You are on page 1of 50

RESUME PEMBELAJARAN ETIKA DAN TANGGUNG

JAWAB PROFESI

A. THINKING BIG, DREAMING BIG


Bagaimana cara kita meyakinkan diri, supaya ketika
kita menggeluti profesi yang kita inginkan kita menjadi
seorang yang hebat? Dalam menjalankan profesi, pertama-
tama kita harus memiliki mimpi terlebih dahulu agar kita
dapat lebih mendalami profesi yang kita inginkan, contoh:
jika kita ingin menjadi lurah maka kita harus mendalami hal-
hal terkait hukum administrasi negara, hukum tata negara,
dll. Maka dari itu kita harus bermimpi untuk menjadi seorang
yang hebat, seorang yang berpikir besar tidak hanya
memikirkan dirinya sendiri.
Profesi apapun yang ingin kita raih harus betul-betul
kita persiapkan sejak sekarang agar menjadi mimpi yang
hebat tidak hanya sekedar saja, supaya kita memiliki
keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang lain dan kita tidak
tenggelam dalam pasar pekerjaan.
Jadi poin pertama dalam mata kuliah etika dan
tanggung jawab profesi adalah profesi apapun yang ingin
kita geluti harus sudah ditetapkan sejak sekarang bahkan
seharusnya sebelum dari kita masuk ke Fakultas Hukum
supaya apa yang kita pelajari sejalan dengan profesi yang
kita inginkan, selain pendidikan akademik untuk menjadi
orang yang hebat dalam profesi yang diinginkan kita juga
harus mengasah softskill-softskill (keterampilan-
keterampilan) yang sekiranya dapat membantu kita untuk
menjadi orang hebat di profesi yang kita inginkan. Oleh
karena itu, kita harus selalu menanamkan dalam diri kita
mimpi yang kita inginkan bukan hanya sekedar karena
banyak juga orang yang mundur dari profesi yang dia mau
akibat dari ketidaksiapan dirinya dalam menghadapi
tantangan-tantangan dalam profesi yang dia inginkan.
Orang yang memiliki mimpi besar akan
mengusahakan mimpinya dengan segala cara yang positif
dan dia tidak akan lari ke lain jurusan atau mundur dari
profesi yang dia inginkan. Jadi untuk menjadi orang hebat
dalam profesi yang kita inginkan maka kita harus kuatkan
pengetahuan, memiliki keterampilan yang mumpuni, dan
memiliki kesiapan mental yang kuat apalagi dalam
perkembangan yang sudah modern seperti sekarang ini.
Untuk membangun kapasitas diri kita, kita juga harus
berpedoman pada model bisnis. Dimana model bisnis ini
dapat kita lihat melalui Opportunity (kesempatan/peluang),
Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), dan Challenge
(tantangan).
Pertama-tama kita harus melihat peluang yang ada,
kemudian jika ada peluang maka kita harus menyadari
kehebatan-kehebatan yang kita miliki namun dalam diri kita
pasti terdapat kelemahan karena tidak ada manusia yang
lahir tanpa kelemahan, tetapi bagi orang yang bermimpi
besar adalah orang yang bisa me-manage kelemahannya
sehingga kelemahan tersebut dapat menjadi kekuatan
tambahan bagi dirinya untuk meraih mimpinya karena orang
yang mampu mengelola kelemahannya merupakan orang
yang hebat, selanjutnya kita bukan hanya harus menyadari
kelemahan diri namun kita juga harus mencari tau tantangan
yang akan kita hadapi dalam profesi yang nantinya akan kita
jalani. Dalam pekerjaan apapun selain terdapat hal-hal
menggiurkan juga terdapat tantangan, ketika kita tidak dapat
menangani tantangan tersebut maka kita akan hancur.

1
Dalam menjalankan profesi kita harus memiliki ijin,
karena tidak akan ada orang yang percaya kepada kita
apabila kita tidak memiliki ijin. Selanjutnya kita juga harus
memiliki modal, untuk menjalankan sebuah profesi tentu kita
harus memiliki modal untuk membantu kita meraih mimpi
yang kita inginkan, contohnya profesi wartawan, tidak
mungkin setelah lulus kita langsung bilang “saya siap untuk
menjadi wartawan” pasti kita harus menempuh pendidikan
yang juga mendukung kita untuk menjadi wartawan, tidak
hanya wartawan tapi seluruh profesi juga pasti ada hal yang
harus digeluti sebelum mendapatkan profesi yang kita
inginkan mungkin bukan hanya pendidikan tapi ketika ingin
membangun kantor sendiri juga membutuhkan modal.
Kemudian apabila kita memiliki kantor yang baik dan
membuat klien nyaman, maka klien akan merasa senang
dan pasti dia akan meceritakan terkait kantor kita kepada
orang banyak. Kemudian orang banyak itu akan datang ke
kantor kita dan kantor kita akan kebanjiran klien & uang
sehingga kita menjadi orang yang hebat salah satunya hebat
dalam hal financial. Lalu sebaliknya apabila klien tidak
nyaman maka klien akan meneceritakan hal-hal yang kurang
baik kepada orang banyak mengenai kantor kita yang
menyebabkan kantor kita akan kesepian karena tidak
memiliki klien.
Berikutnya selain ijin dan modal, kita juga
memerlukan sumber daya manusia dimana kita tidak bisa
menjalankan segala halnya sendiri. Kita juga memerlukan
orang lain untuk membantu kita dalam menjalankan profesi
kita. Selanjutnya jangan pernah menjual diri tetapi biarkan
klien kita yang menjual kantor kita melalui kualitas kantor

2
yang kita bangun dan melalui kenyamanan layanan yang
kita berikan.

B. Pengertian Umum mengenai Etika dan Tanggung Jawab


Profesi
Dalam mata kuliah ini kita membahas mengenai Etika
dan Tanggung Jawab Profesi, oleh karena itu sebelum kita
memulai materi mengenai mata kuliah ini tentu kita harus
mengetahui apakah itu etika? Dan apakah itu profesi? Etika
adalah Sistem nilai yang berbicara mengenai hal baik dan
buruk yang hidup & berlaku dalam masyarakat (menyangkut
sopan santun, adat istiadat, budaya yang hidup dalam
masyarakat), kemudian Etika Profesi adalah sistem nilai
yang dibuat, dianut, ditaati, dan diikuti oleh profesi tertentu,
oleh karena itu dalam etika profesi sistem nilai yang
berbicara mengenai hal baik dan buruk juga berlaku mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh. Maka dari
itu dalam organisasi terdapat juga aturan-aturan yang boleh
dan tidak boleh dilakukan. Dari situ dapat dilihat bahwa
profesi adalah bagian dari masyarakat yang dimana
membentuk suatu etika yang nantinya ketika etika itu
dilanggar akan dikenakan penalty atau sanksi. Diatas telah
dijelaskan mengenai etika dan etika profesi, lalu apa arti dari
profesi itu sendiri? Profesi adalah suatu jabatan/pekerjaan
yang diberikan kepada seseorang untuk dijalankan karena
yang bersangkutan telah memenuhi kualifikasi/kriteria
tertentu. Selanjutnya apakah itu kode etik? Kode etik adalah
suatu himpunan nilai-nilai yang disepakati oleh seluruh
anggota organisasi untuk dijalankan, dipatuhi, dilaksanakan,
dan menjadi sebuah pedoman bagi setiap anggota
organisasi dalam menjalankan profesinya. Selanjutnya,

3
apakah profesi dan pekerjaan sama? Profesi dan pekerjaan,
keduanya hampir sama namun pada kenyataannya profesi
adalah pekerjaan, tetapi pekerjaan belum tentu profesi.
Dalam menjalankan suatu profesi, tentunya
diperlukan suatu kode etik. Hal ini berguna untuk menjaga
stabilitas dari industri profesu itu sendiri. Untuk itu seorang
advokat dituntut untuk mengerti apa itu kode etik dan
tanggung jawab profesi. Etika adalah suatu nilai yang
dipandang baik atau buruk bagi golongan masyarakat
tertentu. Dalam sudut pandang advokat, profesi advokat
merupakan suatu golongan masyarakat, sehingga memiliki
nilai-nilai tertentu yang dipandang baik atau buruk.
Kemudian etika tersebut terkristalisasi menjadi suatu moral
atau tindakan yang dapat dinilai baik atau buruk. Kode etik
profesi merupakan arahan yang dibentuk bagi seorang
advokat untuk dapat bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang
dipandang baik bagi profesi advokat.
Kode etik advokat juga dapat berarti himpunan
tentang nilai-nilai etika yang dipandang baik atau buruk yang
telah disepakati oleh seluruh organisasi anggota advokat
dan menjadi pedoman/panduan dalam menjalankan profesi
advokat. Tidak semua pekerjaan memiliki kode etik, hanya
yang menjadi profesi saja yang memiliki kode etik. Adapun
macam-macam profesi yang dapat digambarkan dengan
contoh-contoh sebagai berikut:
• Polisi
➔ Merupakan isntitusi atau badan
pemerintahan yang bertugas untuk
memelihara keamanan dan ketertiban
umum. Kewenangannya berdasarkan
UUD pasal 30 dan Undang-undang No. 2

4
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagai dasar
hukumnya.
• Hakim
➔ Merupakan petugas pengadilan yang
berwenang untuk mengadili perkara.
• Notaris
➔ Merupakan pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik
dan memiliki kewenangan lainnya
sebagaimana diatur dalam Undang-
undang No. 2 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No. 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris serta
berdasarkan Undang-undang lainnya.
• Pengacara atau Kuasa Hukum
➔ Merupakan orang yang berprofesi untuk
memberikan jasa bantuan hukum dan
pelayanan hukum, baik di dalam
pengadilan maupun di luar pengadilan
yang berada di wilayah di ruang lingkup
kerjanya maupun di seluruh wilayah RI
(Undang-undang No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat.

5
C. Jabatan Profesi Advokat (Profesional Status of Lawyer)
Advokat adalah suatu profesi/jabatan dengan suatu
pekerjaan yang khusus. Jabatan profesi merupakan suatu
jabatan yang diamanahkan oleh organisasi atau negara
kepada seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan
tertentu. Biasanya para pelaku pekerjaan ini diberikan
kewenangannya berdasarkan Undang-undang dan kode
etiknya. Sebagai contoh: profesi advokat, jabatan profesi ini
diberikan oleh PERADI dengan memberikan kartu anggota
PERADI dan oleh negara kewenangan diberikan
berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat dan mengambil sumpah melalui pengadilan tinggi.
Kemudian dalam membedakan suatu pekerjaan disebut
sebagai sebuah profesi maka pekerjaan tersebut harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1. Memiliki pengetahuan yang memadai dalam
bidangnya.
➔ Contoh: seorang advokat harus memiliki
pengetahuan yang memadai terkait advokat itu
sendiri (pengetahuan mengenai hukum).
2. Memiliki skill atau kemampuan
➔ Sebagai seorang lawyer, memiliki skill itu tidak
mudah. Seorang calon advokat harus mengikuti
PKPA terlebih dahulu kemudian melakukan
magang, dll.
3. Tuntutan dalam menjalani pekerjaan harus
rutin/tetap

6
➔ Dalam profesi, pekerjaan yang kita lakukan
harus tetap. Tidak bisa hari ini menjadi lawyer
kemudian besok menjadi dokter. Hal ini
ditegaskan dalam Kode Etik Advokat dan UU
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat di mana
seorang lawyer tidak boleh rangkap jabatan.

Pasal 3 huruf f Kode Etik Advokat


"Advokat tidak dibenarkan untuk
melakukan pekerjaan lain yang dapat
merugikan kebebasan, derajat, dan
martabat advokat."
Pasal 20 ayat 1 – 3 UU No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat
"(1) Advokat dilarang memegang jabatan
lain yang bertentangan dengan tugas dan
martabat profesinya.
(2) Advokat dilarang memegang jabatan
lain yang meminta pengabdian sedemikian
rupa sehingga merugikan profesi advokat
atau mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan dalam menjalankan tugas
profesinya.
(3) Advokat yang menjadi pejabat negara,
tidak melaksanakan tugas profesi advokat
selama memangku jabatan tersebut.”
4. Profesi harus dijalankan untuk pelayanan kepada
masyarakat
➔ Artinya pelayanan diberikan kepada masyarakat
tanpa memilih. Hal ini juga tercantum dalam

7
Kode Etik Advokat dan UU No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat.

Pasal 3 huruf e Kode Etik Advokat


“Advokat dapat menolak untuk memberi
nasihat dan bantuan kepada setiap orang
yang memerlukan jasa dan/atau bantuan
hukum dengan pertimbangan oleh karena
tidak sesuai dengan keahliannya dan
bertentangan dengan hati nuraninya,
tetapi tidak dapat menolak dengan alasan
karena perbedaan agama, kepercayaan,
suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan
politik, dan kedudukan sosialnya.
Pasal 18 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat
"Advokat dalam menjalankan tugas
profesinya dilarang membedakan
perlakuan terhadap klien berdasarkan
jenis kelamin, agama, politik, keturunan,
ras, atau latar belakang sosial budaya."
5. Harus memiliki Kode Etik
➔ Kode etik adalah suatu himpunan nilai-nilai yang
disepakati oleh seluruh anggota organisasi
untuk dijalankan, dipatuhi, dilaksanakan, dan
menjadi sebuah pedoman bagi setiap anggota
organisasi dalam menjalankan profesinya. Maka
dari itu kode etik diperlukan untuk menjadi

8
pedoman bagi para anggota organisasi untuk
menjalankan profesinya.
Maka berdasarkan penjelasan diatas, Jabatan profesi adalah
suatu pekerjaan biasa tetapi menjadi beda karena profesi
memiliki kode etik. Oleh karena itu syarat pekerjaan dikataan
sebagai profesi adalah ketika pekerjaan tersebut memiliki
kode etik. Jabatan profesi adalah suatu jabatan yang
diberikan kepada seseorang oleh negara/organisasi untuk
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu karena dianggap
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan dan dalam
menjalankan pekerjaannya berlandaskan pada undang-
undang dan kode etik.

9
D. Harapan dan Mimpi terhadap Seorang Profesional
Bagaimana harapan dan mimpi terhadap seorang
profesional atau pekerja profesi, khususnya dalam bidang
advokat? Analoginya seperti ini seorang ibu dan anak yang
sudah masuk TK, kemudian ibu tersebut mempunyai sebuah
bisnis sehingga tidak bisa mengantar jemput anaknya yang
masih TK. Akhirnya, anaknya diikutkan ke jasa antar jemput
siswa agar ibunyya tidak kewalahan. Lalu ibunya tersebut
mau tidak mau harus bangun pagi untuk mempersiapkan
sekolah anaknya. Apa harapan anak terhadap ibunya? Lalu
apa harapan ibu terhadap anaknya? Sang anak tentu
memiliki harapan agar si ibu sudah siapkan bekal sarapan
untuknya sebelum mobil antar jemputnya datang. Anaknya
juga berharap agar seragam sekolahnya sudah dipersiapkan
dengan baik dan tidak lupa dengan uang saku untuknya
jajan di sekolah nanti. Kemudian untuk keperluan
sekolahnya nanti, sang anak juga berharap agar
perlengkapannya sudah dipersiapkan dan ibunya juga harus
memberikan nasihat untuk anaknya serta tidak lupa si anak
juga mengharapkan pelukan hangat & perhatian dari sang
ibu kepadanya sebagai wujud kasih sayangnya.
Hal ini serupa dengan harapan klien kepada advokat,
klien berharap bahwa advokat mengerti terhadap apa yang
diperlukan oleh klien tanpa harus mengungkapkannya

10
kepada advokat. Lalu bagaimana bayangan/ekspektasi klien
terhadap advokat?
1) Flamboyant person
➔ Artinya klien memiliki bayangan bahwa
advokatnya adalah seorang yang memiliki
penampilan yang menarik perhatian orang lain.

2) Friendly person
➔ Artinya klien memiliki bayangan bahwa
advokatnya adalah seorang yang memiliki
penampilan yang bersahabat dan gaya bahasa
yang ramah.
3) An easy person to talk with
➔ Artinya klien memiliki bayangan bahwa
advokatnya adalah seorang yang mudah untuk
berbicara. Klien sangat berharap bahwa dalam
obrolan, advokat tidak menjadi convokiller, tetapi
menjadi orang yang mudah untuk diajak
berbicara.
4) Energic person
➔ Artinya klien memiliki bayangan bahwa
advokatnya adalah seorang yang energik,
lincah, gesit, dan ulet. Hal ini diartikan dalam
bentuk formal, karena hal tersebut akan
membuat klien merasa nyaman dan ikut
bersemangat.
5) An open person
➔ Artinya klien memiliki bayangan bahwa
advokatnya adalah seorang yang terbuka, apa
adanya, jujur, dan tidak ragu-ragu.

Kemudian bagaimana harapan dari klien terhadap advokat?

11
1) Able to settle a case
➔ Artinya klien memiliki harapan bahwa
advokatnya nanti mampu mengatasi kasus yang
dibawa oleh kliennya

2) Able to keep the secret


➔ Artinya klien memiliki harapan bahwa
advokatnya nanti mampu menjaga rahasia
apapun yang telah dipercayakan oleh klien.
Advokat harus menjadi orang yang bisa
dipercaya untuk menjaga rahasia, jangan
membocorkan cerita klien kepada siapapun.
Dengan begitu klien akan memberikan cerita
mengenai kasusnya dengan sejujur-jujurnya
karena telah percaya terhadap advokatnya
sehingga kasus yang ditangani akan lebih
mudah diselesaikan. Jangan sampai data yang
disampaikan tidak lengkap karena cerita yang
disampaikan hanya sedikit, sehingga dapat
berakibat pada urusan pengadilan nantinya,
mungkin akan ada gugatan/tuntutan yang tidak
jelas atau kabur (obscuurlibel)
➔ Hal ini tercantum dalam Pasal 4 huruf h Kode
Etik dan Pasal 19 ayat 1 – 2 UU No.18 Tahun
2003 tentang Advokat, yang berbunyi:
Pasal 4 huruf h Kode Etik
"Advokat wajib memegang rahasia jabatan
mengenai hal-hal yang diberitahukan oleh
klien secara kepercayaan dan wajib tetap

12
menjaga rahasia itu setelah berakhirnya
hubungan antara Advokat dan klien itu."
Pasal 19 ayat 1 – 2 UU no. 18 Tahun 2003
tentang Advokat
"(1) Advokat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari
kliennya karena hubungan profesinya,
kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang.
(2) Advokat berhak atas kerahasiaan
hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan atas berkas dan
dokumennya terhadap penyitaan atau
pemeriksaan dan perlindungan terhadap
penyadapan atas alat komunikasi
elektronik advokat."
3) Able to be working in group
➔ Artinya klien memiliki harapan bahwa
advokatnya nantinya tidak bekerja sendiri.
Advokat harus menjadi orang yang koordinatif
dan terus bekerja sama dengan klien, terus
memberikan informasi kepada klien terkait
perkembangan apapun bukan hanya mengenai
hasilnya saja. Apabila membutuhkan data dari
klien, minta dari jauh-jauh hari agar klien dapat
mempersiapkannya.
4) Able to bring a legal solution
➔ Artinya klien memiliki harapan bahwa
advokatnya nantinya mampu untuk memberikan
solusi hukum yang sesuai dengan kasusnya. Hal
ini diharapkan klien agar permasalahannya

13
dapat terselesaikan tanpa harus melalui
pengadilan, sehinggap advokat benar-benar
dapat dianggap profesional oleh klien.
5) Able to bring a legal enlightment
➔ Artinya klien memiliki harapan bahwa
kemampuan advokat untuk memberikan
pencerahan kepada klien. Contohnya: dalam
pembagian warisan, klien yang belum mengerti
apapun tentang penyelesaian warisan sesuai
hukum yang berlaku, harapannya bahwa
advokat memberikan pencerahan mengenai
penyelesaian warisan menurut islam seperti
apa, penyelesaian warisan menurut barat seperti
apa, dan lain-lain.
Jika seorang profesional dapat melaksanakan
ekspektasi/bayangan dan harapan di atas, maka
kemungkinan besar seorang profesional akan mendapatkan
loyalitas klien. Tentunya dalam hal seorang advokat hal ini
akan membuat kantor menjadi lebih berkembang dan tidak
akan kesepian.

14
E. Advokat dan Bisnis
Profesi Advokat dengan profesi bisnis pada
umumnya, kedua-duanya sebenarnya sama satu bisnis satu
pekerjaan, tetapi antara profesi advokat dan bisnis ada
bedanya dan ada kesamaannya. Kesamaan antara kedua
itu, baik itu bisnis pada umumnya maupun profesi advokat,
kedua-duanya untuk bisa berkembang menjadi besar,
kesamaannya, kedua-duanya membutuhkan relasi yang kuat
dan luas. Orang pada pekerjaan bisnis pada umumnya
harus memiliki relasi yang luas, misalkan satu orang
memproduksi suatu produk, dia memerlukan relasi yang
luas, yakni seperti memiliki relasi dengan agennya,
distributornya, sehingga bisa menciptakan pasar yang luas,
dan nantinya bisa berkembang dengan luas. Sama halnya
dengan lawyer, tidak bisa hanya berdiam diri tapi harus
mampu membangun relasi yang kuat dengan klien atau
pelanggan. Advokat juga harus memiliki jaringan yang kuat,
walaupun hanya duduk diam di kantor saja, tetaplah bisa
sepanjang bisa membangun relasi yang kuat mengenai
bagaimana pelayanan yang bagus. Relasi yang kuat bisa
dibangun dengan bertemu orang-orang yang memiliki
potensi menjadi klien advokat, misalkan dalam suatu
kegiatan rapat, ikut berpartisipasi agar menjadi sosok yang
dikenal. Hal lain, yang sangat penting, menjadi seorang

15
lawyer yang memiliki relasi yang kuat, melalui pelayanan
yang diberikan, jika pelayanan yang diberikan sangat bagus,
maka otomatis klien menjadi setia dan akan kembali lagi.
Tidak hanya kembali saja, tapi akan menjual jasa advokat ke
mana-mana berdasarkan pengalaman yang dimiliki saat
menjadi klien, sehingga orang-orang tambah mengenal
advokat yang baik. Hal ini membutuhkan relasi yang luas,
sehingga seorang advokat bisa menjadi lebih besar. Jangan
andalkan klien satu, melainkan banyak klien juga dengan
relasi yang kuat. Inilah kesamaan advokat dengan pembisnis
pada umumnya.
Adapun perbedaan advokat dengan pembisnis pada
umumnya, bahwa bisnis orientasinya pasti. Pembisnis pasti
memiliki tujuan utama untuk mencapai keuntungan (profit).
Tapi seorang advokat, keuntungan bukanlah suatu tujuan,
tujuan utama seorang profesional advokat adalah
pelayanan, pelayanan hukum yang baik kepada masyarakat,
kepada pelanggannya. Kenapa diletakkan pada
pelayanannya dan bukanlah suatu keuntungan. Dalam kode
etik advokat, sebuah profesi bukanlah keuntungan
melainkan pelayanan. Maksudnya adalah orientasinya pada
pelayanan, saat seorang advokat memiliki pelanggan, tidak
hanya terbatas pada orang yang berbayar, yang
memberikan keuntungan terhadap advokat, melainkan
kepada orang-orang yang tidak berbayar, orang-orang yang
tidak mampu bayar. Sehingga tujuan utama dari seorang
advokat adalah memberikan pelayanan hukum, sehingga
pada orang yang have (memiliki) dan haven’t (tidak
memiliki). Baik mereka semuanya memiliki kesempatan
pelayanan hukum dari seorang advokat, jadi jika tujuan
seorang advokat berlandas pada keuntungan, maka yang

16
tidak memiliki akan terabaikan. Seorang advokat haruslah
melaksanakan tujuannya sebagai pelayan hukum yang ada
di dalam kode etik advokat. Pasal 3 huruf e Kode Etik
Advokat, berbunyi:
“Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat
dan bantuan kepada setiap orang yang
memerlukan jasa dan/atau bantuan hukum
dengan pertimbangan oleh karena tidak sesuai
dengan keahliannya dan bertentangan dengan
hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak
dengan alasan karena perbedaan agama,
kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin,
keyakinan politik, dan kedudukan sosialnya.”
Dalam kode etik ada ketentuan yang mengatur
siapapun pelanggan advokat haruslah diterima, sementara
tidak bisa menolak suatu perkara, hanya karena alasan
orang tersebut tidak bisa membayar. Kedua, pelayanan
advokat bahwa tidak melihat-lihat pada keuntungan,
melainkan kepada siapapun yang memiliki perkara. Seorang
advokat tidak boleh memilah milih pelanggannnya dan
menolak seorang pelanggan atas dasar tertentu, misalkan
karena ia tidak bisa bayar. Sebenarnya keuntungan itu
otomatis mengikuti, sehingga punyalah pelayanan yang
bagus, maka bisa saja pelanggan akan berbondong-
bondong mengejar seorang advokat yang terkenal
pelayanannya yang bagus, di antaranya akan ada
pelanggan yang juga memiliki uang akan ikut dan mengenal
anda sebagai seorang advokat yang baik. Inilah perbedaan
advokat dengan pembisnis pada umumnya.
Hal ini dikarenakan profesi advokat yang mirip
dengan pedang bermata dua, bahwa satu sisi adalah

17
pelayanan jasa, dan sisi lainnya adalah pelayanan bantuan.
Pelayanan jasa artinya seseorang memberikan layanan
berupa jasa dan menuntut adanya imbalan atau keuntungan.
Sisi lain, pelayanan bantuan memberikan bantuan, namanya
membantu artinya tidak menuntut. Orientasi pelayanan
bantuan ada pada pemberian pelayanan yang baik dan
bagus kepada bahkan orang yang tidak mampu yaitu salah
satunya dengan memberikan pelayanan secara prodeo.
Seorang advokat yang baik memberikan pelayanan dan
tidak memaksakan pelanggannya untuk tidak bisa
membayar untuk harus membayar. Memang kesamaan
advokat dengan pembisnis adalah harus memiliki jaringan
yang luas, namun jaringan untuk profesi advokat terbuka
untuk mereka yang tidak berbayar ataupun berbayar, bagi
yang memiliki maupun tidak memiliki. Kalau pelanggan
banyak, otomatis keuntungan akan banyak atau besar juga.
Namun misalkan seorang advokat bisa menolak suatu
perkara dengan dasar alasan yang kuat. Misalkan jika ada
karena keputusan hati nurani seorang advokat yang tidak
mau melayani suatu perkara tersebut, maka sebenarnya
sudah dipatok atau ditetapkan bahwa beberapa seorang
advokat bisa saja tidak melayani untuk khusus beberapa
perkara seperti korupsi atau perkara perceraian. Namun jika
memanglah semua perkara meminta secara prodeo, maka
sebenarnya tidak mungkin seorang advokat hanya akan
kedatangan orang-orang itu saja, jika tidak memiliki jaringan
yang kuat. Tetapi jika memang terjadi sesuai faktanya, maka
seorang advokat juga harus memiliki pertimbangan, yang
nantinya seorang advokat harus bisa membatasi pelayanan
yang dikiranya sampai tahap mana kemampuan pelayanan
yang dapat diberikan. Seorang advokat juga dapat

18
memberikan saran juga, tapi jangalah sampai menolak suatu
perkara, tunjukkan kepada pelangggan lain kepada advokat
lainnya. Hal ini agar pelanggan tersebut tidak terlantar,
prinsip ini jangan sampai seorang advokat melanggar kode
etik, seorang advokat tidak bisa menutupi diri karena alasan
misalkan alasan ekonomi. Melainkan advokat dapat
memberikan suatu jalan baru kepada advokat lainnya agar
mendapat akses pelayanan hukum lainnya. Karena
melanggar kode etik, akan dikenakan sanksi salah satunya
berupa administratif sehingga dikeluarkan SK yang
mencabut profesi seorang advokat sehingga tidak bisa
berkiprah lagi dalam dunia hukum. Badan Konsultasi Hukum
walaupun memberikan konsultasi hukum secara gratis, tapi
nyatanya ada beberapa orang yang berbayar atau mampu
untuk konsultasi hukum. Meskipun ada wadah yaitu berupa
lembaga yang memberikan pelayanan hukum secara gratis,
kenyataannya tetap orang yang berbayar akan datang
kesitu, dikarenakan jaringan yang kuat.
Profesi advokat sebagai suatu profesi yang mulia,
dalam bahasa Latinnya “Officium Nobile”, Officium artinya
jabatan atau profesi, sementara Nobile sering didengar
bahwa seseorang mendapatkan hadiah Nobel atau
mendapatkan suatu prestige, yang mengangungkan, yang
mulia. Tercantum dalam Pasal 8 huruf a Kode Etik
Advokat, yang berbunyi:
“Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan
terhormat (officium nobile), dan karenanya
dalam menjalankan profesi selaku penegak
hukum di pengadilan sejajar dengan Jaksa dan
Hakim, yang dalam melaksanakan profesunya

19
berada dibawah perlindungan hukum, undang-
undang, dan kode etik ini.”
Berbeda dengan jabatan lainnya seperti polisi, jaksa,
hakim, namun hanyalah advokat yang disebut sebagai
mulia. Disebutkan atau diterapkan sebagai suatu jabatan
yang mulia, karena pekerjaan yang membantu, bahkan
kepada yang tidak mampu tetap dibantu, orang yang
mendapat suatu permasalahan, dan dibantu cara keluar dari
permasalahan tersebut. Advokat juga membela atas
kepentingan atau mengutamakan kepentingan lainnya dan
membantu mengenalkan kepada pelanggannya atas hak-
hak yang dimilikinya. Namun dari semua itu, ada hal yang
membuat profesi advokat itu mulia, hal yang paling penting.
Berpijak pada dua hal, yaitu pada jabatan profesi, tujuannya
untuk bukan untuk dirinya sendiri, melainkan memberikan
pelayanan kepada yang lain, bagi yang bermasalah secara
hukum, tidak mungkin orang lain dapat menjalankan fungsi
jabatan profesi itu, seperti menghadiri di persidangan. Hal ini
supaya orang tersebut merasa didampingi karena peran dari
jabatan profesi advokat, memberikan penguatan kepada
bagi yang bersamalah, hanya seorang advokat dengan
sertifikat yang dapat memberikan bantuan hukum. Jabatan
profesi tersebut agar tidak disalahgunakan dalam melakukan
jabatannya, harus berpangku pada hukum, berpangku pada
aturan main, misalkan jika sedang membela seorang klien,
jangan paksa untuk klien membayar dengan pembayaran
yang lebih, maka kode etik yang mengatur. Bagi yang tidak
mampu juga diberikan pelayanan dengan kualitas bagus dan
sama bagi yang mampu dengan pembayaran yang sesuai
dengan kesepakatan bersama. Dalam menjalankan profesi,
memberikan bantuan hukum harus tetap berpijak pada

20
aturan hukum, baik melalui kode etik maupun peraturan
hukum lainnya. Ini dilakukan agar jangan sampai tambahan
beban kepada klien dengan perilaku seseorang sebagai
advokat, advokat harusnya memberikan pelayanan kepada
yang lemah untuk menghadapi para penguasa dalam
persidangan, berdasarkan kode etik dan peraturan hukum
yang berlaku. Yang kedua, karena saat menjalankan profesi,
dia harus berpijak pada jabatan yang disebut sebagai
jabatan kepercayaan, seorang advokat adalah seorang yang
dipercayai oleh klien. Kepercayaan klien harus dijaga, dan
soal kepercayaan adalah hal yang susah. Karena tidak
semua orang tidak bisa dipercayai, contoh kedatangan
seorang teman yang menceritakan kepada teman lain dan
hanya untuk dia saja, namun kenyataannya malah
dibocorkan kepada orang lain, dia merasa belum puas untuk
menceritakan cerita kepada orang lain, padahal sudah janji,
kepada teman yang lainnya lagi, diceritakan dan minta janji
untuk tidak diceritakan kembali, dan kembali terulang-ulang
lagi, sampai semuanya tahu, sehingga tidak menjadi suatu
rahasia. Soal kepercayaan, kita sebagai manusia seringkali
tergoda untuk membongkar suatu kerahasiaan, khususnya
kepada orang lain, hal ini manusiawi. Inilah beban seorang
advokat, bahwa kalian sudah dipercayai untuk memegang
kepercayaan klien, yang dianggap rahasia. Seorang klien
mengharapkan kita sebagai advokat menjadi orang yang
dapat dipercaya, bukan ember kosong. Jabatan yang sangat
penting, di mana seorang advokat tidak boleh lengah, bahwa
dijaga bagaimana suatu kepercayaan itu tidak lari kepada
orang yang lain atau tidak berkepentingan. Apa yang
disampaikan klien kepada seorang advokat, advokat harus
mampu menjaga, jangan sampai diceritakan kepada orang

21
lain. Soal menjaga rahasia adalah pekerjaan yang sulit, dan
seorang klien melihat pekerjaan advokat mampu menjaga
kepercayaan klien-klien semaunya dengan rapi dan tidak
pernah dibocorkan. Membicarakan moral juga
membicarakan tanggung jawab sebagai profesi jabatan, cara
menyimpan kerahasiaan seseorang. Inilah yang menentukan
pekerjaan profesi advokat adalah suatu yang mulia, karena
di dalam menjalakan pekerjaan advokat, advokat berpijak
pada dua tumpu yang kuat, yaitu sebagai suatu jabatan
profesi yaitu mereka memberikan bantuan hukum bagi yang
mereka yang bermasalah dengan berpedoman pada aturan
hukum, dan berpijak sebagai jabatan kepercayaan yang
membicarakan tanggung jawab moral untuk menyimpan
kerahasiaan klien. Jangan sampai menyia-siakan
kepercayaan klien dan harus bisa bertanggungjawab untuk
menyimpan segala yang berhubungan dengan yang memiliki
kepentingan. Jadi memanglah pekerjaan seorang advokat
bukanlah suatu pekerjaan yang main-main.

22
F. Kode Etik
Dokumen kode etik, muatannya ada empat hal, yang
pertama mengenai pasal-pasal yang mengatur mengenai
keahlian profesi, bagaimana persyaratan menjadi anggota.
Kedua, mengenai kepribadian seorang advokat. Ketiga,
hubungan antara advokat dengan klien. Keempat,
membicarakan hubungan dengan teman sejawat. Kode etik
mengatur mengenai keahlian profesi sebagai persyaratan
cara menjadi profesional atau advokat.
Syarat mengenai keahlian profesi atau syarat menjadi
advokat diatur dalam kode etik bahwa seorang advokat
adalah warga negara Indonesia, diatur juga dalam Undang-
undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat. Seorang warga
negara Indonesia untuk menjadi advokat, diatur lebih lanjut
bahwa orang yang mau menjadi advokat harus memiliki latar
belakang pendidikan hukum atau sarjana hukum sebagai
syarat profesionalitas, bahwa seorang advokat harus
memiliki latar belakang pendidikan hukum. Berhak menjadi
advokat adalah seseorang yang lulus dari fakultas hukum,
karena fakultas lain tidak mengajarkan pengetahuan
mengenai hukum, ataupun ada dan sedikit seperti
ketenagakerjaan dan hubungan bisnis tapi hanya seputar
topik itu. Sedangkan di fakultas hukum pastinya

23
mengajarkan secara keseluruhan mengenai hukum.
Sehingga pastinya seseorang untuk memiliki latar belakang
pendidikan hukum harus bisa lulus dari fakultas hukum
ataupn program pendidikan yang berlandaskan pada hukum
karena ada program studi ilmu hukum. Itulah syarat pertama,
karena tugas seorang advokat sudah harus tau penegakan
dan pelayanan hukum kepada masyarakat dan pengetahuan
itu didapat melalui akademik di fakultas hukum dan lain-
lainnya yang mendasari studi ilmu hukum. Inilah syarat
kedua dalam kehalian profesi advokat yang harus ditempuh.
Syarat yang ketiga adalah, dengan sarjana hukum,
seseorang tidak bisa semerta-merta mempublikasikan
dirinya sebagai seorang advokat. Ada syarat lain yang harus
dilewati, bahwa untuk menuju titik advokat, orang tersebut
harus melewati jembatan lainnya, yaitu melewati pendidikan
khusus menjadi advokat. Tanpa pendidikan profesi advokat,
maka tidak bisa menjadi advokat meskipun menjadi sarjana
hukum. Prinsip dari pendidikan advokat ini adalah untuk
menempa calon advokat menjadi betul-betul matang sebagai
advokat, karena disana sudah pasti dikhususkan, diarahkan
untuk menjadi orang yang terampil, orang yang ahli, orang
yang mengerti dalam penegakan hukum dan pelayanan
hukum. Orang yang lulus sarjana hukum hanya cukup
pengetahuan hukum saja, melainkan advokat harus memiliki
keterampilan dalam penegakan hukum dan pelayanan
hukum. Melalui pendidikan khusus advokat, keterampilan
seseorang dilatih dan dimatangkan, sehingga mereka bisa
memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat
atau kepada pelanggan mereka. Tujuannya memang
sangatlah luar biasa bagus yaitu bagaimana mempersiapkan
calon untuk memiliki keterampilan yang memadai saat

24
menjadi advokat kedepannya dan memberikan pelayanan
kepada klien (masyarakat) dan sebagai unsur penegakan
hukum. Bahkan suatu organisasi telah membuat semacam
timeframe dimana pendidikan itu diberikan dalam jangka
waktu tertentu dengan harapan dalam tenggang waktu
tersebut calon tersebut sudah bisa menempatkan dirinya
sebagai seorang profesional advokat yang memadai.
Dipersiapkan dengan jangka waktu tertentu, kemudian
dengan materi yang sudah dipersiapkan, mata kuliah seperti
apa, dan keterampilan yang diperlukan itu seperti apa.
Dalam pendidikan sarjana hukum tidaklah diberikan
pelatihan secara matang mengenai cara membuat legal
audit atau legal opinion, namun pada pendidikan khusus
seperti pendidikan advokat akan dimatangkan dalam hal
praktiknya yang akan menjadi keterampilan yang diperlukan
oleh seorang advokat. Advokat harus bisa membuat legal
opinion dalam bentuk tulisan yang diperlukan oleh klien dan
nantinya akan dipresentasikan kepada klien. Keterampilan
seperti yang akan menjadi modal seorang advokat untuk
bekerja selain hanya membuat advice. Tahapan ini menjadi
suatu syarat yang harus dilewati agar menjadi seorang
profesional advokat. Terkadang praktiknya yang sering
bermasalah, karena organisasi advokat sangat banyak,
padahal Undang-Undang Advokat hanya membicarakan
organisasi advokat itu hanya singlebar padahal kenyataanya
disebut multibar sehingga menyalahi undang-undang.
Kemudian pendidikan terkhusus advokat ini yang sudah
dirancang sedemikian rupa dan dapat menjadi bukti sebagai
advokat, terkadang beberapa organisasi advokat hanya
mempermainkan. Karena tidak ada lembaga yang
mengontrol untuk aktivitas semacam kenyataannya. Bahkan

25
beberapa orang hanya perlu membayar untuk mengikuti
sedikitnya waktu untuk menjadi advokat, padahal itu salah.
Akhirnya setiap orang egoisnya tinggi sekali, hal ini menjadi
masalah yang kedepannya, beberapa orang ingin
mendirikan suatu organisasi dan menjadi kepala sendiri
dengan beberapa pengikutnya, sehingga membuat
beberapa orang memiliki kualitas yang menurun, inilah
kelemahan dari kenyataan yang terjadi. Standar kualitas
seorang advokat dapat diharapkan menurun dikarenakan
pada prakteknya banyak organisasi advokat yang dapat
menyalahi peraturan yang berlaku saat ini. Sehingga
membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi lemah,
dan klien yang dirugikan, dan terjadi pelanggaran kode etik.
Untuk mengatasi permasalahn tersebut atau kelemahan tadi,
beberapa ahli telah menyarankan cara untuk mengatasinya,
salah satunya dilakukannya perubahan terhadap Undang-
Undang Advokat yang baru, yang mengatur pembentukkan
suatu majelis yang mandiri dan kuat untuk mengawasi
pelaksanaan program PKAPA untuk pelatihan pendidikan
advokat.
Syarat keempat adalah magang, dimana magang
memiliki tujuan untuk mengenalkan lebih dalam walaupun
dalam PKAPA sudah diajarkan mengenai masalah teknis,
tetapi praktik realitanya belum diketahui. Cara untuk
mengetahui praktik realitanya, maka dilakukannya magang
dalam suatu perusahaan tertentu, seperti membuat legal
opinion, mengikuti persidangan, dan persiapan lainnya
sebagai advokat nantinya. Magang dapat membukakan fakta
bagaimana proses cara berjalannya advokat sehingga sudah
diaturnya berapa jangka lama seseorang untuk magang agar
dapat lulus sebagai advokat. Nantinya dia akan mendapat

26
dokumen suatu telah menyelesaikan magang, yang nantinya
semua dokumen nanti diperlukan saat diberikan sertifikat
oleh organisasi advokat sebagai seorang advokat. Hal itulah
syarat yang diperlukan sebagai profesional advokat.
Kemudian organisasi advokat juga menetapkan suatu ujian
mengenai tes kebangsaan untuk menilai seseorang apakah
memang orang tersebut telah terampil dengan pendidikan
dan pengalaman sejauh yang ia miliki sudah cocok untuk
menjadi advokat. Hal ini adalah kesempatan yang menjadi
bukti bahwa seseorang dapat menjadi advokat. Ujian ini
akan menjadi evaluasi kepada seseorang untuk menilai
apakah sudah memiliki kualitas yang bagus, dan siap untuk
menjadi advokat, yang kemudian diberikannya sertifikat
advokat. Namun dengan sertifikat advokat tidaklah cukup,
karena belum bisa beracara di pengadilan. Seorang calon
advokat untuk bisa beracara harus mendafarkan
identitasnya. Yang diminta agar dapat beracara di
pengadilan adalah berita acara mengenai sumpah, bahwa
seseorang memang telah disumpah dan diberikan
kewenangan oleh negara untuk menjadi advokat. Ketua
Pengadilan Tinggi setempat akan memberikan sumpah
sebagai bukti keterlibatan negara untuk mengangkat
seseorang menjadi advokat. Setelah disumpah, maka
seorang advokat memiliki kewenangan untuk mengikuti
suatu acara. Semua syarat ini merupakan syara kumulatif
dan bukan alternatif, artinya jika satu tidak bisa, maka
otomatis tidak mungkin bisa. Misalkan belum disumpah saja,
tetaplah tidak bisa menjadi advokat yang profesional. Semua
diatur dalam kode etik.
Bagaimana seseorang yang memiliki kebutuhan
khusus dapat menjadi advokat, tetaplah bisa asalkan

27
memenuhi segala persyaratan yang diatur dalam kode etik
advokat dan peraturan hukum yang berlaku. Tidak ada
diskriminasi terhadap orang-orang yang berkebutuhan
khusus. Tapi dalam praktiknya, orang-orang tersebut harus
dipertanyakan apakah memiliki kemampuan untuk
melakukan tindakan hukum dengan baik, jangan dipaksakan
jika memang tidak bisa. Lebih baik tidak usah menjadi
profesional advokat karena merupakan pekerjaan yang
sangat sulit. Yang bersangkutan harus tahu sendiri untuk
turun dalam medan pekerjaan yang sangat sulit.

28
G. Keahlian Profesi
Etika setiap profesi tercermin dari kode etik suatu
profesi yang berupa norma-norma dan harus diindahkan
oleh orang-orang yang menjalani profesi tersebut.
Normalnya orang-orang yang menjalani profesi tertentu
tergantung pada suatu organisasi, ikatan, maupun korps.
Adanya suatu kode etik dalam suatu profesi tertentu
menandakan bahwa profesi tersebut telah memenuhi
kriteria.
Secara garis besar di Undang-undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat dijelaskan syarat-syarat untuk
menjadi seorang advokat, hak dan kewajiban yang dimiliki,
kode etik profesi, honorarium, serta yang berwenang
mengangkat dan memberikan sumpah.
Dalam Undang-undang juga dijelaskan bahwa untuk
menjadi seorang advokat tidak ada diskriminasi yang
didasarkan pada jenis kelamin, agama, politik, keturunan,
atau latar belakang sosial dan budaya, hanya menjadi
seorang yang berkewarganegaraan Indonesia saja. Hal-hal
yang telah dijelaskan diatas tercantum dalam
Pasal 2 ayat 1, Pasal 3 ayat 1, dan Pasal 4 ayat 1
Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat,
yang berbunyi:

29
Pasal 2 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
"Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah
sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi
hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus
profesi Advokat yang dilaksanakan oleh
Organisasi Advokat"

Pasal 3 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat


"Untuk dapat diangkat menjadi advokat
Indonesia harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Warga Negara Republik Indonesia;
b. Bertempat tinggal di Indonesia;
c. Tidak berstatus sebagai pegawai
negeri atau pejabat negara;
d. Berusia sekurang-kurangnya 25
(dua puluh lima) tahun;
e. Berijazah sarjana yang berlatar
belakang pendidikan tinggi hukum
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat 1;
f. Lulus ujian yang diadakan oleh
Organisasi Advokat;
g. Magang sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun terus-menerus pada
Kantor advokat;
h. Tidak pernah dipidana karena
melakukan tindak pidana kejahatan
yang diancam pidana 5 (lima) tahun
atau lebih;

30
i. Berperilaku baik, jujur, bertanggung
jawab, adil, dan mempunyai
integritas yang tinggi."

Pasal 4 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2004 tentang Advokat


"Sebelum menjalankan profesinya, Advokat
wajib bersumpah menurut agamanya atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di sidang
terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili
hukumnya.”
Tidak hanya itu keahlian profesi advokat juga
didapatkan dari pendidikan serta pelatihan terlebih dahulu
dengan tujuan agar pengetahuannya meningkat dan
memiliki keterampilan di bidang hukum. Kemudian hal-hal
tersebut dibuktikan dalam bentuk sertifikat, kartu, dan bukti
sumpah bahwa orang tersebut telah disumpah menjadi
advokat.

31
H. Kepribadian Advokat
Kepribadian seorang advokat dalam profesi, hal yang
diatur dalam kepribadian jika dikumpulkan ada lima hal yang
diatur. Yang pertama adalah seorang advokat itu dilarang
untuk memiliki rangkap jabatan. Hal ini diatur sedemikian
rupa dikarenakan jabatan profesi advokat adalah suatu
pelayanan atau jasa pelayanan, tidak memproduksikan
suatu produk atau barang, melainkan jasa. Jasa ini harus
diperhatikan oleh seorang advokat, yaitu bahwa dalam
memberikan pelayanan jangan sampai rangkap jabatan.
Latar belakang dari pelarangan tersebut, karena jika dilihat
pekerjaan advokat itu memberikan jasa pelayanan kepada
masyarakat, benar-benar harus bisa fokus kepada
masyarakat itu sendiri, membicarakan hubungan antar
manusia, antar seorang advokat kepada klien. Maka pada
saat seorang klien membutuhkan advokat, seorang advokat
harus siap. Jangan sampai advokat tidak siap memberikan
pelayanan karena rangkap jabatan, saat klien membutuhkan
pelayanan, advokat tersebut tidak ada di tempat melainkan
di tempat lain karena jabatan lain. Inilah kenapa diaturnya
profesionalisme advokat untuk mencegah mencederai nama
advokat serta organisasi advokat itu sendiri. Karena seorang
advokat yang memberikan pelayanan yang tidak bagus akan

32
memberikan pandangan umum bahwa advokat pada
umumnya tidak baik. Maka organisasi tersebut tetap
mengawasi advokat-advokatnya dan jangan sampai advokat
itu rangkap jabatan. Menurut penjelasan dalam kode etik
dan peraturan hukum bahwa rangkap jabatan yang
dimaksud ada pada jabatan pegawai negeri atau jabatan
publik, namun juga sebenarnya tidak hanya itu saja.
Memanglah lebih baik tidak ada rangkap jabatan sama
sekali seperti direktur dari perseroan lain, yang nantinya
akan menyita waktu banyak sebagai seorang advokat. Jika
sudah memutuskan suatu pekerjaan tertentu, maka lebih
baik fokus pada pekerjaan tersebut, dan lepaslah jabatan
profesi sebagai advokat. Hal ini dilakukan untuk mencegah
agar ketidakfokusan seseorang advokat dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat atau kepada klien. Klien
merasakan hal pelayanan buruk, mereka tidak akan hanya
mengecap seseorang advokat adalah advokat yang buruk,
namun organisasinya tidak becus. Seorang advokat harus
menjaga nama baik, tetaplah seorang advokat dalam
pekerjaan satunya mengutamakan pekerjaannya dengan
pelayanan prima dan jangan sampai ada kekurangan.
Jalankan pekerjaan dengan baik sehingga klien tidak lari dan
malah merasa awet dengan advokat yang memberikan
pelayanan yang baik, dan merasa puas dan membantu
seorang advokat untuk menjual jasa. Jika tidak memberikan
pelayanan yang baik, maka klien akan kecewa, dia tidak
hanya berdiam saja, melainkan menceritakan pengalaman
kepada advokat yang buruk, sehingga kantor advokat disana
akan menjadi merasa kesepian. Ini adalah masalah moral,
tidak perlu rakus, fokuslah terhadap klien dan pekerjaan
sebagai advokat. Jika tetap dilanggar kode etiknya, maka

33
siap-siap untuk mendapat sanksi berupa teguran sampai
sertifikat dicabut dan dilaporkan kepada Mahkamah Agung,
dan membuat seorang advokat tidak bisa bekerja lagi
menjadi advokat dan menutup masa depan sebagai advokat.
Jangan sampai melanggar kode etik dan masalah moral
sebagai advokat, jangan sampai membuat kecewa seorang
klien.
Yang kedua adalah tanggung jawab seorang advokat
untuk mampu menjaga kerahasiaan klien. Pegang teguh
rahasia klien sebagai bentuk tanggung jawab moral seorang
advokat. Hal ini berhubungan dengan profesi kepercayaan,
seorang advokat harus merasa yakin, karena pekerjaan
seorang advokat adalah Officium Nobile, jangan sampai
merusak nama seorang advokat. Memanglah menjaga suatu
kepercayaan itu sangat sulit dan tidak mudah karena secara
manusiawi, kita itu senang untuk menyebarkan suatu
rahasia dan menceritakan kepada orang lain, ada rasanya
puas jika bisa cerita. Inilah pekerjaan seorang advokat untuk
menjaga rahasia klien yang disebut sebagai jabatan
kepercayaan dan juga sebagai profesi yang mulia.
Tanggung jawab ini merupakan salah satu yang diatur dalam
kode etik dan dibebankan kepada setiap anggota advokat.
Haruslah advokat memiliki keterampilan untuk menyimpan
suatu rahasia, karena ini masalah moral, jangan sampai
seorang advokat menjadi ember. Jangan sampai sebentar
baru diceritakan oleh klien, langsung disebarluaskan salah
satunya melalui media sosial ataupun media lainnya.
Kemampuan seorang advokat untuk memegang
kepercayaan klien.
Ketiga adalah sikap menghormati klien. Seorang
advokat memiliki jasa yang dibutuhkan oleh klien. Tidak

34
berarti orang yang membutuhkan jasa advokat adalah
seorang yang patut direndahkan, melainkan haruslah
dihargai. Justru advokat itu ada, karena ada klien, tanpa
klien, pekerjaan advokat tidak ada. Karena seorang klien
yang memberikan kehidupan advokat, yang memberikan
eksistensi advokat. Memanglah klien adalah seorang yang
membutuhkan bantuan advokat, dan juga seorang manusia.
Manusia yang harus dihargai karena sama spesies, punya
nyawa, kepribadian, dan hati, jika seorang advokat dapat
menghormati kliennnya, maka kliennya akan menghormati
advokat tersebut. Sikap menghormati sangatlah penting dan
diwujudkan oleh advokat kepada klien. Jangan sampai
anggap klien adalah seorang yang membutuhkan bantuan
advokat kemudian disepelekan seperti ada seorang klien
yang membutuhkan bantuan lalu ditahan di depan pintu
kantor saja tanpa dilayani sama sekali. Jika memang
menghormati, maka datangi dan bicarakan klien untuk
menunggu sebentar untuk istirahat didalam kantor. Itu akan
membuat klien merasa senang dan dihargai bahwa telah
diterima dan pasti akan dilayani. Inilah sikap kecil dalam
menghormati. Dalm hal lain, jika seorang klien yang sedang
bermasalah, maka tugas advokat sebagai penolong untuk
keluar dari masalah itu, jangan diibaratkan menolong itu
merugikan nama advokat itu sendiri. Menolong itu bukanlah
tindakan untuk menghindarkan seorang klien dari suatu
masalah, melainkan mengeluarkan dari permasalahan yang
dialami. Cari cara jalan keluar masalah klien. Misalkan
seorang klien sedang dicari polisi, jangan ikut dalam
menyembunyikan klien walaupun dalam arti menolong
sebenarnya, tapi itu sudah dianggap sebagai telah
menghalang-halangi tahap penyidikan dalam proses

35
perkara. Hal itu akan berakibatkan fatal dan dikenakan
pasal-pasal. Pelanggaran tersebut dinamakan sebagai
contempt of court, sehingga seorang advokat akan
kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan profesi
sebagai advokat. Salah satu kasus yang terjadi adalah
kasus Setya Novanto dengan salah satu pengacaranya
Fredrich Yunadi dengan dibuat-buat kasus menabrak tiang
listrik, dan terjadi perlukaan sehingga dibawa ke rumah sakit.
Seharusnya tindakannya membantu kliennya bukan dengan
cara menghalang-halangi karena akan merugikan namanya.
Bantulah klien tanpa cara melawan hukum yang berlaku,
hargailah dan hromati klien serta layani dengan baik. Jika
memiliki masalah, bantulah dia untuk mencari jalan keluar
dari masalah yang dihadapi. Misalkan kasus pembunuhan,
jangan disembunyikan, melainkan bantulah cari fakta hukum
yang dirasakan klien, seperti pembunuhan dilakukan karena
tidak sengaja atau untuk keperluan melindungi diri.
Keempat, advokat harus tidak boleh menolak suatu
perkara. Hal ini diatur dalam kode etik advokat. Walaupun
advokat memiliki hak untuk menolak perkara dengan dasar
yang kuat, tetaplah advokat tidak boleh semerta-merta
dengan sengaja untuk menolak perkara yang didatangkan
oleh klien. Seorang klien janganlah diusir secara halus
ataupun kasar, karena advokat dilarang untuk menolak
perkara. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 3 huruf e
Kode Etik Advokat, yang berbunyi:
“Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat
dan bantuan kepada setiap orang yang
memerlukan jasa dan/atau bantuan hukum
dengan pertimbangan oleh karena tidak sesuai
dengan keahliannya dan bertentangan dengan

36
hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak
dengan alasan karena perbedaan agama,
kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin,
keyakinan politik, dan kedudukan sosialnya.”
Advokat tidak boleh menolak karena perihal
perbedaan status ekonomi, aliran politik, agama, budaya-
sosial, karena nantinya dapat dikenakan sanksi. Seorang
advokat memiliki moral untuk menghargai siapapun yang
berbayar maupun tidak, yang seiman atau tidak, yang
memiliki aliran politik sama ataupun beda, budaya yang
sama atau tidak, layani semua dengan tanpa membeda-
bedakan. Tetapi seorang advokat dapat menolak kalau
alasan yang kuat, hal tersebut tercantum dalam Pasal 3
huruf a dan Pasal 4 huruf g Kode Etik Advokat, yang
berbunyi:
Pasal 3 huruf a Kode Etik Advokat
"Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat
dan bantuan hukum kepada setiap orang yang
memerlukan jasa atau bantuan hukum dengan
pertimbangan oleh karena tidak sesuai dengan
keahliannya dan bertentangan dengan hati
nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan
alasan karena perbedaan agama, kepercayaan,
suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik,
dan kedudukan sosialnya."
Pasal 4 huruf g Kode Etik Advokat
"Advokat harus menolak mengurus perkara yang
menurut keyakinannya tidak ada dasar
hukumnya."
Yang pertama, seorang advokat tidak boleh menolak
perkara dikecualikan atas dasar yang kuat. Karena

37
utamanya pekerjaan advokat menguatamakan pada
pelayanan yang bagai pedang bermata dua, memberikan
pelayanan jasa dan pelayanan bantuan. Pelayanan bantuan
itu adalah pelayanan gratis bagi yang tidak mampu. Namun
jika dirasa seorang advokat yang mau membela tapi
nantinya akan menempatkan posisinya sulit untuk membela
atau tidak bisa membela secara maksimal, maka tetaplah
berikan pelayanan dengan tunjukkan pelayanan tersebut
kepada advokat lainnya. Misalkan memiliki keputusan hati
nurani, di mana advokat sudah menetapkan untuk perkara
tertentu, advokat tidak mau melayani, artinya jika advokat itu
melayani akan bertentangan dengan hati nurani. Karena jika
tetap dilayani, akan bertentangan dengan hati nurani dan itu
akan mengganggu pekerjaannya sebagai advokat. Hal ini
suatu yang tidak bisa diganggu gugat. Adapun contoh
lainnya, seorang klien ingin dibantu advokat untuk
menggugat kepada saudara advokat, sebelumnya advokat
tersebut tidak tahu, namun setelah mengetahui, maka
secara moral apakah advokat bersiap untuk membantu
menggugat saudaranya sendiri. Posisi advokat tersebut
akan tidak maksimal karena membantu klien untuk
menggugat saudaranya. Jangan sampai advokat mau
menempatkan dirinya pada posisi yang sulit agar tidak
menyulitkan klien juga.
Kelima, di mana sebelumnya keempat hal tersebut
berkaitan dengan masalah moral, hal ini diatur dalam kode
etik juga di mana seorang advokat memiliki integritas. Tidak
boleh plin-plan, berkata seperti itu, tapi aksinya seperti ini.
Orang yang memiliki integritas adalah yang tampil di luar
adalah representasi yang dalam. Yang dalam dan luar harus
sama, lebih konkritnya yang dibicarakan adalah harus sama

38
dengan yang dijalankan. Jangan yang dibicarakan itu
tentang kehebatan saja namun dalam praktiknya zero.
Orang yang memiliki integritas harus sama dengan yang
diwujudkan. Janganlah hanya janji dan omong kosong yang
dikeluarkan, melainakn sebagai orang yang integritas tetap
dijaga dan direalisasaikan dengan langkah yang konkrit.
Seorang advokat harus melaksanakan pelayanan yang baik
sesuai kode etik dan peraturan yang berlaku, berkontribusi
kepada klien. Seorang advokat harus memiliki integritas dan
moral karena, pekerjaan advokat itu selalu dipertaruhkan.

39
I. Hubungan Advokat dengan Klien
Hubungan konkrit bersama klien adalah suatu yang
penting dan diatur dalam kode etik juga. Beberapa pasal
dalam kode etik sudah mengatur hubungan klien dengan
advokat. Agar semua advokat memiliki pedoman bagaimana
cara menetapkan atau membuat langkah konkrit dalam
berhubungan bersama kliennya. Salah satunya adalah
kewajiban dan tanggung jawab moral advokat itu bagaimana
cara melindungi kliennya. Tugas mengenai kewajiban adalah
tanggung jawab moral advokat, eksistensi advokat itu ada
pada klien, maka ia memiliki tanggung jawab cara
melindungi kliennya. Menghormati sekaligus melindungi
klien, jangan perlakukan semena-mena melainkan
melindungi dia secara kemanusiaan, harkat dan martabat
klien itu dilindungi.
Pertama, seorang advokat wajib melindungi klien
dalam pengertian bagaiaman supaya klien dalam setiap
proses perkara terutama dalam perkara pidana, advokat
memiliki tanggungjawab melindungi klien dari tahap proses
penyidikan, dakwaan bahkan sampai penghukuman.
Pengertian melindungi harus dilihat pada sisi postif,
bagaimana menjaga atau merawat, melindungi dia dari
suatu tindakan, karena mempersoalkan hak asasi seorang
klien, hak asasi klien dijaga, sehingga klien tidak

40
diperlakukan semena-mena, bahwa dia memiliki masalah,
bahwa dia mungkin dicap sebagai yang bersalah, tapi hak
sebagai warga negara dan manusia untuk dilindungi. Jangan
sampai karena dia menjadi tersangka atau terdakwa, maka
dilakukan semena-mena. Ada dalam kode etik, bahwa
advokat wajib melindungi klien dalam setiap tahap perkara.
Kalaupun ada seseorang ditangkap dan ditahan dalam
rangka penyelidikan, maka penyidik atau polisi akan
bertanya kepada tersangka, apakah siap untuk didampingi
oleh klien, bahwa kalau klien menolak bukan salah advokat.
Kalau bilang iya, advokat harus memberikan perlindungan
kepada klien. Memanglah kewajiban advokat untuk
melindungi dan bukanlah sekedar mengakui kesalahan
ataupun membela kesalahannya, misalnya koruptor yang
dibela. Bukan tindak pidana korupsi yang dibela ataupun
tindak kejahatannya, melainkan kemanusiaan yang
dilindungi, dengan hak-hak asasi yang terikat dimana tidak
boleh diperlakukan semena-menanya dalam setiap proses
tingkat pemeriksaan. Perlindungan ini dalam konteks
positifnya untuk melindungi klien dari tindakan semena-
mena di kepolisian, kejaksaan, bahkan pengadilan. Inilah
tanggung jawab moral advokat dan bukan melindungi klien
dalam konteks negatif seperti melawan hukum. Misalnya
tindakan menghalang-halangi proses hukum karena
akibatnya bisa fatal, jadi lakukanlah dengan cara yang
hormat dan legal. Lindungilah klien dalam konteks hak
asasinya sebagai manusia.
Kedua, seorang advokat sudah memutuskan suatu
ikatan dengan seorang klien, seperti sepakat untuk
menangani perkaranya, dan memberikan surat kuasa yang
telah ditandatangani dan memberikan kuasa kepada

41
advokat, disitulah mulainya hubungan advokat bersama
kliennya. Hal ini berbasis pada kontrak, dan tanggung jawab
advokat bahwa dia dalam hal membela kliennya, tidak boleh
mengundurkan diri secara semborono. Jangan dengan
sembarangan memutuskan kontrak dengan klien, melainkan
selesaikan tugas sampai selesai, jangan putuskan kontrak
tanpa dasar atau alasan yang kuat. Contoh kasus Setya
Novanto dengan pengacara barunya Otto Hasibuan, di mana
sudah menandatangani atas surat kuasa dan bersedia
memberikan bantuan. Tetapi dalam prosesnya Setya
Novanto merasa hubungan dengan pengacaranya tidak bisa
berjalan dengan bagus, karena dari pandangan Otto, setiap
tindakan yang dilakukan tidak dipandang oleh kliennya,
karena tidak memberikan manfaat sebagai pembelanya.
Akhirnya Otto mengundurkan diri karena pertimbangannya
kehadirannya tidak memberikan manfaat sebagai
pembelanya. Memanglah sudah diatur dalam kode etik
bahwa melarang advokat untuk mengundurkan diri dengan
sembarangan terhadap kontrak yang telah dibuat bersama
kliennya, tetapi dengan alasan yang kuat ataupun dasar
yang cukup maka boleh mengundurkan diri. Misalkan alasan
yang tidak cukup, bahwa karena pembayaran yang tertunda,
padahal pembayaran itu bisa dipastikan nantinya, karena
klien masih bisa mencari dana nanti atau masih memiliki niat
baik untuk memenuhi pembayaran tersebut. Jadi advokat
memanglah tidak boleh memutuskan diri atas hubungan
kontrak bersama klien dengan sembarangan melainkan
alasan dan dasar yang memadai.
Ketiga, tidak boleh menjadikan klien sebagai tempat
mencari keuntungan. Klien bukanlah tempat keuntungan
atau tempat sapi perah. Konteksnya adalah seorang advokat

42
melihat kalau klien datang dengan berbagai latar belakang
dengan sosial-ekonomi yang tinggi. Jadi bisa saja klien
datang dari status ekonomi yang tinggi maupun yang
rendah, jadi bervariasi. Dua-duanya, advokat tetap wajib
memberikan pelayanan kepada dua-duanya, tidak boleh
dengan dasar perbedaan status ekonomi maka menolak
klien tersebut. Advokat harus memiliki dan melayani kepada
klien yang have dan have not. Artinya terhadap mereka yang
tidak mampu, jangan seorang advokat paksakan bayar.
Seorang advokat artinya pelayanan yang tidak terbatas bagi
yang mampu, melainkan pada yang tidak mampu juga, dan
kualitas pelayanan terhadap keduanya harus sama. Advokat
tidak boleh melihat klien sebagai tempat mencari
keuntungan. Bagi yang mampu, mereka boleh diberikan
charge, tapi bagi yang tidak mampu, jangan diberikan beban
tambahan. Advokat yang sengaja tetap memberikan charge
kepada orang yang tidak mampu, maka akan menimbulkan
masalah baru karena pasti dia tidak memiliki uang, sehingga
dia harus meminjam uang lagi sehingga membuat masalah
baru lagi. Jangan jadikan klien sebagai tempat keuntungan,
maka sampai yang tidak mampu, jangan paksakan mereka
membayar. Berikanlah pelayanan yang gratis. Seorang
advokat memberikan pelayanan bagaikan pedang bermata
dua, bahwa satunya memberikan pelayanan jasa, yang
menuntut adanya fee dan satunya adalah pelayanan
bantuan yang tidak menuntut adanya fee. Kemudian klien
yang mampu walaupun mampu, seorang advokat tidak boleh
mencari-cari kesempatan untuk menjadikan klien sebagai
tempat yang berangsur-angsur. Lakukanlah pelayanan
sesuai dengan kesepakatan yang awal, misalkan jika
kesempakatan awal sudah mencapai sekian jumlah uang,

43
namun dalam prosesnya, advokat meminta lagi tambahan
uang, walaupun dia sudah tahu kliennya mampu, padahal
advokat tersebut tidak ada rencana pengeluaran atau tidak
ada bukti kepada klien, sekedar pembicaraan saja, hal
tersebut sudah dilarang karena menjadikan klien sebagai
tempat mencari keuntungan. Tidaklah boleh membebani
klien dengan beban yang lebih dari kesepatakan yang sudah
disepakati sebelumnya. Jangan advokat mencari-cari cela
agar klien membayar lebih.
Keempat, seorang advokat jangan menjaminkan
kepada klien berupa kemenangan, jadi pada saat klien
berkonsultasi kepada advokat, kemudian dinilai posisi
kasusnya bahwa diatas angin atau dibela itu gampang dan
pasti menang. Janganlah advokat mengatakan jaminan
bahwa kliennya akan menang dalam suatu proses hukum.
Karena pada konteks situasi pengadilan negara Indonesia
bagaikan supermarket. Juga seorang advokat jangan
gegabah untuk mengatakan semacam hal tersebut,
walaupun sudah tahu secara subtansi hukum bisa menang
secara mutlak. Karena dalam proses perkaranya, seorang
advokat tidak tahu kedepannya apa yang akan terjadi atau
bisa terjadi. Barangkali di tengah jalan, lawannya memiliki
bukti yang lebih kuat sehingga bisa memperkuat dalil yang
diberikannya yang kemudian mementahkan gugatan yang
diajukan oleh klien advokat. Maka jangan sampai
membicarakan mengenai kepastian menang, karena tidak
tahu dalam proses yang terjadi, pihak lawan bisa saja lebih
unggul pada nantinya. Kemudian keadaan supermarket
dalam pengadilan negara Indonesia di mana situasinya
terbuka, ramai, dan tawar-menawar, terjadilah jual-beli. Juga
tidak perlu datang ke supermarket saja melainkan telepon

44
dengan pihak yang berkaitan di supermarket sehingga
barang sudah jadi sebelum datang. Jadi artinya putusan itu
bisa saja sudah dipesan tanpa perlu datang ke pengadilan
melalui gugatannya, misalkan seorang advokat menjanjikan
kemenangan atau bicara kepada kliennya bahwa nantinya
akan menang, beres. Padahal ternyata pihak lawan adalah
orang yang mampu sehingga membeli putusan sehingga
saat menghadapi putusan, menjadikan klien advokat pihak
yang kalah, maka bagaimana pertanggungjawaban advokat
dengan perkataannya kepada kliennya atas jaminan
kemenangannya. Taruh muka advokat tersebut mau di mana
dalam menghadapi klien. Jadi jangan janjikan kemenangan
karena seorang advokat maupun yang lain tidak bisa
mengetahui ke depannya bagaimana. Lebih baik, advokat
membicarakan akan berusaha secara maksimal kepada
klien, sehingga pada saat kalah, advokat merasa tidak apa-
apa karena tidak menjanjikan kemenangan kepada klien,
sehingga tetaplah advokatnya dihargai. Inilah cara menjaga
image seorang advokat kepada klien dengan tidak
menjaminkan suatu kemenangan melainkan dengan usaha
yang maksimal
Kelima, advokat harus menjamin kebebasan kliennya.
Jangan sampai advokat menyandera klien, misalkan ada
seorang klien datang untuk berkonsultasi dengan
menyerahkan kasusnya kepada advokat. Nantinya advokat
berkata akan mempertimbangkan lagi terhadap kasus
perkaranya dengan pihak advokat lain, maka klien tetaplah
memiliki keputusan yang bebas. Jangan advokat
memaksakan kehendak advokat dengan kliennya, seperti
kliennya sudah berkonsultasi dengan advokat lalu advokat
itu tetap teguh untuk mengharuskan kliennya menyelesaikan

45
perkara bersama dengan advokatnya, tidak boleh lari ke
advokat lain, untuk mengikat, memakai jaminan tanah atau
tahan KTP klien. Inilah yang dimaksud dengan sandera
terhadap klien dimana tidak boleh dilakukan seorang
advokat. Advokat harus bisa memberikan kebebasan
kepada kliennya khususnya pada awal proses berpekara.
Kalaupun pada proses perjalanan perkara, misal kliennya
menyadari bahwa advokatnya tidak sesuai dengan harapan
klien sehinggga memutuskan hubungan kontrak dengan
advokat, advokat tidak boleh melarang kliennya untuk
memutuskan kontraknya. Advokat harus memberikan
kebebasan kepada kliennya untuk mengambil keputusan
dan kesempatan untuk memilih advokat lainnya. Sampai
klien yang mendapat advokat yang baru, janganlah sampai
advokat tersebut membangun kebencian terhadap kliennya,
melainkan bangunlah dan berikanlah kebebasan kepada
klien. Kontrak kerja antara klien dengan advokat hanya
sampai pada surat kuasa sehingga klien memang harusnya
memiliki kebebasan. Kecuali advokat dalam perusahaan
mengenai perjanjian kerjasama dimana ada kontrak yang
lebih riil.

46
J. Hubungan Advokat dengan Teman Sejawat
Dalam kode etik juga mengatur hubungan advokat
dengan teman sejawat. Jangan sampai karena mencari
makan, berebutan klien dan permusuhan terjadi. Seorang
advokat jangan melihat lainnya sebagai seorang musuh
melainkan teman seperjuangan yang membela hukum dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Memberikan
pelayanan bukanlah dengan membuka permusuhan
melainkan saling support cara memberikan pelayanan yang
terbaik. Cara untuk berhubungan dengan teman sejawatnya,
yang pertama harus menjaga nama baik antara teman
sejawat. Jagalah nama baik sesama advokat apalagi
didepan klien. Walaupun barangkali dengar teman advokat
kurang ini dan itu, tapi janganlah menceritakan kejelekan
teman advokat untuk menjaga nama baik dan bukan
merusak nama baik. Walaupun dengan maksud klien agar
tidak kesana dan klien akan menceritakan kepada teman
klien lainnya untuk tidak datang kesana, malah ternyata
melakukan suatu langkah yang keliru, sebagai teman
seperjuangan harus saling support. Barangkali karena suatu
hari teman advokat dapat membantu advokat tersebut,
misalkan teman advokat tidak dapat menangani perkara dan
memberikan referensi kepada advokat untuk menangani
kasus, sehingga inilah salah satu bentuk cara pertolongan

47
dan support sesama advokat. Jagalah nama baik dan malah
menceritakan yang baik tentang teman sejawat advokat.
Inilah tanggung jawab moral advokat yang walaupun diatur
dalam kode etik juga, ada moral sebagai advokat untuk
menjaga dan menghormati teman sejawatnya
Kedua, jangan sampai advokat mencuri klien dari
teman advokat. Misalkan kliennya sudah berhubungan
dengan advokat tertentu, kemudian advokat lainnya
mengatakan langsung putuskan hubungannya, datang ke
advokat lainnya saja. Inilah niat yang dilarang yakni mencuri
klien advokat lain. Janganlah mencaplok klien advokat
lainnya. Jangan menghasut atau mengatakan kepada klien
dari advokat lain untuk jangan membawa perkara kepada
teman advokat melainkan dukunglah klien tersebut dengan
advokat yang berhubungan dengan kliennya. Jadilah teman
sejawat yang baik, yang tidak mencuri klien advokat lainnya.
Ketiga, advokat dalam hubungan dengan sahabat,
teman pekerjaan adalah sebagai saudara seperjuangan,
sahabat dalam pekerjaan, teman dalam perjuangan dan
bukan musuh. Misalkan ada dua teman baik dan keduanya
sebagai advokat, namun dalam proses persidangan,
diperbolehkan kedua-duanya membela dan bertarung
secara habis-habisan terhadap kasus perkara karena demi
kepentingan kliennya. Beraguman dengan alasan yang kuat
saat dalam proses persidangan, namun setelah keluar
persidangan, advokat harus melihat advokat lain sebagai
teman seperjuangan yang membela kepentingan klien dan
menjalankan profesi serta memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Tetapi dalam hal seperti ini, advokat harus
memberikan pemahaman kepada klien advokat bahwa
sebagai advokat dan teman seperjuangan diluar pengadilan,

48
karena klien bisa saja salah sangka dan muncul kecurigaan.
Misalkan ada dua advokat yang bertempur secara habis-
habisan saat didalam persidangan, namun diluar malah baik-
baikkan, sehingga membuat bingung klien. Maka jelaskan
kepada klien bahwa memanglah sesama advokat itu teman
dan bukanlah musuh, musuh dalam persidangan. Janganlah
sampai banting muka.
Keempat, pada suatu saat, kemungkinan besar ada
klien yang tidak merasa nyaman dengan seorang advokat,
kemudian mencari advokat lain. Jadi advokat yang baik
harus memberikan kebebasan kepada advokat lain,
sementara jangan sampai klien itu pindah ke advokat lain
dan dianggap sebagai advokat tersebut sebagai musuh atau
pencuri klien. Lihatlah niat dari klien saja, namun juga jangan
sampai memusuhi advokatnya juga. Jadikan sebagai bahan
introspeksi diri bagaimana kedepannya advokat dapat
memperlakukan klien dengan baik, karena bisa saja
kesalahan diri sendiri, pelayanan yang kurang, maka ada
ruang untuk ditingkatkan. Perhatikanlah semua tanggung
jawab moral advokat apalagi dalam berhubungan dengan
teman sejawatnya.

49

You might also like