You are on page 1of 29

PENGINDERAAN JAUH DASAR

LAPORAN MINGGUAN
Acara 1
“Pengenalan Citra Penginderaan Jauh”
DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN
JAUH DASAR

OLEH:

DHANI HARDIYANSYA ISAMU


R1B121048

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu

untuk mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa

terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung

dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji.

Penginderaan jauh dan SIG sangat diperlukan dalam perencanaan

wilayah/kota, pengelolaan sumberdaya hutan, mineral, kelautan, mitigasi bencana

alam, manajemen fasilitas (jaringan telekomunikasi, kelistrikan, dan transportasi).

Selain itu, satelit penginderaan jauh dapat memberikan informasi yang diperlukan

untuk keperluan klasifikasi penutup lahan. Penutup lahan dapat berupa vegetasi

dan konstruksi artifisial yang menutup permukaan bumi. Penutup lahan berkaitan

dengan jenis kenampakan di permukaan bumi, seperti bangunan, danau dan

vegetasi

Data penginderaan jauh yang menggunakan beberapa citra setelit memiliki

banyak sekali ragamnya dan setiap citra satelit mempunyai karakteristik yang

berbeda. Untuk menganalisis objek yang ada pada citra satelit secara visual, hal

yang penting adalah ketajaman batas pada objek. Salah satu cara dalam

mempertajam batas objek dalam citra satelit yaitu dengan menggabungkan kanal

multispektral citra dengan kanal pankromatiknya yang dikenal dengan

Pansharpening.
Citra Satelit atau foto satelit sebenarnya merupakan istilah yang sama

yaitu suatu gambaran permukaan bumi yang direkam oleh sensor (kamera) pada

satelit pengideraan jauh yang mengorbit bumi, dalam bentuk image (gambar)

secara digital. Karena citra satelit memiliki sifat resolusi tinggi dan multispektral,

citra satelit awalnya digunakan di bidang militer dan lingkungan. Tetapi semakin

banyak digunakan dalam bidang produksi peta, pertanian, kehutanan, perencanaan

tanah nasional, perencanaan kota dll.

Citra satelit yang didapatkan memiliki berbagai kegunaan misalnya untuk

pemetaan tematik, kenampakan batuan yang berbeda dapat dilacak oleh satelit,

untuk mengidentifikasi jenis hutan dan ladang berpindah, mengetahui kebocoran

atau tumpahan minyak di laut, penentuan lokasi penangkapan ikan di laut, serta

memberikan informasi yang akurat tentang kondisi wilayah, batas-batas teritorial,

dan lain sebagainya. Penginderaan jauh maupun citra yang dihasilkan banyak

sekali dimanfaatkn oleh berbagai bidang pekerjaan manusia, terutama pada

bidang militer. Oleh karena itu, ilmu mengenai penginderaan jauh, teknik

interpretasi dan kegunaannya ini sangat penting untuk dipelajari.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah praktikum

mengenai pengenalan citra penginderaan jauh sehingga kita dapat mengetahui dan

memahami berbagai jenis citra dalam penginderaan jauh. Serta mengetahui

berbagai perbedaan citra dalam menampilkan objek permukaan bumi.


1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengenalkan jenis-jenis citra penginderaan jauh.

2. Untuk mengetahui perbedaan jenis-jenis citra penginderaan jauh.

1.3 Manfaat praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai untuk mendapatkan

informasi mengenai suatu objek daerah atau fenomena, melalui analisis data yang

didapatkan melalui alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau

fenomena yang dikaji.

1.3.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktik pada praktikum pengenalan citra penginderaan jauh adalah

untuk mahasiwa diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai jenis-jenis citra dan perbedaan masing-masing citra.

1.3.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada praktikum pengenalan citra penginderaan jauh

adalah mampu sebagai panduan dan referensi pada penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan peningkatan pengetahuan mengenai citra dalam

penginderaan jauh.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.

1. Wilayah kajian praktikum menggunakan Kec.Puuwatu dan Kec.Baruga.

2. Citra yang di gunakan adalah citra Landsat, sentinel dan SPOT.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penginderaan Jauh

Penginderaan jarak jauh merupakan ilmu serta seni untuk mendapatkan

beragam informasi berupa objek, daerah, menganalisis sebuah data dengan alat

tanpa kontak langsung dengan objek, daerah dan kajian yang dianalisis (Utomo,

2017). Sistem informasi geografis merupakan pemroses- berikut: an data spasial

dengan berbasis komputer yang sudah tergeoreferensi serta disimpan dalam suatu

basis data dan berkaitan dengan keadaan dunia nyata (Hidayat, 2020).

Penginderaan Jauh secara umum didefinisikan sebagai ilmu, teknik, seni

untuk memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik suatu benda atau

obyek, target, sasaran maupun daerah dan fenomena tanpa menyentuh atau kontak

langsung dengan benda atau target tersebut. Penginderaan jauh dapat digunakan

untuk pemantauan bencana selama kejadian bencana berlangsung, dapat

digunakan untuk peta situasi baru, update database untuk rekonstruksi wilayah,

dan juga dapat membantu untuk pencegahan dini bencana dan pemetaan distribusi

spasial (Nuryanti, 2018).

Data penggunaan dan tutupan lahan sangat penting untuk sebuah

perencanaan.Data tersebut sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi kesesuaian

lahan, alternatif dan pemilihan penggunaan lahan yang lebih baik, bahkan sampai

dengan perencanaan untuk perubahan lahan. Keunikan penggunaan lahan di suatu

daerah pun harus diperhatikan, karena berbeda daerah tentu akan berbeda pula

karakteristiknya. Sehingga proses perencanaan pembangunan pun akan berbeda.


Data spasial yang akurat dapat diperoleh melalui pengintegrasian yang terpadu

antara data penginderaan jauh dengan sistem informasi geografis.Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa pengintegrasiannya tersebut dapat meningkatkan

keakuratan data (Islands, 2018).

Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk

pemetaan daerah dengan melakukan analisis perubahan penggunaan lahan di

suatu wilayah. Peranan penginderaan jauh dapat memudahkan dalam analisis

suatu wilayah tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diteliti. Interpretasi

citra dapat dilakukan secara visual maupun digital. Interpretasi visual dilakukan

pada citra akan hardcopy maupun citra yang tertayang pada monitor komputer.

Interpretasi visual merupakan aktivitas visual untuk mengkaji gambaran muka

bumi yang tergambar pada citra dengan tujuan untuk identifikasi objek dan

menilai maknanya (Pahleviannur, 2019).

Kemajuan teknologi pengideraan jauh yang semakin pesat dan kemudahan

mengakses berbagai data citra secara terbuka/online saat ini memudahkan

user/pengguna dalam hal memperoleh data citra berkualitas tinggi yang tersedia

secara multitemporal, serta mampu menyajikan pilihan saluran dengan berbagai

multispektral/hiperspektral.Tersedianya citra satelit dengan resolusi tinggi ini bisa

diperoleh dengan berbagai teknik dan dapat diambil dari berbagai situs resmi

dunia. Khusus untuk penelitian ini, peneliti menggunakan citra satelit google earth

pro yang direkam pada tanggal 23 Oktober 2017. Alasan pemilihan citra google

earth pro adalah citra ini memiliki kualitas resolusi spasial tinggi, dengan cakupan

perekaman luas, dan dapat diunduh secara free (Utami, 2018).


2.2 Citra Satelit

Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). citra

satelit yang direkam melalui sensor satelit pada dasamya masih mempunyai

kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan sistematik dan non-sistematik

Kesalahan sistematik disebabkan antara lain oleh faktor kelengkungan permukaan

bumi, sedangkan kesalahan non-sistematis diakibatkan oleh perbedaan tinggi pada

objek di permukaan bumi. Proses untuk koreksi kesalahan sistematis secara

langsung memalui proses koreksi geometrik dengan menggunakan parameter

satelit saat perekaman. Kesalahan non-sistematis bisa dieliminasi dengan

melakukan koreksi orthorektifikasi. Orthorektifikasi adalah sistem koreksi

geometrik untuk eliminasi kesalahan akibat perbedaan tinggi permukaan bumi

serta proyeksi akuisisi citra yang umumnya tidak orthogonal (Lukiawan, 2019)

prosesing Citra Satelit Citra satelit multi temporal yang digunakan adalah

citra Landsat 7 ETM+ yang memiliki 8 saluran dengan resolusi temporal 16 hari

dan resolusi spasial 30 m. Selain citra satelit Landsat juga digunakan citra satelit

Sentinel 2 yang memiliki resolusi temporal 10 hari dan resolusi spasial 10 m.

sebelum melakukan pengolahan tertebih dahulu dilakukan koreksi atmosferik

menggunakan formula TOA serta koreksi geometri dengan menyesuaikan

koordinat sesuai sistem proyeksi bumi dengan menggunakan pula peta acuan yang

telah memiliki informasi koordinat (Latifah, 2018).

Akurasi informasi yang diperoleh dari pengolahan citra satelit salah

satunya ditentukan oleh resolusi dari citra yang digunakan.Untuk wilayah pesisir

dengan cakupan wilayah yang relatif luas, citra resolusi menengah seperti
ASTER, Landsat dan ALOS sangat sesuai untuk digunakan.Namun, untuk

wilayah perkotaan dengan heterogenitas tutupan lahan yang tinggi, sebaiknya

menggunakan citra resolusi tinggi seperti IKONOS dan Quickbird (Hidayah,

2018).

Dengan memanfaatkan data penginderaan jauh, yaitu citra satelit landsat 7

ETM dan SPOT 4 akan diperoleh data indeks vegetasi lahan, yang akan

dihubungkan dengan faktor fisik kawasan, yaitu ketinggian dan kemiringan lahan

yang ada di lokasi penelitian. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan terhadap kegiatan pengelolaan kawasan

penelitian (Maryantika, 2018).

Pan-sharpening untuk mempertajam suatu objek dalam melakukan analisis

visual, dengan menggabungkan data citra satelit pankromatik dan data citra

multispectral. Pada proses ini digunakan kombinasi RGB (Red, Green, and Blue)

pada empat band multispectral dengan perpaduan tiga band yaitu Band 1 (panjang

gelombang 0,455 um 0,525 µm), Band 2 (panjang gelombang 0,530 um 0,590

μm), Band 3 (panjang gelombang 0.625 μm-0,890 um), dan Band 4 (panjang

gelombang 0,760 um -0,890 μm) (Lestari, 2018)

2.3 Citra Landsat 8 OLI TIRS

Pemanfaatan citra satelit landsat 8 OLI/TIRS dapat digunakan untuk

mengidentifikasi indeks kekritisan lingkungan dengan memanfaatkan saluran citra

satelit untuk menyusun informasi yang dibutuhkan dalam analisa ECI.

Pemanfaatan citra satelit juga memudahkan dalam melakukan kajian dalam


wilayah yang luas dengan rentang waktu tertentu dan dalam waktu yang relative

singkat (Fadlin, 2020).

Landsat 8 dapat mengekstraksi perbedaan suhu permukaan dengan resolusi

spasial 100 meter, meskipun sensomya mampu merekam dengan resolusi 30

meter. Informasi temperatur yang terekam oleh citra satelit berupa digital number,

sehingga perlu dilakukan konversi ke dalam spectral radial agar dapat

menunjukkan gradasi suhu permukaan.Sedangkan, data elevasi diambil dari

DEMNAS (Digital Elevation Model National). Data titik-titik manifestasi

didapatkan dari rektifikasi peta korelasi MT kedalaman dan peta anomali

sisa.Penginderaan jauh adalah pengukuran atau akuisisi data serta mengumpulkan

informasi dari suatu objek dengan menggunakan alat tanpa menyentuh secara fisik

objek tersebut (Sagita, 2022).

Penginderaan jauh dapat dilakukan dengan menggunakan citra dari foto

udara ataupun citra dari satelit seperti Landsat-8, ALOS PALSAR, Radar, dan

Sentinel. Belakangan ini, penginderaan jauh sering di gunakan dalam eksplorasi

panas bumi karena dianggap mempunyai banyak keunggulan. Daerah potensi

panas bumi sering kali terletak pada daerah yang sukar untuk dijangkau sehingga

akses ke daerah penelitian akan menghabiskan biaya yang besar. Sehingga

analisis menggunakan citra satelit dinilai lebih efektif dilakukan sebagai studi

pendahuluan sebelum ke lapangan (Nurrochman, 2020).

Dalam melakukan penentuan area prospek panas bumi ada beberapa

metode yang bisa digunakan salah satunya adalah menggunakan metode

penginderaan jauh berupa Landsat 8 OLI/ TIRS. Analisis menggunakan landsat


digunakan untuk menentukan kondisi permukaan bumi dengan parameter berupa

karakter reflektasni dan adsorpsi gelombang elektromagnetik dari objek di

permukaan bumi. Landsat 8 OLI/TIRS digunakan untuk menganalisis sebaran

nilai NDVI yang bertujuan untuk tingkat kerapatan vegetasi dan LST untuk

memetakan sebaran suhu permukaan (Ramadhan, 2021).

Posisi koordinat di permukaan bumi akan sesuai dengan citra setelah

dilakukan koreksi geometrik. Koreksi ini dapat memposisikan citra sesuai dengan

aslinya. Landsat 8 memiliki kelebihan pada citra yang didownload untuk data

level 1 dengan format geotiff karena sudah terkoreksi geometrik (Astuti, 2020).

2.4 Citra Sentinel

Teknologi penginderaan jauh yang berkembang sampai saat ini, tidak

telepas dari semakin berkembangnya teknologi satelit yang diluncurkan, dalam

hal ini satelit sumber daya alam. Teknologi satelit ber- kembang dengan berbagai

kemampuan dalam menyediakan data citra terkait dengan informasi permukaan

bumi. Citra satelit yang dihasilkan bervariasi mulai dari citra dengan resolusi

spasial dan resolusi spektral yang rendah hingga tinggi. Citra satelit yang tersedia

juga ada yang gratis dan berbayar. Berbagai macam jenis citra satelit yang

berkembang sampai saat ini salah satunya yaitu citra satelit Sentinel-2. Citra

satelit Sentinel-2, saat ini menjadi alternatif baru dalam menyediakan informasi

permukaan bumi karena selain mudah didapatkan dan gratis, citra Sentinel-2

menawarkan kualitas data citra dengan resolusi spasial yang lebih baik yaitu

10x10 m²/piksel, dibandingan dengan citra open source lainnya yang sering
digunakan seperti citra Landsat yang hanya memiliki resolusi spasial 30x30

m²/piksel (Nababan, 2018).

Citra satelit Sentinel-1 adalah citra yang dihasilkan oleh satelit Sentinel-1

yang dirancang dan dikembangkan oleh ESA dan didanai oleh Komisi Eropa

(European Commission). Citra satelit sentinel-1 terdiri dari konstelasi dua satelit,

Sentinel 1A dan Sentinel 1B yang berbagi bidang orbit yang sama dengan

perbedaan 180° pada pentahapan orbital. Misi dari citra ini adalah menyediakan

kemampuan operasional independen untuk pemetaan radar terus menerus dari

bumi dengan frekuensi, cakupan, ketepatan waktu dan keandalan ditingkatkan

untuk layanan operasional dan aplikasi yang memerlukan seri lama (Putri, 2018).

Penggunaan citra satelit dalam deteksi penutupan lahan telah banyak

digunakan karena memiliki resolusi temporal yang baik dan cakupan wilayahnya

yang luas. Salah satu citra satelit yang dapat digunakan untuk mendapatkan

informasi penutupan dan penggunaan lahan adalah citra satelit sentinel-2.

Sentinel-2 merupakan salah satu citra satelit yang memiliki 13 band, 4 band

beresolusi 10 m, 6 band beresolusi 20 m, dan 3 band beresolusi spasial 60 m

dengan area sapuan 290 km. Sentinel-2 dapat digunakan untuk kepentingan

monitoring lahan, data dasar untuk penggunaan lahan yang dapat digunakan untuk

berbagai aplikasi monitoring dan perencanaan lingkungan (Awaliyan, 2018).

Manfaat dari citra sentinel ini adalah untuk menyajikan data dalam rangka

memenuhi kebutuhan beberapa hal, diantaranya monitoring lahan, dan dapat

dijadikan sebagai data dasar yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti

pertanian hingga perhutana, juga monitoring lingkungan, hingga perencanaan


perkotaan. Selain itu dapat juga digunakna untuk deteksi tutupan lahan,

penggunaan lahan, pemetaan bencana, dan aplikasi lainnya.Untuk melakukan

analisis vegetasi menggunakan metode NDVI, komposit band yang dibutuhkan

ialah band 8 sebagai NIR dan band 4 sebagai RED pada citra sentinel-2 (Putri,

2021).

Citra Sentinel biasanya digunakan dalam teknik penginderaan jauh untuk

klasifikasi tutupan lahan .Citra satelit yang dapat digunakan untuk deteksi tutupan

lahan adalah citra sentinel 2. Citra sentinel 2 merupakan citra satelit yang

tergolong baru, dimana satelit ini diluncurkan pada tanggal 23 Juni 2015 dengan

berbagai kelebihannya yaitu melakukan penginderaan jauh dengan resolusi spasial

yang cukup tinggi yaitu 10 x 10 meter dan memiliki resolusi temporal hingga 5

hari, citra tersebut dapat diperoleh dengan secara mudah dan gratis. Level produk

Sentinel - 2 yang tersedia adalah level 1C, produk ini telah terkoreksi secara

geometrik dan radiometrik (Surface Reflectance) (Ardianto, 2022).

2.5 Citra SPOT

SPOT singkatan dari Systeme Pour 1.Observation de la Terre. SPOT-1

diluncurkan pada tahun 1986. SPOT dimiliki oleh konsorsium yang terdiri dari

Pemerintah Prancis, Swedia dan Belgia. SPOT pertama kali beroperasi dengan

pushbroom sensor CCD dengan kemampuan off-track viewing di ruang angkasa.

Saat itu, resolusi spasial 10 meter untuk pankromatik dan 20 meter daerah tampak

(visible). Pada Maret 1998 sebuah kemajuan signifikan SPOT-4 diluncurkan:

sensor HRVIR mempunyai 4 di samping 3 band dan instumen VEGETATION


ditambahkan. VEGETATION didesain untuk hampir tiap hari dan akurat untuk

memonitor bumi secara global (Suwargana, 2020).

Citra SPOT-4 yang mulai diluncurkan tahun 1998 pada penelitian ini

dilihat pada tahun 2007 dan 2011, sedangkan SPOT-6 yang mulai diluncurkan

pada tahun 2012 dilihat pada tahun 2016. Terdapat tiga keunggulan menggunakan

data SPOT (1) Dapat diperoleh gambaran stereoskopik, dengan jalan merekam

daerah dari dua lintasan orbit yang berurutan; (2) Sensor dapat diarahkan pada

daerah yang bebas awan, dan (3) dimungkinkan perekaman ulang daerah dalam

waktu yang lebih pendek (Fathiyah, 2018).

Untuk mendapatkan informasi penutup lahan berupa peta, dapat dilakukan

dengan memanfaatkan data penginderaan jauh yaitu citra satelit. Citra merupakan

gambaran permukaan bumi yang direkam oleh sensor dan dipasang pada wahana

dengan ketinggian 400 km lebih di atas permukaan.Pemilihan jenis data citra yang

akan digunakan dapat berpengaruh terhadap kelengkapan dan keakuratan

informasi yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan jenis citra SPOT 7 tahun

2019 yang memiliki resolusi hingga 1,5 meter dengan skala 1: 25.000 dinilai

cocok untuk pemetaan penutup lahan, karena dapat memberikan cakupan penutup

lahan dengan resolusi spasial yang baik dalam menyajikan kenampakan objek

secara detail (Ningsih, 2022).

Kualitas citra penginderaan jauh sangatlah penting karena kualitas citra

berhubungan erat dengan keakuratan dan kepercayaan proses ekstraksi informasi.

Dengan demikian, koreksi atmosferik pada data citra merupakan bagian yang

sangat penting untuk meningkatkan analisis data. Melakukan koreksi atmosfer


membantu memudahkan perbandingan multi- temporal, deteksi perubahan lahan

dan algoritma klasifikasi, mendapatkan kemungkinan untuk membandingkan nilai

reflektan data dari berbagai sensor dengan band spektral yang sama,

memungkinkan perbandingan antara nilai reflektan yang diterima dari citra satelit

dan nilai pengukuran untuk memverifikasi hasil.Meskipun data satelit beresolusi

tinggi seperti SPOT 6/7 tidak dapat menggantikan foto udara yang mampu

menyediakan citra beresolusi 0.2 m, namun data SPOT 6/7 memberikan beberapa

manfaat diantaranya adalah memungkinkan akuisisi yang lebih mudah pada

interval waktu tertentu yang berguna untuk pemantauan alam atau perkembangan

fenomena secara real time dan untuk mendapatkan citra pada area yang sulit

dijangkau oleh foto udara secara jelas. Untuk itu, keberadaan citra SPOT 6/7 yang

bebas haze sangat diperlukan (Sulyantara, 2018).

Citra satelit SPOT-6 digunakan sebagai data untuk mengekstrak informasi

penutup lahan vegetasi dengan memanfaatkan metode klasifikasi berbasis objek

atau Object-Based Image Analysis (OBIA). OBIA dinilai mampu mendefinisikan

kelas-kelas objek berdasarkan aspek spektral dan aspek spasial secara sekaligus.

Jika dibandingkan dengan klasifikasi berbasis piksel, OBIA dinilai dapat

memberikan hasil yang lebih baik. Keunggulan penggunaan OBIA adalah karena

mampu mempertimbangkan kesatuan objek berdasarkan rona dan tekstur piksel

dalam proses pengolahan datanya (Somantri, 2022).


BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan lokasi praktikum

Waktu pelaksanaan praktikum ini di laksanakan pada hari minggu, tanggal

13 november 2022, pukul 08.00-12.00 WITA, dan di laksanakan di laboratorium

fakultas ilmu dan teknologi kebumian UHO.

Wilayah kajian pada praktikum ini mengggunakan 2 wilayah kajian yaitu

wilayah Kecamatan Baruga dan Puwatu. Wilayah kecamatan baruga secara

geografis terletak di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Wua-wua dan

kecamatan Puuwatu sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten

Konawe Selatan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kambu dan

Kecamatan Poasia. Sedangkan secara astronomis terletak di sebelah Selatan garis

khatulistiwa. Dengan Lintang Selatan (LS) 3°59'47"-4°5'01" dan Bujur Timur

(BT) 122°26'37"-122°32'57".

Letak geografis wilayah puuwatu memiliki luas 39,72 Km terletak di

bagian barat laut Kota Kendari. Letak astronomis puuwatu Lintang Selatan (LS)

3°55'03"- 4°0'55" Dan Bujur Timur (BT) 122°26'33"-122°30'40". 33-122°30'40".


3.2 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum “Pengenalan Citra

Penginderaan Jauh” dapat di lihat pada tabel 1 di bawah ini

Tabel 1 alat dan bahan.

No Alat dan bahan Kegunaan


1 Flashdisk Untuk menyimpan data yang digunakan pada saat praktikum
2 Alat tulis Untuk mencatat objek yang terlihat pada citra satelit
3 Laptop/komputer Untuk menampilkan citra satelit
4 Proyektor Untuk menampilkan materi
6 Peta citra sateli Untuk dianalasisi objek apa yang tampak pada peta.
landsat administrasi
Abeli-Nambo
7 Peta citra sateli Untuk dianalasisi objek apa yang tampak pada peta.
sentinel administrasi
Abeli-Nambo
8 Peta citra sateli Untuk dianalasisi objek apa yang tampak pada peta.
SPOT administrasi
Abeli-Nambo

3.3 Data Praktikum

3.3.1 Data primer

Data primer adalah jenis data yang dikumpulkan secara langsung dari

sumber utamanya seperti melalui wawancara, survei, eksperimen, dan sebagainya.

Data primer biasanya selalu bersifat spesifik karena disesuaikan oleh kebutuhan

peneliti.

3.3.2 Data Skunder

Berbeda sedikit dari pengertian data primer, data sekunder adalah data

yang diambil dari sumber lain oleh peneliti. Adapun data skunder yang di

gunakan adalah citra sentinel, landsat dan SPOT.


3.4 Tahap Praktikum

3.4.1 Tahapan persiapan

Dalam tahap ini praktikkan menyiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan dalam melaksakan praktikum dan belajar mengenai materi apa yang

akan di laksanakan kemudian praktikkan mendengarkan arahan atau intruksi dari

asisten dosen mengenai prosedur apa saja yang akan di lakukan.

3.4.2 Tahapan pengumpulan literatum

Dalam tahap ini praktikan mencari sumber atau infirmasi dalam menyusun

sebuah laporan dengan mencari sumber dari jurnal atau buku yang terbit kurang

dari lima tahun terakhir.

3.4.3 Tahapan pengenalan citra

tahapan ini praktikan di perkenalkan dan menginterpretasikan citra atau

mengkaji foto udara atau citra yang bertujuan untuk mengidentifikasi objek apa

saja yang ada dalam citra tersebut.

BAB IV
HASIL

4.1 Kecamatan Baruga


NO Jenis Citra Waktu Karakteristik Citra Kenampakan
Perekama Objek
n
1 Citra sentinel Siang Memiliki saluran multispectral, 1. Jalan
memiliki saluran radar dan luas 2. Pemukiman
cangkupan yang sangat luas
(hampir 300 km2), orbit sun-
3. Awan
synchronous pada ketinggian 4. Vegetasi hutan
786 km, memiliki 2 satelit, tropis
memiliki resolusi menengah 5. Danau
dengan resolusi temporal 10 6. Lahan kosong
hari untuk satu satelit atau 5 7. Belukar
hari dengan 2 stelit, memiliki
13 saluran (band), memiliki
resolusi spasial sebesr 10 m
(4band), 20m (6 band), 60 m (3
band), digunakan untuk
monitoring lahan, monitoring
lingkungan hingga perencanaan
perkotaan
2 Citra landsat Malam Memiliki orbit sun- 1. Jalan
synchronous orbit pada 2. Awan
ketinggian 705 km, memiliki
resolusi temporal selama 16
3. Pemukiman
hari, memiliki kemampuan 4. Vegetasi Hutan
untuk merekam citra dengan Tropis
resolusi spasial 30 m (visible, 5. Lahan kosong
NIR, SWIR) 100 m (thermal) 6. Danau
dan 15 m (pankromatik), 7. Belukar
memiliki 11 saluran (band),
mampu mengumpulkan 400
scanes citra dalam satu hari
perekaman, digunakan untuk
mengetahui dan melihat
perkembangan vegetasi lahan,
jenis litologi study tentang
erosol, studi kebencaan dll.
3 SPOT Pagi Memiliki orbit sun- 1. Jalan
synchronous pada ketinggian 2. Kawasan
694 Km. Memiliki resolusi pemukiman
spasial 1.5 meter (band 3. Vegetasi hutan
pankromatik-posisi nadir) dan tropis
6 meter (band multispektral 4. Belukar
VNRI-posisi nadir). Memiliki 5. Danau
band 1 band pankromatik (450- 6. Lahan kosong
745 nm) dan 4 band 7. Awan
multispektral yaitu blue (455-
525 nm), green (530-590 nm),
red (625-695 nm), dan near
infrared (760-890 nm)

4.2 Kecamatan Puuwatu


NO Jenis Citra Waktu Karakteristik Citra Kenampakan
Perekama Objek
n
1 Citra sentinel Pagi Memiliki saluran multispectral, 1. Kawasan
memiliki saluran radar dan luas Pemukiman
cangkupan yang sangat luas 2. Vegetasi hutan
(hampir 300 km2), orbit sun- tropis
synchronous pada ketinggian
786 km, memiliki 2 satelit,
3. Jalan
memiliki resolusi menengah 4. Lahan kosong
dengan resolusi temporal 10 5. Awan
hari untuk satu satelit atau 5 6. Belukar
hari dengan 2 stelit, memiliki 7. danau
13 saluran (band), memiliki
resolusi spasial sebesr 10 m
(4band), 20m (6 band), 60 m (3
band), digunakan untuk
monitoring lahan, monitoring
lingkungan hingga perencanaan
perkotaan
2 Citra landsat Malam Memiliki orbit sun- 1. Kawasan
synchronous orbit pada pemikiman
ketinggian 705 km, memiliki 2. Vegetasi
resolusi temporal selama 16 hutan tropis
hari, memiliki kemampuan
untuk merekam citra dengan
3. Jalan
resolusi spasial 30 m (visible, 4. Lahan kosong
NIR, SWIR) 100 m (thermal) 5. Awan
dan 15 m (pankromatik), 6. Belukar
memiliki 11 saluran (band), 7. Danau
mampu mengumpulkan 400
scanes citra dalam satu hari
perekaman, digunakan untuk
mengetahui dan melihat
perkembangan vegetasi lahan,
jenis litologi study tentang
erosol, studi kebencaan dll.
3 SPOT Pagi Memiliki orbit sun- 1. Kawasan
synchronous pada ketinggian pemikiman
694 Km. Memiliki resolusi 2. Vegetasi
spasial 1.5 meter (band hutan tropis
pankromatik-posisi nadir) dan
6 meter (band multispektral
3. Jalan
VNRI-posisi nadir). Memiliki 4. Lahan kosong
band 1 band pankromatik (450- 5. Awan
745 nm) dan 4 band 6. Belukar
multispektral yaitu blue (455- 7. Danau
525 nm), green (530-590 nm),
red (625-695 nm), dan near
infrared (760-890 nm)
BAB V
PEMBAHASAN
Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan

ilmu untuk mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena

melalui analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat

tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah ataupun

fenomena yang dikaji. Untuk melakukan analisa pada wilayah yang luas

dan sulit diakses, kita dapat menggunakan konsep penginderaan jauh atau

yang juga dikenal dengan singkatan inderaja. Teknologi ini seringkali

dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) agar menghasilkan

informasi yang bermanfaat diberbagai bidang.

Pada praktikum penginderaan jauh Cara kerja inderaja dimulai saat

melakukan proses perekaman objek yang ada di permukaan bumi.

Penginderaan ini dihubungkan oleh tenaga yang membawa data menuju

sensor, seperti bunyi, daya magnet, gaya berat, dan elektromagnetik. Akan

tetapi energi yang digunakan dalam proses ini biasanya adalah tenaga

elektromagnetik, misalnya cahaya matahari sebagai tenaga

elektromagnetik bersistem pasif. Sinar matahari yang mengenai objek

permukaan bumi kemudian diserap dan dipancarkan sehingga sensor akan

menangkap gelombang elektormagketik yang berasal dari permukaan

bumi. Sensor elektromagnetik tersebut dapat dipasang pada satelit atau

pesawat drone. Setelah sensor menangkap gelombang elektromagnetik,

selanjutnya akan diolah menjadi sinyal digital yang tersimpan di ruang

penyimpanan.
Dalam praktikum citra satelit di gunakan untuk mengamati

pemantauan lingkungan, pemetaan, serta deteksi penggunaan lahan. Citra

satelit tersusun atas pixel. Citra satelit dapat berupa citra pada spektrum

cahaya tampak maupun spektrum lainnya. Terdapat pula peta topografi

yang menggunakan pencitraan radar dari satelit. Interpretasi dan

pengolahan data yang telah dikumpulkan oleh satelit dilakukan

menggunakan perangkat lunak penginderaan jauh.

Dalam praktikum Citra Landsat 8 OLI TRIS di gunakan untuk

memetakan suatu daerah. Pada perekaman citra Landsat 8 OLI TRIS

memiliki kenampakan dimana pola permukiman, kawasan penduduk,

indeks vegetasi, awan dan lahan terbuka kelihatan nampak meskipun

dalam perekamannya agak buram. Satelit pemantauan bumi ini memiliki

dua sensor yaitu sensor Operational Land Imager (OLI) dan Thermal

Infrared Sensor (TIRS). Kedua sensor ini menyediakan resolusi spasial 30

meter (visible, NIR, SWIR), 100 meter (thermal), dan 15 meter

(pankromatik). Landsat 8 memiliki tingkat keabuan (Digital Number

[DN]) berkisar antara 0-4096. Tingkat keabuan tersebut jauh lebih besar

daripada pada generasi Landsat sebelumnya yang berkisar antara 0-256.

Kelebihan tersebut merupakan akibat dari peningkatan sensitivitas

Landsat yang semula setiap piksel memiliki kuantifikasi 8-bit sekarang

(pada Landsat 8) meningkat menjadi 12-bit. Peningkatan tersebut jelas

akan lebih membedakan tampilan objek-objek di permukaan bumi

sehingga tampilan lebih halus baik pada saluran pankromatik maupun


multispektral serta dapat menurunkan kesalahan interpretasi. Landsat 8

memiliki saluran-saluran dengan resolusi tingkat menengah. Resolusi

tersebut setara dengan saluran-saluran pada Landsat 5 dan 7. Oleh karena

itu, produk-produk citra yang dihasilkan oleh Landsat 5 dan 7 pada

beberapa dekade masih relevan bagi studi data time series terhadap

Landsat 8. Kelebihan utama dari Landsat 8 adalah akses data yang terbuka

bebas dan gratis. Resolusi 30 m dan kuantifikasi 12-bit pada Landsat 8

akan memberikan banyak keuntungan dan informasi penting bagi

pengguna. Tambahan pula, produk citra Landsat 8 ini bersifat time series

tanpa striping (kelemahan Landsat 7 setelah tahun 2003). Penggabungan

citra Landsat 8 dengan memanfaatkan citra-citra sebelumnya akan

menghadirkan informasi-informasi yang kompleks dan berharga.

Dalam praktikum Citra Sentinel di gunakan untuk pengamatan

operasional seperti peta tutupan lahan, peta deteksi perubahan lahan. Pada

perekaman citra sentinel memiliki kenampakan, dimana pola jaringan

jalan, kawasan permukiman, kawasan lahan terbuka dan kerapatan

vegetasi sangat nampak dalam pengambilan citra foto sentinel. Citra yang

dihasilkan oleh satelit Sentinel memiliki resolusi spasial sebesar 10 meter

untuk 4 band, 20 meter untuk 6 band, dan 3 band sisanya memiliki resolusi

spasial sebesar 60 meter.

Dalam Praktikum Citra SPOT diguinakan untuk memantau

perubahan tutupan ruang terbuka hijau di suatu kawasan dalam kurun

waktu tertentu. Citra SPOT menggunakan resolusi spasial 20 meter untuk


multispektral dan 10 meter untuk pankromatik. Kenampakan pada

perekaman citra spot sangat nampak dan jelas karena ,memiliki resolusi

spasial yang tinggi. SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang

mencitra secara optis dengan resolusi tinggi dan diopersikan di luar

angkasa. Sistem satelit SPOT terdiri dari  serangkaian satelit dan stasiun

pengontrol denga cangkupan kepentingan yaitu, kontrol dan pemograman

satelit, produksi citra, dan distribusinya

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dalam pengenalan jenis-jenis citra penginderan jauh ada beberapa jenis

citra diantaranya yaitu citra foto dan citra non foto, foto udara, citra multispektral

dan hiperspektral, citra termal, citra gelombang mikro (sistem pasif), radar dan

lidar. Contoh citra penginderaan jauh ini adalah Landsat. Sentinel, Modis, STRM

Citra dapat berupa citra digital ataupun citra konvensional. Citra sendiri

merupakan gambaran objek yang terlihat pada lensa kamera atau hasil cetakan.

Jenis citra ada dua, yaitu citra foto dan citra nonfoto. Citra foto adalah citra yang

dihasilkan oleh sensor kamera. Misalnya, foto kawasan desa yang tertangkap oleh

sensor di satelit, terus foto desa tersebut terlihat dari langit.

Dalam menganalis perbedaan jenis-jenis citra penginderaan jauh dapat

diamati pada setiap karakteristik yang dimiliki oleh tiap-tiap jenis citra, seperti

resolusi spasial, resolusi temporal yang dimiliki oleh setiap jenis citra, sehingga

dapat memudahkan untuk melihat setiap perbedaannya


6.2 Saran

Berdasarkan proses praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat

dipertimbangkan adalah sebagai berikut.

6.2.1 Saran untuk dosen

Saran saya kepada dosen pengampuh mata kuliah penginderaan jauh dasar

agar lebih sering masuk ketika ada jam perkuliahan.

6.2.2 Saran untuk asisten

Saran saya untuk para asisten dosen agar lebih banyak berinteraksi kepada

praktikan agar menjalin komunikasi yang baik antara asisten dan praktikan

sehingga para praktikan lebih nyaman lagi ketika melaksanakan praktikum.

6.2.3 Saran untuk praktikan

Saran saya untuk para praktikan agar semangat dalam mengerjakan

laporan dan jangan bermalas-malasan dalam mengerjakan laporan.


DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, G., Segah, H., Aguswan, Y., Triyadi, A., & Siska, G. (2022). Analysis

of Land Cover Change Using Sentinel-2 Images at Natural Laboratory of

Peat Swamp Forest Area CIMTROP University of Palangka Raya:

Analisis Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Sentinel 2 Areal

Laboratorium Alam Hutan Gambut CIMTROP Universitas Palangka

Raya. Journal of Peat Science and Innovation, 1(1), 32-44.

Astuti, K. S., Ridwan, I., & Sudarningsih, S. Analisis Tingkat Kekeringan Lahan

Gambut di Kalimantan Selatan Berdasarkan Data Citra Landsat 8

OLI/TIRS. Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas

Lambung Mangkurat, 18(2), 119-132.

Awaliyan, M. R., & Sulistyoadi, Y. B. (2018). Klasifikasi Penutupan Lahan Pada

Citra Satelit Sentinel-2a Dengan Metode Tree Algorithm. ULIN J. Hutan

Trop, 2(2), 98-104.

Fadlin, Feri, Nia Kurniadin, and Astrolabe Sian Prasetya. "Analisis Indeks

Kekritisan Lingkungan di Kota Makassar Menggunakan Citra Satelit


LANDSAT 8 OLI/TIRS." Elipsoida: Jurnal Geodesi dan Geomatika 3.01

(2020).

Fathiyah, N., Pin, T. G., & Saraswati, R. (2017, July). Pola spasial dan temporal

Total Suspended Solid (TSS) dengan citra SPOT di estuari Cimandiri,

Jawa Barat. In Prosiding Industrial Research Workshop and National

Seminar (Vol. 8, pp. 518-526).

Fadlin, Feri, Nia Kurniadin, and Astrolabe Sian Prasetya. "Analisis Indeks

Kekritisan Lingkungan di Kota Makassar Menggunakan Citra Satelit

LANDSAT 8 OLI/TIRS." Elipsoida: Jurnal Geodesi dan Geomatika 3.01

(2020).

Fathiyah, N., Pin, T. G., & Saraswati, R. (2018, July). Pola spasial dan temporal

Total Suspended Solid (TSS) dengan citra SPOT di estuari Cimandiri,

Jawa Barat. In Prosiding Industrial Research Workshop and National

Seminar (Vol. 8, pp. 518-526).

Hidayah, Z., Wiyanto, D. B., & Madura, J. I. K. U. T. (2018). Analisa temporal

perubahan luas hutan mangrove di kabupaten sidoarjo dengan

memanfaatkan data citra satelit. Jurnal Bumi Lestari, 13(2).

Hidayat, M., Nurrochman, A., Anestatia, A. I., Yuliantina, A., & Aji, S. P. (2020).

Identifikasi daerah kerawanan kebakaran hutan dan lahan menggunakan

sistem informasi geografis dan penginderaan jauh di Kawasan Tanjung.

Jabung Barat Provinsi Jambi. Jurnal Geosains Dan Remote Sensing, 1(1),

32-42.
Islands, S. (2018). Pemetaan Dinamika Hutan Mangrove Menggunakan Drone

Dan Penginderaan Jauh Di P. Rambut, Kepulauan Seribu.

Maryantika, N., Jaelani, L. M., & Setiyoko, A. (2018). Analisa perubahan

vegetasi ditinjau dari tingkat ketinggian dan kemiringan lahan

menggunakan citra satelit landsat dan spot 4 (studi kasus kabupaten

pasuruan). Geoid, 7(1), 94-100.

Nababan, B., & Panjaitan, J. P. (2018). Pemetaan habitat bentik berbasis objek

menggunakan citra sentinel-2 di Perairan Pulau Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(2), 381-396.

Ningsih, E. W., Sugandi, D., Somantri, L., & Ridwana, R. (2022). Perbandingan

Klasifikasi Penutup Lahan di Kota Bandung Menggunakan Metode

Klasifikasi Berbasis Piksel dan Klasifikasi Berbasis Objek Pada Citra

SPOT 7. JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi), 7(1), 39-52.

Nurrochman, A., Febriani, R., & Yuliatama, V. P. (2020). Aplikasi Citra Landsat

8 OLI/TIRS Dalam Mengidentifikasi Alterasi Hidrotermal Skala Regional;

Studi Kasus Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh. Jurnal Geosains

dan Remote Sensing, 1(2), 89-96.

Pahleviannur, M. R. (2019). Pemanfaatan Informasi Geospasial Melalui

Interpretasi Citra Digital Penginderaan Jauh untuk Monitoring Perubahan

Penggunaan Lahan. JPIG (Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Geografi), 4(2),

18-26.

Putri, D. R., Sukmono, A., & Sudarsono, B. (2018). Analisis Kombinasi Citra

Sentinel-1a dan Citra Sentinel-2a untuk Klasifikasi Tutupan Lahan (Studi


Kasus: Kabupaten Demak, Jawa Tengah). Jurnal geodesi undip, 7(2), 85-

96.

Putri, E. S., Sari, A. W., Karim, R. A., Somantri, L., & Ridwana, R. (2021).

Pemanfaatan Citra Sentinel-2 Untuk Analisis Vegetasi Di Wilayah

Gunung Manglayang. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, 9(2), 133-

143.

Ramadhan, R. F., & Saputra, R. A. (2021). Identifikasi Area Prospek Panas Bumi

Menggunakan Integrasi Citra Landsat 8 OLI/TIRS dan DEM: Studi Kasus

Batu Bini, Kalimantan Selatan. Swara Patra: Majalah Ilmiah PPSDM

Migas, 11(2), 37-50.

Sulyantara, D. H., Siwi, S. E., Prabowo, Y., Brahmantara, R. P., & Ulfa, K.

(2018). Algoritma haze detection dengan menggunakan haze index pada

citra SPOT 6/7. Jurnal Penginderaan Jauh Dan Pengolahan Data Citra

Digital, 15(2), 93-100.

Suwargana, N. (2020). Resolusi spasial, temporal dan spektral pada citra satelit

Landsat, SPOT dan IKONOS. Jurnal Ilmiah Widya, 1(2), 167-174.

Somantri, L., & Himayah, S. (2022). Pemanfaatan Object-Based Image Analysis

(OBIA) pada Citra SPOT-6 untuk Identifikasi Jenis Penutup Lahan

Vegetasi di Kota Bogor. JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi),

7(1), 53-61.

You might also like