You are on page 1of 10

Pengaruh Penerapan Model .... (Fitri Dyah Pamungkas) 3.

649

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING TOWARD PROBLEM SOLVING SKILLS OF
MATHEMATIC

Oleh: Fitri Dyah Pamungkas, Universitas Negeri Yogyakarta;Pipitpam22@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model problem based learning terhadap
kemampuan pemecahan masalah soal cerita matematika kelas IV SD Model Sleman Yogyakarta. Penelitian ini
adalah penelitian Quasi Experimental, tipe NonequivalentControl Group Design.Subyek penelitian adalah siswa
kelas IV SD Model dan obyek penelitian yaitu kemampuan pemecahan masalah soal cerita matematika.Instrumen
yang digunakan adalah tes uraian dan lembar observasi.Validitas instrumen melalui expertjudgment dan validitas
secara empirik.Teknik analisis data menggunakan t-testindependent yang sebelumnya telah diketahui normalitas
dan homogenitas data. Diperoleh nilai rata-rata pada pre-test kelas eksperimen 66,00 dan nilai post-test 83,54,
sedangkan kelas kontrol nilai pre-test 69,53 dan nilai post-test 77,42. Hal ini juga didukung oleh hasil uji gain yang
menunjukkan kelas eksperimen sebesar 0,51 pada kategori sedang dan kelas kontrol sebesar 0,25 pada kategori
rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran problem based
learning terhadap kemampuan pemecahan masalah soal cerita matematika.

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Kemampuan Pemecahan Masalah, Soal Cerita Matematika

Abstract
This research aims at determining the effect of applying Problem Based Learning toward problem solving
skills of the mathematic in the fourth grade at SD Model Sleman Yogyakarta. This research was Quasi
Experimental research with Untreated Control Group Design with Dependent Pretest and Posttest. The subject
were the fourth grade at SD Model Sleman Yogyakarta that consisting of experiment class with twenty five students
and control class with twenty four students. The research object was the problem solving skills of mathematic. The
instruments of the research were essay test and observation sheet. The instrument validity were conducted by
expert judgment and empiric validations. The techniquesdata analysis was the independent t-test which previously
known by the normality and homogeneity data. The average pretest score of experiment class was 66,00 and
posttest score was 83,54, while the average pretest score of control class was 69,53 and posttest score was 77,42.
There were supported by the gain test that showed the experiment class of 0,51 in the medium category and the
control class of 0,25 in the low category. The result of research shows that there is an effect of applying Problem
Based Learning model toward the problem solving skills of the mathematic.

Keywords: problem based learning, problem solving skill of mathematic

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor penting Salah satu bidang mata pelajaran dasar
dalam mengembangkan kehidupan manusia dan yang terdapat dalam kurikulum pendidikan
meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Dalam adalah matematika. Selain sebagai pengantar ilmu
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 pengetahuan yang lain, matematika juga banyak
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
disebutkan bahwa yang dimaksud pendidikan Siswa di sekolah mempelajari penerapan
adalah usaha sadar dan terencana untuk matematika dalam bentuk soal cerita yang
mewujudkan suasana belajar dan proses memerlukan penyelesaian.Sesuai dengan
pembelajaran agar siswa secara aktif pendapat Suyitno (Muslich, 2008: 224)
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki menegaskan, suatu soal yang dianggap masalah
kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, adalah soal yang memerlukan keaslian berfikir
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta tanpa adanya contoh penyelesaian
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, sebelumnya.Masalah yang dimaksud berbeda
bangsa dan negara. dengan soal latihan.
3.650 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 37 Tahun ke-7 2018

Kemampuan pemecahan masalah pada masalah yang perlu ditangani pemecahannya.


soal cerita sangat penting dalam pembelajaran Dengan masalah ini dikhawatirkan akan
matematika.Penerapan matematika khususnya mengakibatkan siswa kurang memahami
soal cerita dapat dijumpai dalam kegiatan sehari- permasalahan-permasalahan yang ada dalam
hari, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
masyarakat. Guru dapat mengembangkan penerapan matematika.
kemampuan pemecahan masalah soal cerita Menyikapi permasalahan tersebut
matematika pada siswa dengan mengaitkan diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
pembelajaran yang ada di sekolah dengan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
kehidupan sehari-hari. Guru juga dapat sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar dan
membiasakan siswa untuk menyelesaikan hasil belajar yang lebih baik. Pembelajaran
masalah dengan diberikan masalah yang dapat berbasis masalah atau biasa dikenal dengan istilah
berbentuk soal pertanyaan setiap awal problem based learning adalah model yang tepat
pembelajaran.Kegiatan ini dapat melatih siswa untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berakar
untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan dari kesulitan siswa untuk mengarahkan atau
pengalaman yang dialami secara nyata. melatih siswa dalam memecahkan suatu masalah
National Council of Teachers of maka dipilihlah model pembelajaran berbasis
Mathematics (Effendi, 2012: 2), menetapkan lima masalah (problem based learning).
standar kemampuan matematis yang harus Model pembelajaran problem based
dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan learning mendorong siswa untuk berpikir secara
masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan sistematis, logis dan terbiasa untuk menyikapi
koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan permasalahan yang ada. Selain itu model
representasi. Dari pernyataan tersebut diperoleh pembelajaran problem based learning menuntut
bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa aktif dalam memecahkan ataupun
merupakan kemampuan standar matematika yang menyelesaikan masalah sehingga dapat
harus dimiliki oleh siswa. memperoleh data dan menarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan hasil wawancara pada Inti model PBL itu adalah kemampuan
tanggal 21 dan 23 September 2017 dengan guru menyelesaikan masalah (problem). Sesuai dengan
kelas IV SD Model Sleman Yogyakarta pendapat Muhammadi Taufik(2011:367) bahwa
ditemukan permasalahan yang dialami siswa pada model pembelajaran berbasis masalah merupakan
mata pelajaran matematika tentang penyelesaian model yang mendorong siswa untuk berpikir
soal cerita matematika. Menurut guru, siswa secara sistematis, berani mengahadapi masalah
mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal sehingga siswa mampu untuk memecahkan atau
matematika yang berbentuk cerita, padahal soal menyelesaikan masalah, baik dalam kehidupan
cerita merupakan penerapan matematika dalam pribadinya maupun kelompok dengan cara
kehidupan sehari-hari. Siswa tidak banyak mencari data sehingga dapat menarik suatu
mengalami kesulitan ketika soal matematika tidak kesimpulan.
dijabarkan dalam bentuk cerita. Data hasil Model PBL bercirikan penggunaan
ulangan harian siswa juga rendah ketika banyak masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang
soal berbentuk cerita dari penerapan matematika harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data meningkatkan keterampilan berpikir kritis
yang diperoleh dari siswa kelas IV SD Model sekaligus pemecahan masalah, serta mendapatkan
Sleman, sebanyak 9 siswa dari 25 siswa yang pengetahuan konsep-konsep penting. Sesuai
mampu menyelesaikan soal cerita matemtaika dengan pendaat Boud & Feletti (1997), problem
dengan baik. Hal itu menunjukkan kemampuan based learning merupakan sistem pendidikan dan
menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas kurikulum pengembangan yang menempatkan
IV SD Model Sleman masih rendah. Kesulitan masalah kehidupan yang nyata dalam proses
dalam menyelesaikan soal cerita merupakan suatu pembelajaran.
Pengaruh Penerapan Model .... (Fitri Dyah Pamungkas) 3.651

Berdasarkan penyataan di atas, dapat Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
diketahui bahwa pemilihan model pembelajaran siswa kelas IV SD Model Sleman Yogyakarta
yang sesuai dengan karakteristik siswa dapat tahun pelajaran 2017/ 2018 yaitu siswa kelas IV
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal B sebanyak 24 siswa sebagai kelompok kontrol
cerita matematika kelas IV. Sehingga dipilihlah dan kelas IV A sebanyak 24 siswa sebagai
model pembelajaran problem based learning kelompok eksperimen.
yang dapat membantu siswa dalam Design Penelitian
menyelesaikan soal cerita pada mata pelajaran Desain atau model penelitian yang
matematika.Selain itu sesuai dengan hasil digunakan dalam penelitian ini adalah Untreated
penelitian yang dilakukanPretty Yudharina tahun Control Group Design with Dependent Pretest an
2015 yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Posttest Sample. Dalam desain ini selain adanya
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa kelompok kontrol sebagai pembanding, sebelum
Kelas V Sd Negeri Mejing 2 Melalui Model perlakuan diberikan terlebih dahulu dilakukan
Pembelajaran Creative Problem SOLVING pengukuran terhadap variable dependen (pretest)
TAHUN AJARAN 2014/2015”. Hasil penelitian sehingga perubahan skor setelah perlakuan dapat
menunjukkan bahwa penggunaan model dibandingkan antara kedua kelompok. Bila hasil
pembelajaran Creative Problem Solving dapat pretestkedua kelompok setara, maka untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal mengetahui efek perlakuan dapat dilakukan
cerita matematika siswa kelas V SD Negeri perbandingan antara skor posttest dari kelompok
Mejing 2, Gamping. Oleh sebab itu, peneliti yang diberi perlakuan dan skor posttest kelompok
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul yang tidak diberi perlakuan
“PENGARUH PENERAPAN MODEL Prosedur Eksperimen
PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP Prosedur yang diambil peneliti dalam
KEMAMPUANPEMECAHAN MASALAH melakukan penelitian eksperimenadalah sebagai
SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS IV SD berikut :
MODEL SLEMAN YOGYAKARTA”. 1. Melakukan observasi awal dan melakukan
wawancara terhadap gurumengenai proses
METODE PENELITIAN pembelajaran Matematika di kelas IV SD Model
Jenis Penelitian Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian 2. Pembuatan instrumen penelitian, yang
eksperimen semu (quasi eksperimen), karena kemudian dikonsultasikan kepadadosen ahli
dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk Matematika, Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si
dilakukan pengontrolan terhadap variabel 3. Selanjutnya melakukan uji validitas dan
penelitian secara penuh. reliabilitas instrumen dengan cara
Waktu Penelitian mengujicobakan instrumen kepada kelas yang
Penelitian ini dilaksanakan pada semester memiliki karakteristik yang hampir sama .
genap tahun ajaran 2017/2018, pada tanggal 23 4. Melakukan koordinasi dengan SD Model
Maret 2018 sampai dengan 28 April 2018. Sleman Yogyakarta, untuk menentukan waktu
Tempat Penelitian pelaksanaan penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah 5. Merancang pembelajaran (RPP) dengan
DasarModel Yogyakarta yang beralamatkan di model PBL yang akan digunakan dalam
Blotan, Wedomartani, Ngemplak, Wedomartani, melakukan penelitian.
Sleman Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa 6. Rancangan pembelajaran selanjutnya
Yogyakarta 55584.Penelitian ini dilaksanakan dikonsultasikan kepada guru kelas IV SD Model
pada kelas IV A yang dijadikan sebagai kelas Sleman Yogyakarta.
eksperimen dan IV B sebagai kelas kontrol. 7. Melakukan kegiatan pre test sebelum
Subjek Penelitian melakkukan treatment.
3.652 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 37 Tahun ke-7 2018

8. Melakukan treatment terhadap kelas IV A problem based learning di kelas eksperimen dan
SD Model Sleman dengan melakukan kegiatan pebelajaran oleh guru dan aktiitas siswa di
pembelajaran menggunakan model PBL dalam kelas kontrol.
materi / standar kompetensi “penyajian data dan 2. Tes
statistka”. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 Tes yang digunakan dalam penelitian ini
pertemuan. yaitu tes essay yang disusun dalam bentuk
9. Selama pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun dan
10. melakukantreatment, peneliti melakukan menorganisasikan sendiri jawaban tiap
observasi sikap siswa mengenai kemampuan pertanyaan yang tersedia menggunakan bahasa
memecahkan masalah dan aktifitas siswa. sendiri. Tes ini untuk mengukur kemampuan
11. Melakukan post test setelah selesai pemecahan soal cerita matematika.Pemberian
melakukan treatment.Melakukan analisis data. skor, nilai 3 untuk jawaban yang benar dan nilai 0
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji- untuk jawaban yang salah.
t dan melakukan analisis data deskriptif yaitu Teknik Analisa Data
dengan mendeskripsikan data yang terkumpul 1. Uji Normalitas
menggunakan tabel dan diagram. Uji normalitas dilakukan untuk
12. Membuat kesimpulan berdasarkan mengetahui apakah data yang akan dianalis
pembahasan. berdistribusi dengan normal atau tidak. Untuk
menguji normalitas menggunakan rumus Chi
Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Kuadrat, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
1. Observasi
= koefisien Chi Kuadrat 2 x
Observasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi partisipasi pasif.Observasi = frekuensi yang diobservasi
dilakukan selama kegiatan pembelajaran di kelas = frekuensi yang diharapkan
dan dicatat dalam lembar observasi guru dan (Sugiyono, 2011:107)
siswa.
2. Tes Apabila harga chi kuadrat yang diperoleh
Tes digunakan untuk mengukur melalui hitungan lebih kecil dari harga chi
kemampuan siswa pada materi pecahan sederhana. kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5 % pada
Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes derajat kebebasan jumlah kelas interval dikurangi
tertulis berbentuk tes essay. Pemberian tes satu (k–1) maka data dari variabel tersebut
dilakukan dua kali, yaitu: 1) pretest untuk berdistribusi normal. Sebaliknya jika harga chi
mengukur kemampuan awal siswa sebelum kuadrat melalui hitungan atau observasi lebih
diberikan perlakuan dan 2) posttest untuk besar dari harga chi kuadrat tabel maka data
mengetahui apakah model yang digunakan tersebut berdistribusi tidak normal. Kriteria
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan pengujian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
soal cerita matematika siswa kelas IV Ho ditolak jika: chi hitung (0,05 (k–1)) > chi
Sedangkan instrumen pengumpulan data tabel (0,05 (k–1)) Ho diterima jika: chi hitung
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai (0,05 (k–1)) < chi tabel (0,05) (k–1).
berikut. 2. Analisis Deskriptif
1. Lembar Observasi Tujuan analisis dalam penelitian ini
Lembar observasi digunakan untuk adalah untuk mengetahui apakah terdapat
memperoleh informasi mengenai terlaksananya perbedaan kemampuan pemecahan soal cerita
kegiatan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa matematika pada kelompok siswa yang
dalam pembelajaran yang menggunakan model menerapkan model PBL dengan kelompok siswa
Pengaruh Penerapan Model .... (Fitri Dyah Pamungkas) 3.653

yang menerapkan model pembelajaran biasa pada Jika g > 0,7 dapat dikategorikan nilainya
mata pelajaran matematika di kelas IV SD Model tinggi, jika 0,3 < g ≤ 0,7 dapat dikategorikan
Sleman materi operasi hitung bilangan bulat dan nilainya sedang. Sedangkan jika g ≤ 0,3 maka
campuran. Analisis data yang digunakan dalam dapat dikategorikan nilai gain rendah.
penelitian ini adalah statistik deskriptif. Sugiyono 4. Uji Hipotesis
(2016:208) menyatakan apabila penelitian yang Hipotesis merupakan jawaban sementara
dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran
menggunakan statistik deskriptif maupun dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data
inferensial. yang telah dikumpulkan. Menurut Sugiyono,
Statistik deskriptif dapat digunakan untuk (2012: 160) hipotesis diartikan sebagai
mencari kuatnya hubungan antara variabel dan pernyataan mengenai keadaan populasi
membuat perbandingan dengan membandingkan (parameter) yang akan diuji kebenarannya
rata-rata. Penelitian ini menggunakan analisis berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
data dengan membandingkan mean. Mean penelitian (statistik). Oleh karena itu dalam
didapatkan dengan menjumlahkan data seluruh statistik yang diuji adalah hipotesis nol. Hipotesis
individu dalam kelompok kemudian dibagi nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan
dengan jumlah individu yang ada pada kelompok antara parameter dengan statistik (data sampel).
tersebut. Selanjutnya adapunrumus yang Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesi
digunakan dalam mencari mean dalam penelitian alternatif, yang menyatakan ada perbedaaan atara
ini adalah sebagai berikut. parameter dan statistik. Hipotesis nol diberi
notasi H0, dan hipotesis alternatif diberi notasi
Ha. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
Keterangan: adalah sebagai berikut.
M = mean (nilai rata-rata) Ha : terdapat perbedaan kemampuan
Σ𝑋= jumlah skor seluruh responden pemecahan masalah soal cerita
N = jumlah individu matematika pada kelas eksperimen
Data yang telah terkumpul dan dianalisis yang menerapkan model problem
dikategorikan menjadi beberapa kategori tertentu. based learning dengan kelas kontrol
Pengkategorian dimaksudkan untuk yang menerapkan model pembelajaran
mempermudah penyajian data perbandingan biasa pada materi penyajian data dan
perolehan skor antara kelompok eksperimen dan statistika di kelas IV SD Model
kontrol. Sleman Yogyakarta.
3. Perbandingan Kriteria Nilai Gain Ho : tidak terdapat perbedaan kemampuan
Penelitian ini juga menggunakan gain test pemecahan masalah soal cerita
, uji ini digunakan untuk mengetahui selisih matematika pada kelas eksperimen
antara nilai posttest dan nilai pretest. Gain yang menerapkan model problem
menunjukkan peningkatan pemahaman atau based learning dengan kelas kontrol
penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran
dilakukan oleh guru. Selain itu, uji ini akan biasa pada materi penyajian data dan
digunakan untuk membandingkan nilai perubahan statistika di kelas IV SD Model
kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas Sleman Yogyakarta.
kontrol. Uji hipotesis dalam penelitian ini
Berikut ini merupakan hasil perhitungan digunakan untuk menghitung perbedaan rata-rata
menggunakan uji normalitas gain dengan rumus (mean different) antara kelas eksperimen yang
sebagai berikut: diberi perlakuan dengan menggunakan
modelpembelajaran problem based learning dan
kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran yang biasa digunakan. data dan
3.654 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 37 Tahun ke-7 2018

statistika di kelas IV SD Model Sleman didapat adalah sebesar 0,848 dengan demikian
Yogyakarta. dapat dinyatakan bahwa data tersebut
berdistribusi normal. Begitu juga untuk sebaran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN data posttest pada kelas kontrol mempunyai nilai
Uji Normalitas probabiliotas (P) sebesar 0,737 artinya nilai P >
Uji normalitas merupakan uji yang 0,05 maka dapat dinyatakan data tersebut
dilakukan terhadap masing-masing variabel berdistribusi normal.
(terkontrol dan eksperimen) untuk menentukan Berdasarkan sebaran data di atas nilai
apakah distribusi data normal atau tidak yang probabilitas (P) yang didapat pada kelompok
digunakan untuk menentukan apakah penelitian masing-masing lebih besar dari taraf signifikansi
dapat dilanjutkan ke uji T. Dalam penelitian ini, dengan demikian, data tersebut dapat dinyatakan
uji normalitas dilakukan dengan aplikasi berdistribusi normal pada taraf signifikansi 0,05.
komputer yaitu IBM SPSS Statistic 16. Data Uji Homogenitas
dikatakan normal jika harga p > 0,05 / 5%. Uji Uji homogenitas digunakan untuk
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini mengetahui apakah sampel yang diambil
adalah kolmogorov smirnov test dengan bantuan memiliki varian yang sama atau tidak
komputer program SPSS versi 16 for menunjukkan perbedaan yang signifikan satu
windows.Hasil perhitungan selengkapnya dapat sama lain. Uji homogenitas dalam penelitian ini
dilihat pada lampiran.Berikut uji normalitas menggunakan uji manual. Kriteria yang
menggunakan kolmogorov smirnov testpada digunakan adalah apabila Fhitung< Ftabel maka
nilaipretestdan posttestmasing-masing pada kelas varian sama atau homogen sedangkan apabila
eksperimen dan kelas kontrol. Fhitung> Ftabel maka varian tidak sama. Uji
Berikut ini merupakan hasil uji normalitas homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dari penelitian ini. dengan bantuan SPSS versi 16 for
Tabel 1. Hasil Uji Nomalitas windows.Berikut ini merupakan tabel hasil uji
homogenitas penelitian ini.
Keteran
Kelas Data KSZ Sig Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas
gan
Eksperi Pretest 0,633 0,818 Normal
men Posttest 0,923 0,361 Normal Levene
df1 df2 Sig
Kontro Pretest 0,838 0,848 Normal statistic
l Posttest 0.684 0,737 Normal Pretest pada KE
1.044 5 11 0.440
& KK
Berdasarkan tabel di atas, sebaran data
Posttest pada KE
pretest pada kelas eksperimen tidak menunjukkan 1.377 5 10 0.324
& KK
perbedaan signifikan dimana probabilitas (P)
lebih besar dari taraf signifikan 0,05 atau (P > Pretest
0,05), nilai P didapat sebesar 0,818 dengan &Posttest pada 1.257 6 12 0.343
demikian dapat dinyatakan bahwa data tersebut KE
berdistribusi normal. Untuk sebaran data posttest Pretest
pada kelas eksperimen memiliki nilai &Posttest pada 4.403 5 10 0.149
probabilitas (P) sebesar 0,361 artinya nilai P > KK
0,05 maka dapat dinyatakan data tersebut
Ket :
berdistribusi normal.
KK = Kelompok Kontrol
Sebaran data pretest pada kelas kontrol
KE = Kelompok Eksperimen
tidak menunjukkan perbedaan signifikan dimana
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel
probabilitas (P) lebih besar dari nilai taraf
di atas menunjukan nilai signifikan sebesar 0.440
signifikan 0,05 atau (P > 0,05), nilai P yang
Pengaruh Penerapan Model .... (Fitri Dyah Pamungkas) 3.655

lebih besar dari 0,05 atau (sig > 0,05), dengan No Nilai Katego Jumlah Presentas
demikian dapat disimpulkan bahwa data pretest Gain ri Siswa e (%)
pada kelaseksperimen dan kelas kontrol memiliki 1 < 0,3 Renda 8 33,3
h
varian yang sama atau homogen. Hasil perhitungan
2 0,3 < g ≤ Sedang 12 50
pada tabel kolom di atas posttest pada kelas 0,7
eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai 3 g > 0,7 Tinggi 4 16,7
signifikan sebesar 0,324 lebih besar dari 0,05 atau
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
(sig < 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa 4 siswa dengan skor gain berada pada
bahwa data posttest pada kelas eksperimen dan
kategori tinggi, 12 siswa dengan skor gain pada
kelas kontrol memiliki varian sama atau homogen.
kategori sedang, dan 8 siswa dengan skor gain
Hasil perhitungan pada tabel kolom di atas
pada kategori rendah. Rerata skor gain pada kelas
pretest dan posttest pada kelas eksperimen
eksperimen termasuk dikategori sedang yaitu
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,343 lebih
0,51.
besar dari 0,05 atau (sig > 0,05), dengan demikian
Tabel 4. Hasil Uji Gain Kelas Kontrol
dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest
No Nilai Katego Jumlah Presentas
pada kelas eksperimen memiliki varian yang sama Gain ri Siswa e (%)
atau homogen.
Hasil perhitungan pada tabel kolom di atas 1 < 0,3 Renda 13 54,2
h
pretestdan posttestpada kelas kontrol mnunjukkan
nilai signifikan sebesar 0,022 lebih kecil dari 0,05 2 0,3 < g ≤ Sedang 7 29,2
atau (sig > 0,05), dengan demikian dapat 0,7
disimpulkan bahwa data atas pretestdan 3 g > 0,7 Tinggi 4 16,6
posttestpada kelas kontrol memiliki varian yang
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan
tidak sama atau tidak homogen.
bahwa 4 siswa dengan skor gain berada pada
Dari hasil diatas maka hasil uji kategori tinggi, 7 siswa dengan skor gain pada
homogenitas kelompok kontrol dan eksperimen kategori sedang, dan 13 siswa dengan skor gain
homogen (Fhitung< Ftabel) sehingga penelitian dapat pada kategori rendah. Rerata skor gain pada kelas
dilanjutkan ke tahap uji hipotesis eksperimen termasuk dikategori rendah yaitu
Perbandingan Kriteria Nilai Gain 0,25.
Penelitian ini juga menggunakan gain test Berikut ini merupakan diagram batang
, uji ini digunakan untuk mengetahui selisih
perbandingan skor gain kelas eksperimen dan
antara nilai posttest dan nilai pretest. Gain kelas kontrol.
menunjukkan peningkatan pemahaman atau
Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan Rerata
penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
Skor Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol
dilakukan oleh guru. Selain itu, uji ini akan
digunakan untuk membandingkan nilai perubahan
kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan
menggunakan uji normalitas gain dengan rumus
sebagai berikut:

Jika g > 0,7 dapat dikategorikan nilainya tinggi,


jika 0,3 < g ≤ 0,7 dapat dikategorikan nilainya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
sedang. Sedangkan jika g ≤ 0,3 maka dapat
bahwa rerata skor gain kelas eksperimen lebih
dikategorikan nilai gain rendah.
tinggi yaitu 0,51 pada kategori sedang, daripada
Tabel 3. Hasil Uji Gain Kelas Eksperimen
3.656 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 37 Tahun ke-7 2018

kelas kontrol yang berada pada kategori rendah kelompok dapat dapat disajikan dalam bentuk
dengan skor 0,25. gambar (diagram batang) dibawah ini.
Analisa Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest Gambar 2. Diagram batang perbandingan Pretest
Pretest dan Posttest dilakukan pada kelas dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui
pengaruh penerapan model problem based
learning terhadap kemampuan pemecahan
masalah soal cerita matematika kelas IV. Data
yang telah dhitung menggunakan bantuan SPSS
versi 16 for window dapat dilakukan
perbandingan terhadap nilai rata-rata pretest dan
posttest pada masing-masing kelas yang
merupakan subjek penelitian. Data perbandingan
nilai rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada sajian tabel dibawah
ini. Uji Hipotesis
Tabel 5. Perbandingan Pretest dan Posttest Kelas Hipotesis adalah pernyataan sementara
Eksperimen dan Kontrol terhadap rumusan masalah yang merupakan dasar
Pretes Posttes Perubah kerja dalam verifikasi sampai terbukti melalui
No Kelas data yang terkumpul, oleh karena itu jawaban
t t an Hasil
Eksperim sementara ini harus mendukung hipotesis yang
1 en 66.00 83.54 17.54 diajukan atau justru sebaliknya menolak hipotesis
yangdiajukan. Untuk menguji hipotesis
2 Kontrol 69.53 77.42 7.89 digunakan teknik analisis independent t-test
Dari tabel perbandingan nilai rata-rata dengan bantuan komputer program SPSS versi 16
pada masing-masing kelas diatas dapat for windows. Hasil penghitungan independent t-
digambarkan dengan jelas bahwa perbandingan test terdapat pada lampiran. Hasil rangkuman uji
hasil belajar pretest pada kelas eksperimen dan hipotesis dengan independent t-test dapat dilihat
kelas kontrol, dengan nilai rata-rata sebesar 66.00 pada tabel dibawah ini.
pada kelas eksperimen dan 69.53 pada kelas Tabel 6. Hasil independent t-test
kontrol. Dari hasil belajar pretest dengan nilai Variable To sig. (2- Mean Keter
rata-rata yang didapat oleh kelas eksperimen dan tailed) differe angan
kelas kontrol memiliki perbedaan mean sebesar nt
3.53.Kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata Posttest 2.01 0.049 6.125 Ada
kelas lebih tinggi dari kelas eksperimen. pada KE 9 beda
Sedangkan perbandingan nilai rata-rata & KK
hasil posttest belajar matematika pada kelas Posttest 4.17 0.00 17.542 Ada
eksperimen yang diberi treatmen pembelajaran &Pretest 4 beda
dengan menggunakan model PBL dan hasil KE
belajar matematika setelah mendapat perlakuan Posttest 2.91 0.05 9.083 Ada
sebesar 83.54 dan kelas kontrol yang tidak &Pretest 9 beda
menggunakan model PBL, kemudian diberikan KK
posttest dan mendapat nilai rata-rata 77.42. Berdasarkan tabel hasil rangkuman uji
Kedua kelas tersebut memiliki perbedaan nilai hipotesis di atas, independent t-test digunakan
rata-rata 6.12.Untuk lebih jelas data perbandingan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
nilai rata-rata hasil belajar pada masing-masing signifikan antara hasil posttest pada kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Hipotesis
Pengaruh Penerapan Model .... (Fitri Dyah Pamungkas) 3.657

statistik yang diuji dalam penelitian ini adalah dikatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan
sebagai berikut: model pembelajaran Problem Based Learning
Ha : terdapat perbedaan kemampuan terhadap kemampuan pemecahan masalah
pemecahan masalah soal cerita soal cerita matematika kelas IV SD Model
matematika pada kelas eksperimen Sleman Yogyakarta.
yang menerapkan model problem
based learning dengan kelas kontrol SIMPULAN DAN SARAN
yang menerapkan model pembelajaran Simpulan
biasa pada materi penyajian data dan Berdasarkan hasil penelitian dan
statistika di kelas IV SD Model pembahasan yang sudah dipaparkan, dapat
Sleman Yogyakarta. disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari
Ho : tidak terdapat perbedaan kemampuan penerapan model pembelajaran problem
pemecahan masalah soal cerita based learning terhadap kemampuan
matematika pada kelas eksperimen pemecahan masalah soal cerita matematika
yang menerapkan model problem kelas IV SD Model Sleman Yogyakarta.
based learning dengan kelas kontrol Pengaruh ini dapat diketahui melalui hasil
yang menerapkan model pembelajaran hipotesis menggunakan independent t-testt
biasa pada materi penyajian data dan memperoleh nilai thitungsebesar2,019 yang
statistika di kelas IV SD Model lebih dari ttabelsebesar 2,013 dengan nilai
Sleman Yogyakarta. signifikan 0,049pada df 46 dengan taraf
Kriteria yang digunakan adalah jika signifikan 0,05. Hasil penghitungan
thitung > ttabel, atau nilai signifikan lebih kecil dari perbedaan rata-rata (mean different) nilai
alpha yang ditentukan sebesar 5% (sig <0,05), pretest dan posttest kelas eksperimen
maka H0ditolak danHa diterima, yang artinya menunjukkan nilai mean different sebesar
ada perbedaan hasil posttestkelompok 17.42, sedangkan kelas kontrol menunjukkan
eksperimen dengan kelompok kontrol. Begitu nilai mean different sebesar 9.083. Nilai mean
juga sebaliknya,jika nilai thitung < ttabel, atau different kelas eksperimen lebih besar
sig > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, daripada kelas kontrol. Dengan demikian dapat
artinya tidak ada perbedaaan hasil dikatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan
posttestkelompok eksperimen dengan model pembelajaran Problem Based Learning
kelompok kontrol. terhadap kemampuan pemecahan masalah soal
Dengan memperhatikan tabel di atas, cerita matematika kelas IV SD Model Sleman
hasil hipotesis menunjukkan bahwa nilai t Yogyakarta.
sebesar 2.019 dengan signifikan 0,049. Nilai
sig < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 Implikasi
ditolak dan Ha diterima, artinya ada Penerapan model pembelajaran Problem
perbedaaan hasil posttest antara kelas Based Learning inimemberikan dampak yang
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil positif baik bagi guru maupun siswa.
penghitungan perbedaan rata-rata (mean Gurumendapatkan alternatif model pembelajaran
different) nilai pretest dan posttest kelas yangcocok digunakan dalam proses
eksperimen menunjukkan nilai mean different pembelajaran, khususnya pada matapelajaran
sebesar 17.42, sedangkan kelas kontrol Matematika. Guru dapat mengetahui alur
menunjukkan nilai mean different sebesar dalampelaksanaan model pembelajaran problem
9.083. Nilai mean different kelas eksperimen based learning sehingga dapatefektif digunakan
lebih besar daripada kelas kontrol, maka untuk mengetahui perubahan kemampuan
terdapat pengaruh penerapan model Problem pemecahan masalah pada siswa.
Based Learning yang diterapkan di kelas Model pembelajaran Problem Based
eksperimen. Dengan demikian dapat Learning merupakan modelpembelajaran yang
3.658 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 37 Tahun ke-7 2018

sifatnya terpusat pada siswa sehingga menuntut Effendi, L. A. (2012).Pembelajaran Matematika


kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu dengan Metode Penemuan Terbimbing
untuk Meningkatkan Kemampuan
masalah. Siswa dapat merancang
Representasi dan Pemecahan Masalah
danmengembangkan pengetahuan dalam proses Matematis Siswa SMP.Jurnal Penelitian
pembelajaran. Kemampuan memecahkan masalah Pendidikan Universitas Pendidikan
ini dapat melatih siswa berpikir kritis dan Indonesia, 13 (2), 1-10.
mandiri.
Pembentukan kelompok menjadikan Muslich.(2008). KTSP Pembelajaran Berbasisi
Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
siswa dapat saling membantu danbekerjasama
Bumi Aksara.
antar anggota.Penggunaan model pembelajaran
yang berbeda dari biasanya juga menjadikan Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,
prosespembelajaran menjadi lebih menarik dan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
menyenangkan sehingga menambahantusias
siswa dalam mengikuti pelajaran. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Saran Sujarwo.(2011). Model-model Pembelajaran
1. Bagi Guru suatu Strategi Mengajar. Yogyakarta:
Guru hendaknya menggunakan model Venus Gold Press.
pembelajaran Problem Based Learning pada materi
lain yang dapat dipelajari menggunakan pemecahan Taufik, Muhammadi. 2011. Mozaik
masalah. Guru juga dapat menggunakan diskusi Pembelajaran Invatif. Padang: Sukabina
Press.
kelompok kecil untuk membantu siswa memahami
pertanyaan dan materi, serta pemanfaatan tutor Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem
sebaya antar siswa juga dapat dilakukan untuk Pendidikan Nasional) (UU RI No. 20 Th.
memudahkan guru membantu siswa yang 2003). Jakarta: Sinar Grafika.
mengalami kesulitan apalagi jika jumlah siswanya
banyak.
2. Bagi siswa
Sebaiknya siswa pada saat proses
pembelajaran lebih memperhatikan penjelasan guru
dan lebih aktif mencoba menyelesaikan masalah
dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, terutama pada soal cerita.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti lain disarankan untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut untuk meneliti model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)pada
materi lain dan melakukan penelitian terhadap
perubahan sikap siswa dengan menggunakan model
PBL.

DAFTAR PUSTAKA

Boud, D. & Feletti, G. (1997).The Challeng of


Problem Based Learning (2nd edition).
London: Kogan Page.

You might also like