You are on page 1of 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D DENGAN DIAGNOSA

KEPERAWATAN SISTEM NEUROLOGI AKIBAT MENINGITIS SEROSA


DI RUANG KENANGA 1 RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anakpada Program Profesi Ners
Angkatan XLIV

Disusun Oleh:
GITA AMORIA HAELENA WIBOWO - 2201122203
Dosen Pembimbing:
Gusgus Ghraha R, M.Kep.,NS.Sp.,Kep.An

Afiliasi:
RSUP Dr Hasan Sadikin

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XLIV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN ANAK
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Tanggal lahir : 29 Juni 2022
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 4 Bulan
Agama : Islam
Kultur : Sunda
Alamat : KP Cibaligo
Diagnosa medis : Tekanan Tinggi Intrakarnial BC Status
Epileptikus + Bronkopnemonia + Suspek
Tuberkulosis Paru + Hiperkalemia +Meningitis
Tuberkulosis + Hiponatermia
Tanggal dikaji : 28 Oktober 2022
Tanggal masuk RS : 01 Oktober 2022
No. Medrec : 0002079341

Identitas Keluarga
Nama : Ny. A
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Umur : 45
Pendidikan : Sekolah Dasar
Hunbungan dengan klien ; Ibu kandung
Alamat : KP Cibaligo

2. KELUHAN UTAMA
Demam
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Ibu pasien mengatakan anaknya demam, demam dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu, demam naik turun. Demam turun jika diberi kompres hangat di ketiak dan di dahi,
lalu muncul kembali ketika anak sudah mulai membaik. Ibu pasien mengatakan
demam anaknya sangat panas sampai kemerahan dengan derajat 39 o C.
4. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KEHAMILAN
a. Prenatal : Ibu klien P5A0, Anak kelima yang sekarang dilahirkan di Rumah
Sakit, dengan normal dengan berat badan 3000 gram dan berat badan sekaran 5500
gram. Tidak ada keluhan yang dirasakan.
b. Natal : An. D lahir di Rumah sakit terdekta, dengan normal, kondisi bayi
normal tidak ada kelainan apapun sebelumnya, tumbuh kembang anaknya pun
sesuai dengan anak biasanya. Menurut Ny. A berat badan anaknya adalah 3000
gram dengan tinggi 57 cm. . Pasien merupakan anak ke -5 dari ibu P5A0, pasien
lahir langsung menangis. Imunisasi hanya hepatitis B, dan tidak diberikan BCG,
tumbuh kembang sesuai usia dan riwayat penyakit anak serupa tidak ada pada
keluarga.
c. Post natal : Menurut Ny. A pada saat anak menginjak usia 3 Bulan pertama, anak
baru mengalami keluhan seperti kejang, dan diperiksakan ke dokter ternyata
mengalami status epileptikus.
5. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Pasien datang dengan keluhan kejang pada 1 hari sebelum masuk rumah sakit
kejang berupa mata mendelik ke atas tangan dan kaki kelojotan kejang dirasakan
selama lebih dari 5 menit dan berulang hingga lebih dari 4 kali di antara kejang pasien
tampak tertidur keluhan disertai dengan demam naik turun yang dirasakan sejak 1
minggu yang lalu pasien juga dikeluhkan ada nafas terlihat cepat batuk dan suara
terdengar grok-grok sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan muntah dan bab
cair tidak ada karena keluhan utama demam 1 minggu lalu pasien sempat berobat ke
puskesmas cihanjuang dan dokter umum kemudian memberikan obat penurun panas,
obat batuk dan anibiotik cefradoxil. Karena muncul kejang pasien dibawa ke RSUD
Cibabat. Pasien dirawat selama 2 hari dan dikesankan status epileptikus dan sempat
diberikan transfusi darah sebanyak 50 cc. Karena pasien tidak mempunyai BPJS
pasien dibawa oleh orang tua ke RSHS atas permintaan sendiri. Riwayat kontak
penderita TBC, penderita batuk lama lebih dari 2 minggu, penderita demam lebih dari
2 minggu disangkal. Riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 atau
penderita demam dan batuk sesak napas disangkal. Riwayat keluar cairan dari telingan
disangkal.
6. RIWAYAT KELUARGA
Berdasarkan pengakuan ibu pasien, tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan penyakit pasien. tidak ada riwayat penyakit keturunan di
keluarga pasien.

7. GENOGRAM
Keterangan
: Laki-laki

: perempuan

:Anak pembawa

: 1 Rumah

8. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : Tidak terkaji
HR : 162 x/ menit
RR : 50 x/menit
Suhu : 39oC
SPO2 : 98%
Oksigen : 2 Liter
Kesadaran : E3M4V4 delirium
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
TUMBUH
BB : 5,5 kg
Perhitungan BB normal pasien anak:
BB / TB2 = 5,5 / (0,57 X 0,57) = 5,5 / 0,32 =
17,18 (normal)

Berat Badan Konvensional Dengan Rumus


2N (usia) + 8 =
(2 x 3) + 8 = 14

BB/U : -0,56 SD
PB/U: -1,91 SD
BB/PB: 1,42 SD
LK/U: 0,29 SD
Tinggi Badan : 57 cm
Lingkar kepala : 40 cm
KEMBANG 3 Bulan anak
Motorik Halus Motorik Kasar
Bayi D sering menunjukkan mata Motorik kasar pada Bayi D kaku
melotot, dan pengelihatan belum peka
terhadap ransangan suara.
Sedangkan motorik kasar
Sedangkan dimotorik halus seharusnya bayi D sudah harus
seharusnya Bayi D sudah bisa mulai menggerakkan tangan dan
tersenyum, jika diajak berinteraksi. kakinya secara bersmaan.

B. PEMERIKSAAN PERSISTEM

1) Sistem Kardiovaskuler Inspeksi: Bentuk dada simetris, konjuntiva


anemis, kulit tidak sianosis, dada kaku.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: sonor, dullnes di bagian jantung
Auskultasi: suara jantung S1 S2 reguler,
tidak ada crakcles (-) dan murmur (-).
2) Sistem respirasi Inspeksi: ekspansi dada simetris, pergerakan
nafas kiri dan kanan sama, pasien terpasang
NGT
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tactile fermitus
normal
Perkusi: perkusi di area paru berbunyi
resonan
Auskultasi: suara napas tambahan: snoring (-
) dan gurgling (-) sputum (-)
Keluhan: tidak ada

Catatan: Air susu ibu sudah tidak keluar,


asupan nutrisi hanya di susu formula, susu
formula dalam 1 hari 8 kali pemberian
sebanyak 120 cc, diberikan dalam 3 kali
pemberian, diberikan 40 cc.
3) Sistem imun Tidak ada pembesaran limfa, kelenjar getah
bening, tonsil, tidak ada alergi terhadap obat
atau makanan, panas 39oC.
4) Sistem hematologi Inspeksi : konjuntiva anemis, mata ikterik
Palapasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi : -
Auskultasi : -
5) Sistem endokrin Inspeksi: leher tidak ada pembengkakan,
mukosa mulut bersih, bau mulut tidak ada,
tidak ada kelenjar tiroid, pembesaran nodus
limpatikus (-)
Perkusi: -
Palpasi: saat diraba leher bayi D kaku
Auskultasi: -
6) Sistem pencernaan Inspeksi: tidak terlihat distensi (-), gigi belum
ada, lidah, dan rongga mulut normal, warna
perut merata sawo matang.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan di abdomen
- -
- -

Perkusi: timpani di semua kuadran


Auskultasi : Bising usus 6x/menit
7) Sistem muskulosskletal Inspeksi: tidak ada edema, tidak ada
pengecilan otot, tidak ada atrofi otot, pada
ekstermitas tangan kiri terpasang infus,
refleks babinski kiri (+) sedangkan kanan (+)
Palpasi: akral hangat, CRT <2 detik, kulit
kering, tidak terdapat lesi
Perkusi: -
Auskultasi: -
Catatan : kaki kuduk (+), brudunzki (+),
leher kaku (+)
8) Sistem perkemihan / Inspeksi : turgor baik kembali dalam <1
Urinaria detik, kulit sawo matang merata, abdomen
keras, tidak ada luka.
Palpasi: ginjal tidak teraba, tidak ada nyeri
dibagian kandung kemih.
Perkusi: nyeri ketuk dibagian ginjal
Auskultasi : -
9) Sistem integumen Inspeksi; kulit sawo matang dan normal,
keadaan kulit utuh, tidak terdapat gatal pada
area kulit dan tekstur kulit seidkit kering,
tidak ada edema.
10) Sistem presepsi sensori Kepala:
a. Bentuk : Bulat sedikt oval
b. Ukuran :normal, normochepal
c. Mata : konjungtiva baik,
kornea sedikit kering, sklera tidak
ikterik, refleks pupil baik dan
isokor. Visus tidak terkaji, tidak
ada respon terkait ransangan
suara yang diberikan
d. Hidung : bersih, tidak ada lesi,
simetris, tidak ada perdarahan,
penghidu tidak terkaji
e. Telinga : bersih, simteris, tidak
ada infeksi, tidak ada lesi,
pendengaran baik.
f. Mulut : tidak ada bau napas
g. Rambut : kehitaman, kulit
kepala tidak ada masalah.
h. Wajah : simetris, tida ada
pembengkakan di area wajah,
ekspresi wajah tegang.

9. PEMERIKSAAN HUMPTY DUMPTY

Parameter Kriteria Skor

Umur  < 3 tahun 4

 3-7 tahun 3
 7-13 tahun 2

 13-18 tahun 1

Jenis kelamin  Laki 2

 Perempuan 1

Diagnosis  Kelainan neurologi 4

 Gangguan oksigenasi (gangguan pernapasan, dehidrasi, 3


anemia, anoreksia, sinkop, sakit kepala, dll)

 Kelemahan fisik/kelainan psikis


2
 Ada diagnosis tambahan
1

Gangguan kognitif  Tidak memahami keterbatasan 3

 Lupa keterbatasan 2

 Orientasi terhadap kelemahan 1

Faktor lingkungan  Riwayat jatuh dari tempat tidur 4

 Pasien menggunakan alat bantu 3

 Pasien berada di tempat tidur 2

 Pasien berada di luar area ruang perawatan 1

Respon terhadap  Kurang dari 24 jam 3


operasi/obat penenang/efek
anestesi  Kurang dari 48 jam 2

 Lebih dari 48 jam 1

Penggunaan obat  Penggunaan obat sedative (kecuali pasien 3


ICU yang menggunakan sedasi dan paralisis).
Hiponotik, barbitural, fenotazin, antidepresan,
laksatif/diuretik, narotik/metadon

 Salah satu obat di atas


2
 Pengobatan lain
1
Keterangan (tingkat risiko dan tindakan)
1. Skor 7 – 11 : risiko rendah untuk jatuh
2. Skor ≥ 12 : risiko tinggi untuk jatuh
3. Skor minimal : 7
4. Skor maksimal : 23

Catatan: pada pasien diatas mempunyai risiko jatuh skor nya


adalah 16 risiko tinggi untuk jatuh.
10. RIWAYAT HOSPITALISASI
Meminimalkan perpisahan pada anak yang dirawat di rumah sakit penting
dilakukan terutama pada anak yang berumus kurang dari 5 tahun, mengingat anak
masih sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat terutama orang
tuanya. Begitu besarnya peran keluarga dalam kehidupan anak-anak, pada saat ini
sebagian besar rumah sakit bersedia menerima kehadiran orang tua setiap waktu dan
banyak diantaranya yang menyediakan fasilitas seperti bangku atau tempat tidur untuk
sedikitnya satu orang tua per anak (Utami, 2014).
Menurut Price dan Gwin (2005), pada anak yang sedang menjalani hospitalisasi
dan mengerti akan keterbatasan anak mentoleransi ketidakhadiran orang tua. Ia akan
melihat bahwa kunjungan orang tua adalah hal yang sangat penting, meskipun di sisi
lain teridentifikasi bahwa proses perpisahan dan pertemuan kembali juga merupakan
hal yang sangat menyakitkan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, maka
pendidikan kesehatan pada orang tua perlu dilakukan untuk menfasilitasi agar
kunjungan orang tua dapat teratur dan menimalisasi perasaan tidak adekuat.

11. PEMERIKSAAN PENUNJANG


26 Oktober 2022
Hemoglobin 10,1 9,5 – 13,5
Hemaktokrit 32,0 29,0 - 41,0
Eritrosit 3,93 3,1 – 4,5
Leukosit 18,06 HIGH 6,00 – 17,5
Trombosit 959 HIGH 150 - 450
Basofil 0 0-1
Eosinofil 0 0-4
Netrofil batang 1 3 -5
Netrofil segmen 67 HIGH 17 – 49
Limfosit 25 LOW 67 -77
Monosit 7 3–8
Metamielosit !
Mielosit !
Promielosit !
Blast !
Total neutrofil 12,28 HIGH 1000 / uL
Total limfosit 4,52 HIGH 1000/ uL
Total monosit 1,26 HIGH 1000/ uL
Total Eosinofil 0,00 LOW 1000/ uL
Total basofil 0,00 LOW 1000/ uL
Neutrofil limfosit ratio 2,72
Index eritrosit
MCV 81,4 74 - 108
MCH 25,7 25 - 35
MCHC 31,6 30 - 36
RDW-SD 47,6 HIGH 36,4 – 46,3
RDW-CV 16,4 HIGH 11,5 – 14,5
MPV 9,2 7,2 – 11,1
IRF 18,8 HIGH 1,6 – 10,5
LRF 81,2 LOW 89,9 – 98,4
MFR 12,8 HIGH 1,6 – 9,5
HFR 6,0 HIGH 0,0 – 1,7
NRBC 0,1
NRBC# 0,0 1000/uL
IG% 0,13 HIGH 0,00 – 0,06
IG# 0,7 HIGH 0,0 – 0,6
IPF 1,6 0,8 – 6,2
RET% 4,7 HIGH 0,5 – 2,5
RET# 0, 185 HIGH 0,023 – 0,148
RET-HE 29,1 LOW 32,1 – 28,8
POW 9,2 9,0 – 13,0
P-LCR 17,7 LOW 18,5 – 42,3
PCT 0,87 HIGH 0,18 – 0,39
CRP kuantitaif 1,02 <0,3
UREUM 12,8 10,9 – 35,9
KREATININ 0,37 LOW 0,57 – 1,11
NATRIUM (Na) 137 135 – 145
Kalium (K) 4,3 3.5 – 5.1
Kalsium Ion 4.24 LOW 4,5 – 5,6
Procalcitonin 0,11 <0,5: local bacterial
infection is possible,
systemic infection
(sepsis) is possible 2 -
<10: systemic
infection (sespsi likely
> 10: hig ly)

12. TERAPI OBAT

OBAT Dosis Rute KEGUNAAN


Paracetamol 4x6 iwl infus Menurunkan demam dan nyeri
Isomazid 1x5 Isoniazid bekerja dengan cara membunuh
dan menghentikan pertumbuhan bakteri
Mycobacterium tuberculosis penyebab
tuberkulosis. Obat ini merupakan bagian
dari terapi TBC aktif tahap awal dan
lanjutan. Selain mengobati TBC aktif,
isoniazid juga digunakan dalam
pengobatan TBC laten, yaitu infeksi
tuberkulosis tanpa gejala
Rimfampisin Indikasi: lihat dosis. untuk pengobatan
tuberkulosis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dalam
kombinasi dengan obat antituberkulosis
lain dan dalam kombinasi dengan obat
antilepra untuk pengobatan lepra dengan
mengubah keadaan infeksi menjadi
keadaan noninfeksi.
Prazinamid 1x2 PYRAZINAMIDE 500 MG TABLET
adalah obat antibiotik yang digunakan
pada terapi tuberkulosis. Antibakteri
yang bekerja dengan cara menghambat
pertumbuhan bakteri Mycobacterium
tuberculosis penyebab TB. Dalam
penggunaan obat ini HARUS SESUAI
PETUNJUK DOKTER
Ethambutol 1x125 mg Ethambutol bermanfaat untuk mengatasi
tuberkulosis (TBC). Obat ini biasanya
dikombinasikan dengan beberapa
antibiotik lain, seperti rifampicin dan
isoniazid, untuk menghentikan
pertumbuhan bakteri penyebab
tuberkulosis
Prednison 1-1-1/2 obat untuk membantu meredakan
peradangan pada beberapa kondisi,
seperti alergi, penyakit autoimun, radang
sendi, atau dermatitis kontak. Obat ini
tersedia dalam bentuk tablet dan hanya
boleh dibeli dengan resep dokter.
Ceftazidine 3x30 gr obat antibiotik untuk mengobati infeksi
bakteri. Beberapa penyakit infeksi yang
bisa ditangani dengan obat ini adalah
pneumonia, meningitis, infeksi tulang
dan sendi, peritonitis, serta infeksi
saluran kemih
Gentamisin 1x4 ampul obat untuk mengatasi infeksi bakteri
ringan hingga berat pada berbagai bagian
tubuh, mulai dari telinga luar, mata, kulit,
hingga otak. Perlu diketahui obat ini
tidak bisa digunakan untuk mengobati
infeksi akibat virus atau jamur.
Gentamicin termasuk golongan antibiotik
aminoglikosida
Tinea Tablet Pengobatan tinea corporis bertujuan
untuk mengatasi infeksi dan mencegah
terjadinya komplikasi.
Oralit Sachet Oralit adalah obat yang sering dicari saat
seseorang mengalami diare. Obat ini
bermanfaat untuk menggantikan cairan
dan elektrolit tubuh yang hilang akibat
diare, sehingga bisa mencegah dehidrasi.

13. ANALISIS DATA

Data Etiologi Masalah


DS: Masknya virus Perfusi serebral tidak
↓ efektif
DO: Infeksi TB
- TB meningitis ↓
- Kaku kuduk Penyebaran hingga
- E3M4V4 delirium meningen

Replikasi virus

Hambatan peredaran darah
ke otak

Perfusi serebral tidak efektif
DS: Masknya virus Risiko infeksi
Ibu klien mengatakan ↓
anaknya panas, sampai Infeksi TB
memerah. ↓
DO: Penyebaran hingga
- Leukosit 12.28 ribu meningen
- Trombosit 959 ribu ↓
- Suhu 39oC Trombus alran darah
serebral

Eksudat purulen menyebar
ke dasar otak dan medula
spinalis

Kerusakan neurologis

Aktivitas mikrofag dan
virus

Mengikuti cairan sistemik

Penyebaran infeksi sistemin

Sepsis

Risiko tinggi infeksi

DS: - Masknya virus Risiko jatuh


DO: ↓
- pada pasien diatas Infeksi TB
mempunyai risiko ↓
jatuh skor nya Penyebaran hingga
adalah 16 risiko meningen
tinggi untuk jatuh. ↓
- Pasien kejang Trombus alran darah
- Suhu : 39 serebral

Eksudat purulen menyebar
ke dasar otak dan medula
spinalis

Kerusakan neurologis

Aktivitas mikrofag dan
virus

Pelepasan zat pirogen
endogen

Merangsang kerja
berlebihan dari PG E2 di
Hipotalamus

Instabil termogulasi

Suhu tubuh meningkat

Kejang

Risiko tinggi infeksi

Diagnosa keperawatan yang muncul:


1. Perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan tekanan intra karnial ditandai
dengan infeksi otak meningitis dan kaku kuduk
2. Risiko infeksi ditandai dengan keursakan neurologis dan leukosit tinggi mencapai
12.28
3. Risiko cedera ditandai dengan nilai humpy dumpty dengan skor 16 dan disertai
kejang
14. ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


DX
1 Perfusi cerebral tidak efektif Setelah dilakukan pemberian asuhan Manejemn peningkatan tekanan - Kelompok tanda dan
berhubungan dengan tekanan keperawatan selama 2 x 24 jam, intrakarnial gejala tertentu terjadi
intra karnial ditandai dengan diharapkan perfusi serebral pasien Observasi: dengan penyebab yang
infeksi otak meningitis dan meningkat, dengan kriteria: - Identifikasi penyebab berbeda. Evaluasi
kaku kuduk 1. Tingkat kesadaran meningkat peningkatan TIK Karakteristik Perfusi
2. Demam menurun - Monitor tanda atau gejala Jaringan yang Tidak
3. Refleks saraf membaik peningkatan TIK misalnya nadi, Efektif memberikan
bradikardia, pola napas ireguler, dasar untuk
kesadaran menurun perbandingan di masa
- Monitor statsu pernapasan mendatang.
- Monitor intake outpute cairan - Positioning dapat
Teraupetik: meningkatkan aliran
- Meminimalkan stimulus dengan keluar vena dari otak dan
menyedikan lingkungan yang membantu mengurangi
tennag tekanan.
- Berikan posisi semi fowler - Posisi tegak
- Hindari maneuver valsava meningkatkan pertukaran
- Cegah terjadinya kejang gas alveolar.
- Hindari pemberian cairan IV - Antikonvulsan adalah
hiootonik obat yang dikembangkan
- Pertahankan suhu tubuh normal untuk menghambat
Kolaborasi: penyebaran kejang di
- Kolaborasi pemberian diuretik otak dengan menekan
osmosis penembakan neuron yang
- Kolaborasi pemberikan sedasi cepat dan berlebihan
dan anti konvulsan

2 Risiko infeksi ditandai dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen medikasi: 1. Obat untuk TB
kerusakan neurologi dan 2 x 24 jam, maka tingkat infeksi 1. Idntfikasi penggunaan obat meningitis harus di
leukosit tinggi mencapai 12.28 menurun, dengan kriteria hasil: sesuai resep identifikasi
1. Demam menurun 2. Identidikasi masa penggunaannya
2. Kemerahan menurun kadaluwarsa obat sesuai dengan resep,
3. Kadar sel darah putih membaik 3. Identifikasi pengetahuan dan masa kadaluarsa obat
kemapuan menjalani 2. Lihat keefektifan
program pengobatan obat yang bekerja
4. Monitor keefektifan dan 3. Perlihatkan obat dan
efek samping pemberian tulis mengenai obat
obat yang dionsumsi
5. Monitor kepatuhan 4. Ajarkan cara
menjalani program menangani efek
pengobatan samping yang terjadi
Teraupetik: 5. Anjurkan pasien
1. Fasilitasi perubahan untuk melapor jika
program pengobatan terjadi efek samping
2. Sediakan sumber infromasi obat.
program pengobatan secara
visual dan tertulis
3. Faislitasi pasien dan
keluarga melalukan
penyesuaian pola hidup
akibat program pengobatan
Edukasi:
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengelola obat (dosis,
penyimpanan, rute dab
waktu pemberian)
2. Ajarkan cara menangani
atau mengurangi efek
samping
3. Anjurkan menghubungi
petugas kesehatan jika
terjadi efek samping obat
3 Risiko cedera ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan EDUKASI PENCEGAHAN 1. Untuk melihat
nilai humpy dumpty dengan keperawtaan selama 1 x 24 jam maka JATUH kesiapan orang tua
skor 16 dan disertai kejang tingkat jatuh menurun dengan kriteria 1. periksa kesiapan, dan anak dalam
hasil: kemampuan menrima menerima edukasi
1. jatuh dari tempat tidur menurun informasi yang yang akan
2. jatus saat berdiri menurun memungkinkan jatuh dipaparkan
3. jatuh saat duduk menurun 2. periksa kesiapan, 2. Mengidentfikasi
4. jatuh saat dipindahkan menurun kemampuan menerima kelemahan berguna
informasi dan presepsi untuk mengurangi
terhadap risiko jatuh risiko jatuh
3. siapkan materi, media 3. Saat anak memiliki
tentenga faktor-faktor risiko jatuh mka
penyebab, cara identifikasi berikan pemahaman
dan pencegahan risiko jatuh untuk tetap meinta
di rumah sakit ataupun di bantuan orang lain
rumah atau orang tuanya
4. jadwalkan waktu yang tepat 4. Selalu naikkan bed
untuk memberikan plang di kamar tidur
pendidikan kesehatan sesuai guna menghindari
kesepakatan dengan pasien risiko jatuh
dan keluarga 5. Memodifikasi area
5. berikan kesempatan untuk seperti disampingnya
bertanya di taroh bantal, atau
6. ajarkan mengidentfikasi tetap menjadi bed
tingkat kelmahan, cara palng, maupun
berjalan dan keseimbangan berpegang pada
7. anjurkan meminta bantuan handrail.
saat ingin menggapai
sesuatu yang sulit
8. jelaskan pentibgnya handrail
di kamar tidur rumah sakit
9. anjrukan menghindari objek
yang membuat anak-anak
dapat memanjat
10. ajarkan modifikasi area-area
yang membahayakan di
rumah maupun di rumah
sakit.
CATATAN KEPERAWATAN

TGL. No. DX IMPLEMENTASI EVALUASI

28-10- 1 Manejemn peningkatan tekanan intrakarnial Subjektif:


22 Observasi:
1. Ibu pasien mengatakan, pasien masih belum
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
mengalami penurunan panas
2. Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK misalnya
nadi, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran 2. Ibu pasien mengatakan, leher anaknya tidak kaku
lagi, karena posisi head up 30 derajat yang
menurun
3. Monitor status pernapasan diberikan

4. Monitor intake outpute cairan


Teraupetik: Objektif:
5. Meminimalkan stimulus dengan menyedikan
1. Panas masih 39oC
lingkungan yang tennag
2. kasadaran masih E3M4V4
6. Berikan posisi semi fowler
delirium
7. Cegah terjadinya kejang
3. saraf belum membaik
8. Pertahankan suhu tubuh normal
4. Posisi head up yang diberikan membuat kaku
kuduk pasien menurun

5. RR: 50 x/m

28-10- 2 Manajemen medikasi: Subjektif:


1. Idntfikasi penggunaan obat sesuai resep - Pasien mengatakan paham akan resep
22 2. Identidikasi masa kadaluwarsa obat yang diberikan
3. Monitor keefektifan dan efek samping pemberian obat - Pasien mentakan demam belum turun
4. Monitor kepatuhan menjalani program pengobatan Objektif:
Teraupetik: - Pemberian paracetamol
1. Fasilitasi perubahan program pengobatan - Demam belum turun
2. Sediakan sumber infromasi program pengobatan secara - Kemerahan pada pipi bayi D belum turun
visual dan tertulis - Kadar sel darah putih belum membaik
3. Faislitasi pasien dan keluarga melalukan penyesuaian
pola hidup akibat program pengobatan
Edukasi:
1. Ajarkan cara menangani atau mengurangi efek samping
2. Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi
efek samping obat

28- 10- 3 1. periksa kesiapan, kemampuan menrima informasi Subjektif:


22 yang memungkinkan jatuh
keluargan pasien berkata memahai apa yang
2. periksa kesiapan, kemampuan menerima informasi
disampaikan.
dan presepsi terhadap risiko jatuh
3. siapkan materi, media tentenga faktor-faktor
penyebab, cara identifikasi dan pencegahan risiko Objektif:
jatuh di rumah sakit ataupun di rumah 1. terlihat ibu pasien memasang bed plang dengan
baik dan benar
4. jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan 2. dapat menjelaskan mengenai area-area yang
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan membahayakan misalnya, lantai licin, tidak
pasien dan keluarga adanya pegangan untuk melokalisir jatuh.
5. berikan kesempatan untuk bertanya
6. ajarkan mengidentfikasi tingkat kelmahan, cara
berjalan dan keseimbangan
7. anjurkan meminta bantuan saat ingin menggapai
sesuatu yang sulit
8. jelaskan pentibgnya handrail di kamar tidur rumah
sakit
9. anjrukan menghindari objek yang membuat anak-
anak dapat memanjat
10. ajarkan modifikasi area-area yang membahayakan
di rumah maupun di rumah sakit.
TGL. No. DX IMPLEMENTASI EVALUASI

29-10- 1 Manejemn peningkatan tekanan intrakarnial Subjektif:


22 Observasi: - Ibu pasien mengatakan sudah
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK enakan setelah diberikan
posisi head up 30 derajat
2. Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
- Ibu pasien mengatakan panas
misalnya nadi, bradikardia, pola napas anak turun
ireguler, kesadaran menurun
3. Monitor status pernapasan Okjektif:
Teraupetik: - Setelah diberikan paracetamol
pada tanggal 28 Oktober 2022
4. Meminimalkan stimulus dengan menyedikan panas turun menjadi 36,9OC
lingkungan yang tennag - Kasadaran masih E3M4V4
5. Berikan posisi semi fowler delirium
6. Cegah terjadinya kejang - saraf belum membaik
7. Pertahankan suhu tubuh normal - Posisi head up yang diberikan
membuat kaku kuduk pasien
menurun.

29-10- 2 Manajemen medikasi: Subjektif:


22 1. Idntfikasi penggunaan obat sesuai resep - Pasien mengatakan paham
2. Identidikasi masa kadaluwarsa obat akan resep yang diberikan
3. Monitor keefektifan dan efek samping - Pasien mentakan demam
pemberian obat turun
4. Monitor kepatuhan menjalani program Objektif:
pengobatan - Pemberian paracetamol tgl 28
Teraupetik: Oktober 2022
1. Fasilitasi perubahan program pengobatan - Demam turun pada tanggal 29
2. Sediakan sumber infromasi program Oktober 2022 dengan suhu
pengobatan secara visual dan tertulis 36,9
3. Faislitasi pasien dan keluarga melalukan - Kemerahan pada pipi bayi D
penyesuaian pola hidup akibat program turun
pengobatan - Kadar sel darah putih belum
Edukasi: membaik
1. Ajarkan cara menangani atau mengurangi
efek samping
2. Anjurkan menghubungi petugas kesehatan
jika terjadi efek samping obat
CATATAN PERKEMBANGAN

TGL. No. DX CATATAN PARAF

20-10- 1 Subjektif:
22 - Ibu pasien mengatakan sudah enakan setelah diberikan posisi
head up 30 derajat
- Ibu pasien mengatakan panas anak turun

Okjektif:
- Setelah diberikan paracetamol pada tanggal 28 Oktober 2022
panas turun menjadi 36,9OC
- Kasadaran masih E3M4V4 delirium
- saraf belum membaik
- Posisi head up yang diberikan membuat kaku kuduk pasien
menurun.
A: MASALAH TERASI SEBAGIAN
P: LANJUTKAN INTERVENSI

20-10- 2 Subjektif:
22 - Pasien mengatakan paham akan resep yang diberikan
- Pasien mentakan demam turun
Objektif:
- Pemberian paracetamol tgl 28 Oktober 2022
- Demam turun pada tanggal 29 Oktober 2022 dengan suhu 36,9
- Kemerahan pada pipi bayi D turun
- Kadar sel darah putih belum membaik
A: MASALAH TERASI SEBAGIAN
P: LANJUTKAN INTERVENSI

20-10- 3 S
22 Pasien dan keluargan pasien berkata memahai apa yang disampaikan.

O
- terlihat ibu pasien memasang bed plang dengan baik dan
benar
- dapat menjelaskan mengenai area-area yang membahayakan
misalnya, lantai licin, tidak adanya pegangan untuk
melokalisir jatuh.
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

You might also like