You are on page 1of 4

Percobaan Mampu dan Tidak Mampu

Percobaan Mampu dan Tidak Mampu timbul sehubungan dengan telah dilakukannya
perbuatan pelaksanaan tetapi delik yang dituju tidak selesai atau akibat yang terlarang
menurut UU tidak timbul. Tidak selesainya delik atau tidak timbulnya akibat terjadi karena
tidak mampunya objek atau karena tidak memiliki alat yang digunakan, Perbedaan percobaan
mampu dan tidak mampu hanya ada dalam penganut percobaan objektif karena titik beratnya
terdapat pada sifat berbahayanya perbuatan.
Menurut M.v.T
Percobaan mampu tidak mampu berdasarkan objek :
Jika pada kejahatan tertentu diperlukan adanya objek, maka percobaan melakukan kejahatan
itupun harus ada objeknya. Jika tidak ada objek maka tidak ada percobaan
Percobaan mampu tidak mampu karena alat:
Tidak mampu mutlak, bila dengan alat itu tidak pernah mungkin timbul delik selesai. Tidak
mungkin ada delik percobaan
Tidak mampu relatif, bila dengan alat itu tidak menimbulkan delik selesai karena justru hal
ikhwal yang tertentu dalam mana si pembuat melakukan perbuatan atau justru karena keadaan
tertentu dalam mana si pembuat melakukan perbuatan atau justru karena keadaan tertentu dalam
mana orang yang dituju itu berada. Hal ini mungkin ada delik percobaan

Ketidakmampuan relatif terbagi menjadi dua segi:


 Keadaan tertentu dari alat pada waktu si pembuat melakukan perbuatan
 Keadaan tertentu orang yang dituju

Ukuran yang dikemukakan M.v.T


a. Alat itu dapat dilihat dapat dilihat sebagai jenis tersendiri dan dapat dilihat keadaan
konkretnya
I. Dilihat sebagai jenis sendiri, contoh : gula adalah alat yang tidak mampu untuk
membunuh sedangkanwarangan mampu
II. Dilihat dari keadaan konkretnya, alat yang umumnya mampu membunuh dapat
menjadi tidak mampu bila keadaannya tidak memenuhi
b. Orang yang dituju dapat dilihat secara abstrak untuk rata-rata orang dan dapat dilihat dari
keadaan konkret tertentu
I. Secara abstrak, gula adalah alat yang tidak mampu untuk membunuh. Tetapi bagi
orang berpenyakit gula, memberikan gula dapat membunuh
II. Keadaan konkret, warangan 5mg merupakan alat yang mampu membunuh. Tetapi
hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang sudah terbiasa dengan warangan
ABSOLUT DAN RELATIVITAS ALAT ditentukan oleh :
1. Cara berpikir pelaku
2. Kehendak pelaku
Contoh :
Senapan kosong – secara mutlak menjadi alat yang tidak mampu untuk membunuh. Menurut
cara berpikir pelaku, membunuh dengan menembak senapan harus dengan terisi peluru. Senapan
yang kosong menjadi tidak mampu untuk membunuh sehingga pelaku dapat memutuskan
kehendaknya untuk tidak menggunakan senapam kosong untuk membunuh. (secara mutlak)
Sedangkan pelaku lain mempunyai cara bepikir bahwa senapan kosong dapat digunakan untuk
membunuh dengan cara memukulkan popor senapan dikepala korban. ,maka dia
memutuskankehendak untuk menggunakan senapan kosong dengan cara memukulkan popornya
ke kepala korban. (relatif mampu)
SIMONS
Ada percobaan yang mampu, apabila perbuatan yang menggunakan alat tertentu itu dapat
membahayakan benda hukum. Tidaklah perlu bahwa bahaya itu harus nyata-nyata ada dalam
keadaan khusus dimaana perbuatan itu dilakukan. Jika menurut keadaan normal dengan alat
tersebut tidaklah akan ditimbulkan delik, maka dalam hal demikian tidak ada percobaan yang
mampi. Sebaliknya jika alat yang pada umumnya tidak berbahaya, tetapi dalam keadaan
tertentu dapat membahayakan dan dengan sengaja pula alat itu digunakan, maka persangkaan
bahwa alat itu tidak berbahaya akan leyap dengan diajukan bukti-bukti sebaliknya. Perbuatan
demikan lalu dapat dipidana.
POMPE
Ada percobaan mampu, jika perbuatan atau alat yang digunakan mempunyai
kecenderungan atau menurut sifatnya mampu untuk menimbulkan delik selesai.
Selanjutnya dikatakan oleh Pompe bahwa penentuan ketidakmampuan yang absolut atau
relative itu janganlah dilihat secara abstrak, tetapi harus dilihat secara konkret dalam
keseluruhan perbuatan.
VAN HATTUM
Dalam menentukan percobaan mampu atau tidak, Van Hattum seperti halnya Simons dan
Pompe jelas-jelas menggunakan hubungan kasual yang adekuat. Dikatakan ada percobaan
yang mampu, apabila perbuatan terdakwa ada hubungan kasual yang adekuat dengan akibat
yang dilarang UU. Dalam menggunakan hubungan kasual yang adekuat itu, menurut van
Hattum yang penting adalah bagaimana merumuskan perbuatan terdakwa yang bersangkutan.
Dalam merumuskan perbuatan terdakwa secara adekuat kasual itu, van Hattum memberikan
ukuran/pedoman sebagai berikut:
a. Hal-hal yang terjadi secara kebetulan jangan dimasukkan, karena rasa keadilan tidak
membenarkan hal demikian memberi keuntungan kepada si pembuat;
b. Hal-hal yang merintangi selesainya kejatahatan yang dituju jangan dimasukkan, apabila
pada hakekatnya perbuatan terdakwa membahayakan benda/kepentingan hukum
Contohnya mencoba mencuri ikan dari penangkap ikan yang ternyata kosong atau
mencoba mencuri uang dari tas yang ternyata kosong. Sehubungan dengan hal-hal konkret ini,
van Hattum menyatukan bahwa makin banyak hal-hal konkret yang dimasukkan dalam
merumuskan (memformulasikan) perbuatan terdakwa, maka ketidakmampuan yang relative
akan menjadi ketidakmampuan yang absolut.
MULYATNO
Prof. Mulyatno tidak mendasarkan pada teori adekuat kasual karena kenyataannya dalam
percobaan tidak sampai menimbulkan kejahatan yang dituju. Ukuran yang digunakan beliau
dikembalikan pada ukuran/dasar patut dipidananya percobaan, yang menurut beliau sama
dengan ukurang patut dipidananya suatu delik, yaitu adanya perbuatan yang bersifat melawan
huku. Jadi ukurannya tidak ditetapkan secara kausatif tetapi secara normatif.
Menurut Prof. Mulyatno dikatakan ada percobaan yang mampu apabila perbuatan terdakwa
mendekatkan pada terjadinya delik selesai sedemikian rupa sehingga merupakan perbuatan
yang melawan hukum. Perbuatan itu harus menggelisahkan masyarakat atau tidak pantas
dilakukan.
Ukuran yang digunakan Prof. Mulyatno itu didasarkan pada Eindruks theorie yang berasal
dari Von Bar. Menurut teori ini, sudah cukup dikatakan ada percobaan yang mampu apabila
dalam keadaan tertentu ada perbuatan yang menimbulkan kesan keluar bahwa ada permulaan
perbuatan yang dapat dipidana.
Eindrucks teori jika di terapkan pada percobaan tidak mampu karena objeknya maka
tetap percobaannya dikatakan mampu karena eindrucks teori menitikberatkan pada
perbuatan yang menimbulkan kesan buruk dimasyarakat jadi walaupun objeknya
dikatakan tidak mampu, percobaannya dikatakan mampu. Jadi akibatnya terhadap
percobaan tidak mampu karena objeknya adalah eindrucks teori menganulir percobaan
tidak mampu karena objeknya sebagaimana ditegaskan oleh M.v.T. sehingga ada
percobaan tidak mampu karena objeknya
Apabila suatu perbuatan dipandang dari sudut masyarakat telah menimbulkan kesan
mengganggu atau melukai tata hukum, dan oleh karena itu telah menggoncangkan kesadaran
umum mengenai kepastian berlakunya tata hukum tadi, maka perbuatan demikiran sudah
mengandung bahaya. Dengan demikian ternyata, menurut Mezger, bahwa di dalam teori
kesan terdapat azas general-preventive.
Misal, perbuatan orang yang hendak membunuh dengan senjata yang ternyata kosong atau
macet pelurunya, atau pencuri yang merogoh kantong orang lain yang ternyata kosong.
Perbuatan-perbuatan demikian dilihat dari teori kesan sudah merupakan percobaan yang
mampu dan oleh karenanya dapat dipidana, karena ada kesan dari luar yaitu dari sudut
masyarakat bahwa perbuatan-perbuatan itu telah mengganggu/melukai tata hukum.

You might also like