You are on page 1of 6

JURNAL

Journal of Education and Social Research, November 2020, Volume 10 No 6, E-ISSN


2240-0524, ISSN 2239-978X

JUDUL ARTIKEL
ASLI: The Causes, Prevalence, and Interventions for Dyscalculia in Malaysia
TERJEMAHAN: Penyebab, Prevalensi, dan Intervensi Diskalkulia di Malaysia

PENULIS
Mohammad Amimul Ihsan Aquil dan Mazeyanti Mohd. Ariffin
Department of Computer and Information Sciences
Universiti Teknologi Petronas, Malaysia

LINK
https://www.richtmann.org/journal/index.php/jesr/article/view/12273

LATAR BELAKANG
Diskalkulia mengacu pada ketidakmampuan belajar spesifik yang mempengaruhi
kemampuan untuk memperoleh keterampilan aritmatika, pemahaman masalah matematika
numerik dan bekerja dengan angka. Tingkat prevalensi Diskalkulia berkisar antara 3
hingga 6.5% menurut Shalev dalam (Ihsan Aquil & Mohd. Ariffin, 2020) berdasarkan
penelitian yang dilakukan di berbagai negara. Bukti penelitian telah menunjukkan
beberapa faktor penyebab Diskalkulia itu merujuk pada kemampuan multifaktor, termasuk
fungsi eksekutif, verbal, spasial, dan memori. Dari perspektif neuropsikologi dan
epidemiologi, diskalkulia adalah gangguan berbasis otak dan berpendapat bahwa
diskalkulia disebabkan oleh disfungsi belahan otak kiri dan kanan.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk memberikan gambaran tentang Diskalkulia berdasarkan perspektif tenaga
kesehatan profesional.
2. Untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pendidik dalam menilai siswa
Diskalkulia.

KERANGKA KONSEP
1. Definisi Diskalkulia
Diskalkulia adalah gangguan belajar spesifik yang namanya datang dengan
sejumlah variasi belajar seperti ketidakmampuan belajar, kesulitan belajar, gangguan
belajar atau perbedaan belajar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
diskalkulia adalah ketidakmampuan belajar matematika sebagai keadaan
perkembangan pikiran yang terhenti. Sebagian besar peneliti di Malaysia
mendefinisikan diskalkulia sebagai ketidakmampuan untuk memperoleh keterampilan
aritmatika dan memahami konsep angka.
2. Karakteristik Diskalkulia
Karakteristik diskalkulia bisa ditemukan dalam Buku Layanan Pendukung
Pembelajaran (Learning Support Services Booklet) dengan judul “what is
Dyscalculia?” yaitu sebagai berikut:
a) Tidak dapat melihat sesuatu tanpa menghitung khususnya dalam skenario yang
melibatkan jumlah kecil.
b) Kemampuan bernalar dalam bilangan buruk. Misalnya tidak mampu
membedakan angka mana yang besar dari dua, kesulitan menghitung angka
mundur, dll.
c) Terlalu sering menggunakan jari sebagai strategi menghitung daripada
mengandalkan metode perhitungan yang efisien dan bingung terhadap simbol-
simbol matematika sederhana seperti “+” dan “−“.
d) Sulit dalam pengelolaan uang.
e) Kesulitan membedakan waktu. Misalnya sulit menebak waktu dari jam tangan
analog.
f) Memiliki masalah terhadap memori. Misalnya mengalami kelemahan dalam
memori jangka pendek, bingung dengan urutan dan arah, kesulitan dalam
mempelajari tabel matematika.
3. Penyebab Diskalkulia
Anak-anak dengan gangguan diskalkulia menunjukkan aktivitas yang berkurang
secara signifikan di daerah otak yang termasuk dalam jaringan saraf pemrosesan
kuantitas dan angka selama pemrosesan tugas komputasi sederhana. Ini mungkin
akibat dari defisiensi genetik kompetensi inti bawaan yang menyebabkan fungsi
kognitif tertentu tidak berkembang sesuai dengan tugas perkembangan. Studi “Family
and Twin” menunjukan bahwa diskalkulia ini bersifat genetik dalam kutipan (Ihsan
Aquil & Mohd. Ariffin, 2020). Adapun asumsi lain menyebutkan bahwa ini adalah
faktor psikologi yang bisa dikarenakan trauma berlebihan atas matematika yang bisa
saja disebabkan pengalaman buruk terkait pembelajaran matematika.
4. Prevalensi Diskalkulia
Tingkat prevalensi diskalkulia sebagian besar masih belum diketahui. Ada banyak
studi yang mengungkapkan berbeda-beda. Namun, dari banyaknya penelitian yang
ada, dapat diketahui bahwa data prevalensi menunjukkan variasi sekitar 3-7%. Studi
Keong (2016) melakukan penelitian dengan hasil 4.38% anak perempaun dan 3.47%
anak laki-laki menderita diskalkulia di Malaysia.
5. Diagnosis Diskalkulia
Skrining diskalkulia dapat dilakukan dengan beberapa cara. Beberapa peneliti
mengungkapkan untuk mendiagnosis diskalkulia bisa juga diterapkan tes seperti
kombinasi angka, masalah cerita, perhitungan nonverbal, perbandingan angka,
pengenalan angka dan tes penghitungan sederhana lainnya.
Saat ini, di Malaysia belum memiliki instrumen standar yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis Diskalkulia. Namun, ada sejumlah upaya pengembangan
instrumen yang dikembangkan oleh Wong pada tahun 2013 dinamakan “Malaysian
Dyscalculia Instrument Plus” (MDI+). Skrining ini dibangun atas sistem komputer
yang mengukur empat variabel termasuk aritamatika, numerasi, memori jangka
pendek, dan waktu reaksi sederhana. Skrining ini didasarkan pada skrining yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Butterowtyh dan Geary.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus interpretatif
di Malaysia. Studi ini mengandalkan dua kategori penelitian termasuk wawancara semi
tersturktur dan penelitian berbasis literatur. Wawancara semi terstruktur digunakan
sebagai alat pengumpulan data utama karena sangat baik dalam memungkinkan peneliti
untuk belajar secara langsung tentang perspektif orang-orang tentang subjek yang dipilih
sebagai fokus proyek. Dengan wawancara semi terstruktur, pewawancara kemungkinan
akan memperoleh wawasan tentang keyakin, sikap, preferensi, dan nilai-nilai populasi
penelitian. Metode yang digunakan adalah metode “convience sampling” dan dilakukan
dengan menghubungi tenaga kesehatan melalui email.
Soal-soal wawancara semi terstruktur disusun sedemikian rupa sehingga
mengungkapkan persepsi dokter dan guru pendidikan luar biasa tentang diskalkulia.
Adapun pertanyaan yang diajukan sebagai berikut:
1) Menurut Anda sendiri, apa itu Diskalkulia? Tolong jelaskan.
2) Apa saja gejala pasien Diskalkulia dan bagaimana cara mendiagnosisnya?
3) Apa penyebab utama Diskalkulia menurut Anda di Malaysia?
4) Apakah ada instrumen diagnosis Diskalkulia, pedoman, atau praktik terbaik yang
ingin Anda rekomendasikan untuk diagnosis Diskalkulia?
5) Menurut Anda, berapa usia yang ideal untuk melakukan diagnosis Diskalkulia?
6) Jika anda ingin program computer membantu Anda mendiagnosis Diskalkulia, fitur
atau komponen apa yang ingin Anda miliki?
7) Apakah menurut Anda kebijakan standar akan membantu anak-anak Diskalkula?
Wawancara semi terstruktur ini dilakukan baik tatap muka, telepon, atau melalui
video zoom. Untuk memudahkan analisis data, wawancara direkam dengan audio
sedangkan poin-poin penting dicatat pada flip chart.

HASIL PENELITIAN
Semua dokter setuju bahwa Diskalkulia adalah gangguan neurologis dan
perkembangan yang memiliki masalah dalam memahami angka atau aritmatika. Mereka
bukan cacat mental. Semua anak Diskalkulia berhak mengikuti pendidikan umum seperti
anak normal lainnya. Sebagian besar dokter menyebutkan bahwa Diskalkulia datang
bersaman dengan Disleksia. Gejalanya meliputi kesulitan dalam memahami angka,
tertinggal dalam prestasi akademik dalam matematika, memahami dan membaca angka,
menghitung uang atau hari, kesulitan dalam memahami koordinasi atau arah. Namun ada
sedikit perbedaan pendapat dengan guru dan psikolog pendidikan, mereka melihat
diskalkulia berdasarkan kinerja akademik. Adapun dua dokter dari spesialis lain yang
memercayai bahwa kesulitan diskalkulia dan matematika adalah hal yang sama sekali
berbeda. Menurut mereka, hanya orang yang memiliki masalah dalam pemahaman angka
dianggap sebagai diskalkulia. Alasan perbedaan pendapat ini dipengaruhi karena cara
pandang masing-masing. Misalnya, perhatian seorang psikiater adalah kesehatan mental
dan dia hanya berfokus pada otak dan perilaku saat mendefinisikan diskalkulia.
Semua dokter setuju pula bahwa Diskalkulia harus didiagnosis sedini mungkin
sehingga kita dapat memiliki pemahaman yang jelas tentang kesulitan akademik yang
dihadapi siswa tersebut. Belum ada pedoman standar untuk Diskalkulia di Malaysia
meskipun itu diperlukan. Alasan utamanya adalah karena dokter sangat sibuk. Untuk
membuat pedoman standar semacam ini, perlu kerja sama dengan departemen pendidikan.
Menurut dokter, tidak ada obat untuk Diskalkulia, karena tidak ada pengaruhnya. Mereka
tidak pernah sembuh. Namun, untuk mengurangi masalah ini semua dokter setuju bahwa
anak-anak Diskalkulia membutuhkan rehabilitasi dan masalah mereka perlu ditangani di
akademi. Mengirim mereka ke sekolah luar biasa bukanlah solusi karena bisa saja
berdampak pada mental mereka. Mereka membutuhkan intervensi satu lawan satu dari
guru.
Persyaratan yang telah diberikan oleh dokyer untuk diagnosis diskalkulia adalah:
1) Riwayat lahir pasien dan riwayat keluarga
2) Tes membaca dan menulis
3) Tes IQ
4) Riwayat prestasi akademik
5) Tes aritmatika
6) Tes koordinasi.
Sejumlah penelitian telah menyarankan pelatihan guru untuk mengintegrasikan
presentasi bergambar dan materi konkret dalam mengajarkan konsep abstrak seperti garis
bilangan dan nilai tempat. Metode pengajaran kemudian harus secara bertahap beralih ke
representasi abstrak. Salah satu tantangan utama yang dihadapi di Malaysia saat ini adalah
kurangnya pengetahuan dan sensitisasi diskalkulia yang tepat. Guru harus memiliki
pengetahuan tentang diskalkulia untuk membantu mengidentifikasi siswa yang terkena
dampak dan berupaya mengembangkan teknik pengajaran yang sesuai dengan siswa
diskalkulia. Studi dan wawancara sebelumnya telah menunjukkan bahwa hanya sebagian
kecil dari guru yang percaya bahwa mereka dapat mengidentifikasi tanda-tana diskalkulia,
sementara mayoritas tetap tidak menyadari tentang diskalkulia. Adapun guru yang
memiliki pengetahuan tentang ini, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menanganinya
karena informasi ini masih terbatas. Pemerintah seharusnya bekerja sama bahwa guru
harus melakukan pelatihan tentang strategi pembelajaran diskalkulia. Ini akan membantu
meningkatkan tingkat kesadaran di kalangan guru dan pendidik lainnya tentang
diskalkulia.

KESIMPULAN
Diskalkulia adalah gangguan belajar dalam memahami matematika yang
mempengaruhi seseorang dalam mempelajari konsep matematika dasar. Hal ini pada
umumnya disebabkan oleh faktor genetik maupun pengalaman traumatis terhadap
matematika. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang diskalkulia
berdasarkan perspektif tenaga kesehatan profesional dan meningkatkan kesadaran di
kalangan pendidik dalam menilai siswa diskalkulia. Di Malaysia masih banyak tenaga
pendidik yang memiliki pengetahuan minim terhadap diskalkulia. Guru harus memiliki
pengetahuan tentang diskalkulia untuk membantu mengidentifikasi siswa yang terkena
dampak dan berupaya mengembangkan teknik pengajaran yang sesuai dengan siswa
diskalkulia.

You might also like