Laiwangi Wanggameti (TN Matalawa) masih terbatas, apakah betul masyarakat
memanfaatkan tumbuhan obat sebagai alternative atas kebutuhan kesehatan, seandainya
memang betul dari mana mereka memperolehnya dan bagaimana masyarakat memproses
tumbuhan tersebut sehingga dapat berkhasiat obat.
Untuk itu kembali TN Matalawa melakukan kajian sejauh mana pemahaman
masyarakat tradisonal Sumba memanfaatkan Tumbuhan sebagai obat tradisional, adapun
untuk menggali informasi terkait kearifan lokal masyarakat Sumba dalam pemanfaatan
tumbuhan sebagai Obat Tradisional maka dilakukanlah serangkaian kegiatan survey di
sembilan Desa Sekitar kawasan diantaranya: Desa Tandulajangga, Desa Wanggameti, Desa
Mahaniwa, Desa Praingkareha (sekarang menjadi Desa Laputi), Desa Laiwangi, Desa
Kambata Wundut, Desa Billa (sekarang menjadi Desa Praekomba) yang ketujuh Desa
tersebut berada di wilayah admintrasi Kabupaten Sumba Timur dan 2 Desa berada di
Kabupaten Sumba Tengah diantaranya adalah : Desa Manurara dan Desa Konda Maloba.
mulai dari wawancara dan dengan melakukan eksplorasi ke dalam kawasan hutan untuk
mencari jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai Tumbuhan Obat. Tumbuhan obat
sendiri merupakan semua jenis dari tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai bahan
ramuan obat tradisional baik secara tunggal maupun campuran yang diyakini memilki khasiat
menyembuhkan penyakit, peningkatan daya tahan tubuh dan aktifitas kesehatan lainya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kearifan masyarakat dalam
memanfaatkan tumbuhan sebagai tumbuhan berkhasiat obat.
METODE
2
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Analisis data penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Menurut Nawawi dalam Hidayat (2009), penelitian deskriptif
yaitu memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian
dilakukan atau masalah yang bersifat aktual dan menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan
tumbuhan yang berkhasiat obat oleh masyarakat desa penyangga TN Matalawa,
sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase dari penggunaan
tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masyarakat Desa Penyangga Taman Nasional Manupeu Tanah daru dan Laiwangi
Wanggameti terhadap tumbuhan berkhasiat obat untuk pengobatan tradisional
merupakan kepercayaan turun temurun. Setiap responden memiliki cara tersendiri
dalam penggunaan tumbuhan berkhasiat obat untuk menyembuhkan berbagai jenis
penyakit dan cara penggunaannya dilakukan dengan pengalaman yang dilihat dari
keluarga atau saudara terdekat.
Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga sebagai
obat dikelompokkan kedalam 64 famili, dengan jumlah spesies yang terbanyak
yaitu 18 spesies dan jumlah terkecil yaitu 1 spesies yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Burseraceae 2 1.22
Convolvulaceae 2 1.22
Dioscoreaceae 2 1.22
Lamiaceae 2 1.22
Menispermaceae 2 1.22
Myrtaceae 2 1.22
Piperaceae 2 1.22
Primulaceae 2 1.22
Solanaceae 2 1.22
Arecaceae 3 1.83
Celastraceae 3 1.83
Elaeocarpaceae 3 1.83
Meliaceae 3 1.83
Sapindaceae 3 1.83
Vitaceae 3 1.83
Anacardiaceae 4 2.44
Rubiaceae 4 2.44
Moraceae 5 3.05
Phyllanthaceae 5 3.05
Zingiberaceae 5 3.05
Compositae 6 3.66
Lauraceae 6 3.66
Poaceae 6 3.66
Euphorbiaceae 7 4.27
Malvaceae 8 4.88
Rutaceae 8 4.88
Apocynaceae 9 5.49
Fabaceae 18 10.98
164 100.00
Sumber: Data primer (2020)
5
Family tumbuhan Fabaceae banyak digunakan oleh masyarakat desa
penyangga sebagai tumbuhan berkhasiat obat, hal tersebut dikarenakan jenis-
jenis tumbuhan tersebut cukup mudah dijumpai dan tersebar di seluruh kawasan
sehingga sangat familiar di kalangan masyarakat penyangga kawasan yang
berdekatan dengan kawasan Taman Nasional Matalawa seperti : Kunjul (Cassia
fistula L.), Ruhalela (Flemingia paniculata Wall.), Gamal (Gliricidia sepium (Jacq).
Walp.), Asam Jawa (Tamarindus indica L), Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.)
de Wit). Pada umumnya jenis pada family ini mengandung berbagai senyawa dari
berbagai aktivitas farmakologi yang dapat meringankan, meredakan dan
menyembuhkan penyakit seperti zat aktif berupa alkaloid, saponin, flavonoid.
Tabel 2. Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Penyangga
TN Matalawa
No Nama Lokal Nama Latin Family Khasiat Lokasi
7 Alak/Lulu alak Uvaria concava Teijsm. & Annonaceae kembung perut, Kambata
Binn. mencret, penguat otot Wundut
bayi 5 bln ke atas
8 Huhu Nani/Kabawai Centella asiatica (L.) Apiaceae sakit gula, Sakit Mata Wanggameti
Urban+C79
/ antanan
6
11 Rugolu Calotropis gigantea (L.) Apocynaceae terkena santet/guna- Konda Maloba
Dyand. guna
13 Palahang kobu Ichnocarpus frutescens Apocynaceae ginjal parah (kelamin Konda Maloba
(L.) W.T. Aiton pria tertarik masuk ke
dalam)
25 Taikebala Chromolaena odorata (L.) Asteraceae Obat luka sayat atau Tadulajangga
R.M.King&H.Rob. robek
7
28 Pepaya Carica papayaL. Caricaceae obat gigitan lipan dan Kambata
kalajengking (akar), Wundut
obat malaria (daun)
41 Lulu karakak Merremia vitifolia (Burm.f.) Convolvulaceae untuk kram badan Konda Maloba
Hallier.f.
43 Ripaita/ Rau Paita Momordica Balsamina L. Cucurbitaceae Mencret dan batuk Mahaniwa
/Paria Hutan
8
50 Kundurawa Elaeocarpus sphaericus Elaeocarpaceae menurunkan Tadulajangga
(Gaertn.) K.Schum hipertensi dan
meluruhkan lemak
pada tubuh
Tanaman Jarak
61 Halela Desmodium latifolium Fabaceae luka iris dan luka Konda Maloba
(Ker.Gawl.)DC. robek
64 Putri Bali/ Mimosa pudica L. Fabaceae Obat Tidur untuk Bayi Wanggameti
rumba kapudang
66 Haru Caesalpinia bonduc (L.) Fabaceae obat batuk keras, Konda Maloba
Roxb. menggigil, asam urat,
membersihkan darah
kotor
73 Lulu Kawaka Entada phaseoloides (L.) Fabaceae Anak Bisa cepat Wanggameti
Merr. Berjalan
80 Kapua hambaku/ Hyptis brevipes Poit. Lamiaceae bisul, sakit lutut, Sakit Kambata
Pohambaku Mata Wundut
85 Tambura Huwa Litsea obtusifolia Boerl. Lauraceae bayi susah tidur Kambata
Wundut
86 Mborung / Bourung Actinodaphne glomerata Lauraceae ginjal parah (kelamin Konda Maloba
(Blume) Nees pria tertarik masuk ke
dalam)
89 Kapok duri/ Ceiba pentandra (L.) Malvaceae Patah tulang, dapat Laiwangi
10 membuat gemuk dan
Kambahikak Gaertn. sehat, mengobati
masuk angin dan linu
/Kambohikak/Kepok
90 Linu/Tada Linu Grewia laevigata Vahl. Malvaceae Sakit pinggang, sesak Tadulajangga
nafas,
Menyembuhkan
kurang darah
kapuk hutan
96 Hawindu Miting/ Urena lolobata L. Malvaceae Step dan Sakit Gigi Wanggameti
Kapohak
100 Ruhu Reni/ Surian Toona sureni(Blume) Meliaceae Pembersih Darah Wanggameti
Merr.
102 Loludaku (Tali2an) Tinospora crispa (L.) Menispermaceae pengganti air Kambata
Hook.f. & Thomson Wundut
106 Hei Lulu Ficus sagittata Vahl Moraceae Skrotum masuk Wanggameti
kedalam, kejang-
kejang
11
109 Lobung Syzygium polyanthum Myrtaceae Mencegah bau Tadulajangga
(Wight) Walp badan, Gemuk Anak
Kecil, asam urat, sakit
pinggang
110 Kahingga kaba Linoceira macrocarpa Oleaceae luka hewan, kebal Praingkareha
(Blume) Knob untuk anjing
114 Aiwei Bischofia janica Blume Phyllanthaceae penyakit koreng pada Ubukora
hewan (ayam, anjing)
115 Taramanuwolu Bridelia insulanaHance Phyllanthaceae ginjal parah (kelamin Konda Maloba
pria tertarik masuk ke
dalam)
118 Kutta kalara/ sirih Piper sp. Piperaceae Obat sakit perut Tadulajangga
hutan
Bambu Kuning
122 Illah/Sereh wangi Cymbopogon nardus (L.) Poaceae Alergi gatal-gatal Wanggameti
Rendle
129 Rau Malara Naravellia laurifolia Wall. Ranunculaceae sakit gigi Kambata
Wundut
130 Karapaniti Ziziphus horsfieldii Miq. Rhamnaceae penguat otot bayi 5 Ubukora
12 bulan ke atas dan
melenturkan tulang
anak-anak
134 Rumba Kapanduk Spermacoce laevis Lam. Rubiaceae Menguatkan Otot Mahaniwa
bayi, Keputihan
136 Ta'dayeakaka Atalantia ceylanica (Arn.) Rutaceae sakit perut, ginjal dan Konda Maloba
Oliv sakit tulang belakang
138 Tadamorumanipa Glycosmis pentaphylla Rutaceae sakit perut, sakit gigi, Ubukora
(Retz.) DC. dan TBC
139 Palilagapa Lunasia amara Blanco Rutaceae obat sakit mata Ubukora
140 Tada Malara Melicope latifolia (DC.) Rutaceae Anti Pacet, Rematik, Wanggameti
T.G. Hartley haid tidak lancar, sakit
pinggang, sakit ulu
hati
141 Litu Walawu Micromelum minutum Rutaceae tergigit ular hijau Kambata
Wight. & Arn. Wundut
142 Tada Bara/ Paramignya trimera Burkill Rutaceae lesu, sakit punggung, Kambata
luka dalam, sesak Wundut
Tada Mbara napas
143 Tarapaniu Triphasia trifoliata Rutaceae obat diare dan sakit Konda Maloba
(Burm.f.) P. Wilson pinggang
146 Kici Kataru Lepisanthes sp. Sapindaceae luka gigitan ular Kambata
Wundut
149 Bara Kajia Buddleja asiatica Lour. Scrophulariaceae Panas Dalam Wanggameti
13
150 Tada Lenggapa Picrasma javanica Blume Simaroubaceae Nifas/Pasca Mahaniwa
Persalinan
151 Hapoku /Kapopuk/ Physalis Angulata L. Solanaceae Sakit Dalam, Stroke Mahaniwa
157 Kajakataki Leea angulata Korth. ex Vitaceae Penangkal ular, obat Ubukora
Miq. terkena gigitan ular
Salah satu tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat desa penyangga
adalah linu/tada linu (Grewia laevigata Vahl.) hampir kesembilan desa penyangga tersebut
memanfaatkannya khususnya dalam meredakan pegal/pegal badan, sesak nafas dan
kurang darah. Menurut Anonim (2003) menjelaskan bahwa kandungan kimia yang
terdapat pada kulit linu ini adalah senyawa flavonoid, steroid.
Tumbuhan lain yang banyak digunakan oleh masyarakat desa penyangga adalah
Hawindu miting/kapohak ( Urena lobata L.) jenis ini merupakan tumbuhan berhabitus
semak bercabang dan memiliki kandungan kimia diantaranya adalah alkaloid, flavonoid,
saponin, dan tannin, dibeberap desa jenis ini dipercayai dapat mengobati penyakit sipilis,
step dan sakit gigi.
14
Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat d e s a
p e n y a n g g a adalah daun yang dapat dilihat pada Gambar 2. Zuhud (2009)
menjelaskan bahwa penggunaan daun sebagai bahan ramuan obat-obatan dianggap
sebagai cara pengolahan yang lebih mudah dibandingkan kulit, batang dan akar. Daun
mudah diambil dan memiliki khasiat yang baik dibandingkan dengan bagian-bagian yang
lain dan tidak tergantung musim, penggunaan daun juga tidak merusak bagian lainnya
karena daun mudah tumbuh kembali dan dapat dimanfaatkan terus-menerus.
Dalam penelitian Fakhrozi (2009) daun memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali
bertunas dan tidak memberi pengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman meskipun
daun merupakan tempat fotosintesis. Penggunaan daun sebagai bagian untuk
pengobatan selain tidak merusak spesies tumbuhan obat, bagian daun juga mudah
dalam hal pengambilan dan peracikan ramuan obat. Menurut Handayani (2003) daun
merupakan bagian tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat tradisional. Daun
umumnya bertekstur lunak karena mempunyai kandungan air yang tinggi (70-80%).
Daun merupakan tempat akumulasi fotosintat yang diduga mengandng unsur-unsur
(zat organik) yang memiliki sifat menyembuhkan penyakit. Zat yang banyak terdapat
pada daun adalah minyak atsiri, fenol, senyawa kalium, dan klorofil. Klorofil adalah zat
yang banyak terdapat pada tumbuhan hijau. Masyarakat desa penyangga TN Matalawa
biasanya mengolah daun dengan cara direbus untuk diminum airnya.
15
Gambar 3. Hubungan jenis penyakit dengan jumlah jenis tumbuhan obat yang
dimanfaatkan
Berdasarkan hasil kajian bahwa prosentase jenis penyakit yang memiliki banyak jenis
tumbuhan berkhasiat obat yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat desa penyangga
berturut tururt adalah untuk perawatan pra dan pasca persalinan dan perawatan bayi (11.1%)
pengobatan sakit ulu hati (9%) penyakit pernapasan, batuk, dan asma (7.8%) penyakit
pernapasana batuk asma (7.8%), lever, Kanker, Diabetes, ginjal(6.2 %), sakit gigi, gusi dan
mulut (5.8 %)..
Metode pengolahan tumbuhan obat oleh masyarakat desa penyangga kawasan
dilakukan dengan cara diminum, minum sekaligus mandi, mandi, oleskan/ditempelkan,
dikunyah/dimakan, diteteskan, diuapkan,kumur-kumur. Metode yang paling sering
digunakan adalah dengan cara direbus karena dengan direbus masyarakat percaya akan
membunuh bakteri yang melekat pada tumbuhan tersebut dan masyarakat lebih suka
menggunakannya dengan cara diminum. Pengolahan yang dilakukan dengan cara
berbeda memiliki efek yang berbeda pula dalam hal mengobati atau menyembuhkan
suatu penyakit, dan perlu diperhatikan pula, misalnya tumbuhan obat yang mengandung
racun perlu direbus dengan api kecil dalam waktu sedikit lebih lama, sekitar 3-5 jam untuk
mengurangi kadar racunnya (Adnyana, 2012).
16
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). 100 Plus Herbal Indonesia Buku Ilmiah & Racikan. Depok: PT Trubus
Swadaya.
Adnyana, M. (2012). Kajian etnobotani tanaman obat oleh masyarakat Kabupaten
Bonebolango Provinsi Gorontalo. Gorontalo: FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo.
Nawawi, Hadari. (2006). Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Zuhud, E, A, M. (2009). Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia yang
Bhinneka Tunggal Ika dengan Pengembangan Potensi Lokal Ethno-ForestPharmacy
(Ethno-Wanafarma) pada Setiap Wilayah Sosial-Biologi Satu-satuan Masyarakat Kecil.
Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
IPB.
17