Professional Documents
Culture Documents
Materi Penting Pendidikan
Materi Penting Pendidikan
SKRIPSI
OLEH
NUR RAHMI HERMAN
NIM. 11 22 020
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
OLEH
NUR RAHMI HERMAN
NIM. 11 22 020
Diketahui Oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Disahakan Oleh :
Tim Penguji
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
iv
ABSTRACT
NUR RAHMI HERMAN, NIM. 1122020. "Steaming Method Aplication By
Fish Oil Extraction Process From By Product Results Of Catfish (Pangasius sp)
Fillets. Supervised by Nurlaeli Fattah and Imran Muhtar.
Catfish is one of the freshwater fish that very popular costumed by all over
the worl. Catfish fillets processing business to meet domestic and foreign markets
is profitable busines. This effort will be more profitable if it followed by
utilization of by product such as heads, bones meat offal and shin so that there are
no body paste by catfish is waste.
The purpose of this study was to knowed the process of fish oil extraction
and processing byproducts catfish (Pangasius sp) fillets as well as to test the
characteristics of by product processing by catfish fillet (Pangasius sp)
chemically.
This type of research was an experimental laboratory. All treatments performed
with 3 repetitions and patterns of experiments using completely randomized
design (CRD) that is processed using Microsoft Excel and SPSS. Parameter
observations in this study conducted in the extraction, chemical analysis peroxide,
the number of free fatty acids, iodine and saponification numbers. The yield
analysis of the extracted crude oil contained in the bowels 41.00%, while the
highest yield results centrifuges are also found on the stomach contents 7.034%.
Figures lowest free fatty acids contained in the belly of 0.5%, and the number of
parts belly perosida 2.23%, while the highest iodine number found on the belly is
120.89% while the saponification numbers have the lowest yield belly part of
111.0065 %. This suggests that the fatty acid molecules contained in fish oil are
relatively small belly section
Keywords: Catfish, Extraction, Fish Oil
v
RINGKASAN
Ikan patin adalah salah satu ikan air tawar yang sangat populer dikonsumsi
di seluruh dunia. Usaha pengolahan fillet patin untuk memenuhi pasar dalam
maupun luar negeri merupakan usaha yang menguntungkan. Usaha ini akan
makin menguntungkan jika diikuti dengan pemanfaatan hasil samping seperti
kepala, tulang, sisa daging dan kulit sehingga tidak terdapat bagian tubuh patin
yang terbuang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan ekstraksi
minyak hasil samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp) serta menguji
karakteristik hasil samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp) secara
kimia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris. Semua
perlakuan dilakukan dengan 3 kali ulangan dan pola percobaan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang diolah menggunakan Microsoft excel dan
SPSS. Parameter pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada kegiatan
ekstraksi, analisa kimia bilangan peroksida, angka asam lemak bebas, bilangan
iodium dan bilangan penyabunan. Analisa Rendemen hasil ekstraksi minyak kasar
terdapat pada bagian isi perut 41,00%, sementara pada rendemen hasil Sentrifuge
tertinggi juga terdapat pada bagian isi perut 7,034%. Angka asam lemak bebas
terendah terdapat pada bagian belly 0,5%, dan angka perosida sebesar bagian
belly 2,23%, sementara angka iodium tertinggi terdapat pada bagian belly yaitu
120,89% sementara angka penyabunan bagian belly memilki hasil terendah
sebesar 111,0065%. Hal ini menunjukkan bahwa molekul asam lemak yang
terkandung dalam minyak ikan bagian belly relatif kecil.
vi
KATA PENGANTAR
vii
5. Seluruh Staf dan Teknisi Laboratorium Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBP4BKP) Jakarta.
6. Seluruh mahasiswa Agroindustri angkatan 2011, khususnya rekan-rekan
seperjuanganku di BBP4BKP Abd. Rahman, Jefri Minanga, Sri Dewi, Rosnah
Siti Aisyah, Wahyuni Ahmad, dan Susi;
7. Dewan Perimbangan Organisasi, Rekan-rekan satu diksar, Senior, serta adik-
adikku tercinta di Wujud Ikrar Pencinta Alam Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep (WIRPALA-PPNP) atas dukungan doa dan moril kepada penulis
dalam penyelesaian studi dikampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, AMIN.
Pangkep, Agustus 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN
ix
3.3.1 Ekstraksi Minyak .........................................................................11
3.4 Analisa Kimia Minyak Hasil Sentrifuge ...............................................15
3.4.1 Bilangan Angka Peroksida ........................................................15
3.4.2 Bilangan Asam Lemak Bebas ..................................................16
3.4.3 Bilangan Iodium........................................................................17
3.3.1 Bilangan Penyabunan................................................................18
3.5 Faktor Yang Digunakan ........................................................................19
3.6 Jenis, Desain Penelitian, dan Rancangan Percobaan ............................19
3.1 Parameter Pengamatan ..........................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................23
4.1 Proses Ektraksi Pengolahan Hasil Samping Fillet Ikan Patin ...............23
4.2 Hasil Sentrifuge Minyak Ikan Patin (Pangasius sp) .............................25
4.3 Hasil Karakteristik Kimia Minyak Ikan Patin (Pangasius sp)..............26
4.3.1 Angka Asam Lemak Bebas (%) ..................................................26
4.3.2 Angka Peroksida (meq/kg) ..........................................................27
4.3.3 Bilangan Iodium ..........................................................................29
4.1 Bilangan Penyabunan ..................................................................30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................31
5.1 Simpulan ...............................................................................................31
5.2 Saran .....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................32
LAMPIRAN .......................................................................................................33
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................47
x
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
xii
I. PENDAHULUAN
1
pengolahan ikan umumnya menghasilkan limbah hingga di atas 50% dari
keseluruhan berat ikan yang diolah. Limbah dari proses pengolahan ikan biasa
digunakan untuk bahan pembuatan pakan ikan dengan minyak sebagai hasil
samping atau untuk proses remediasi tanah (Zuta et al., 2003). Menurut Hwang et
al. (2004), isi perut patin termasuk didalamnya saluran pencernaan, hati, empedu
dan lemak simpanan (lemak abdomen) merupakan sumber lemak yang potensial
dengan kandungan omega 3 yang tinggi. Penelitian profil dan komposisi asam
lemak dari limbah catfish telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti (Sathivel
et al., 2002; Hwang et al., 2004), namun untuk jenis – jenis ikan patin yang ada di
Indonesia belum dilakukan, baik untuk ikan patin jenis Siam maupun jenis Jambal
yang merupakan dua jenis ikan patin terbanyak dikonsumsi di Indonesia.
Secara umum, usaha pengolahan hasil samping menjadi produk olahan merupakan
usaha yang menguntungkan untuk dikerjakan dalam skala besar maupun UKM.
Produk-produk olahan hasil samping dari pengolahan fillet patin telah
dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, seperti kerupuk tulang patin,
krispi kulit patin dan tepung ikan dari hasil samping lainnya (Suryaningrum et al,
2012).
1.3 Rumusan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan proses ekstraksi minyak dan
menguji hasil samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp).
2
1.4 Manfaat Penelitian
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 1. Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus)
Menurut Santoso (1996), kedudukan taksonomi ikan patin (Pangasius
hypophtalmus) adalah sebagai berikut :
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypophtalmus
Nama Inggris : catfish
Nama lokal : ikan patin
Pengolahan ikan patin dihasilkan limbah yang cukup besar yaitu berkisar 60–
65%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengolahan filet ikan patin
dihasilkan limbah berupa kepala sebanyak 22,15% (kulit); tulang 5,93%; sirip
16,59%; belly 6,68%; sisa trimming 5,49%; dan isi perut 9,77% (Suryaningrum et
al., 2010).
Pada proses pengolahan filet ikan patin, selain daging filet sebagai hasil utama,
didapatkan bagian tubuh lainnya sebagai sisa ataupun limbah sebanyak tiga (3)
bagian. Ketiga bagian limbah tersebut meliputi kepala, belly (daging pada bagian
perut), dan isi perut. Pada saat proses pengolahan filet dengan persentase yield
yang didapatkan masing–masing bagian berdasarkan perhitungan per berat ikan
awal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sathivel et al.
5
(2002) yang mendapatkan hasil bahwa bagian selebihnya dari proses pengolahan
fillet yaitu termasuk isi perut, lemak abdomen, tulang, kulit dan hasil perapian
(trimming) sebesar 55% belum dimanfaatkan secara optimal. Bagian terbesar dari
ikan patin adalah daging filet skinless yang mencapai 32,69% dan 31,10%
berturut–turut untuk jenis Siam. Pada umumnya daging filet ini digunakan sebagai
bahan baku produk–produk olahan ataupun dikonsumsi dalam keadaan fresh
ataupun frozen. Bagian terbesar yang kedua adalah bagian kepala yaitu sebesar
23,05% dan 26,16% berturut–turut untuk jenis Siam dan Jambal. Pada umumnya
bagian kepala ini merupakan limbah yang terbuang bersama dengan bagian tubuh
lainnya seperti daging belly fl ap (daging bagian perut), tulang-ekor, kulit dan isi
perut. Proses pengolahan ikan umumnya menghasilkan limbah hingga diatas 50%
dari keseluruhan berat ikan yang diolah (Zuta et al., 2003). Menurut Zaitzev et al.
(1969), bagian tubuh yang tidak dapat dimakan dinamakan limbah hasil
pengolahan perikanan yang pemanfaatannya masih sebatas sebagai pakan ikan
ataupun hewan ternak lainnya.
Kandungan nutrisi ikan patin seperti halnya jenis ikan lain, merupakan bahan
makanan penting sebagai sumber zat gizi bagi masyarakat. Hasil analisis
proksimat daging ikan mempunyai kadar air 75,75 - 79,42%; kadar protein 12,94 -
7,59%; kadar lemak 1,81 - 6,57%; serta kadar abu 0,16 - 0,23%, ikan patin
mengandung kadar protein yang cukup tinggi dan mengandung semua asam
amino esensial serta mengandung lisin dan arginin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan protein susu dan daging (Suryaningrum et al, 2010). Susunan kimiawi
daging ikan patin dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis ikan, pakan,
umur, musim, dan lokasi budidaya (Thammapat et al, 2010). Menurut Thammapat
et al. (2010), kadar lemak pada berbagai bagian anatomi ikan patin berkisar 2,95-
93,32% (BK). Kadar lemak terendah terdapat pada bagian ekor (2,95%),
sedangkan kadar lemak tertinggi diperoleh pada organ abdomen ikan (93,32%).
Adapun pada bagian punggung, kandungan lemaknya sebesar 54,43%.
6
2.3 Minyak Ikan
Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak
ikan dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang
terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan minyak tubuh ikan
(body oil).
Dalam minyak ikan terdapat Omega 3, vitamin A, dan vitamin D. Selain itu,
minyak ikan juga merupakan sumber lemak rendah kolestrol yang aman
dikonsumsi oleh segala tingkat usia. Namun jika berlebihan pun tidak baik, karena
dapat menyebabkan keracunan vitamin A dan D. Selain itu juga mengakibatkan
adanya penurunan kadar vitamin E dalam tubuh. Oleh karena itu, hendaknya
dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan atau dosisi yang tepat. Misalnya untuk anak
yang memiliki berat badan 10 kg, cukup mengkonsumsi minyak itu satu sendok
teh saja per harinya.
Minyak ikan diperoleh dengan cara ekstraki. Ekstraksi minyak adalah suatu cara
untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan. Cara ekstraksi yang biasa
dilakukan, yaitu metode ekstraksi dengan aseton, metode ekstraksi dengan
hidrolisa, metode Dry Rendering, metode Wet Rendering dan ekstraksi dengan
silase. Prosedur yang dilakukan meliputi preparasi sampel, pemanasan,
penyaringan, pengepressan, degumming, dan pemisahan minyak. (modifikasi dari
Irianto & Giyatmi, 2009 dan Sathivel, et al 2003).
Kotoran pada minyak ikan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pertama
adalah kotoran yang tidak larut dalam minyak (kotoran fisik, air dan protein),
kedua adalah kotoran yang berbentuk susupensi koloid dalam minyak (fosfatida
dan karbohidrat) dan ketiga adalah kotoran yang terlarut dalam (asam lemak
bebas, pigmen, mono dan digliserida, senyawa hasil oksidasi, logam dan bahan-
bahan yang tak tersabunkan (Irianto, 2002).
Ekstraksi minyak adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang mengandung minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Cara ekstraksi
7
yang biasa dilakukan ada 5 cara yaitu rendering basah, rendering kering,
hidrolisis, silase asam dan ekstraksi dengan pelarut. Proses rendering basah
digunakan untuk ikan-ikan berlemak tinggi dan dalam jumlah banyak. Langkah-
langkah dilakukan terdiri dari pencincangan, pemasakan dengan uap, pengepresan
dan pengeringan. Pengepresan menghasilkan 2 bagian yaitu bagian padatan (press
cake) dan cairan (press liquor). Padatan dipakai sebagai bahan pembuatan tepung
ikan.
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang bertujuan
untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan
dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang
terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua
cara,yaitu :1) Rendering basah, dan 2) Rendering kering.
Rendering basah adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40 – 60 psi). Penggunaan temperatur rendah
pada rendering basah dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau
lemak.
Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan
sampai suhu 50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas
kemudian dipisahkan. Proses rendering basah dengan menggunakan temperatur
rendah kurang begitu popular, sedangkan proses rendering basah dengan
menggunakan temperatur tinggi disertai dengan tekanan uap air, digunakan untuk
menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang
digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi
dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound
selama 4-6 jam.
8
Rendering kering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Rendering kering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan
air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F
sampai 230°F (105 - 110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel (Ketaren, 1986).
2.5 Sentrifuge
Minyak dan Lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipid, yaitu
termasuk salah satu anggota dari golongan lipid, yaitu merupakan lipid netral.
Lipid itu sendiri dapat diklarifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu : 1) lipid netral, 2)
fosfatida, 3) spingolipid, dan 4) glikolipid. Semua jenis lipid ini banyak terdapat
di alam.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu : 1) lipid kompleks (yaitu
lesithin, cephalin, fosfatida, lainnya serta glikolipid), 2) setrol berada dalam
9
keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak bebas, 4) lilin, 5) pigmen yang
larut dalam lemak, dan 6) hidrokarbon.
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak
(Ketaren, 1986).
2. Bilangan Peroksida
3. Bilangan Iod
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah Iod yang
diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilangan
iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 g minyak atau
lemak (Ketaren, 1986).
4. Bilangan Penyabunan
10
III. METODOLOGI
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan selama tiga (3) bulan, terhitung pada tanggal
16 Februari 2015 sampai 18 Mei 2015 yang berlokasi di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBP4BKP).
3.2.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : basket, pisau,
talenan, plastik, timbangan, pelumat daging belly (silent cutter), beaker glass 5000
ml, beaker glass 500 ml, beaker glass 250 ml, beaker glass 50 ml pengaduk kayu,
dandang, alat press, saringan, kain blacu, baskom, talenan, kompor, corong pisah
dan statif, botol coklat 300 ml, alat sentrifuge (backman coulter), tabung
sentrifuge, sendok stainless, erlenmeyer bertutup asah 250 ml, pipet volume (0,5
ml, 2 ml, 10 ml, 25 ml), bulb, buret 25 ml dan statif. Bulb
3.2.2 Bahan
Hasil samping pengolahan fillet ikan patin bagian Kepala, Belly (Daging bagian
perut), dan isi perut , aluminium foil, air. Minyak kasar hasil ekstraksi ikan patin
(kepala, belly, dan isi perut), Bahan kimia yang digunakan adalah : Asam asetat
cloroform (3:2), KI jenuh, Aquades , Larutan pati / indikator pp, KOH 0,1 N, Eter
Etanol 95% (1:1), Kloroform, Iodium Bromida (Wijs), KI 15 %, Aquades,
Natrium Thiosulfat, ), KOH dalam Etanol 95%, HCl 0,5 N.
11
3.3. Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur kegiatan dalam kegiatan ekstraksi ini dalam beberapa tahapan
diantaranya: ekstaksi minyak, sentrifuge, dan analisa kimia (Asam lemak bebas,
bilangan peroksida, bilangan iodium dan bilangan penyabunan).
Adapun kegiatan ekstraksi hasil samping pengolahan fillet ikan patin dalam
12
Ekstraksi Metode Sathivel et al (2008) yang dimodifiksi dengan cara
pengukusan
Penyaringan
Pengukusan
Penyaringan Padatan
Pemisahan
Minyak Kasar
Minyak Hasil Ekstraksi yang telah disimpan pada suhu -18ºC sebelumnya di
cairkan terlebih dahulu (thawing) dalam baskom dan direndam dalam air. Setelah
cair, minyak di timbang dalam tabung/gelas tabung dan beratnya harus sama rata,
dan tabung harus ditutup rapat. Setelah semua siap, siapkan alat sentrifuge
(Backman Coulter) dengan cara sambungkan sentrifuge pada aliran listrik, tekan
13
tombol on/off, set atau atur waktu selam 30 menit suhu 27ºC dengan kecepatan
rotasi putaran 7500. Buka penutup sentrifuge dengan menekan tombol oven,
masukkan tabung kedalam gelas tabung dan isi tabung harus memiliki ukuran
yang sama dan dilettakan secara bersilang jika semua tabung tidak terisi penuh,
tutup kembali dan tekan tombol Star. Setelah selesai tekan tombol oven dan ambil
semua tabung yang berisi larutan. Simpan larutan yang telah dimurnikan dalam
botol coklat dan timbang bobot yang didapat.
Bagan Kegiatan Sentrifuge
Sentrifuge dinyalakan
Set atau atur waktu yang diperlukan dan tentukan pula kecepatan
rotasi putaran (RPM) yang diinginkan
14
3.4 Analisa Kimia Minyak Hasil Sentrifuge
Minyak ikan hasil ekstraksi yang telah di sentrifuge kemudian dilakukan analisa
parameter kimianya yaitu :
ditambahkan 30 ml aquades
Timbang sampel 5,00 ± 0,05 g sampel dalam 250 ml erlenmeyer bertutup dan
tambahakan 30 ml larutan asam asetat-khloroform (3:2). Goyangkan larutan
15
sampai bahan terlarut semua. Tambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI (Potassium
iodine). Diamkan selama 1 menit dengan kadang kala digoyang kemudian
tambahkan 30 ml aquades. Titrasilah dengan 0,1 N Na 2S2O3 (Natrium Thiosulfat)
sampai warna kuning hampir hilang. Tambahkan 0,5 ml larutan pati 1%.
Lanjutkan titrasi sampai warna biru mulai hilang. Angka peroksida dinyatakan
dalam mili-equivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g contoh/sampel.
(Tarlagdis et al, 1960).
Perhitungan:
d
16
3.4.3 Bilangan Iodium (Woodman, 1941; Snell et al, 1972)
10 ml larutan KI 15%
Timbang bahan lemak atau minyak sebanyak 0,1 – 0,2 g dalam erlenmeyer
bertutup . Tambahakan 10 ml kholoroform atau karbon tetra khorida serta 25 ml
reagen yodium bromida dan biarkan di tempat gelap selam 30 menit dengan
kadang kala digoyang. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan KI (Potassium
iodine) 15% serta 50 – 100 ml aquades yang telah didihkan , segera dititrasi
dengan larutan natrium-thiosulfat (Na2S2O3 0,1 N) sampai larutan berwarna
kuning pucat, kemudian ditambahkan 2 ml larutan pati. Titrasi dilanjutkan sampai
17
warna biru hilang. Larutan blanko yang dibuat dari 25 ml reagen yodium bromida
dan ditambah 10 ml KI 15% diencerkan dengan 100 ml aquades yang telah
didihkan dan dititrasi dengan larutan natrium-thiosulfat. Banyaknya natrium-
thiosulfat untuk titrasi blanko dikurangi titrasi sesungguhnya adalah equivalen
dengan banyaknya yodium yang diikat oleh lemak atau minyak (Woodman, 1941;
Snell et al, 1972).
Perhitungan:
Timbang minyak atau lemak dengan teliti antara 1,5-5,0 g dalam erlenmeyer 200
ml. Tambahkan 50 ml larutan KOH (Potassium Hidroxide) yang dibuat dari 40 g
KOH dalam 1 liter alkohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin balik, didihkan
dengan hati-hati selama 30 menit. Selanjutnya dinginkan dan tambah beberapa
tetes indikator phenolphthalein (PP) dan titrasilah kelebihan larutan KOH dengan
larutan standar 0,5 N HCl. (Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini perlu
dibuat titrasi blanko, yaitu dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan bahan
lemak atau minyak. Angka penyabunan dinyatakan sebagai bayaknya mili gram
KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara sempurna dari 1 gram
lemak atau minyak.
Perhitungan:
18
Diagram Alir Bilangan Penyabunan
19
3.1 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada Kegiatan ekstraksi hasil
samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp) analisa kimia bilangan
peroksida, angka asam lemak bebas, bilangan iodium dan bilangan penyabunan.
Timbang sampel 5,00 ± 0,05 g sampel dalam 250 ml erlenmeyer bertutup dan
tambahakan 30 ml larutan asam asetat-khloroform (3:2). Goyangkan larutan
sampai bahan terlarut semua. Tambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI. Diamkan
selama 1 menit dengan kadang kala digiyang kemudian tambahkan 30 ml
aquades. Titrasilah dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang.
Tambahkan 0,5 ml larutan pati 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru mulai
hilang. Lanjutkan titrasi sampai warna biru mulai hilang. Angka peroksida
20
dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g contoh/
sampel. Bilangan peroksida dihitung dengan Rumus :
Keterangan :
A = ml larutan KOH 0,1 N yang diperlukan
B = Normalitas larutan KOH
F = faktor koreksi normalitas larutan KOH 0,1 N
C = Beratminyak yang dianalisa
21
d. Analisa Kimia Bilangan Iodium (Woodman, 1941; Snell et al, 1972)
Timbang bahan lemak atau minyak sebanyak 0,1 – 0,2 g dalam erlenmeyer
bertutup . Tambahakan 10 ml kholoroform atau karbon tetra khorida dan 25 ml
reagen yodium bromida dan biarkan di tempat gelap selam 30 menit dengan
kadang kala digoyang. Kemudian tambahkan 10 ml larutan KI 15% dan tambah
50 – 100 ml aquades yang telah didihkan , dan segera dititrasi dengan larutan
natrium-thiosulfat (Na2S2O3 0,1 N) sampai larutan berwarna kuning pucat,
kemudian tambahkan 2 ml larutan pati. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru
hilang.Larutan blanko yang dibuat dari 25 ml reagen yodium bromida dan
ditambah 10 ml KI 15% diencerkan dengan 100 ml aquades yang telah didihkan
dan dititrasi dengan larutan natrium-thiosulfat. Banyaknya natrium-thiosulfat
untuk titrasi blanko dikurangi titrasi sesungguhnya adalah equivalen dengan
banyaknya yodium yang diikat oleh lemak atau minyak. Bi;angan iodium dihitung
dengan Rumus :
Timbang minyak atau lemak dengan teliti antara 1,5-5,0 g dalam erlenmeyer 200
ml. Tambahkan 50 ml larutan KOH yang dibuat dari 40 g KOH dalam 1 liter
alkohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin balik, didihkan dengan hati-hati
selama 30 menit. Selanjutnya dinginkan dan tambah beberapa tetes indikator
phenolphthalein (PP) dan titrasilah kelebihan larutan KOH dengan larutan standar
0,5 N HCL. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini perlu dibuat titrasi
blanko, yaitu dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan bahan lemak atau
minyak. Angka penyabunan dinyatakan sebagai bayaknya mili gram KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara sempurna dari 1 gram lemak atau
minyak. Bilangan penyabunan dihitung dengan Rumus :
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil samping pengolahan fillet ikan patin yang telah disiapkan kemudian dicuci
dan dicincang, setelah itu dilakukan penimbangan dalam plastik dengan bobot
setiap plastik 1.000 gram sesuai kebutuhan yang akan di gunakan untuk
melakukan ekstraksi hasil samping pengolahan fillet ikan patin.
Ekstraksi Pengolahan hasil samping fillet ikan patin dilakukan dengan
menggunakan metode Sathivel et al. (2008) yang dimodifikasi. Dengan cara
rendering kering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Pada proses
ekstraksi minyak ikan dilakukan pada jenis limbah yang potensial untuk
dijadikan sebagai bahan baku. Ekstraksi minyak ikan dilakukan terhadap bagian
limbah yang telah dicuci dan ditiriskan. Limbah dilumatkan menggunakan alat
sillent cutter kemudian dikukus pada suhu 70° C selama 30 menit. Setelah
dilakukan pengukusan, lumatan disaring dengan kain hingga didapatkan yield
berupa cairan. Cairan yang didapatkan masih dalam bentuk emulsi yaitu
campuran antara minyak, air, dan padatan, sehingga dilakukan proses pemisahan
menggunakan corong pisah untuk memisahkan minyak dari bahan-bahan lainnya.
Padatan yang didapat dari hasil penyaringan di press, kemudian cairan yang
didapatkan dicampurkan kedalam cairan yang akan dipisahkan menggunkakan
corong pisah. Minyak ikan patin kasar dimasukkan di dalam botol berwarna gelap
dan kemudian disimpan pada suhu -18°C sebelum dilakukan analisa.
23
Rendemen (%) Ekstraksi Minyak
Ikan Patin
42
41
40 41,00
Rendemen (%)
39
39,33
38
36,83
37
36
35
34
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi
24
4.2 Hasil Sentrifuge Minyak Ikan (Pangasius sp)
Rendemen Sentrifuge
8
7
7.034
Rendemen (%)
6
5
4
3 3.921
3.233
2
1
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Proses Ekstraksi
25
4.3 Hasil Karakteristik Kimia Minyak Ikan Patin (Pangasius sp)
Hasil analisis ANOVA angka asam lemak bebas yang dihasilkan (Lampiran 7)
menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 9.258 dan signifikan pada
p = 0.015 (Sig>0.05).
Hasil uji lanjut duncan (Lampiran 7) angka asam lemak bebas terhadap sampel
Ispe memberikan pengaruh nyata terhadap Kepala dan Belly (berada pada subset
yang berbeda). Dimana sampel Ispe memiliki persentase rendemen tertinggi.
Pada Gambar 10 angka asam lemak bebas terendah terdapat pada bagian belly
yaitu sebesar 0,5 %, kepala 0,7165%, dan isi perut sebesar 3,0529%. Kadar asam
lemak bebas yang rendah menunjukkan bahwa mutu minyak ikan kasar hasil
samping pengolahan fillet ikan patin pada bagian belly lebih baik dari pada
minyak kasar bagian isi perut. Menurut Swern (1994).
Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin rendah kualitas minyak
tersebut. Angka asam lemak bebas pada ketiga bagian hasil ekstraksi minyak ini
masih memiliki mutu yang baik. Menurut Bimbo (1998) standar minyak ikan
yang ditetapkan International Association of Fish Meal Manufacturers untuk
kadar asam lemak bebas dibawah 7%.
26
Angka Asam Lemak Bebas (%)
2.5
3,0529
Rendemen %
2
1.5
1
0.5 0.7165 0,5
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi
Hasil uji duncan (Lampiran 8) minyak kasar terhadap sampel Kepal, Belly, dan
Ispe memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (berada pada subset yang sama).
27
Berdasarkan Gambar 11 maka hasil ekstraksi minyak untuk angka peroksida
masih memiliki mutu yang baik karena Menurut Bimbo (1998) standar minyak
ikan yang ditetapkan International Association of Fish Meal Manufacturers untuk
angka peroksida sebesar 3-20 meq/kg sementara angka peroksida terendah
terdapat pada bagian belly yaitu 2,23%, Kepala 6,07 % dan tertinggi terdapat
pada bagian isi perut sebesar 14,39% yang berarti masih memiliki mutu yang
baik. Semakin rendah angka peroksida pada minyak berarti semakin baik kualitas
minyak tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Panangan et al (2011), bahwa semakin
kecil angka peroksida berarti kualitas minyak semakin baik.
12
10
8
6
4 6.07
2 2.23
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi
28
4.3.3 Bilangan Iodium
Hasil uji duncan (Lampiran 9) minyak kasar terhadap sampel Kepala, Belly, dan
Ispe memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (berada pada subset yang sama).
100 120.89
80 88.38 92.69
60
40
20
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi
Angka iodin dinyatakan sebagai banyaknya miligram iodin yang diikat oleh 100
gram minyak atau lemak. (Sudarmadji,1989)
29
Hasil analisis ANOVA terhadap bilangan Iodium yang dihasilkan (Lampiran 10)
menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 099 dan signifikan pada p
= 0.907 (Sig>0.05).
Hasil uji duncan (Lampiran 9) minyak kasar terhadap sampel Kepala, Belly, dan
Ispe memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (berada pada subset yang sama).
100 108.51
80
60
40 52.78
20
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian ini dapat disimpulakan bahwa :
1. Persentase rendemen minyak kasar hasil ekstraksi limbah pengolahan hasil
samping fillet ikan patin yang berbentuk yield dengan rendemen tertinggi
terdapat pada bagian isi perut sebesar 41,00%, bagian kepala 39,33% dan
bagian terendah terdapat pada bagian belly sebesar 36,83%. Persentase
rendemen hasil sentrifuge mengalami penurunan dari hasil ekstrasi minyak
kasar dengan nilai rendemen tertinggi terdapat pada bagian isi perut yaitu
7.03%, bagian belly 3,92, dan bagian kepala 3,23%
2. Analisa angka asam lemak bebas menunjukkan bahwa ekstraksi minyak hasil
samping pengolahan filet ikan patin memiliki mutu yang baik dengan
persentase asam lemak bebas terendah terdapat pada bagian belly yaitu 0,5%,
bagian kepala 0,7165%, dan bagian isi perut sebesar 3,0529% dan masih
memenuhi standar penggunaan. Angka bilangan peroksida terendah terdapat
pada bagian belly yaitu 2,23%, kepala 6,07%, dan tertinggi terdapat pada
bagian isi perut sebesar 14,39%.
3. Analisa bilangan Iodium/Iod bagian tertinggi terdapat pada bagian belly
sebesar 120,89%, isi perut 92,69%, dan kepala sebesar 88,38%.
4. Analisa bilangan penyabunan tertinggi terdapat pada bagian kepala yaitu
119,9711% isi perut 116,584% dan bagian belly sebesar 111,0065%.
4.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
Aditia. R.P. 2014. Perbandingan Mutu Minyak Ikan Kasar Yang Diekstrak Dari
Berbagai jenis Ikan Yang Berbeda. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan.
Gea Nurhafni, 2008, Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Iodin
Dalam Minyak Hasil Ekstraksi Biji Jagung dengan Pelarut N-Heksena. Karya
Ilmiah. Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
Ham Mulyono, 2006, Pt. Bumi Aksara, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium,
Jakarta.
Hastarini,E. 2012. Karakteristik Minyak Ikan Dari Limbah Pengolahan Filet Ikan
Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Dan Patin Jambal (Pangasius djambal).
Jurnal Agritech Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Sudarmadji, Slamet. 1984. Prosedur analisa untuk bahan makanan dan pertanian.
Liberty. Yogyakarta : 64 – 65.
32
LAMPIRAN-LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Penggilingan dengan
Pencincangan daging Belly Pencucian
Sillent Cutter
Penimbangan
Persiapan Wadah Persiapan Pengukusan
Pengukusan
34
Lanjutan
35
Lampiran 2. Dokumentasi Analisa Kimia
36
Analisa Kimia Angka Iodium
Analisa Penyabunan
37
Lampiran 3. Data Kegiatan Ekstraksi
38
Lampiran 4. Data Analisa Kimia
Bobot Ml.
No Kode (gram) Koh Angka Asam ALB % Rata-rata
K.2.1 1,04 0,55 0,2208901846 0,104450923 0,7165
K.2.2 1,03 0,3 1,265580117 0,632790058
K.2.3 1 0,65 2,82435296 1,41217648
B.2.1 1,13 0,3 1,153581876 0,576790938 0,4988
B.2.2 1,02 0,2 0,86903168 0,43451584
B.2.3 1,12 0,25 0,969901429 0,484950714
IP.2.1 1,02 1,1 4,685955137 2,342977569 3,0529
IP.2.2 1,02 1,1 4,685955137 2,342977569
IP.3.2 1,02 2,1 8,945914353 4,472957176
39
Tabel 3 Bilangan Iodium
40
Lampiran 5. Data SPSS Minyak Kasar (Yold)
ANOVA
Yold
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 938.889 2 469.444 .303 .749
Within Groups 9283.333 6 1547.222
Total 10222.222 8
Yold
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Belly 3 368.3333
Ispe 3 380.0000
Kepala 3 393.3333
Sig. .479
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
41
Lampiran 6. Data SPSS Minyak Kasar Hasil Sentrifuge
ANOVA
Sentrifuge
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2484.222 2 1242.111 4.121 .075
Within Groups 1808.667 6 301.444
Total 4292.889 8
Sentrifuge
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2
Kepala 3 31.6667
Belly 3 39.0000 39.0000
Ispe 3 70.0000
Sig. .623 .071
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
42
Lampiran 7. Data SPSS Asam Lemak Bebas
ANOVA
ALB
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12.045 2 6.022 9.258 .015
Within Groups 3.903 6 .651
Total 15.948 8
ALB
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2
Belly 3 .4933
Kepala 3 .7133
Ispe 3 3.0500
Sig. .750 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
43
Lampiran 8. Data SPSS Peroksida
ANOVA
Peroksida
Peroksida
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Belly 3 2.2267
Kepala 3 6.0833
Ispe 3 9.9100
Sig. .111
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
44
Lampiran 9. Data SPSS Iodium
ANOVA
Iodium
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1871.121 2 935.560 .828 .481
Within Groups 6781.985 6 1130.331
Total 8653.106 8
Iodium
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Kepala 3 88.3733
Ispe 3 92.6833
Belly 3 120.8867
Sig. .295
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
45
Lampiran 10. Data SPSS Penyabunan
ANOVA
Penyabunan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 122.862 2 61.431 .099 .907
Within Groups 3729.824 6 621.637
Total 3852.686 8
Penyabunan
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Belly 3 111.0050
Ispe 3 116.5800
Kepala 3 119.9667
Sig. .684
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
46
RIWAYAT HIDUP
47