You are on page 1of 59

PENERAPAN METODE PENGUKUSAN PADA PROSES EKSTRAKSI

MINYAK IKAN HASIL SAMPING OLAHAN FILLET IKAN PATIN


(Pangasius sp)

SKRIPSI

OLEH
NUR RAHMI HERMAN
NIM. 11 22 020

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI SARJANA-TERAPAN (D4)


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
2015

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN METODE PENGUKUSAN PADA PROSES EKSTRAKSI


MINYAK IKAN HASIL SAMPING OLAHAN FILLET IKAN PATIN
(Pangasius sp)

SKRIPSI

OLEH
NUR RAHMI HERMAN
NIM. 11 22 020

Sebagai salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi


Pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui :

Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si Ir. Imran Muhtar, M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh :

Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si Rivaldi, ST, M.Si


Direktur Ketua Program Studi

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Penerapan Metode Pengukusan Pada Proses Ekstraksi


Minyak Ikan Hasil Samping Olahan Fillet Ikan Patin
(Pangasius sp)
Nama Mahasiswa : Nur Rahmi Herman
NIM : 1122020
Program Studi : Agroindustri Sarjana Terapan

Disahakan Oleh :
Tim Penguji

1. Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si (.................................................)

2. Ir. Imran Muhtar, M.Si (.................................................)

3. Ir. Muhammad Fitri, MP (.................................................)

4. Ir. Mursida, M.Si (.................................................)

Tanggal Lulus : 26 Agustus 2015

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama Mahasiswa : Nur Rahmi Herman
NIM :1122020
Program Studi : Agroindusrti Sarjana Terapan
Pergruan Tinggi : Politeknk Pertanian Negeri Pangkep
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis dengan
Judul : “Penerapan Metode Pengukusan Pada Proses Ekstraksi Minyak Ikan Hasil
Samping Olahan Fillet Ikan Patin (Pangasius sp)”.
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan Skripsi ini hasil
karya orang lain, saya besedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pangkep, Agustus 2015


Yang Menyatakan

(Nur Rahmi Herman)

iv
ABSTRACT
NUR RAHMI HERMAN, NIM. 1122020. "Steaming Method Aplication By
Fish Oil Extraction Process From By Product Results Of Catfish (Pangasius sp)
Fillets. Supervised by Nurlaeli Fattah and Imran Muhtar.
Catfish is one of the freshwater fish that very popular costumed by all over
the worl. Catfish fillets processing business to meet domestic and foreign markets
is profitable busines. This effort will be more profitable if it followed by
utilization of by product such as heads, bones meat offal and shin so that there are
no body paste by catfish is waste.
The purpose of this study was to knowed the process of fish oil extraction
and processing byproducts catfish (Pangasius sp) fillets as well as to test the
characteristics of by product processing by catfish fillet (Pangasius sp)
chemically.
This type of research was an experimental laboratory. All treatments performed
with 3 repetitions and patterns of experiments using completely randomized
design (CRD) that is processed using Microsoft Excel and SPSS. Parameter
observations in this study conducted in the extraction, chemical analysis peroxide,
the number of free fatty acids, iodine and saponification numbers. The yield
analysis of the extracted crude oil contained in the bowels 41.00%, while the
highest yield results centrifuges are also found on the stomach contents 7.034%.
Figures lowest free fatty acids contained in the belly of 0.5%, and the number of
parts belly perosida 2.23%, while the highest iodine number found on the belly is
120.89% while the saponification numbers have the lowest yield belly part of
111.0065 %. This suggests that the fatty acid molecules contained in fish oil are
relatively small belly section
Keywords: Catfish, Extraction, Fish Oil

v
RINGKASAN

NUR RAHMI HERMAN, NIM. 1122020. “Penerapan Metode Pengukusan


Pada Proses Ekstraksi Minyak Ikan Hasil Samping Olahan Fillet Ikan Patin
(Pangasius sp)”. Dibimbing oleh Ibu Nurlaeli Fattah, dan Bapak Imran Muhtar.

Ikan patin adalah salah satu ikan air tawar yang sangat populer dikonsumsi
di seluruh dunia. Usaha pengolahan fillet patin untuk memenuhi pasar dalam
maupun luar negeri merupakan usaha yang menguntungkan. Usaha ini akan
makin menguntungkan jika diikuti dengan pemanfaatan hasil samping seperti
kepala, tulang, sisa daging dan kulit sehingga tidak terdapat bagian tubuh patin
yang terbuang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan ekstraksi
minyak hasil samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp) serta menguji
karakteristik hasil samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp) secara
kimia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris. Semua
perlakuan dilakukan dengan 3 kali ulangan dan pola percobaan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang diolah menggunakan Microsoft excel dan
SPSS. Parameter pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada kegiatan
ekstraksi, analisa kimia bilangan peroksida, angka asam lemak bebas, bilangan
iodium dan bilangan penyabunan. Analisa Rendemen hasil ekstraksi minyak kasar
terdapat pada bagian isi perut 41,00%, sementara pada rendemen hasil Sentrifuge
tertinggi juga terdapat pada bagian isi perut 7,034%. Angka asam lemak bebas
terendah terdapat pada bagian belly 0,5%, dan angka perosida sebesar bagian
belly 2,23%, sementara angka iodium tertinggi terdapat pada bagian belly yaitu
120,89% sementara angka penyabunan bagian belly memilki hasil terendah
sebesar 111,0065%. Hal ini menunjukkan bahwa molekul asam lemak yang
terkandung dalam minyak ikan bagian belly relatif kecil.

Kata Kunci: Ekstraksi, Ikan Patin, Minyak Ikan

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, Penulis Panjatkan atas kehadirat Allah SWT


karena dengan segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Penelitian yang telah
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan
(BBP4BKP) Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa sayang dan terima kasih
yang terdalam kepada kedua orang tua Herman dan Asma Muin serta seluruh
keluarga yang telah mencurahkn kasih sayang dan membantu penulis baik moril,
motivasi dan iringan doa. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ibu Rodiah
Nurbayasari, M.Si dan Ibu Dr. Ema Hastarini selaku Pembimbing Lapangan yang
dengan tulus meluangkan waktunya memberikan nasehat, petunjuk, dan masukan
yang sangat berguna bagi penulis dalam melakukan kegiatan penelitian ini. Dan
ucapan yang sama pula ditujukan kepada Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si dan Bapak
Ir. Imran Muhtar, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
saran dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini pula dengan rendah hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
2. Bapak Rivaldi, ST, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan
3. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, Sp, Mp selaku Penasehat Akademik yang
telah memberikan nasehat dan motivasi selama penulis melaksanakan studi di
kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
4. Seluruh Dosen dan teknisi Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

vii
5. Seluruh Staf dan Teknisi Laboratorium Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBP4BKP) Jakarta.
6. Seluruh mahasiswa Agroindustri angkatan 2011, khususnya rekan-rekan
seperjuanganku di BBP4BKP Abd. Rahman, Jefri Minanga, Sri Dewi, Rosnah
Siti Aisyah, Wahyuni Ahmad, dan Susi;
7. Dewan Perimbangan Organisasi, Rekan-rekan satu diksar, Senior, serta adik-
adikku tercinta di Wujud Ikrar Pencinta Alam Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep (WIRPALA-PPNP) atas dukungan doa dan moril kepada penulis
dalam penyelesaian studi dikampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, AMIN.
Pangkep, Agustus 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................iv
ABSTRACT .......................................................................................................v
RINGKASAN ....................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.2 Latar Belakang ......................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................4
2.1 Karakteristik dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius sp) .......................4
2.2 Hasil Samping Pengolahan Fillet Ikan Patin (Pangasius sp)................5
2.3 Minyak Ikan ..........................................................................................7
2.4 Ektraksi Minyak Ikan ............................................................................7
2.5 Sentrifuge ..............................................................................................9
2.6 Kimia Minyak dan Lemak ....................................................................9
BAB III METODOLOGI .................................................................................11
3.6 Waktu dan Tempat ................................................................................11
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................11
3.2.1 Alat ..............................................................................................11
3.2.2 Bahan ...........................................................................................11
3.3 Prosedur Kerja ......................................................................................12

ix
3.3.1 Ekstraksi Minyak .........................................................................11
3.4 Analisa Kimia Minyak Hasil Sentrifuge ...............................................15
3.4.1 Bilangan Angka Peroksida ........................................................15
3.4.2 Bilangan Asam Lemak Bebas ..................................................16
3.4.3 Bilangan Iodium........................................................................17
3.3.1 Bilangan Penyabunan................................................................18
3.5 Faktor Yang Digunakan ........................................................................19
3.6 Jenis, Desain Penelitian, dan Rancangan Percobaan ............................19
3.1 Parameter Pengamatan ..........................................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................23
4.1 Proses Ektraksi Pengolahan Hasil Samping Fillet Ikan Patin ...............23
4.2 Hasil Sentrifuge Minyak Ikan Patin (Pangasius sp) .............................25
4.3 Hasil Karakteristik Kimia Minyak Ikan Patin (Pangasius sp)..............26
4.3.1 Angka Asam Lemak Bebas (%) ..................................................26
4.3.2 Angka Peroksida (meq/kg) ..........................................................27
4.3.3 Bilangan Iodium ..........................................................................29
4.1 Bilangan Penyabunan ..................................................................30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................31
5.1 Simpulan ...............................................................................................31
5.2 Saran .....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................32
LAMPIRAN .......................................................................................................33
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................47

x
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus) ...................................................... 5


2. Diagram Alir Metode Ekstraksi ................................................................ 13
3. Alur Proses Kegiatan Sentrifuge ............................................................... 14
4. Diagram Alir Bilangan Peroksida ............................................................. 15
5. Diagram Alir Analisa Asam Lemak Bebas ............................................... 16
6. Diagram Alir Bilangan Iodium.................................................................. 17
7. Diagram Alir Bilangan Penyabunan .......................................................... 19
8. Rendemen Minyak Kasar Hasil Ekstraksi Limbah Ikan Patin
(Pangasius sp) ........................................................................................... 24
9. Hasil Sentrifuge ......................................................................................... 25
10. Angka Asam Lemak Bebas ..................................................................... 27
11. Angka Peroksida ..................................................................................... 28
12. Angka Iodium ......................................................................................... 29
13. Angka Penyabunan ................................................................................. 30

xi
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Dokumentasi Kegiatan ............................................................................ 34


2. Dokumentasi Analisa Kimia ................................................................... 36
3. Data Kegiatan Ektraksi ........................................................................... 38
4. Data Analisa Kimia ................................................................................. 39
5. Data SPSS Minyak Kasar ....................................................................... 41
6. Data SPSS Minyak Kasar Hasil Sentrifuge ............................................ 42
7. Data SPSS Angka Asam Lemak Bebas .................................................. 43
8. Data SPSS Angka Peroksida ................................................................... 44
9. Data SPSS Angka Iodium ....................................................................... 45
10. Data SPSS Angka Penyabunan ............................................................... 46

xii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan patin (Pangasius sp) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah
berhasil didomestikasi. Ikan patin termasuk komoditas ikan yang banyak diminati
dan produksinya di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan selama
beberapa tahun terakhir, yaitu pada tahun 2004 produksinya adalah sebesar 23.962
ton dan meningkat menjadi 52.470 ton pada tahun 2008. Ikan Patin adalah salah
satu ikan air tawar yang sangat populer dikonsumsi di seluruh dunia (Thuy et al,
2002).
Masalah yang dihadapi untuk mengembangkan potensi patin Indonesia adalah
harga jual yang masih tinggi dan bagaimana meningkatkan nilai tambah patin itu
sendiri di dalam negeri agar patin Indonesia mampu bersaing di tingkat
internasional. Usaha pengolahan fillet patin untuk memenuhi pasar dalam maupun
luar negeri merupakan usaha yang menguntungkan. Usaha ini akan makin
menguntungkan jika diikuti dengan pemanfaatan hasil samping seperti kepala,
tulang, sisa daging dan kulit sehingga tidak terdapat bagian tubuh patin yang
terbuang. Upaya ini merupakan implementasi dari zero waste concept yang
merupakan salah satu jiwa dari prinsip blue economy.
Ikan patin mengandung komponen-komponen yang meliputi vitamin, mineral dan
asam lemak omega 3, yang bermanfaat bagi kesehatan manusia (Klemeyer et al,
2008). Ikan patin memiliki kandungan lemak yang tinggi dan merupakan sumber
asam lemak tidak jenuh yang sangat bagus, termasuk asam lemak omega 3 yang
memiliki fungsi positif bagi kesehatan manusia. Keuntungan mengkonsumsi asam
lemak omega 3 adalah adanya tendensi dapat menurunkan kadar kolestrol dan
lemak dalam darah sehingga tidak terjadi penimbunan pada dinding pembuluh
darah (Park, 2005)
Pada umumnya proses pengolahan ikan patin di Indonesia menghasilkan produk
fillet yang kemudian dijual dalam bentuk filet segar maupun beku. Rendemen
pada proses pengolahan filet ikan patin ini sekitar 45%, bagian selebihnya
termasuk isi perut, lemak abdomen, tulang, kulit dan hasil perapian (trimming)
sebesar 55% belum dimanfaatkan secara optimal (Sathivel et al., 2002). Proses

1
pengolahan ikan umumnya menghasilkan limbah hingga di atas 50% dari
keseluruhan berat ikan yang diolah. Limbah dari proses pengolahan ikan biasa
digunakan untuk bahan pembuatan pakan ikan dengan minyak sebagai hasil
samping atau untuk proses remediasi tanah (Zuta et al., 2003). Menurut Hwang et
al. (2004), isi perut patin termasuk didalamnya saluran pencernaan, hati, empedu
dan lemak simpanan (lemak abdomen) merupakan sumber lemak yang potensial
dengan kandungan omega 3 yang tinggi. Penelitian profil dan komposisi asam
lemak dari limbah catfish telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti (Sathivel
et al., 2002; Hwang et al., 2004), namun untuk jenis – jenis ikan patin yang ada di
Indonesia belum dilakukan, baik untuk ikan patin jenis Siam maupun jenis Jambal
yang merupakan dua jenis ikan patin terbanyak dikonsumsi di Indonesia.
Secara umum, usaha pengolahan hasil samping menjadi produk olahan merupakan
usaha yang menguntungkan untuk dikerjakan dalam skala besar maupun UKM.
Produk-produk olahan hasil samping dari pengolahan fillet patin telah
dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, seperti kerupuk tulang patin,
krispi kulit patin dan tepung ikan dari hasil samping lainnya (Suryaningrum et al,
2012).
1.3 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukaan dengan mengekstraksi minyak ikan patin


(Pangasius sp). Hasil ekstraksi dianalisa karakteristik minyak secara kimia
meliputi analisa asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan pennyabunan
dan bilangan iodium. Serta kelayakan usaha minyak hasil samping pengolahan
fillet ikan patin (Pangasius sp)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan proses ekstraksi minyak dan
menguji hasil samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp).

2
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang


proses ekstaraksi minyak limbah ikan patin serta manfaat dan kandungan dari
minyak limbah ikan patin dengan metode praktek langsung di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan (BBP4BKP) Jakarta.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius sp)


Ikan patin merupakan anggota kelompok catfish dari perairan Asia Tenggara
yang beriklim tropis dengan suhu berkisar 22–26° C dengan pH 6,5–7,5. Secara
umum, ikan patin memiliki bentuk tubuh memanjang, agak pipih dan tidak
bersisik dengan kulit yang halus dan licin. Panjang ikan untuk keperluan
konsumsi umumnya berkisar 30–35 cm, namun panjang ikan dapat mencapai 120
cm.Warna tubuh patin pada bagian pnggung yakni keabu-abuan atau kebiru-
biruan dengan bagian perut berwarna putih keperakan. Kepala patin relatif kecil
dengan mulut terletak di ujung agak kebawah, yang merupakan ciri khas golongan
catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut (kumis) pendek yang
berfungsi sebagai alat peraba. Ikan patin bersirip lima yaitu, sebuah sirip
punggung (dorsal fin), sebuah sirip ekor (caudal fin), sebuah sirip dubur (anal
fin), sepasang sirip perut (ventral fin), dan sepasang sirip dada (pectoral fin). Sirip
punggung mempunyai sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil besar dan
bergerigi di belakangnya, sedangkan jari-jari lunak pada sirip ini berjumlah 6–7
buah. Pada permukaan punggung terdapat sirip lemah (adipose fin) yang
ukurannya sangat kecil. Sirip ekornya agak panjang, berbentuk layang-layang
yang simetris dan mempunyai 30–33 jari-jari lunak. Pada sirip perut terdapat
enam jari-jari lunak, sedangkan pada sirip dada terdapat satu jari-jari keras yang
berubah menjadi patil dan 12–13 jari-Jri lunak (Amri & Khairuman, 2008).
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang
telah berhasil didomestikasi. Jenis–jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak,
antara lain Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis,
Pangasius lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodon, Pangasius
niewenhuisii. Sedangkan Pangasius sutchi dan Pangasius hypophtalmus yang
dikenal sebagai jambal siam atau lele bangkok merupakan ikan introduksi dari
Thailand (Kordi, 2005).

4
Gambar 1. Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus)
Menurut Santoso (1996), kedudukan taksonomi ikan patin (Pangasius
hypophtalmus) adalah sebagai berikut :
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypophtalmus
Nama Inggris : catfish
Nama lokal : ikan patin

2.2 Hasil Samping Pengolahan Fillet Ikan Patin (Pangasius sp)

Pengolahan ikan patin dihasilkan limbah yang cukup besar yaitu berkisar 60–
65%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengolahan filet ikan patin
dihasilkan limbah berupa kepala sebanyak 22,15% (kulit); tulang 5,93%; sirip
16,59%; belly 6,68%; sisa trimming 5,49%; dan isi perut 9,77% (Suryaningrum et
al., 2010).
Pada proses pengolahan filet ikan patin, selain daging filet sebagai hasil utama,
didapatkan bagian tubuh lainnya sebagai sisa ataupun limbah sebanyak tiga (3)
bagian. Ketiga bagian limbah tersebut meliputi kepala, belly (daging pada bagian
perut), dan isi perut. Pada saat proses pengolahan filet dengan persentase yield
yang didapatkan masing–masing bagian berdasarkan perhitungan per berat ikan
awal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sathivel et al.

5
(2002) yang mendapatkan hasil bahwa bagian selebihnya dari proses pengolahan
fillet yaitu termasuk isi perut, lemak abdomen, tulang, kulit dan hasil perapian
(trimming) sebesar 55% belum dimanfaatkan secara optimal. Bagian terbesar dari
ikan patin adalah daging filet skinless yang mencapai 32,69% dan 31,10%
berturut–turut untuk jenis Siam. Pada umumnya daging filet ini digunakan sebagai
bahan baku produk–produk olahan ataupun dikonsumsi dalam keadaan fresh
ataupun frozen. Bagian terbesar yang kedua adalah bagian kepala yaitu sebesar
23,05% dan 26,16% berturut–turut untuk jenis Siam dan Jambal. Pada umumnya
bagian kepala ini merupakan limbah yang terbuang bersama dengan bagian tubuh
lainnya seperti daging belly fl ap (daging bagian perut), tulang-ekor, kulit dan isi
perut. Proses pengolahan ikan umumnya menghasilkan limbah hingga diatas 50%
dari keseluruhan berat ikan yang diolah (Zuta et al., 2003). Menurut Zaitzev et al.
(1969), bagian tubuh yang tidak dapat dimakan dinamakan limbah hasil
pengolahan perikanan yang pemanfaatannya masih sebatas sebagai pakan ikan
ataupun hewan ternak lainnya.
Kandungan nutrisi ikan patin seperti halnya jenis ikan lain, merupakan bahan
makanan penting sebagai sumber zat gizi bagi masyarakat. Hasil analisis
proksimat daging ikan mempunyai kadar air 75,75 - 79,42%; kadar protein 12,94 -
7,59%; kadar lemak 1,81 - 6,57%; serta kadar abu 0,16 - 0,23%, ikan patin
mengandung kadar protein yang cukup tinggi dan mengandung semua asam
amino esensial serta mengandung lisin dan arginin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan protein susu dan daging (Suryaningrum et al, 2010). Susunan kimiawi
daging ikan patin dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis ikan, pakan,
umur, musim, dan lokasi budidaya (Thammapat et al, 2010). Menurut Thammapat
et al. (2010), kadar lemak pada berbagai bagian anatomi ikan patin berkisar 2,95-
93,32% (BK). Kadar lemak terendah terdapat pada bagian ekor (2,95%),
sedangkan kadar lemak tertinggi diperoleh pada organ abdomen ikan (93,32%).
Adapun pada bagian punggung, kandungan lemaknya sebesar 54,43%.

6
2.3 Minyak Ikan

Minyak ikan termasuk senyawa lipida yang bersifat tidak larut dalam air. Minyak
ikan dibagi dalam dua golongan, yaitu minyak hati ikan (fish liver oil) yang
terutama dimanfaatkan sebagai sumber vitamin A dan D, dan minyak tubuh ikan
(body oil).

Dalam minyak ikan terdapat Omega 3, vitamin A, dan vitamin D. Selain itu,
minyak ikan juga merupakan sumber lemak rendah kolestrol yang aman
dikonsumsi oleh segala tingkat usia. Namun jika berlebihan pun tidak baik, karena
dapat menyebabkan keracunan vitamin A dan D. Selain itu juga mengakibatkan
adanya penurunan kadar vitamin E dalam tubuh. Oleh karena itu, hendaknya
dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan atau dosisi yang tepat. Misalnya untuk anak
yang memiliki berat badan 10 kg, cukup mengkonsumsi minyak itu satu sendok
teh saja per harinya.

Minyak ikan diperoleh dengan cara ekstraki. Ekstraksi minyak adalah suatu cara
untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan. Cara ekstraksi yang biasa
dilakukan, yaitu metode ekstraksi dengan aseton, metode ekstraksi dengan
hidrolisa, metode Dry Rendering, metode Wet Rendering dan ekstraksi dengan
silase. Prosedur yang dilakukan meliputi preparasi sampel, pemanasan,
penyaringan, pengepressan, degumming, dan pemisahan minyak. (modifikasi dari
Irianto & Giyatmi, 2009 dan Sathivel, et al 2003).

Kotoran pada minyak ikan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pertama
adalah kotoran yang tidak larut dalam minyak (kotoran fisik, air dan protein),
kedua adalah kotoran yang berbentuk susupensi koloid dalam minyak (fosfatida
dan karbohidrat) dan ketiga adalah kotoran yang terlarut dalam (asam lemak
bebas, pigmen, mono dan digliserida, senyawa hasil oksidasi, logam dan bahan-
bahan yang tak tersabunkan (Irianto, 2002).

2.4 Ekstraksi Minyak Ikan

Ekstraksi minyak adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang mengandung minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Cara ekstraksi

7
yang biasa dilakukan ada 5 cara yaitu rendering basah, rendering kering,
hidrolisis, silase asam dan ekstraksi dengan pelarut. Proses rendering basah
digunakan untuk ikan-ikan berlemak tinggi dan dalam jumlah banyak. Langkah-
langkah dilakukan terdiri dari pencincangan, pemasakan dengan uap, pengepresan
dan pengeringan. Pengepresan menghasilkan 2 bagian yaitu bagian padatan (press
cake) dan cairan (press liquor). Padatan dipakai sebagai bahan pembuatan tepung
ikan.
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang bertujuan
untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan
dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang
terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua
cara,yaitu :1) Rendering basah, dan 2) Rendering kering.
Rendering basah adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40 – 60 psi). Penggunaan temperatur rendah
pada rendering basah dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau
lemak.
Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan
sampai suhu 50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas
kemudian dipisahkan. Proses rendering basah dengan menggunakan temperatur
rendah kurang begitu popular, sedangkan proses rendering basah dengan
menggunakan temperatur tinggi disertai dengan tekanan uap air, digunakan untuk
menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang
digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi
dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound
selama 4-6 jam.

8
Rendering kering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Rendering kering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan
air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F
sampai 230°F (105 - 110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel (Ketaren, 1986).

2.5 Sentrifuge

Sentrifugasi adalah metode sedimentasi untuk memisahkan partikel-partikel dari


suatu fluida berdasarkan berat jenisnya dengan memberikan gaya sentripetal
(Robinson 1975). Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan sel menjadi organel-
organel utama sehingga fungsinya dapat diketahui (Miller 2000). Dalam bentuk
yang sederhana sentrifus terdiri atas sebuah rotor dengan lubang-lubang untuk
melatakkan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau alat lain yang
dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki. Semua bagian lain yang
terdapat pada sentrifus modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan
untuk melakukan berbagai fungsi yang berguna dan mempertahankan kondisi
lingkungan dimana rotor tersebut bekerja. Penggunaan sentrifus cukup luas,
meliputi koleksi dari pemisahan sel, organel dan molekul (Hendra 1989).

2.6 Kimia Minyak dan Lemak

Minyak dan Lemak termasuk salah satu anggota dari golongan lipid, yaitu
termasuk salah satu anggota dari golongan lipid, yaitu merupakan lipid netral.
Lipid itu sendiri dapat diklarifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu : 1) lipid netral, 2)
fosfatida, 3) spingolipid, dan 4) glikolipid. Semua jenis lipid ini banyak terdapat
di alam.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu : 1) lipid kompleks (yaitu
lesithin, cephalin, fosfatida, lainnya serta glikolipid), 2) setrol berada dalam

9
keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak bebas, 4) lilin, 5) pigmen yang
larut dalam lemak, dan 6) hidrokarbon.

1. Bilangan Asam (Acid Value)

Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak
(Ketaren, 1986).

2. Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan


pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada
ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini dapat ditentukan
dengan metode iodometri. (Ketaren, 1986).

3. Bilangan Iod

Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah Iod yang
diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Bilangan
iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 g minyak atau
lemak (Ketaren, 1986).

4. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan


sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam jumlah
miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak
atau lemak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul.
Minyak yang mempunyai berat molekul rendah akan mempunyai berat molekul
tinggi. Penentuan bilangan penyabunan dapat dilakukan pada semua jenis minyak
(Ketaren, 1986).

10
III. METODOLOGI

3.4 Waktu dan Tempat

Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan selama tiga (3) bulan, terhitung pada tanggal
16 Februari 2015 sampai 18 Mei 2015 yang berlokasi di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBP4BKP).

3.2. Alat dan Bahan

Kegiatan ekstraksi minyak ikan dari hasil samping pengolahan fillet


dibutuhkan beberapa alat dan bahan yaitu :

3.2.1 Alat

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : basket, pisau,
talenan, plastik, timbangan, pelumat daging belly (silent cutter), beaker glass 5000
ml, beaker glass 500 ml, beaker glass 250 ml, beaker glass 50 ml pengaduk kayu,
dandang, alat press, saringan, kain blacu, baskom, talenan, kompor, corong pisah
dan statif, botol coklat 300 ml, alat sentrifuge (backman coulter), tabung
sentrifuge, sendok stainless, erlenmeyer bertutup asah 250 ml, pipet volume (0,5
ml, 2 ml, 10 ml, 25 ml), bulb, buret 25 ml dan statif. Bulb

3.2.2 Bahan

Hasil samping pengolahan fillet ikan patin bagian Kepala, Belly (Daging bagian
perut), dan isi perut , aluminium foil, air. Minyak kasar hasil ekstraksi ikan patin
(kepala, belly, dan isi perut), Bahan kimia yang digunakan adalah : Asam asetat
cloroform (3:2), KI jenuh, Aquades , Larutan pati / indikator pp, KOH 0,1 N, Eter
Etanol 95% (1:1), Kloroform, Iodium Bromida (Wijs), KI 15 %, Aquades,
Natrium Thiosulfat, ), KOH dalam Etanol 95%, HCl 0,5 N.

11
3.3. Prosedur Pelaksanaan

Adapun prosedur kegiatan dalam kegiatan ekstraksi ini dalam beberapa tahapan
diantaranya: ekstaksi minyak, sentrifuge, dan analisa kimia (Asam lemak bebas,
bilangan peroksida, bilangan iodium dan bilangan penyabunan).

3.3.1 Ekstraksi Minyak

Adapun kegiatan ekstraksi hasil samping pengolahan fillet ikan patin dalam

beberapa tahapan yaitu :

a. Ekstraksi Minyak Ikan Patin

Proses ekstraksi minyak ikan patin dilakukan dengan menggunakan metode


Sathivel et al, (2008) yang dimodifikasi. Proses ekstraksi minyak ikan dilakukan
pada jenis Hasil samping pengolahan limbah ikan patin (kepala, belly, dan isi
perut). Hasil samping limbah ikan patin yang telah dicuci lalu dicincang dan
ditiriskan kemudian dilumatkan menggunakan alat silent cutter (Pelumat daging
belly) selama 3 menit kemudian lumatan dan hasil cincangan limbah ditimbang
dan dikukus pada suhu 70ºC selama 30 menit mengunakan panci. Setelah
dilakukan perebusan, lumatan disaring dengan kain hingga didapatkan yield
berupa cairan. Cairan yang didapatkan masih dalam bentuk emulsi yaitu
campuran antara minyak, air dan padatan, sehingga dilakukan proses pemisahan
menggunakan corong pisah untuk memisahkan minyak dari bahan–bahan lainnya.
Padatan yang didapat dari hasil penyaringan di press, kemudian cairan yang
didapatkan dicampurkan kedalam cairan yang akan dipisahkan menggunakan
corong pisah. Minyak ikan patin kasar yang didapatkan dimasukkan di dalam
botol berwarna coklat dan kemudian disimpan pada suhu -18ºC sebelum
dilakukan analisis.

12
Ekstraksi Metode Sathivel et al (2008) yang dimodifiksi dengan cara
pengukusan

Bahan Baku Hasil Samping


Fillet Ikan Patin

(kepala, belly, isi perut)

Penyaringan

Pencincangan dan Pencucian

Pengukusan

(30 menit, 70°C)

Penyaringan Padatan

Cairan Pengepresan Ampas

Pemisahan

(Minyak kasar dan endapan)

Minyak Kasar

Gambar 2. Diagram alir metode ektraksi

b. Sentrifuge Hasil Ekstraksi

Minyak Hasil Ekstraksi yang telah disimpan pada suhu -18ºC sebelumnya di
cairkan terlebih dahulu (thawing) dalam baskom dan direndam dalam air. Setelah
cair, minyak di timbang dalam tabung/gelas tabung dan beratnya harus sama rata,
dan tabung harus ditutup rapat. Setelah semua siap, siapkan alat sentrifuge
(Backman Coulter) dengan cara sambungkan sentrifuge pada aliran listrik, tekan

13
tombol on/off, set atau atur waktu selam 30 menit suhu 27ºC dengan kecepatan
rotasi putaran 7500. Buka penutup sentrifuge dengan menekan tombol oven,
masukkan tabung kedalam gelas tabung dan isi tabung harus memiliki ukuran
yang sama dan dilettakan secara bersilang jika semua tabung tidak terisi penuh,
tutup kembali dan tekan tombol Star. Setelah selesai tekan tombol oven dan ambil
semua tabung yang berisi larutan. Simpan larutan yang telah dimurnikan dalam
botol coklat dan timbang bobot yang didapat.
Bagan Kegiatan Sentrifuge

Persiapan minyak kasar yang telah diekstraksi

(kepala, belly, isi perut)


Menyambungkan alat sentrifuge pada aliran arus listrik

Sentrifuge dinyalakan

Set atau atur waktu yang diperlukan dan tentukan pula kecepatan
rotasi putaran (RPM) yang diinginkan

Penutup sentrifuge dibukadengan menekan tombol open

Minyak kasar dimasukkan kedalam tabung sentrifuge, minyak


yang dimasukkan kedalam tabung haruslah sama ukurannya

Tabung dimasukkan kedalam lubang sentrifuge. Tabung yang dimasukkan


harus bersilang sesuai dengan ukuran berat masing-masing tabung

Penutup sentrifuge ditutup


kembali
Tombol on ditekan untuk memulai memurnikan larutan. Setelah pemisahan
selesai tombol open dibuka dan ambil semua tabung yang telah dipisahkan
dan diambil secara bersilang atau berlawanan

Timbang hasil yang didapatkan

Gambar 3. Bagan Kegiatan Sentrifuge

14
3.4 Analisa Kimia Minyak Hasil Sentrifuge

Minyak ikan hasil ekstraksi yang telah di sentrifuge kemudian dilakukan analisa
parameter kimianya yaitu :

3.4.1 Bilangan Peroksida (Tarlagdis et al, 1960)

Diagram Alir Bilangan Peroksida

Sampel ditimbang 5,00 ± 0,05 gram

diambahkan 30 ml larutan asam asetat-cloroform

Goyangkan sampai bahan larut


ditambahkan 30 ml larutan asam asetat-
cloroform

Goyangkan sampai bahan larut


ditambahkan 0,5 ml larutan KI Jenuh

ditambahkan 0,5 ml larutan KI Jenuh

didiamkan 1 menit dan kadang kala digoyangkan

ditambahkan 30 ml aquades

dititrasi dengan Na-Thio sampai warna kuning hampir hilang

Tambahkan 0,5 ml larutan pati Titrasi sampai warna biru Hilang

penghitungan ml Na-Thio yg digunakan

Gambar 4. Diagram Alir Bilangan Peroksida

Timbang sampel 5,00 ± 0,05 g sampel dalam 250 ml erlenmeyer bertutup dan
tambahakan 30 ml larutan asam asetat-khloroform (3:2). Goyangkan larutan

15
sampai bahan terlarut semua. Tambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI (Potassium
iodine). Diamkan selama 1 menit dengan kadang kala digoyang kemudian
tambahkan 30 ml aquades. Titrasilah dengan 0,1 N Na 2S2O3 (Natrium Thiosulfat)
sampai warna kuning hampir hilang. Tambahkan 0,5 ml larutan pati 1%.
Lanjutkan titrasi sampai warna biru mulai hilang. Angka peroksida dinyatakan
dalam mili-equivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g contoh/sampel.
(Tarlagdis et al, 1960).
Perhitungan:
d

3.4.2 Bilangan Asam Lemak Bebas (Yunisal et a,l 2004)

Kedalam erlenmeyer 250 ml masukkan 1 g minyak dan 25 ml larutan campuran


eter : etanol 95% (1:1) neteral, kemudian campur sampai homogen , selanjutnya
tambahkan 3 tetes Indikator Fenolfetalin. Titrasilah larutan diatas dengan larutan
KOH (Potassium Hydroxide) 0,1 N sampai larutan berwarna merah Muda.
(Yunisal et a,l 2004).
Diagram Alir Analisa Asam Lamek Bebas
ditimbang Minyak 1 gram

ditambahkan campuran eter etanol 95% (1:1)


Campur sampai homogent

ditambahkan indikator fenolfetalin 1 %

dititrasi dengan KOH 0,1 N sampaiberwarna


merah muda

penghitungan ml KOH yg digunakan

Gambar 5. Diagraam Alir Analisa Asam Lemak Bebas

16
3.4.3 Bilangan Iodium (Woodman, 1941; Snell et al, 1972)

Diagram Alir Bilangan Iodium

Sampel Minyak ditimbang 0,1-0,5 gram

10 ml cloroform / Karbon tetra

25 ml Iodium-bromida (Larutan Wijs)

didiamkan 30 menit pada tempat gelap

10 ml larutan KI 15%

ditambahkan 50-100 ml aquades yang


telah di didihkan

dititrasi dengan Na-Thio sampai larutan


berwarna kuning pucat

ditambahkan larutan pati 2 ml

penghitungan Na-Thio yang digunakan

Gambar 6. Diagram Alir Bilangan Iodium

Timbang bahan lemak atau minyak sebanyak 0,1 – 0,2 g dalam erlenmeyer
bertutup . Tambahakan 10 ml kholoroform atau karbon tetra khorida serta 25 ml
reagen yodium bromida dan biarkan di tempat gelap selam 30 menit dengan
kadang kala digoyang. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan KI (Potassium
iodine) 15% serta 50 – 100 ml aquades yang telah didihkan , segera dititrasi
dengan larutan natrium-thiosulfat (Na2S2O3 0,1 N) sampai larutan berwarna
kuning pucat, kemudian ditambahkan 2 ml larutan pati. Titrasi dilanjutkan sampai

17
warna biru hilang. Larutan blanko yang dibuat dari 25 ml reagen yodium bromida
dan ditambah 10 ml KI 15% diencerkan dengan 100 ml aquades yang telah
didihkan dan dititrasi dengan larutan natrium-thiosulfat. Banyaknya natrium-
thiosulfat untuk titrasi blanko dikurangi titrasi sesungguhnya adalah equivalen
dengan banyaknya yodium yang diikat oleh lemak atau minyak (Woodman, 1941;
Snell et al, 1972).
Perhitungan:

3.4.4 Bilangan Penyabunan (Woodman, 1941; Snell et al, 1972)

Timbang minyak atau lemak dengan teliti antara 1,5-5,0 g dalam erlenmeyer 200
ml. Tambahkan 50 ml larutan KOH (Potassium Hidroxide) yang dibuat dari 40 g
KOH dalam 1 liter alkohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin balik, didihkan
dengan hati-hati selama 30 menit. Selanjutnya dinginkan dan tambah beberapa
tetes indikator phenolphthalein (PP) dan titrasilah kelebihan larutan KOH dengan
larutan standar 0,5 N HCl. (Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini perlu
dibuat titrasi blanko, yaitu dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan bahan
lemak atau minyak. Angka penyabunan dinyatakan sebagai bayaknya mili gram
KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara sempurna dari 1 gram
lemak atau minyak.

Perhitungan:

18
Diagram Alir Bilangan Penyabunan

Sampel ditimbang 2,5 gram

ditambahkan 50 ml KOH dalam Etanol 95%

ditambahkan indikator Fenofetalin 3 tetes

dititrasi dengan larutan HCL 0,5 N


sampai warna merah muda hilang

penghitungan Mg KOH yang di gunakan

Gamabr 7. Diagram Alir Bilangan Penyabunan

3.5 Faktor Yang Digunakan


l/ Bahan Baku
A.1 = Kepala metode kukus ulangan pertama
A.2 = Kepala metode kukus ulangan kedua
A.3 = Kepala metode kukus ulangan ketiga
B.1 = Belly metode kukus ulangan pertama
B.2 = Belly metode kukus ulangan kedua
B.3 = Belly metode kukus ulangan ketiga
C.1 = Isi perut metode kukusulangan pertama
C.2 = Isi perut metode kukus ulangan kedua
C.3 = Isi perut metode kukus ulangan ketiga

3.6 Jenis, Desain Penelitian, dan Rancangan Percobaan

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris. Semua


perlakuan dilakukan dengan 3 kali ulangan dan pola percobaan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang diolah menggunakan Microsoft excel dan
SPSS. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, gambar, serta grafik
yang diolah secara deskripsi kuantitatif.

19
3.1 Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada Kegiatan ekstraksi hasil
samping pengolahan fillet ikan patin (Pangasius sp) analisa kimia bilangan
peroksida, angka asam lemak bebas, bilangan iodium dan bilangan penyabunan.

a. Ekstraksi Minyak ikan hasil samping pengolahan fillet ikan patin


(Pangasius sp).

Proses ekstraksi minyak ikan patin dilakukan dengan menggunakan metode


Hastarini et al. (2012). Proses ekstraksi minyak ikan dilakukan pada jenis limbah
yang potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku. limbah yang telah dicuci dan
ditiriskan kemudian dilumatkan menggunakan alat silent cutter selama 3 menit
kemudian lumatan limbah ditimbang, dan direbus pada suhu 70ºC selama 30
menit dalam Panci. Setelah dilakukan perebusan, lumatan disaring dengan kain
hingga didapatkan yield berupa cairan. Cairan yang didapatkan masih dalam
bentuk emulsi yaitu campuran antara minyak, air dan padatan, sehingga dilakukan
proses pemisahan menggunakan corong pisah untuk memisahkan minyak dari
bahan–bahan lainnya. Padatan yang didapat dari hasil penyaringan di press,
kemudian cairan yang didapatkan dicampurkan kedalam cairan yang akan
dipisahkan menggunakan corong pisah. Minyak ikan patin kasar yang didapatkan
dimasukkan di dalam botol berwarna gelap dan kemudian disimpan pada suhu -
18ºC sebelum dianalisis.

b. Analisa Kimia Bilangan Peroksida (Tarlagdis, et al 1960)

Timbang sampel 5,00 ± 0,05 g sampel dalam 250 ml erlenmeyer bertutup dan
tambahakan 30 ml larutan asam asetat-khloroform (3:2). Goyangkan larutan
sampai bahan terlarut semua. Tambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI. Diamkan
selama 1 menit dengan kadang kala digiyang kemudian tambahkan 30 ml
aquades. Titrasilah dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang.
Tambahkan 0,5 ml larutan pati 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru mulai
hilang. Lanjutkan titrasi sampai warna biru mulai hilang. Angka peroksida

20
dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g contoh/
sampel. Bilangan peroksida dihitung dengan Rumus :

c. Analisa Kimia Angka Asam Lemak Bebas (Yunisal et al, 2004)

Kedalam erlenmeyer 250 ml masukkan 1 g minyak dan 25 ml larutan campuran


eter : etanol 95% (1:1) neteral, kemudian campur sampai homogen , selanjutnya
tambahkan 3 tetes Indikator Fenolfetalin. Titrasilah larutan diatas dengan larutan
KOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah Muda. Angka asam lemak bebas
dihitung dengan Rumus :

Keterangan :
A = ml larutan KOH 0,1 N yang diperlukan
B = Normalitas larutan KOH
F = faktor koreksi normalitas larutan KOH 0,1 N
C = Beratminyak yang dianalisa

21
d. Analisa Kimia Bilangan Iodium (Woodman, 1941; Snell et al, 1972)

Timbang bahan lemak atau minyak sebanyak 0,1 – 0,2 g dalam erlenmeyer
bertutup . Tambahakan 10 ml kholoroform atau karbon tetra khorida dan 25 ml
reagen yodium bromida dan biarkan di tempat gelap selam 30 menit dengan
kadang kala digoyang. Kemudian tambahkan 10 ml larutan KI 15% dan tambah
50 – 100 ml aquades yang telah didihkan , dan segera dititrasi dengan larutan
natrium-thiosulfat (Na2S2O3 0,1 N) sampai larutan berwarna kuning pucat,
kemudian tambahkan 2 ml larutan pati. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru
hilang.Larutan blanko yang dibuat dari 25 ml reagen yodium bromida dan
ditambah 10 ml KI 15% diencerkan dengan 100 ml aquades yang telah didihkan
dan dititrasi dengan larutan natrium-thiosulfat. Banyaknya natrium-thiosulfat
untuk titrasi blanko dikurangi titrasi sesungguhnya adalah equivalen dengan
banyaknya yodium yang diikat oleh lemak atau minyak. Bi;angan iodium dihitung
dengan Rumus :

e. Analisa Kimia Bilangan Penyabunan (Woodman,1941 : Snell et al,1972)

Timbang minyak atau lemak dengan teliti antara 1,5-5,0 g dalam erlenmeyer 200
ml. Tambahkan 50 ml larutan KOH yang dibuat dari 40 g KOH dalam 1 liter
alkohol. Setelah itu ditutup dengan pendingin balik, didihkan dengan hati-hati
selama 30 menit. Selanjutnya dinginkan dan tambah beberapa tetes indikator
phenolphthalein (PP) dan titrasilah kelebihan larutan KOH dengan larutan standar
0,5 N HCL. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH ini perlu dibuat titrasi
blanko, yaitu dengan prosedur yang sama kecuali tanpa bahan bahan lemak atau
minyak. Angka penyabunan dinyatakan sebagai bayaknya mili gram KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara sempurna dari 1 gram lemak atau
minyak. Bilangan penyabunan dihitung dengan Rumus :

22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Ekstraksi Pengolahan Hasil Samping Fillet Ikan Patin

Hasil samping pengolahan fillet ikan patin yang telah disiapkan kemudian dicuci
dan dicincang, setelah itu dilakukan penimbangan dalam plastik dengan bobot
setiap plastik 1.000 gram sesuai kebutuhan yang akan di gunakan untuk
melakukan ekstraksi hasil samping pengolahan fillet ikan patin.
Ekstraksi Pengolahan hasil samping fillet ikan patin dilakukan dengan
menggunakan metode Sathivel et al. (2008) yang dimodifikasi. Dengan cara
rendering kering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Pada proses
ekstraksi minyak ikan dilakukan pada jenis limbah yang potensial untuk
dijadikan sebagai bahan baku. Ekstraksi minyak ikan dilakukan terhadap bagian
limbah yang telah dicuci dan ditiriskan. Limbah dilumatkan menggunakan alat
sillent cutter kemudian dikukus pada suhu 70° C selama 30 menit. Setelah
dilakukan pengukusan, lumatan disaring dengan kain hingga didapatkan yield
berupa cairan. Cairan yang didapatkan masih dalam bentuk emulsi yaitu
campuran antara minyak, air, dan padatan, sehingga dilakukan proses pemisahan
menggunakan corong pisah untuk memisahkan minyak dari bahan-bahan lainnya.
Padatan yang didapat dari hasil penyaringan di press, kemudian cairan yang
didapatkan dicampurkan kedalam cairan yang akan dipisahkan menggunkakan
corong pisah. Minyak ikan patin kasar dimasukkan di dalam botol berwarna gelap
dan kemudian disimpan pada suhu -18°C sebelum dilakukan analisa.

23
Rendemen (%) Ekstraksi Minyak
Ikan Patin

42
41
40 41,00

Rendemen (%)
39
39,33
38
36,83
37
36
35
34
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi

Gambar 8. Rendemen Minyak Kasar Hasil Ekstraksi Limbah Ikan Patin


(Pangasius sp)

Hasil analisis ANOVA terhadap minyak kasar (Yield) yang dihasilkan


(Lampiran 5) menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 303 dan
signifikan pada p = 0.749 (Sig>0.05).
Hasil uji duncan (Lampiran 5) minyak kasar terhadap sampel Belly, Ispe,
dan Kepala memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (berada pada subset yang
sama).
Hasil ekstraksi hasil samping fillet minyak ikan patin yang berbentuk yield
dengan rendemen tertinggi berdasarkan grafik diatas terdapat pada bagian isi perut
sebesar 41,00 %, kepala 39.33 %, dan belly sebesar 36,83 %. Sesuai dengan
Metode Sathivel et al, (2008) yang dimodifikasi dengan cara dikukus.

24
4.2 Hasil Sentrifuge Minyak Ikan (Pangasius sp)

Rendemen Sentrifuge
8
7
7.034
Rendemen (%)

6
5
4
3 3.921
3.233
2
1
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Proses Ekstraksi

Gambar 9. Minyak Ikan Hasil Sentrifuge


Hasil analisis ANOVA terhadap minyak kasar hasil sentrifuge yang dihasilkan
(Lampiran 6) menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 4.121 dan
signifikan pada p = 0.075 (Sig>0.05).
Hasil uji lanjut duncan (Lampiran 6) minyak kasar hasil sentrifuge
terhadap sampel Ispe memberikan pengaruh nyata terhadap Belly dan Kepala
(berada pada subset yang berbeda). Dimana sampel Ispe memiliki persentase
rendemen tertinggi.
Pada Gambar 9 menunjukkan hasil sentrifuge yang memiliki rendemen tertinggi
terdapat pada isi perut yaitu 7,03%, belly 3,92 %, dan kepala 3,23 % dari hasil
samping pengolahan fillet ikan patin.
Persentase rendemen dari minyak ikan hasil samping pengolahan fillet ikan patin
berdasarkan tahap ekstraksi didapatkan hasil yang menurun, nilai rendemen
minyak ikan kasar tanpa pemurnian menurun dikarenakan semakin berkurangnya
komponen lain dari minyak yang tidak dikehendaki seperti monogliserida dan
digliserida yang termasuk dalam fraksi tersabunkan. Hal ini sesuai menurut
Suseno et al. (2011), perlakuan sentrifuge merupakan salah satu metode filtrasi
pasif yang efektif untuk mengurangi stok yang tersabunkan dan pengotor lainnya.

25
4.3 Hasil Karakteristik Kimia Minyak Ikan Patin (Pangasius sp)

Minyak hasil ektraksi yang telah disentrifuge kemudian dilajutkan dengan


melakukan analisis kimia yang meliputi angka asam lemak bebas, angka
peroksida, bilangan iod, dan bilangan penyabunan, antara lain :

4.3.1 Angka Asam Lemak Bebas (%)

Hasil analisis ANOVA angka asam lemak bebas yang dihasilkan (Lampiran 7)
menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 9.258 dan signifikan pada
p = 0.015 (Sig>0.05).

Hasil uji lanjut duncan (Lampiran 7) angka asam lemak bebas terhadap sampel
Ispe memberikan pengaruh nyata terhadap Kepala dan Belly (berada pada subset
yang berbeda). Dimana sampel Ispe memiliki persentase rendemen tertinggi.

Pada Gambar 10 angka asam lemak bebas terendah terdapat pada bagian belly
yaitu sebesar 0,5 %, kepala 0,7165%, dan isi perut sebesar 3,0529%. Kadar asam
lemak bebas yang rendah menunjukkan bahwa mutu minyak ikan kasar hasil
samping pengolahan fillet ikan patin pada bagian belly lebih baik dari pada
minyak kasar bagian isi perut. Menurut Swern (1994).
Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin rendah kualitas minyak
tersebut. Angka asam lemak bebas pada ketiga bagian hasil ekstraksi minyak ini
masih memiliki mutu yang baik. Menurut Bimbo (1998) standar minyak ikan
yang ditetapkan International Association of Fish Meal Manufacturers untuk
kadar asam lemak bebas dibawah 7%.

26
Angka Asam Lemak Bebas (%)
2.5
3,0529

Rendemen %
2
1.5
1
0.5 0.7165 0,5
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi

Gambar 10. Grafik Angka Asam Lemak Bebas


Terjadinya asam lemak bebas pada minyak kasar disebabkan oleh adanya
pemanasan pada saat ekstraksi. Rantai karbon yang memiliki ikatan rangkap pada
asam lemak tak jenuh akan bereaksi dengan panas sehingga terbentuklah asam
lemak bebas yang bisa mempengaruhi kualitas minyak ikan. Pernyataan tersebut
sesuai dengan pendapat Gunawan et al. (2003), asam lemak tak jenuh akan terurai
karena akibat permukaan minyak yang panas dan kontak langsung dengan udara,
sehingga asam lemak bebas bertambah.
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama
pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar
lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan
kadang-kadang dapat meracuni tubuh.

4.3.2 Bilangan Peroksida (meq/kg)

Hasil analisis ANOVA terhadap bilangan peroksida yang dihasilkan (Lampiran 8)


menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 1.872 dan signifikan pada
p = 0.233 (Sig>0.05).

Hasil uji duncan (Lampiran 8) minyak kasar terhadap sampel Kepal, Belly, dan
Ispe memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (berada pada subset yang sama).

27
Berdasarkan Gambar 11 maka hasil ekstraksi minyak untuk angka peroksida
masih memiliki mutu yang baik karena Menurut Bimbo (1998) standar minyak
ikan yang ditetapkan International Association of Fish Meal Manufacturers untuk
angka peroksida sebesar 3-20 meq/kg sementara angka peroksida terendah
terdapat pada bagian belly yaitu 2,23%, Kepala 6,07 % dan tertinggi terdapat
pada bagian isi perut sebesar 14,39% yang berarti masih memiliki mutu yang
baik. Semakin rendah angka peroksida pada minyak berarti semakin baik kualitas
minyak tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Panangan et al (2011), bahwa semakin
kecil angka peroksida berarti kualitas minyak semakin baik.

Bilangan Peroksida (meq/kg)


16
14
14.39
Rendemen (%)

12
10
8
6
4 6.07
2 2.23
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi

Gambar 11. Grafik Angka Peroksida


Terjadinya angka peroksida dalam minyak ikan kasar diakibatkan oleh panas pada
proses ekstraksi, hal tersebut terjadi karena pemutusan ikatan rangkap pada asam
lemak tak jenuh. Hal ini sesuai dengan penyataan yang diungkapkan oleh Edwar
et al. (2011), minyak mengalami peningkatan angka peroksida karena terputusnya
ikatan rangkap akibat suhu pemanasan.
Perbedaan kadar peroksida pada minyak kasar hasil samping pengolahan fillet
ikan patin disebabkan oleh kandungan asam lemak tak jenuh yang terdapat pada
spesies ikan. Semakin tinggi kandungan asam lemak tak jenuh pada ikan maka
semakin tinggi pula kadar peroksida yang dihasilkan.

28
4.3.3 Bilangan Iodium

Hasil analisis ANOVA terhadap bilangan Iodium yang dihasilkan (Lampiran 9)


menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 828 dan signifikan pada p
= 0.481 (Sig>0.05).

Hasil uji duncan (Lampiran 9) minyak kasar terhadap sampel Kepala, Belly, dan
Ispe memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (berada pada subset yang sama).

Pada Gambar 12 untuk bilangan iodin menunjukkan tingkat ketidakjenuhan asam


lemak menyusun minyak atau lemak tertinggi terdapat pada hasil ektraksi bagian
belly sebesar 120,89%, isi perut, 92,69, dan kepala sebesar 88,38 %.Bilangan
iodin menunjukkan besarnya tingkat ketidakjenuhan asam lemak yang menyusun
minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodin dan
membentuk senyawa yang jenuh. Karena banyaknya iodin yang diikat
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap.

Bilangan Iodium/ Iod (%)


140
120
Rendemen (%)

100 120.89
80 88.38 92.69
60
40
20
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi

Gambar 12. Grafik Angka Iodium

Angka iodin dinyatakan sebagai banyaknya miligram iodin yang diikat oleh 100
gram minyak atau lemak. (Sudarmadji,1989)

4.3.4 Angka Penyabunan

29
Hasil analisis ANOVA terhadap bilangan Iodium yang dihasilkan (Lampiran 10)
menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
minyak kasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F sebesar 099 dan signifikan pada p
= 0.907 (Sig>0.05).

Hasil uji duncan (Lampiran 9) minyak kasar terhadap sampel Kepala, Belly, dan
Ispe memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (berada pada subset yang sama).

Bilangan Penyabunan (%)


140
120 130.76
Rendemen (%)

100 108.51
80
60
40 52.78
20
0
Kepala Belly Isi Perut
Bagian Ikan Patin Proses Ekstraksi

Gambar 13. Grafik Angka Penyabunan

Angka penyabunan menunjukkan secara relatif besar kecilnya molekul asam


lemak yang terkandung dalam minyak dari Gambar 13 angka penyabunan
dibawah ini menunjukkan bahwa angka penyabunan tertinggi terdapat pada
bagian kepala yaitu 119,9711%, isi perut 116,584%, dan belly 111,0065%.

30
V. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian ini dapat disimpulakan bahwa :
1. Persentase rendemen minyak kasar hasil ekstraksi limbah pengolahan hasil
samping fillet ikan patin yang berbentuk yield dengan rendemen tertinggi
terdapat pada bagian isi perut sebesar 41,00%, bagian kepala 39,33% dan
bagian terendah terdapat pada bagian belly sebesar 36,83%. Persentase
rendemen hasil sentrifuge mengalami penurunan dari hasil ekstrasi minyak
kasar dengan nilai rendemen tertinggi terdapat pada bagian isi perut yaitu
7.03%, bagian belly 3,92, dan bagian kepala 3,23%
2. Analisa angka asam lemak bebas menunjukkan bahwa ekstraksi minyak hasil
samping pengolahan filet ikan patin memiliki mutu yang baik dengan
persentase asam lemak bebas terendah terdapat pada bagian belly yaitu 0,5%,
bagian kepala 0,7165%, dan bagian isi perut sebesar 3,0529% dan masih
memenuhi standar penggunaan. Angka bilangan peroksida terendah terdapat
pada bagian belly yaitu 2,23%, kepala 6,07%, dan tertinggi terdapat pada
bagian isi perut sebesar 14,39%.
3. Analisa bilangan Iodium/Iod bagian tertinggi terdapat pada bagian belly
sebesar 120,89%, isi perut 92,69%, dan kepala sebesar 88,38%.
4. Analisa bilangan penyabunan tertinggi terdapat pada bagian kepala yaitu
119,9711% isi perut 116,584% dan bagian belly sebesar 111,0065%.

4.2 Saran

Untuk Penelitian selanjutnya pada saat melakukan analisa sebaiknya dilakukan


dengan hati-hati agar diperoleh hasil yang baik dan perhatikan kondisi sampel
setiap melakukan analisa ataupun melakukan ekstraksi. Sebaiknya pemerintah
perlu membuat SNI minyak ikan untuk pangan yang menstandarisasi minyak ikan
yang diproduksi dari dalam negeri, mengingat saat masih mengacu pada standar
International Association of Fish Meal Manufacturers.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aditia. R.P. 2014. Perbandingan Mutu Minyak Ikan Kasar Yang Diekstrak Dari
Berbagai jenis Ikan Yang Berbeda. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan.

Arifin, 2013. Ekstraksi Minyak Ikan Dari Limbah Ikan.


http://lukmanarifin5.blogspot.com/2013/05/ekstraksi-minyak-ikan-dari-limbah-
ikan.html . Diakses15 agustus 2015.

Deliana Risky, Nirwan.2013. Transesterifikasi Minyak Limbah Ikan Patin


Menggunakan Isobutanol dengan Variasi Jumlah Katalis dan Waktu Reaksi.
Jurnal Teknobiologi Sains Terapan Lembaga Penelitian Universitas Riau.

Gea Nurhafni, 2008, Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Iodin
Dalam Minyak Hasil Ekstraksi Biji Jagung dengan Pelarut N-Heksena. Karya
Ilmiah. Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Ham Mulyono, 2006, Pt. Bumi Aksara, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium,
Jakarta.

Hastarini,E. 2012. Karakteristik Minyak Ikan Dari Limbah Pengolahan Filet Ikan
Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Dan Patin Jambal (Pangasius djambal).
Jurnal Agritech Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Julaikha Anita,2014.Karakteristik Minyak Ikan Dari Belly Flap Patin Siam


(Pangasius Hypopthalmus) Pada Berbagai Tahap Proses Pemurnian. Teknologi
Hasil Perairan Fakultas Perikana Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Kataren, S. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas


Indonesia (UI-Press), 1986.

Komaryah. 2009. Pengaruh Penambahan Berbagai Dosis Minyak Ikan Yang


Berbeda Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Patin (Pangasius
pangasius). Jurnal Pena Akuatika volume 1.

Sudarmadji, Slamet. 1984. Prosedur analisa untuk bahan makanan dan pertanian.
Liberty. Yogyakarta : 64 – 65.

Suryaningrum Dwi,2012. Membuat Fillet Ikan Patin, Penebar Swadaya, Jakarta.

Yunizal, Murtini J.T, Nanik,D. Bambang,P. Abdulrokhim, Carkipan. 1988.


prosedur analisa kimiawi ikan patin dan produk olahan hasil-hasil perikanan.
Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta : 23.

32
LAMPIRAN-LAMPIRAN

33
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Penggilingan dengan
Pencincangan daging Belly Pencucian
Sillent Cutter

Penimbangan
Persiapan Wadah Persiapan Pengukusan
Pengukusan

Pengukusan Pengecekan Suhu Pengepressan

34
Lanjutan

Pemisahan air dan Pembuangan Air Minyak kasar Ikan


MInyak Patin

35
Lampiran 2. Dokumentasi Analisa Kimia

Analisa Asam Lemak Bebas

Bahan Kimia dan Sampel Penambahan bahan kimia

Sampel yang telah dititrasi Sampel setelah dititrasi

Analisa Angka Peroksida

36
Analisa Kimia Angka Iodium

Analisa Penyabunan

37
Lampiran 3. Data Kegiatan Ekstraksi

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Minyak Ikan (Minyak Kasar)

NO Sampel ulangan Bobot Rata - Rata Rendemen


(gram) (%)
1 Kepala I 410 393,3333333
II 420 39,33
III 350
2 Belly I 380 368,3333333
II 380 36,83
II 345
4 Isi perut I 420 410
41,00
II 400
III 320

Tabel 2. Hasil Sentrifuge

No Sampel Bobot setelah Rata-rata


sentrifuge (gram)
1 K.2.1 29,19 32,32666667
2 K.2.2 39,83
3 K.2.3 27,96
4 B.2.1 31,46 39,21333333
5 B.2.2 57,11
6 B.2.3 29,07
7 IP.2.1 65,33 70,34333333
8 IP.2.2 97,57
9 IP.2.3 48,13
*keterangan:
K.2.1: Kepala metode kukus ulangan pertama
B.2.1: Belly metode kukus ulangan pertama
IP.2.1: Isi perut metode kukus ulangan pertama

38
Lampiran 4. Data Analisa Kimia

Tabel 1. Asam Lemak Bebas

Bobot Ml.
No Kode (gram) Koh Angka Asam ALB % Rata-rata
K.2.1 1,04 0,55 0,2208901846 0,104450923 0,7165
K.2.2 1,03 0,3 1,265580117 0,632790058
K.2.3 1 0,65 2,82435296 1,41217648
B.2.1 1,13 0,3 1,153581876 0,576790938 0,4988
B.2.2 1,02 0,2 0,86903168 0,43451584
B.2.3 1,12 0,25 0,969901429 0,484950714
IP.2.1 1,02 1,1 4,685955137 2,342977569 3,0529
IP.2.2 1,02 1,1 4,685955137 2,342977569
IP.3.2 1,02 2,1 8,945914353 4,472957176

Tabel 2. Bilangan Angka Peroksida

NO Kode Bobot Ml. N. Hasil Rata-rata


(gram) Thio Perhitungan
k.2.1 5,01 0,4 7,676646707 6,065921728
k.2.2 5,01 0,25 4,797904192
k.2.3 5,04 0,3 5,723214286
B.2.1 5,01 0,1 1,919161677 2,233954863
B.2.2 5,01 0,15 2,878742515
B.2.3 5,05 0,1 1,903960396
IP.2.1 5,01 0,6 11,51497006 14,39371257
IP.2.2 5,01 0,9 17,27245509
IP.2.3 5,02 0,05 0,957669323 X

39
Tabel 3 Bilangan Iodium

Bobot Ml. N. Banko- Hasil


No Kode Rendemen
(gram) Thio contoh perhitungan
1 BLANKO 38,85 0 0
2 K.2.1 0,1 35 3,85 85,3101711 88,37827
3 K.2.2 0,1 35,85 3 66,475458
4 K.2.3 0,13 32,2 6,65 113,3491784
5 B.2.1 0,1 35,7 3,15 69,7992309 120,8941
6 B.2.2 0,17 25,9 12,95 168,7955257
7 B.2.3 0,1 33,25 5,6 124,0875216
8 IP.2.1 0,11 34,95 3,9 78,56190491 92,68674
9 IP.2.2 0,11 33,15 5,7 114,8212456
10 IP.2.3 0,14 33,5 5,35 84,6770715

Tabel 4. Bilangan Penyabunan

Bobot Ml. Blanko- Hasil Rata-rata


No Kode (gram) Hcl contoh perhitungan
BLANKO 43,35 0 0
K.2.1 2,07 33,7 9,65 130,7644928 119,9711047
K.2.2 2 33,85 9,5 130,7644928
K.2.3 2,01 36,3 7,05 98,38432836
B.2.1 2,09 35,65 7,7 103,3421053 111,0065872
B.2.2 2,16 37,25 6,1 79,21527778
B.2.3 2,06 32,3 11,05 150,4623786
IP.2.1 2,08 35,5 7,85 105,8617788 116,5840225
IP.2.2 2,17 34,75 8,6 111,1658986
IP.2.3 2,05 33,65 9,7 132,7243902

40
Lampiran 5. Data SPSS Minyak Kasar (Yold)

ANOVA
Yold
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 938.889 2 469.444 .303 .749
Within Groups 9283.333 6 1547.222
Total 10222.222 8

Yold
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Belly 3 368.3333
Ispe 3 380.0000
Kepala 3 393.3333
Sig. .479
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.

41
Lampiran 6. Data SPSS Minyak Kasar Hasil Sentrifuge

ANOVA
Sentrifuge
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2484.222 2 1242.111 4.121 .075
Within Groups 1808.667 6 301.444
Total 4292.889 8

Sentrifuge
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2
Kepala 3 31.6667
Belly 3 39.0000 39.0000
Ispe 3 70.0000
Sig. .623 .071
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.

42
Lampiran 7. Data SPSS Asam Lemak Bebas

ANOVA
ALB
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12.045 2 6.022 9.258 .015
Within Groups 3.903 6 .651
Total 15.948 8

ALB
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2
Belly 3 .4933
Kepala 3 .7133
Ispe 3 3.0500
Sig. .750 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.

43
Lampiran 8. Data SPSS Peroksida

ANOVA
Peroksida

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 88.551 2 44.275 1.872 .233
Within Groups 141.908 6 23.651
Total 230.459 8

Peroksida
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Belly 3 2.2267
Kepala 3 6.0833
Ispe 3 9.9100
Sig. .111
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.

44
Lampiran 9. Data SPSS Iodium

ANOVA
Iodium
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1871.121 2 935.560 .828 .481
Within Groups 6781.985 6 1130.331
Total 8653.106 8

Iodium
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Kepala 3 88.3733
Ispe 3 92.6833
Belly 3 120.8867
Sig. .295
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.

45
Lampiran 10. Data SPSS Penyabunan

ANOVA
Penyabunan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 122.862 2 61.431 .099 .907
Within Groups 3729.824 6 621.637
Total 3852.686 8

Penyabunan
Duncan
Subset for
alpha = 0.05
Sampel N 1
Belly 3 111.0050
Ispe 3 116.5800
Kepala 3 119.9667
Sig. .684
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.

46
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1993, di


Tamao, Kec Tapalang, Kab Mamuju, Sulawesi Barat
dan merupakan anak ke tiga dari empat orang
bersaudara yang merupakan anak dari pasangan
Herman dan Asma Muin.
Pada tahun 1999 penulis mendaftar di SD Inpres
Orobatu dan tamat pada tahun 2005, kemudian
penulis melanjutkan pendidikannya pada SMP Negeri
1 Tapalang dan tamat pada tahun 2008, pada tahun yang sama penulis
melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 1 Tapalang dan tamat pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis diterima sebgai Mahasiswi di perguruan tinggi Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep dan memilih Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan Program Studi Agroindustri angkatan XXIV. Selama melaksanakan
pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan akademik dan menjadi anggota di
Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan (HIMATERIN) serta menjadi
anggota dan Pengurus pada Unit Kegiatan Mahasiswa Wujud Ikrar Pencinta
Alam (UKM WIRPALA). Pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan Magang
Kewirausahaan Mandiri di Usaha Pengolahan Kripik Pisang UKM Mutiara Opiq
l J ’ up l T ud
Kerja Magang Industri Mahasiswa selama tiga bulan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
(BBP4BKP), Jakarta Pusat.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi
du p ul l u p l y judul “ Penerapan Metode
Pengukusan Pada Proses Ekstraksi Minyak Ikan Hasil Samping Olahan Fillet Ikan
Patin (Pangasius sp)” di bawah bimbingan Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si dan Bapak
Ir. Imran Muhtar, M.Si.

47

You might also like