Professional Documents
Culture Documents
855
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pembagian
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia pada siswa kelas II SD Kanisius Wates. Penelitian ini
merupakan PTK model Kemmis&McTaggart. Pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Kriteria keberhasilan penelitian
adalah setidaknya nilai tes dari ≥80% jumlah siswa mencapai KKM yaitu 71; serta aktivitas guru dan siswa berada
pada kategori Sangat Baik. Hasil penelitian ini adalah penerapan PMRI dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pembagian. Nilai rata-rata tes prasiklus 62,42; tes siklus I 84,46; dan tes siklus II 87,00.
Sedangkan persentase ketuntasan tes prasiklus 41,67%, tes siklus I 75,00%, dan tes siklus II 87,50%. Persentase
aktivitas guru meningkat dari 71,02% (Baik) pada siklus I menjadi 85,23% (Sangat Baik) pada siklus II. Persentase
aktivitas siswa meningkat dari 68,06% (Baik) pada siklus I menjadi 83,33% (Sangat Baik) pada siklus II.
Kata kunci: kemampuan menyelesaikan soal cerita, pembagian, Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.
Abstract
This research aims to improve the division word problem solving ability using Indonesian Realistic
Mathematics Education (IRME) in 2nd grade students at Kanisius Wates elementary school. This research was a
collaborative Classroom Action Research that used Kemmis & McTaggart models. Data collection used test,
observation and documentation. Data analysis used qualitative descriptive and quantitative descriptive techniques.
The criterion for the research success was at least ≥80% students has reached the Minimum Exhaustiveness
Criteria (71); as well as the teacher and students activities were in Very Good category. Based on these research,
the application of IRME can improve the division word problem solving ability of 2 nd grade student at Kanisius
Wates elementary school. The average value of pre-cycle test was 62,42; the 1st cycle test was 84,46; and the 2nd
cycle test II was 87,00. While the percentage of pre-cycle test was 41.67%, the 1st cycle test was 75.00%, and the
2nd cycle test was 87.50%. The percentage of teacher activities was increased from 71,02% (Good) in 1st cycle to
85,23% (Very Good) in 2nd cycle. The percentage of students activities was increased from 68,06% (Good) in 1st
cycle to 83,33% (Very Good) in 2nd cycle.
Keywords: word problem solving ability, division, Indonesian Realistic Mathematics Education.
apabila siswa menemukan sendiri Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada UTS
2017/2018
pengetahuannya dan pengetahuan siswa relevan Ulangan Jumlah KKM Nilai Nilai Rata- %
Siswa Ter- Teren- rata Siswa
dengan kehidupan sehari-hari. Siswa hendaknya tinggi dah Kelas Lulus
KKM
menemukan sendiri cara penyelesaian suatu UTS 24 71 94 34 65,29 41,67%
Ganjil
masalah baik melalui discovery maupun UTS 24 71 95 28 64,83 50,00%
Yayasan
UTS 24 71 94 28 67,50 45,83%
invention. Selain itu, guru hendaknya Dinas
menggunakan permasalahan kontekstual yang Berdasarkan analisis pekerjaan siswa,
dapat dibayangkan oleh siswa. rendahnya nilai UTS matematika disebabkan oleh
Pada umumnya, siswa sekolah dasar berada rendahnya skor pada pengerjaan soal isian singkat
pada rentang usia 7-12 tahun. Usia tersebut dan soal cerita. Persentase keberhasilan siswa
berada pada tahap operasional konkret. Siswa dalam mengerjakan soal isian singkat dan soal
membutuhkan bantuan dengan memanipulasi cerita tergolong rendah.
objek-objek konkret atau pengalaman- Tabel 3. Perolehan Skor UTS Genap Tahun
Pelajaran 2017/2018
pengalaman yang langsung dialaminya untuk Ulangan Jenis Soal Nilai Rata- Persentase
Maksimal rata
berpikir abstrak. Oleh karena itu, guru perlu UTS Pilihan Ganda 10 7,63 76,25%
Yayasan Menjodohkan 10 8,46 84,58%
menyediakan alat peraga. Isian Singkat 10 5,25 52,50%
Uraian 10 4,17 41,67%
Akan tetapi, berdasarkan wawancara, UTS Pilihan Ganda 10 6,88 68,75%
Dinas Menjodohkan 10 6,96 69,58%
Isian 20 10,00 50,00%
observasi, dan analisis hasil pekerjaan siswa, Uraian 10 6,25 62,50%
ditemukan beberapa kondisi yang menunjukkan Berdasarkan keterangan guru kelas, salah
permasalahan dalam pembelajaran di kelas II SD satu materi di semester genap yang kurang
Kanisius Wates. Berdasarkan wawancara dengan dikuasai siswa adalah pembagian. Pada UTS
guru kelas II dan dokumentasi legger nilai pada semester genap, persentase keberhasilan dalam
Jumat, 22 September 2017, Matematika mengerjakan soal cerita perkalian adalah 70,42%,
merupakan mata pelajaran dengan nilai rata-rata pembagian 56,78%, dan soal cerita operasi hitung
kelas terendah daripada Bahasa Indonesia, IPA, campuran 40,10%. Padahal, pembagian
IPS, dan PKn. merupakan materi prasyarat untuk mempelajari
Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-rata UTS Kelas operasi hitung campuran.
II Tahun Pelajaran 2017/2018. Kondisi lain ditemukan ketika observasi
Ulangan Nilai Rata-rata Kelas
B. Mate- IPA IPS PKn pembelajaran adalah guru kelas II SD Kanisius
Indo matika
UTS 74,83 65,29 68,71 74,96 92,04 Wates belum menerapkan pembelajaran yang
Ganjil
UTS 81,50 64,83 69,20 79,20 70,60 memungkinkan siswa melakukan aktivitas-
Genap
Yayasan aktivitas penemuan. Pembelajaran matematika
Hasil UTS Matematika terdapat pada tabel dilakukan secara klasikal dengan tanya jawab.
berikut ini. Setelah itu, siswa mengerjakan soal latihan.
Menurut guru kelas, kesulitan yang
dihadapi siswa dalam mengerjakan soal cerita
Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan … (Novitasari) 2.857
salah satunya disebabkan oleh kemampuan menurut Jerald (2009: 39-49), problem solving
memahami kalimat soal yang masih rendah merupakan kemampuan utama yang perlu
karena kemampuan memahami bacaan siswa dikuasai manusia dengan peran sebesar 78%.
kelas II masih terbatas. Apabila soal berbeda Seseorang yang memiliki kemampuan problem
dengan contoh atau tingkat kesukarannya lebih solving baik akan mampu menentukan cara yang
tinggi, siswa mengalami kesulitan dalam tepat dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena
memahami soal. itu, kemampuan siswa dalam menyelesaikan
Kondisi lain yang terlihat ketika observasi permasalahan matematika hendaknya optimal.
yaitu sulitnya pengelolaan kelas. Keadaan siswa Soal cerita merupakan soal matematika
di awal pembelajaran kurang kondusif. Beberapa yang disajikan dalam bentuk teks bacaan, bukan
siswa berbicara dengan teman ketika guru sebagai notasi matematis, untuk diselesaikan
membahas PR. Siswa cukup tenang ketika guru menggunakan cara yang sistematis. Kemampuan
memberikan pertanyaan. Selain itu, terdapat 6 menyelesaikan soal cerita termasuk kemampuan
orang siswa yang kurang memperhatikan. problem solving. Apabila kemampuan siswa
Terdapat pula siswa yang bermain dengan alat dalam menyelesaikan soal cerita rendah, maka
tulis, mengobrol dengan teman, mengantuk, kemampuan problem solving siswa yang
bahkan bertengkar dengan teman di sampingnya berhubungan dengan konsep matematika rendah.
sehingga pembelajaran terganggu. Hal tersebut Untuk meningkatkan kemampuan
terutama terjadi ketika mendekati waktu istirahat, pemecahan masalah berupa soal cerita, perlu
setelah istirahat, dan pulang sekolah. dikembangkan keterampilan memahami masalah,
Menurut Hans Freudenthal, matematika membuat model matematika, menyelesaikan
pada hakikatnya adalah aktivitas manusia. masalah, dan menafsirkan solusi. guru perlu
Matematika erat kaitannya dengan kehidupan memberikan masalah kontekstual kepada siswa
sehari-hari, seperti membilang dan menyebutkan untuk diselesaikan menggunakan cara masing-
bentuk benda, dan statistika. Konsep matematika masing. Siswa perlu mempraktikkan langsung
berasal dari kegiatan manusia dan dipelajari cara menyelesaikan soal cerita.
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan Hal tersebut dapat dilakukan melalui
manusia itu sendiri yang kemudian diabstraksikan penerapan model pembelajaran yang kontekstual
ke dalam bentuk simbol dan notasi matematis dan membuat siswa aktif, salah satunya
sehingga siswa perlu menggunakan contoh- Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
contoh kontekstual. (PMRI). PMRI mengedepankan aktivitas siswa
Fokus pada pembelajaran matematika dalam proses pembelajaran. Siswa distimulasi
adalah pemecahan masalah (problem solving). untuk membangun pengetahuannya sendiri
Pemecahan masalah merupakan salah satu melalui kegiatan penemuan menggunakan
kemampuan yang perlu dikuasai oleh manusia peristiwa-peristiwa kontekstual dan dapat
untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Bahkan dibayangkan oleh siswa. Siswa membuat model
2.858 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-7 2018
atau sketsa dari permasalahan. Oleh karena itu, menyelesaikan kalimat matematika, dan 4)
peneliti dan guru kelas berupaya meningkatkan menuliskan kesimpulan. Sedangkan soal cerita
kemampuan menyelesaikan soal cerita pembagian pembagian menggunakan konsep pengurangan
menggunakan PMRI pada siswa kelas II SD berulang yang disajikan pada 2 situasi yaitu
Kanisius Wates. sebagai pengukuran dan sebagai partisi.
Penelitian ini dibatasi pada rendahnya Pendidikan Matematika Realistik
kemampuan siswa kelas II dalam menyelesaikan Indonesia berorientasi pada penalaran siswa yang
soal cerita pembagian. Penelitian ini bertujuan realistik, yang ditujukan kepada pengembangan
untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dalam
soal cerita pembagian menggunakan PMRI pada menyelesaikan masalah (Tarigan, 2006: 4).
siswa kelas II SD Kanisius Wates. Langkah-langkah pembelajaran PMRI yaitu: 1)
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil memahami masalah kontekstual, 2)
penelitian Ianah (2014) bahwa PMR dapat menyelesaikan masalah kontekstual, 3)
meningkatkan hasil belajar pembagian bilangan membandingkan dan mendiskusikan jawaban,
dua angka pada siswa kelas II MI Darul serta 4) menarik kesimpulan (Shoimin, 2013:
Islamiyah Banjarbaru dengan persentase 150-151).
ketuntasan belajar siklus II sebesar 87,32%. Hipotesis pada penelitian ini adalah
Selain itu, hasil penelitian ini juga relevan dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita operasi
hasil penelitian Krisdaning (2013) bahwa hitung siswa kelas II SD Kanisius Wates dapat
penerapan PMR dapat meningkatkan kemampuan ditingkatkan menggunakan Pendidikan
memecahkan masalah pada siswa kelas IV SD Matematika Realistik Indonesia”. Penelitian ini
Negeri 1 Manjung Kabupaten Klaten dengan diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis
persentase ketuntasan belajar pada siklus II bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
sebesar 90,625%. sumbangan praktis bagi pelaksanaan
Menurut Winarni & Harmini (2012: 123), pembelajaran matematika di sekolah dasar.
langkah-langkah menyelesaikan soal cerita
METODE PENELITIAN
meliputi: 1) menemukan apa yang ditanyakan
Jenis Penelitian
pada soal, 2) mencari informasi/keterangan yang
Penelitian ini merupakan Penelitian
esensial, 3) memilih operasi/pengerjaan yang
Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif model
sesuai, 4) menulis kalimat matematika, 5)
Kemmis & McTaggart.
menyelesaikan kalimat matematika, dan 6)
menyatakan jawab. Oleh karena itu, kemampuan
menyelesaikan soal cerita pada penelitian ini
dinilai berdasarkan empat aspek yaitu: 1)
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal, 2) menuliskan kalimat matematika, 3)
Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan … (Novitasari) 2.859
tahap yaitu perencanaan (plan), tindakan dan aktivitas guru dan siswa selama proses
pengamatan (action and observation), serta pembelajaran. Lembar observasi disajikan dalam
refleksi (reflection). Setiap siklus terdiri dari 3 bentuk skala bertingkat dengan rentang 1 sampai
pertemuan. Pertemuan ke-1 dan ke-2 digunakan 4. Observasi menggunakan bantuan kamera untuk
untuk pembelajaran. Sedangkan pertemuan ke-3 merekam kejadian penting selama proses
untuk tes. Lama setiap pertemuan adalah 2 jam pembelajaran. Sub aspek dikembangkan dari
prasiklus, siklus I, hingga siklus II, baik dari rata- Berdasarkan diagram tersebut, nilai rata-
rata hasil tes maupun persentase ketuntasan rata hasil tes siswa dan persentase ketuntasan
belajar siswa dari prasiklus hingga siklus II. dalam mengerjakan tes evaluasi kemampuan
Tabel 9. Hasil Tes Prasiklus, Siklus I, dan Siklus menyelesaikan soal cerita meningkat setelah
II
Keterangan Hasil dilakukan tindakan. Pada siklus I, nilai rata-rata
Tes Tes Tes
Prasiklus Siklus Siklus kelas meningkat sebesar 22,04, yaitu dari 62,42
I II
Rata-rata kelas 62,42 84,46 87,00 pada tes prasiklus menjadi 84,46. Persentase
Nilai Tertinggi 89 100 100
Nilai Terendah 30 54 63 ketuntasan siswa meningkat sebesar 33,33%,
Kriteria Ketuntasan 71 71 71
Minimal (KKM) yaitu dari 41,67% pada tes prasiklus menjadi
Jumlah Nilai Lulus 10 18 21
Jumlah Nilai Belum 14 6 3
Lulus
75,00%. Hasil tersebut belum memenuhi
Jumlah Peserta Tes 24 24 24
Persentase Ketuntasan 41,67% 75,00% 87,50% indikator keberhasilan tindakan yang ditetapkan,
Belajar
Nilai rata-rata hasil tes prasiklus, siklus I, artinya belum mencapai 80% dari jumlah siswa
dan siklus II dapat disajikan menggunakan keseluruhan. Oleh karena itu, tindakan
Gambar 1. Rata-rata Hasil Tes Kemampuan mencapai kriteria keberhasilan tindakan, sehingga
Menyelesaikan Soal Cerita tindakan dihentikan sampai siklus II.
Pembagian
Sedangkan persentase ketuntasan hasil tes Peningkatan kemampuan siswa dalam
kemampuan menyelesaikan soal cerita pembagian menyelesaikan soal cerita sesuai dengan
Sedangkan hasil observasi aktivitas guru persentase adalah 71,02% (Baik). Angka tersebut
pada siklus II adalah sebagai berikut. belum memenuhi kriteria sehingga penerapan
Tabel 11. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus PMRI pada siklus I direfleksikan untuk kemudian
II
No. Item Skor Siklus II Rata- diadakan perbaikan pada pembelajaran siklus II.
Maks Pert. ke-1 Pert. ke-2 rata
Jumlah 88 73 74 73,50 Hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
Skor
Rata-rata 4 3,32 3,36 3,34 pada aktivitas guru di siklus I antara lain: 1)
% 100% 82,95% 84,09% 83,52%
Kriteria Sangat Sangat Sangat Sangat penyampaian keterkaitan dengan materi
Baik Baik Baik Baik
sebelumnya, (2) penyampaian tujuan dan manfaat
Dengan demikian, rata-rata hasil observasi pembelajaran, (3) pemberian motivasi, (4)
aktivitas guru adalah sebagai berikut. pemberian bimbingan kepada siswa dalam
Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I memahami masalah kontekstual, (5) pemberian
dan Siklus II kesempatan untuk menyampaikan tanggapan
Keterangan Siklus I Siklus II
Jumlah skor total 62,5 75 terhadap pekerjaan teman, (6) pengelolaan kelas,
Jumlah skor maksimal 88 88
Rata-rata 2,84 3,41 dan (7) pemberian rangkuman.
Persentase 71,02% 85,23%
Kriteria Baik Sangat Baik Pada siklus II pertemuan ke-1, persentase
aktivitas guru dalam menerapkan PMRI sebesar
Data tersebut dapat disajikan
82,95% (Sangat Baik) sedangkan pada siklus II
menggunakan diagram sebagai berikut.
pertemuan ke-2 sebesar 87,50% (Sangat Baik).
Aktivitas guru pada siklus II termasuk kategori
Sangat Baik dengan persentase rata-rata 85,23%
(Sangat Baik).
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus
I adalah sebagai berikut.
Tabel 13. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus
I
Kete- Skor Maks Siklus I Rata-
rangan Pertemuan Pertemuan rata
ke-1 ke-2
Jml. Skor 36 22 27 24,5
Rata-rata 4 2,44 3,00 2,72
Gambar 3. Diagram Hasil Observasi Aktivitas Persentase 100% 61,11% 75,00% 68,06%
Guru Kriteria Sangat Baik Baik Baik Baik
rata-rata hasil observasi aktivitas guru meningkat pada siklus II adalah sebagai berikut.
sebesar 14,21%, yaitu dari 71,02% (Baik) pada Tabel 14. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus
II
siklus I menjadi 85,23% (Sangat Baik) pada Kete- Skor Siklus II Rata-
rangan Maks Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 rata
siklus II. Jml. Skor 36 29 31 30
Rata-rata 4 3,22 3,44 3,33
Rata-rata persentase aktivitas guru pada % 100% 80,56% 86,11% 83,33
%
Kriteria Sangat Sangat Baik Sangat Baik Sangat
siklus I pertemuan ke-1 adalah 63,64% dan pada Baik Baik
Dengan demikian, rata-rata hasil observasi 86,11% (Sangat Baik). Persentase aktivitas siswa
aktivitas siswa adalah sebagai berikut siklus II sebesar 83,33% (Sangat Baik).
Tabel 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus Dampak penerapan PMRI terhadap
I dan Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II aktivitas guru selama pembelajaran antara lain:1)
Jumlah skor total 24,5 30
Jumlah skor maksimal 36 36 pembelajaran tidak lagi didominasi dengan
Rata-rata 2,72 3,22
Persentase 68,06% 83,33% ekspositori dan latihan soal secara individu, serta
Kriteria Baik Sangat Baik
Data tersebut dapat disajikan 2) guru menjadi lebih aktif dalam membimbing
mengalami peningkatan sebesar 15,27%, yaitu menyelesaikan soal cerita matematika pembagian
dari 68,06% (Baik) pada siklus I menjadi 83,33% siswa adalah penggunaan konteks, penggunaan
pada siklus II (Sangat Baik). model, dan pemanfaatan hasil konstruksi siswa.
pertemuan ke-1 sebesar 61,11% (Baik). permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi
Sedangkan pada siklus I pertemuan ke-2 sebesar lain yang bermakna dan bisa dibayangkan dalam
75,00% (Baik). Persentase rata-rata aktivitas pikiran siswa (Wijaya, 2012: 21). Sedangkan,
siswa siklus I sebesar 68,06% (Baik). Angka model merupakan representasi matematis dari
sehingga dilaksanakan tindakan siklus II. Hal-hal Pembelajaran soal cerita pembagian diawali
yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan dengan pemberian konteks berupa soal cerita
pada aktivitas siswa di siklus I antara lain dalam pembagian kemudian siswa diminta
hal: 1) kemampuan bekerja sama, 2) ketenangan memperagakan peristiwa pada soal. Pada
kelas, dan 3) perhatian siswa terhadap penjelasan kegiatan inti, siswa mengerjakan LKS berupa soal
Persentase aktivitas siswa pada siklus II peraga. Siswa bermain peran berdasarkan soal
pertemuan ke-1 sebesar 83,33% (Sangat Baik) cerita pada LKS dan melaksanakan kuis. Dengan
sedangkan pada siklus II pertemuan ke-2 sebesar demikian, siswa diharapkan dapat memahami
2.864 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-7 2018
maksud soal dan mengeksplorasi strategi cerita, baik jawaban tepat maupun kurang tepat
pemecahan masalah sehingga memahami alasan atau berbeda. Berdasarkan jawaban-jawaban
soal dikerjakan demikian. tersebut, guru memberikan kesempatan kepada
Penerapan penggunaan model pada siswa untuk mengemukakan pendapat mengenai
pembelajaran adalah siswa diminta cara penyelesaian yang tepat serta guru
memperagakan soal cerita pada LKS membimbing siswa dalam menemukan konsep
menggunakan alat peraga (model of). Setelah itu, pembagian. Siswa diharapkan dapat memahami
siswa membuat kalimat matematika dari bahwa suatu masalah memiliki berbagai macam
permasalahan (model for) untuk kemudian cara penyelesaian.
diselesaikan. Penggunaan model tersebut dapat Meningkatnya aktivitas siswa sesuai dengan
membantu siswa dalam memahami konteks. pendapat Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi
Pada pembelajaran soal cerita pembagian ketika anak-anak bermain. Anak-anak secara
menggunakan PMRI, siswa selain menyelesaikan konsten menggunakan bahasa, mendiskusikan
soal cerita dengan translasi model (menuliskan peran dan benda, arah, atau tujuan, saling
hal-hal yang diketahui dan ditanyakan, membuat mengoreksi, dan mempelajari situasi dan ide-ide
kalimat matematika, menyelesaikan kalimat yang belum dicoba.
matematika, dan menuliskan kesimpulan), juga Demikian pula selama pembelajaran, siswa
dibantu dengan model ilustrasi. Siswa diminta mempelajari cara menyelesaikan soal cerita
mempraktikan cara pemecahan masalah berupa masalah kontekstual di dalam kelompok
menggunakan alat peraga yang disediakan oleh dan diperkuat dengan bermain peran. Melalui
guru. kerja kelompok, siswa belajar mempraktikkan
Ilustrasi model tepat digunakan bagi siswa pembagian berdasarkan peristiwa pada soal
SD kelas awal karena siswa masih belajar dengan menggunakan benda-benda, serta saling
memanipulasi benda-benda konkret. Ilustrasi memberikan pendapat mengenai peragaan yang
model akan memberikan kejelasan secara visual tepat dan cara menyelesaikan permasalahan pada
bagi siswa tentang masalah yang dihadapi dan soal. Siswa juga saling membantu dalam
sekaligus dapat dengan mudah menyelesaikan tugas kelompok. Melalui aktivitas
menyelesaikannya. Meskipun demikian, cara tersebut, siswa menemukan ide-ide atau gagasan
siswa dalam mengerjakan soal tidak harus sesuai penyelesaian soal cerita pembagian.
dengan contoh dari guru. Apabila langkah yang Berdasarkan refleksi selama pelaksanaan
ditempuh logis dan menghasilkan jawaban yang penelitian dan hasil penelitian, diperoleh temuan-
benar, maka siswa berhak memperoleh skor temuan bahwa PMRI dapat meningkatkan
maksimal (Prihandoko, 2006: 215). motivasi siswa kelas II yang kurang bersemangat
Pemanfaatan hasil konstruksi siswa pada dalam belajar dan meningkatkan kerja sama di
pembelajaran ini dilaksanakan dengan meminta dalam kelompok. Akan tetapi, hasil tes
siswa mengemukakan jawaban terhadap soal kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan … (Novitasari) 2.865
cerita pembagian tidak seluruhnya meningkat Bagi guru kelas, hendaknya guru kelas dapat
pada siklus II. Selain itu, sulitnya pengelolaan mengkreasikan penerapan model tersebut dengan
kelas pada pembelajaran berkelompok. metode-metode pembelajaran yang bervariasi,
Secara keseluruhan penerapan PMRI dalam misalnya permainan. Bagi sekolah, hendaknya
pembelajaran matematika dapat meningkatkan sekolah memfasilitasi guru dalam menerapkan
cara guru dalam mengajar menjadi lebih PMRI misalnya dengan menyediakan alat peraga,
bervariasi dan meningkatkan aktivitas siswa memfasilitasi guru agar dapat mengakses jurnal-
sehingga dapat dapat meningkatkan kemampuan jurnal PMRI. Bagi siswa, hendaknya lebih
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pembagian kondusif dan sungguh-sungguh dalam belajar
bilangan cacah dua angka sampai 50. agar mendapatkan hasil yang lebih optimal. Bagi
peneliti selanjutnya, hendaknya dapat
SIMPULAN DAN SARAN mengembangkan PMRI pada materi selain
Simpulan pembagian dan aspek kemampuan siswa yang
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, lain.
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
penerapan Pendidikan Matematika Realistik
Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan untuk
Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan Guru, Kepala Sekolah & Pengawas.
kemampuan siswa kelas II SD Kanisius Wates Yogyakarta: Aditya Media.
tahun pelajaran 2017/2018 dalam menyelesaikan Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan
soal cerita pembagian. Hal tersebut dibuktikan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta
Contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava
dengan peningkatan nilai rata-rata kelas dan Media.
persentase ketuntasan hasil tes kemampuan siswa
Jerald, C. D. (2009). Defining a 21st century
dalam menyelesaikan soal cerita pembagian. education. The Center for Public Education.
Nilai rata-rata kelas pada tes prasiklus sebesar Diakses pada 9 Juni 2017 pukul 16.19 WIB
dari
62,42; tes siklus I sebesar 84,46; dan tes siklus II http://www.centerforpubliceducation.org/Le
sebesar 87,00. Sedangkan persentase ketuntasan arn-About/21st-Century/Defining-a-21st-
Century-Education-Full-Report-PDF.pdf .
hasil tes prasiklus sebesar 41,67%; tes siklus I
Purwanto, N. (2013). Prinsip-prinsip dan Teknik
sebesar 75,00%; dan tes siklus II sebesar 87,50%.
Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Persentase aktivitas guru meningkat dari 71,02% Rosdakarya.
(Baik) pada siklus I menjadi 85,23% (Sangat Shoimin, A. (2013). 68 Model Pembelajaran
Baik) pada siklus II. Persentase aktivitas siswa Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
meningkat dari 68,06% (Baik) pada siklus I
menjadi 83,33% (Sangat Baik) pada siklus II. Tarigan, D. (2006). Pembelajaran Matematika
Realistik. Jakarta: Depdikbud.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, Winarni, E. S. & Harmini, S. (2012). Matematika
untuk PGSD. Bandung: Remaja
saran yang disampaikan adalah sebagai berikut. Rosdakarya.