You are on page 1of 28

SURAT KESEPAKATAN BERSAMA

No: JIEP/SHE/20/88/MM

ANTARA
SHE DIVISION, ENGINEERING DIVISION, OPERATION DIVISION, PLANT DIVISION,
SM DIVISION, CSGS DIVISION & CIS DIVISION

TENTANG
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK (HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)

Untuk memastikan bahwa pengelolaan dan pengendalian terhadap area/aktifitas berisiko tinggi
dilaksanakan serta dimonitoring secara efektif, dengan ini kami menetapkan dan menyetujui
kontrol-kontrol pengendalian High Risk yang harus diimplementasikan berdasarkan
area/aktifitasnya, namun tidak terbatas pada (terlampir):

1. Dumping (dumping ke air/lumpur, diketinggian > 5 m dan dumping material lumpur)


2. Aktifitas peledakan (sleep blast/sleep load, reblast misfire, blasting dekat alat < 300 meter,
dekat area rawan longsor, peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/active ground)
3. Land clearing (pemotongan pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land
clearing (dekat bangunan office, worskhop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan
original dan kemiringan > 45o)
4. Bekerja di ketinggian > 5 meter (pemasangan wirelless, CCTV, sensor di gedung/fix
tower/mega tower, dan perbaikan atap)
5. Penggalian/gangguan tanah di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan
bangunan lainnya) yang terdapat instalasi fiber optic, jalur UPS, kabel grounding, air, listrik,
jaringan komunikasi dan gas
6. Bekerja di dekat air (bekerja di area sump: akses ke sump, instalasi pipa & pengukuran debit di
sump, instalasi perangkat wireless, sensor pH meter, sensor TSS meter & sensor debit di area
setpond)
7. Lifting (beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m, menggunakan 2 crane,
beban dimensi besar (misal: ponton pompa, mobile tower, dan ponton pH meter))
8. Maintenance conveyor (install & uninstall: conveyor belt, head drum pulley, crusher)
9. Bekerja dengan listrik > 380 V (contoh: UPS 3 phase, PAC)
10. Bekerja di dekat tebing/lereng rawan longsor (FK <1,3)
11. Bekerja di ruang terbatas (confined space entry) ) (contoh: instalasi kabel jaringan, fiber optic,
kabel UPS, pipa fire supression di plafon)
12. Bekerja dengan panas (pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah
meledak/terbakar atau pekerjaan yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk
pekerjaan panas, instalasi pipa fire supression dan pipa PAC)
13. Remove install roda heavy duty dump truck type disc wheel (unit HD785-7. HD465-7) dan type
rim wheel (730E, HD1500-5/7) di jalan aktif
14. Mounting dan dismountung big tyre (Dump truck dan NPE)
Setiap Departemen yang terlibat dalam aktifitas High Risk wajib membuat surat ijin bekerja dan
apabila ada kontrol yang tidak terpenuhi maka harus STOP operasi sampai perbaikan telah
dilakukan hingga tuntas.
Demikan surat kesepakatan ini kami buat, untuk dilaksanakan.

Jakarta, 27 April 2020


Menyetujui,
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
DUMPING HIGH RISK (DUMPING KE AIR/LUMPUR, DIKETINGGIAN > 5 m dan
DUMPING MATERIAL LUMPUR)

1. DUMPING (DUMPING KE AIR/LUMPUR, DIKETINGGIAN > 5 m dan DUMPING MATERIAL


LUMPUR)
1.1 ASPEK PEOPLE
1) Operator :
- Minimal 1 tahun / lulus dari probation,
- Authority bekerja di high risk
- Menandatangani sosialisasi JSA
2) Pengawas (GL) harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau Pra POP) dan telah
mendapatkan pelatihan khusus dumping high risk.

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawasan Melekat :
a) GL dedicated dengan melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali
2) Engineering Dept wajib melakukan monitoring keretakan/kelurusan crest dan kesesuaian aktual
terhadap desain disposal high risk minimal 1 x per shift dengan metode yang teah ditetapkan dalam
standard seperti menggunakan drone dll
3) Pemantauan Stage Plan / WO oleh ENG / Mineplan 1x pershift
4) Pemantauan kestabilan lereng oleh ENG 1 x pershift
5) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Pondok GL/pos pengawas: pelampung/life vest, lifebuoy/ring buoy dan tali 30 m, lampu senter, sling,
sarung tangan, radio komunikasi, binocular with night vision, laser distance meter (alat pengukur
jarak dengan laser), MPKD (Manual Prosedur Keadaan Darurat)
2) Penerangan minimal 20 lux untuk di malam hari
3) Rambu peringatan area berbahaya / High Risk
4) Dumping limiter
5) Bundwall isolasi / windrow
6) Area Parkir LV
7) Ringbuoy pada Dozer (khusus dumping ke air/lumpur/dumping lumpur)
8) Buggy whip untuk Dozer
9) Windrow untuk dumping ke air/lumpur, dumping material lumpur, dumping di ketinggian > 5 m
10) Daya dukung tanah area disposal min. CBR 36% khusus untuk disposal dumping lumpur dengan
fasilitas yang telah dikonstruksi dengan baik (well constructed), contoh: dumping dengan fasilitas
mud pocket, mud boom.

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Stage Plan / WO yang dibuat oleh ENG / Mine Plan
2) PKH yang dibuat oleh Dept. Head Produksi
3) Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
4) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL) yang sudah di review oleh section head
5) Log Book
6) Form inspeksi Disposal High Risk

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
PELEDAKAN HIGH RISK
(Sleep blast/ sleep load, reblast misfire, blasting dekat alat < 300 meter, blasting dekat area
rawan longsor, dan blasting di area terdapat gas metan/batuan panas/ active ground)

2. PELEDAKAN (sleep blast/ sleep load, reblast misfire, blasting dekat alat < 300 meter, blasting dekat
area rawan longsor, dan blasting di area terdapat gas metan/batuan panas/ active ground)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Driver MMU, driver sarana blasting (Box Explosive) : KPP Madya
2) Pekerja peledakan / crew blasting: KPP Madya
3) Pekerja peledakan menandatangani sosialisasi JSA
4) Road Blocker / Blast Sentry / blast guard: memiliki level sebagai pengawas, KPP Pertama,
memahami blast map dan legendanya (area peledakan, road, dll)
5) Koordinator peledakan: tidak menjadi road blocker (blast sentry), merupakan GL blasting atau
drilling blasting Section Head, memiliki Kartu Izin Meledakan (KIM) yang masih berlaku
6) Pengawas (GL): GL harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau Pra POP),
memiliki sertifikat kompetensi Juru Ledak Kelas 2, memiliki Kartu Izin Meledakan (KIM) yang
masih berlaku.

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi 1 jam sekali
b) SH melakukan overinspeksi 3 jam sekali
c) DH melakukan overinspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan oversinspeksi secara random
2) Pemantauan dengan drone / teropong untuk pengecekan pasca peledakan
3) Pemantauan WO oleh ENG / Mineplan 1x per hari
4) Pemantauan kestabilan lereng oleh ENG 1 x per hari
5) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Lokasi area blasting: lebar jalan 6 - 7 meter (3,5 x lebar truck yang masuk area peledakan) dan
dilengkapi rambu, kemiringan lokasi tidak lebih dari 8% (min nilai DPI = 5) , area rata, wajib
diisolasi dengan tanggul sekeliling dengan tinggi minimal 1/3 tinggi tyre hauler terbesar, dan ditandai
dengan pita safety line merah putih, jika bersinggungan dengan jalan aktif hauling maka tanggul
pengaman dibuat setinggi ¾ tinggi tyre hauler terbesar, jika lokasi peledakan bersinggungan dengan
aktivitas loading maka jarak terluar minimal 5x burden. Jarak minimal yang diizinkan antara proses
tie up dan proses charging adalah 30 m.
2) Bendera sebagai penanda jarak evakuasi peledakan dengan manusia 500 meter dan untuk jarak alat
300 meter (kecuali ada kajian yang telah disetujui oleh KTT).
3) Tersedia tempat penyimpanan ID card di pintu masuk area peledakan.
4) Tersedia area parkir untuk sarana support drilling & blasting
5) Binocular (teropong) atau drone
6) Papan jadwal peledakan
7) Sirine peledakan
8) Radio komunikasi peledakan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Blast design dari ENG
2) Peta Peledakan
3) PKH yang dibuat oleh Dept. Head Produksi
4) Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
5) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
PELEDAKAN HIGH RISK
(Sleep Blast, Peledakan di dekat Pemukiman penduduk, kurang dari 300 meter dari alat /
bangunan, dekat area rawan longsor, dan di area terdapat gas metan / batuan panas)

Type text here


2. PELEDAKAN (sleep blast/ sleep load, reblast misfire, dekat alat < 300 meter, dekat area rawan longsor,
dan peledakan di area terdapat gas metan/batuan panas/ active ground) - Lanjutan

1.4 ASPEK SYSTEM - LANJUTAN


6) Drill & Blast Handover atau Log Book Handover
7) Berita Acara Peledakan
8) Blasting Report
9) Bagi karyawan yang memasuki lokasi blasting : meninggalkan ID card di tempat yang disediakan,
menanggalkan alat-alat yang berpotensi memicu peledakan (misalnya: HP, korek api, radio HT),
dilarang merokok atau menyalakan api minimal pada jarak 10 m dari tanggul lokasi blasting dan atau
truk pengangkut bahan peledak.
10) P2H unit
11) Kontrol pengawas: Form Inspeksi & Observasi (GL), DPI (Drill Preparation Index) = 5
12) Peledakan Tidur Terencana:
a) Tidak boleh dilakukan pada lokasi berbahaya (potensi longsor, potensi terendam air, dan elevasi
paling rendah pada pit tersebut)
b) PM membuat pengajuan Ijin Peledakan Tidur Terencana kepada KTT
c) Bendera peledakan tidur harus dipasang di dekat papan pengumuman peledakan
d) Semua lubang ledak harus sudah di stemming
e) Surface delay atau Leg Wire di setiap lubang tidak terangkai
f) Ada personel (memiliki KPP Madya) yang ditunjuk PM untuk mengawasi dan mengamankan
lokasi peledakan tidur yang secara berkala (2 jam sekali). Form penugasan pengawas area
peledakan tidur
g) Area peledakan tidur harus bebas dari peralatan

13) Peledakan kurang dari 300 meter dari alat / bangunan, dekat area rawan longsor, dan di area terdapat
gas metan / batuan panas/ active ground harus membuat kajian teknis yang disetujui oleh KAIT
melalui KTT.

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LAND CLEARING HIGH RISK
(Cutting pohon (chainsaw) di area land clearing / di luar area land clearing (dekat bangunan Office,
Worshop, Warehouse, mess) dan Landclearing di area hutan original dan kemiringan > 45o)

3. LAND CLEARING (pemotongan pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land
clearing (dekat bangunan office, workshop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan original
dan kemiringan > 45o)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Operator Dozer Land Clearing:
a) Simper / Kimper khusus mengoperasikan dozer land clearing
b) Pengalaman mengoperasikan dozer minimal 1 tahun
c) Golongan minimal P3 dan HM minimal 1500
d) Untuk Operator Subcont harus melakukan training terlebih dahulu di OTD
e) APD tambahan: helm pengaman, pelindung telinga (ear muff/ear plug)
2) Operator Excavator Land Clearing:
a) Simper / Kimper khusus mengoperasikan dozer land clearing
b) Pengalaman mengoperasikan dozer minimal 1 tahun
c) Golongan minimal P3 dan HM minimal 1500
d) Untuk operator subcont harus melakukan training terlebih dahulu di OTD
e) APD tambahan: helm pengaman, pelindung telinga (ear muff/ear plug)
3) Operator & Helper Chain Saw:
a) Mendapatkan pelatihan land clearing dan teknik operasi chainsaw
b) Memiliki KIMPER chainsaw
c) Tinggi badan min 155 cm dan tidak ada penyakit HNP & LBP
d) APD tambahan: Sarung tangan khusus chainsaw, Masker, kaca mata, spray anti serangga, golok /
parang, baju berlengan panjang, peluit, baji HDPE, martil, leg protector, helm khusus crew
chainsaw, binocular dan ear plug
4) Pengawas (GL) :
a) GL harus memiliki kompetensi pengawas operational (POP atau Pra POP)
b) Memiliki authority/KIMPER bekerja di land clearing
c) APD tambahan: Sarung tangan tebal, masker, kaca mata, spray anti serangga, golok / parang,
baju berlengan panjang

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) GL membuat JSA dan melakukan sosialisasi kepada semua orang yang terlibat dalam pekerjaan land
clearing. Jika terdapat perubahan pekerjaan, maka JSA harus direvisi dan disosialisasikan kembali
2) Pengawasan melekat oleh Pengawas ( GL dedicated)
3) Operator harus melakukan komunikasi dengan radio ke pengawas setiap 2 jam sekali
4) Pemantauan WO oleh ENG / Mineplan 1x per hari
5) Pemantauan kestabilan lereng oleh ENG 1 x per hari
6) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
7) Supervisi saat brushing:
a) Menggunakan dozer/excavator
b) Diameter pohon < 0,2 meter atau sesuai persyaratan customer
c) Clear area min 30 meter dan jika ada 2 unit atau lebih jarak antar unit 2 x tinggi pohon tertinggi

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LAND CLEARING HIGH RISK
(Cutting pohon (chainsaw) di area land clearing / di luar area land clearing (dekat bangunan Office,
Worshop, Warehouse, mess) dan Landclearing di area hutan original dan kemiringan > 45o)

3. LAND CLEARING (pemotongan pohon dengan chainsaw di area land clearing / di luar area land
clearing (dekat bangunan office, workshop, warehouse, mess) dan land clearing di area hutan original
dan kemiringan > 45o) - Lanjutan

1.2 ASPEK SUPERVISI - LANJUTAN


8) Supervisi saat cutting tree dengan chainsaw:
a) Diameter pohon ≥ 0,2 meter atau sesuai persyaratan customer
b) Menggunakan chainsaw
c) Tidak boleh ada kegiatan brushing dengan alat berat yang paralel dengan aktifitas chainsaw
d) Dilarang berada di area radius 2 x tinggi pohon
e) Terdapat jalur evakuasi sebelum dilakukan pemotongan
f) Metode pemotongan dengan metode takik dan pemasangan baji

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Lebar akses masuk ke lokasi land clearing adalah 8 sampai 10 m
2) Dozer D85:
a) Dilengkapi ROPS / FOPS
b) Dilengkapi winch
c) Grill Canopy
d) Kabin dilengkapi wire mesh
e) seluruh sisi kabin tertutup
f) Radio Komunikasi
3) Excavator (PC 300/200):
a) Kabin dilengkapi Wire Mesh
b) Canopy dilengkapi ROPS
c) Radio Komunikasi
4) Chainsaw (STIHL MS 461 atau STIHL MS 070)
5) Radio komunikasi untuk GL dan operator chainsaw
6) Terdapat Pos GL

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Persetujuan High Risk Activity oleh PM/DPM
2) Patok boundary / stake out clearing
3) Peta / rencana lokasi yang akan dilakukan land clearing
4) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
5) Saluran drainage tersedia dalam area land clearing
6) Penandaan pohon diameter ≥ 20 cm diberi tanda pita kuning
7) Pohon dengan diameter ≥ 20 cm hanya boleh dipotong dengan chainsaw
8) PKH
9) Unit layak operasi dan sudah dilakukan commisioning
10) P2H unit
11) Kontrol pengawas: Form Inspeksi & Observasi (GL)
12) Hanya terdapat 1 (satu) pintu masuk area land clearing, yang ditandai dengan adanya papan
informasi/rambu dan papan informasi kontak channel area serta harus dilakukan demarkasi pita area
berwarna kuning hitam (yang telah dipasang oleh kru survey)
13) Dilakukan siang hari (pukul 06.30 s.d 17.30)
14) Tidak diijinkan melakukan land clearing jika kondisi hujan, angin
lebat dan kabut
SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI KETINGGIAN HIGH RISK
(KETINGGIAN > 5 METER)

4. BEKERJA DI KETINGGIAN (KETINGGIAN > 5 METER)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja :
a) Mendapatkan induksi dari SHE Departemen tentang dasar bekerja di ketinggian ( Prosedur izin
kerja aman diketinggian, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja, di ketinggian,
Keselamatan untuk penggunaan scaffolding, elevated work platform dan tangga )
b) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH
c) Menandatangani sosialisasi JSA bekerja di ketinggian
d) Memiliki work permit bekerja di ketinggian lebih dari 5 meter yang telah disetujui DH user, PM
/ DPM dan diketahui oleh SHE DH
2) Pengawas ( GL ) :
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP)
b) Telah mendapatkan pelatihan dasar bekerja di ketinggian ( Prosedur izin kerja aman di
ketinggian, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja, di ketinggian, Keselamatan
untuk penggunaan scaffolding, elevated work platform dan tangga, pengendalian kedaan
keadaan darurat dari ketinggian ) dari pihak ke tiga atau internal SHE Dept

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan di lakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
b) GL melakukan full observasi
Jika pekerjaan dilakukan oleh Subkon maka pengawasan dapat dilakukan oleh Pengawas PAMA
atau Pengawas Subkon yang kompeten atas sepengetahuan Pengawas PAMA. Pengawas PAMA
wajib memastikan kontrol aktifitas High Risk terpenuhi sebelum aktifitas dilaksanakan dan
melakukan random pengecekan Pengawasan oleh Pengawas Subkon
c) Untuk pekerjaan di ketinggian yang memerlukan work permit, pengawasan di lengkapi sebagai
berikut :
• SH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
• DH melakukan overinspeksi & observasi minimal 1 kali per hari
• PM/DPM melakukan oversinspeksi & observasi 2 hari sekali (random)
2) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3) PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja di
ketinggian setiap hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Tangga kerja portable :
a) Dilengkapi dengan alat ‘anti slip’ (kaki karet) pada semua kaki
b) Tidak diikat bersama untuk mencoba meman-jangkan tangga tersebut
c) Tidak ditempatkan pada kaca atau material lain yang tidak sanggup menahan bebannya
d) Tidak ditinggalkan di tempat dimana mudah jatuh
e) Tidak ditempatkan di jalan pintu, kecuali pintu tersebut telah dikunci
f) Tidak digunakan pada posisi horisontal sebagai landasan, atau perancah selalu dipegang oleh
orang kedua di bawah

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI KETINGGIAN HIGH RISK
(KETINGGIAN > 5 METER)

4. BEKERJA DI KETINGGIAN (KETINGGIAN > 5 METER) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


2) Perancah :
a) Semua perancah harus diberi tanda / label dengan sistem pelabelan yang permanen
b) Perancah harus dinomori sesuai sistem penomoran aset yang standar
c) Semua perancah harus dilengkapi dengan tanda ‘Kartu Inspeksi Peralatan’ standar
d) Perancah harus dijaga bersih dan bebas dari minyak (tidak licin). Rangka dan papan dek dari
perancah tidak boleh dicat sama sekali (cat menutupi keretakan atau cacat yang nampak bila
perancah tidak dicat)
e) Semua perkakas yang digunakan di perancah harus dilengkapi dengan ‘tali pergelangan tangan’
f) Semua perkakas dan material yang digunakan di tempat dengan ketinggian harus dibawa
menggunakan ‘kantung pinggang’ atau ‘kantung alat’
g) Orang yang memanjat tangga akses perancah harus menggunakan kedua tangan saat memanjat
h) Perkakas atau Material yang terlalu besar untuk dimasukkan dalam‘kantung pinggang’ harus
dikerek ke atas platform kerja dengan ‘keranjang’ dan ‘tali kerek’
3) Safety device & APD :
a) APD (Helm, sepatu pelindung, sarung tangan, rompi reflektif dan safety harness) harus diperiksa
dan dipastikan baik
b) APD khusus untuk orang yang bekerja di ketinggian adalah lifelines (sabuk/ tali keselamatan)
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah :
• Tidak mengganggu aktivitas pemakai tapi mampu untuk menahan dan menyerap goncangan
yang kuat
• Menggunakan double lanyard
• Jika memakai lifelines secara horizontal harus digunakan sejalan dengan lanyard (tali
penyandang) dan ditanam pada 2 titik yang mampu menahan bobot mati maksimum
• Lanyard yang baik adalah yang terbuat dari nylon/ polister, yang berdiameter 19 mm / lebih
4) Tersedia Fasilitas Keadaan Darurat di Pos ERT , antara lain:
a) Stretcher/tandu lipat : alat transportasi korban dari ketinggian/sebaliknya
b) Scop Stretcher : alat untuk Memindahkan korban
c) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
d) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
e) Immobilation : Berguna Menstabilkan kepala korban
f) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban): Penanganan trauma sementara korban
kecelakaan
g) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan
h) Barricading tape/safety line : tanda garis pembatas
i) Traffic cone : tanda pembatas kendaraan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) PKH dari Dept Head User
3) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
4) Work permit untuk pekerjaan di ketinggian > 5 meter yang setujui oleh PM / DPM
5) Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di ketinggian setiap hari

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
PENGGALIAN/GANGGUAN TANAH
di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan bangunan lainnya)
yang terdapat instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas

5. PENGGALIAN/GANGGUAN TANAH di sekitar bangunan (office, mess, workshop, warehouse, dan


bangunan lainnya) yang terdapat instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja :
a) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas
b) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH
c) Menandatangani sosialisasi JSA
d) Memiliki work permit untuk bekerja di penggalian / gangguan tanah di sekitar bangunan yang
telah disetujui DH user, PM / DPM dan diketahui oleh SHE DH
2) Pengawas ( GL ) :
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP)
b) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang instalasi air, listrik, jaringan komunikasi dan gas.
Termasuk dari dept. lain yang terkait

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan di lakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
b) GL melakukan full observasi dan pemeriksaan 1 jam sekali
c) SH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
d) DH melakukan overinspeksi & observasi minimal 1 kali per hari
e) PM/DPM melakukan oversinspeksi & observasi 2 hari sekali ( random )

2) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3) PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja
setiap hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


Terdapat penandaan (rambu informasi dan patok) terkait jalur air, listrik, jaringan komunikasi, jalur fo (
fibre optic), jalur ups, dan gas

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) PKH dari Dept Head User
3) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
4) Terdapat Peta jalur instalasi air/listrik/jaringan komunikasi/gas

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT AIR
Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran Debit di Sump

6. BEKERJA DI DEKAT AIR

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja :
a) Memiliki authority bekerja di dekat air
b) Pekerjaan dilakukan minimal oleh dua orang
c) Pekerja menggunakan pelampung saat bekerja
d) Membawa radio komunikasi
e) Senter / penerangan portable untuk bekerja saat malam hari

1.2 ASPEK SUPERVISI


GL mengetahui pekerjaan yang dilakukan dan melakukan observasi

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Perlengkapan keselamatan:
a) Terdapat ring buoy dilengkapi tali minimal 30 meter
b) Jaket pelampung (lifevest)
2) Rambu-rambu keselamatan:
a) Rambu wajib pelampung & izin bekerja diatas air
b) Rambu PIC area sump & monitoring elevasi sump
3) Penerangan:
a) Penerangan di area instalasi pengolahan air bersih/air limbah, settling pond min. 20 lux
b) Towerlamp dilengkapi dengan APAR
c) Lokasi penempatan towerlamp memudahkan dalam melakukan refueling

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Surat izin bekerja di dekat air untuk pekerjaan di dekat air (kedalaman > 1 m) dan area Sump terkait
instal dan uninstall pompa/pipa/walkway
2) Surat izin bekerja di dekat air untuk visitor
3) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)

6.1 BEKERJA DI DEKAT AIR (Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran
Debit di Sump)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja :
a) Memiliki authority bekerja di dekat air
b) Pekerjaan dilakukan minimal oleh dua orang
c) Pekerja menggunakan pelampung saat bekerja
d) Menggunakan penutup telinga earplug/earmuff saat bekerja di pompa yang aktif
e) Membawa radio komunikasi
f) Senter / penerangan portable untuk bekerja saat malam hari

2) Setiap orang yang akan memasuki area sump wajib lapor ke PIC
area sump dan memperhatikan kondisi lereng di sekitar area sump

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT AIR
Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran Debit di Sump

6.1 BEKERJA DI DEKAT AIR (Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran
Debit di Sump) - Lanjutan

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) GL melakukan full observasi saat pekerjaan dilakukan
2) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3) PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja
setiap hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Akses menuju sump harus keras, dilengkapi dengan tangga < 45° (akses jalan menuju ke tangga sump
hanya diperuntukkan untuk orang / pejalan kaki )
2) Akses ke walkway menggunakan tangga. Untuk sump V-Cut menggunakan tangga portable
Item Ukuran Kode warna Keterangan :
a a = pegangan tangan
Handrill, tiang & susuran Besi 3/4 inchi (handrill)
kaki dan lutut
b b = tiang
Tiang Tinggi 100 cm hitam c = pijakan kaki
d (stairway)
Pijakan kaki (stairway) Panjang 160 cm & kuning d = jarak susuran kaki &
lebar 30 cm lutut
Susuran kaki & lutut Jarak 50 cm kuning
c

3) Sarana penyeberangan ke pompa menggunakan walkway dengan dimensi lebar minimal 1,5 meter:
a) Walkway dipasang railing (untuk segmen walkway dengan panjang 2 m maka dipasang railing
per 1 m dan untuk panjang walkway > 2 m maka dipasang railing per 1,5 m)
b) Pemasangan fender untuk mengunci railing dan sebagai pelindung sisi samping kanan dan kiri
walkway dari benturan
4) Terdapat ring buoy dengan penempatan sebagai berikut:
a) Darat : ring buoy dengan tali 30 m (1 pcs) yang dipasangdi tangga
b) Walkway kubus apung : ring buoy dengan tali 30 m ( bila jarak ≤ 30 m maka 1 pcs namun bila
jarak > 30 m maka menyesuaikan kelipatan 30 m)
c) Pompa : ringboy dengan tali 30 m (1 pcs)

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT AIR
Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran Debit di Sump

6.1 BEKERJA DI DEKAT AIR (Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran
Debit di Sump) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - LANJUTAN


5) Tali polypropilene diameter 1,5” (Minimum Breaking Load (MBL) : 18,7 ton) dari darat ke pompa
untuk menambat pompa agar tidak bergerak dan digunakan pada saat akan menarik pompa dari sump
ke darat
6) Kelengkapan rambu di sump meliputi:
a) Rambu wajib pelampung & izin bekerja diatas air
b) Rambu PIC area sump & monitoring elevasi sump

7) Penerangan :
a) Penerangan di area akses sump min 20 lux sehingga crew aman pada saat naik turun tangga
menuju sarana penyeberangan di malam hari (reff: PAMA/OPRT/15/004/STD)
b) Towerlamp dilengkapi dengan APAR
c) Lokasi penempatan towerlamp memudahkan dalam melakukan refueling

8. Pipa discharge HDPE yang membentang di atas air wajib dipasang pelampung pipa (ducting pipe)
dengan jarak pemasangan per 15 m dihitung dari sisi pipa ujung dekat pompa (discharge)

9. Penempatan pompa harus disusun dengan rapi

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT AIR
Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran Debit di Sump

6.1 BEKERJA DI DEKAT AIR (Bekerja di Area Sump: Akses ke Sump, Instalasi Pipa & Pengukuran
Debit di Sump) - Lanjutan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Surat izin bekerja di dekat air
2) Di setiap aktivitas pemasangan pipa, harus ada JSA dan disosialisasikan keseluruh karyawan yang
terlibat
3) Instalasi pipa harus memperhatikan kelurusan, untuk belokan horisontal ≤ 160º maksimal 3 titik
4) Penyambungan pipa dalam satu line dibagi dalam beberapa section, setiap section terdiri dari
beberapa batang pipa. Penyambungan antar batang pipa menggunakan Butt Welding Machine / las
HDPE. Penyambungan antar section menggunakan bolt joint flange
5) Bila pengukuran debit dengan flow bar maka :
a) Ujung pipa harus datar dan tidak menggunakan flange (polos)
b) Dipasang pengaman pagar dan lantai kerja yang berada di atas pipa outlet
1. Dipasang pengaman pagar dan lantai ujung
2. Pipa untuk pengukuran debit: ujung pipa
datar
3. Ujung pipa polos tidak pakai flange
4. Ujung pipa tidak boleh terendam air
(terdapat jarak antara permukaan air dan
ujung pipa)

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2
crane, beban dimensi besar (misal ponton pompa)

7. LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2 crane,
beban dimensi besar (misal ponton pompa)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja :
a) Operator alat angkat memiliki kompetensi sesuai dengan jenis alat angkat (Crane ; OHC ;
Forklift) yang ditandai dengan KIMPER / SIO
b) Memiliki Rigger yang sudah di sertifikasi
2) Pengawas ( GL ) :
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP)
b) Telah mendapatkan pelatihan HRCP 08 (Lifting Proses)
3) Inspektur Alat Angkat :
a) Memiliki kompetensi untuk melakukan inspeksi peralatan Lifting
b) Memiliki surat penunjukan sebagai Inspektur Alat Angkat dari PM

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawasan Melekat :
a) GL bersama inspektur alat angkat melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety
device dan APD sebelum pekerjaan di lakukan
b) GL melakukan full observasi mengacu pada Lifting plan
c) SH / DH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari

2) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1 kali per hari
3) PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan pengangkatan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Mobile Crane
a) Tidak ada kebocoran oli / solar
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Hook & safety latch kondisi baik (hook tidak berubah bentuk & safety latch terpasang)
e) Wire rope & drum pulley kondisi baik (wire rope tidak ada yang putus, tertekuk dan tergulung
rapi di drum)
f) Anti two blocking berfungsi dengan baik (main hoist dan aux hoist akan berhenti pada jarak
tertentu saat diangkat full)
g) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (main hoist dan aux hoist akan berhenti pada jarak
tertentu saat diangkat full)
h) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik
2) Crane Truck / Service Truck
a) Tidak ada kebocoran oli / solar
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Kondisi hook, safety latch & shackle baik (hook tidak berubah bentuk, safety latch terpasang
dan shackle standar terpasang)
e) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (tidak ada kebocoran pada out riger, pad terpasang, pin
terpasang)
f) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2
crane, beban dimensi besar (misal ponton pompa)

7. LIFTING (Beban > 5 ton, di dekat/atas air, mengangkat manusia > 5 m , menggunakan 2 crane,
beban dimensi besar (misal ponton pompa) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


3) Forklift / Crane Basket
a) Tidak ada kebocoran oli
b) Semua lampu & rem berfungsi baik
c) Tyre & steering system berfungsi baik
d) Outriger (jack, pad, pin) kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi dengan baik)
e) Attachment (fork, basket, bucket, hook) kondisi baik (fork tidak bengkok, basket dilengkapi
pagar pengaman, hook tidak berubah bentuk)
f) Operator seat dan seat belt berfungsi dengan baik
4) Supporting Load
a) Chain block & lever block kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi dengan baik)
b) Chain sling, webbing sling & wire sling kondisi baik (dilengkapi safety latch dan lock berfungsi
dengan baik)
c) Shackle & eyebolt kondisi baik (Shackle tidak berubah bentuk dan eye bolt tidak bengkok)
d) Hook & safety latch kondisi baik (hook tidak berubah bentuk, safety latch terpasang dan
shackle standar terpasang)
5) Fasilitas Keselamatan
a) APD yang sesuai
b) Traffic cone dan safety line digunakan saat pengangkatan
c) Menggunakan tag line

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Lifting Plan disusun oleh SH / DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) JSAO dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
3) Inspeksi 3 bulanan dilakukan oleh Inspektur alat angkat
4) P2H unit alat angkat

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
MAINTENANCE CONVEYOR
(Install & Uninstall : Conveyor Belt, Head Drum Pulley, Crusher)

8. MAINTENANCE CONVEYOR
(Install & Uninstall : Conveyor Belt, Head Drum Pulley, Crusher)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja :
a) Memiliki kompetensi terhadap pekerjaan R&M conveyor
b) Telah mendapatkan pelatihan LOTO
2) Pengawas ( GL ) :
a) Memiliki kompetensi pengawas operational (POP)
b) Memiliki kompetensi terhadap pekerjaan R&M conveyor

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan di lakukan
b) GL melakukan full observasi
c) SH / DH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
2) SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1 kali per hari
3) PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pekerjaan R&M Conveyor

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan kerja (hand tools & special tools) diinspeksi secara bulanan
2) Special tools : winch untuk memposisikan conveyor , chain block / lever block, splicing tools untuk
penyambungan conveyor , mobile crane untuk membantu pengangkatan conveyor
3) Tersedia walkway di sisi conveyor
4) Guarding pulley / V-Belt terpasang
5) Wire sling emergency stop terpasang dan berfungsi dengan baik

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk activity disusun oleh SH / DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) JSAO dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
3) Inspeksi peralatan secara bulanan
4) Melakukan isolasi energi (LOTO)

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN LISTRIK > 380 V

9. BEKERJA DENGAN LISTRIK > 380 V

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pengawas (GL) :
a) Kompeten dan telah lulus pelatihan AK3 Listrik
b) Memiliki authority bekerja dengan listrik
2) Teknisi/Instrumen/Mekanik
a) Kompeten dan telah lulus pelatihan teknisi K3 listrik
b) Memiliki authority bekerja dengan listrik
3) Orang yang mengoperasikan peralatan listrik telah mendapatkan pelatihan power tools dan memiliki
authority power tools

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) GL/Pengawas membuat JSA dan melakukan sosialisasi kepada semua orang yang terlibat
2) Orang yang bekerja dengan listrik harus menggunakan APD khusus untuk penanganan listrik
(misalnya kacamata, sarung tangan khusus listrik, sepatu khusus)
3) Pengawasan melekat oleh pengawas/GL setiap saat sampai pekerjaan selesai

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Akses / jalan masuk yang tidak berkepentingan pada semua Instalasi Listrik harus dilarang (terdapat
rambu, simbol listrik, dll)
2) Terdapat emergency stop
3) LOTO
4) Tangga khusus non-konduksi harus digunakan (fiberglass / kayu)
5) Terdapat sistem ELCB dan berfungsi dengan baik
6) Alat deteksi arus listrik

1.4 ASPEK SYSTEM


1) Melakukan isolasi energi (LOTO) dan memasang tag sebelum bekerja:
a) Pemasangan dan pelepasan LOTO menggunakan 12 langkah isolasi
b) Jika lebih dari 2 atau lebih karyawan bekerja, maka harus memiliki alat Lock Out dan Label
Tanda Bahaya masing – masing
c) Hanya orang yang namanya tercantum di Tag yang boleh melepaskan alat Lock Out setelah
menyelesaikan pekerjaannya
d) Tidak seorangpun yang boleh mengoperasikan, memindah atau menggunakan unit, bangunan
atau benda yang mempunyai alat Lock Out
e) Dalam keadaan darurat, Atasan langsung orang yang namanya tertera pada Lock Out & Tag Out
yang boleh melepaskannya (setelah menghubungi pemiliknya dan setelah ia memastikan bahwa
situasinya cukup aman)
2) Harus memiliki surat izin bekerja dengan listrik ≥ 380 V (hanya berlaku 1 shift)
3) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
4) Form Inspeksi Peralatan Listrik
5) Form P2H Peralatan Listrik
6) Terdapat wiring diagram
7) High Risk activity disusun oleh SH / DH user dan disetujui oleh PM / DPM

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/
LERENG RAWAN LONGSOR (FK < 1,3)

10. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG RAWAN LONGSOR (FK < 1,3)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja :
a) Mendapatkan induksi dari SHE Dept tentang dasar bekerja di dekat lereng/ tebing ( Prosedur
izin kerja aman didekat lereng/ tebing, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja, di
dekat lereng/ tebing)
b) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan berupa PKH
c) Menandatangani sosialisasi JSA bekerja di dekat lereng/ tebing
d) Personil yang terlibat dalam pekerjaan di lapangan (di lokasi kerja) namun tidak terbatas pada,
antara lain Operator A2B, Driver DT HD, Operator Grader, Operator Dozer, Tim Survey, Tim
Geotech, dan Driver Sarana (Light Vehicle dan Light Truck) harus setidaknya memiliki
pengalaman kerja minimal 1 (satu) tahun serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus
diluar profesi dan jabatannya dan wajib memahami prosedur kerja di area tersebut
e) Khusus untuk operator unit subcont dengan masa kerja kurang dari 1 tahun, diperkenankan
bekerja di area tersebut dengan catatan sudah mengikuti training area kritis dan orientasi bekerja
di area kritis dengan pengawasan khusus oleh Group Leader
f) Memiliki work permit jika bekerja di dekat lereng/tebing yang telah disetujui DH user, PM /
DPM dan diketahui oleh SHE DH
2) Pengawas ( GL )
a) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP)
b) Telah mendapatkan pelatihan dasar bekerja di dekat lereng/ tebing ( Prosedur izin kerja aman
didekat lereng/ tebing, Inspeksi dan pemeliharaan peralatan untuk bekerja didekat lereng/
tebing, pengendalian keadaan darurat dari dekat lereng/ tebing ) dari pihak ke tiga atau internal
SHE Dept

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum
pekerjaan dilakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
b) GL melakukan full observasi
Untuk pekerjaan di dekat lereng/ tebing yang terpantau melalui alat pemantau lereng yang
ditetapkan seperti SSR (Slope Stability Radar), RTS (Robotic Total Station), Prisma ataupun alat
pemantau lereng yang standar, pengawasan dilakukan sebagai berikut :
• SH melakukan over inspeksi & observasi minimal 2 kali per hari
• DH melakukan overinspeksi & observasi minimal 1 kali per hari
• PM/DPM melakukan oversinspeksi & observasi 2 hari sekali (random)
2. SHE Dept akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x per hari
3. PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja di
dekat lereng/ tebing setiap hari

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Safety device & APD
a) APD (Helm, sepatu pelindung, sarung tangan, rompi reflektif dan safety harness) harus diperiksa
dan dipastikan baik
b) APD khusus untuk orang yang bekerja di deket lereng/ tebing
adalah lifelines (sabuk/ tali keselamatan). Syarat-syarat yang
harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah :
SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI DEKAT TEBING/
LERENG RAWAN LONGSOR (FK < 1,3)

10. BEKERJA DI DEKAT TEBING/ LERENG RAWAN LONGSOR (FK < 1,3) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - LANJUTAN


• Tidak mengganggu aktivitas pemakai tapi mampu untuk menahan dan menyerap
goncangan yang kuat
• Jika memakai lifelines secara horizontal harus digunakan sejalan dengan lanyard (tali
penyandang) dan ditanam pada 2 titik yang mampu menahan bobot mati maksimum
• Lanyard yang baik adalah yang terbuat dari nylon/ polister, yang berdiameter 19 mm / lebih

2) Tersedia Fasilitas Keadaan Darurat di Pos ERT , antara lain:


a) Stretcher/tandu lipat : alat transportasi korban dari dekat lereng/ tebing/sebaliknya
b) Scop Stretcher : alat untuk memindahkan korban
c) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
d) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
e) Immobilation : Berguna menstabilkan kepala korban
f) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban) : Penanganan trauma sementara korban
kecelakaan
g) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan
h) Barricading tape/safety line : tanda garis pembatas
i) Traffic cone : tanda pembatas kendaraan
j) Rescue car/ambulance

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) PKH dari Dept Head User
3) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
4) Work permit untuk pekerjaan di dekat lereng/ tebing > 5 meter rawan longsor yang disetujui oleh PM
/ DPM
5) Terdapat Escape Plan dan dilakukan drill
6) Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di dekat lereng/tebing antara lain
dengan ketentuan sbb:
a) Status AMAN : : Jika pergerakan dari lomgsoran 0 - 2 mm/hari dimonitor 1x /bulan, 2 - 5
mm/hari dimonitor setiap minggu, 5 - 10 mm/hari dimonitor setiap 2 hari, 10 - 50 mm/hari
dimonitor setiap hari. Status masih dikategorikan boleh bekerja dibawah pengawasan oleh
Group Leader Produksi
b) Status HATI HATI dan WASPADA : Jika pergerakan dari longsoran > 50 mm/hari harus
dipantau terus menerus, status sudah dikategorikan awas dan Grup Leader Produksi harus
melakukan pengawasan ekstra dan memantau terus pergerakan longsoran, melaporkan ke
supervisor dan tim tanggap darurat yang bertugas
c) Status EVAKUASI : Jika pergerakan dari longsoran lebih dari 50 mm/10 jam,5 mm/jam, 4 mm/
30 menit, dan 3 mm/ 15 menit maka status di nyatakan tidak aman, sirine akan berbunyi dan
harus segera evakuasi keluar dari area tersebut dibawah komando Group Leader Produksi yang
bertanggung jawab langsung dan Tim Emergency Response yang bertugas di lokasi

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI RUANG TERBATAS
(CONFINED SPACE ENTRY)

11. BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACE ENTRY)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja:
a) Sehat (Sesuai parameter MCU dari perusahaan) diantaranya tidak : menderita sakit ayan atau
epilepsi, penyakit jantung atau gangguan jantung, asma, bronchitis atau sesak napas apabila
kelelahan, gangguan pendengaran, sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat
menyebabkan disorientasi, klaustropobia, atau gangguan mental lainnya, gangguan atau sakit
tulang belakang, gangguan penglihatan permanen, penyakit lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan selama bekerja di ruang terbatas
b) Mendapatkan pelatihan kompetensi bekerja di ruang terbatas atau sudah memiliki kompetensi
Teknisi K3 Ruang Terbatas
c) Didampingi atau diawasi melekat dari orang yang sudah mendapatkan sertifikasi kompetensi
Petugas K3 Madya Ruang Terbatas/Ahli Muda Ruang Terbatas
d) Mendapatkan instruksi dan ijin dari atasan
e) Memahami langkah kerja aman sesuai JSA bekerja di ruang terbatas
f) Memiliki work permit Ruang Terbatas yang telah disetujui DH user, PM / DPM dan diketahui
oleh SHE DH
2) Pengawas ( GL ) :
a) Sehat (Sesuai parameter MCU dari perusahaan)
b) Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP)
c) Telah mendapatkan pelatihan kompetensi Petugas K3 Madya Ruang Terbatas/ Ahli Muda
Ruang Terbatas, telah mendapatkan authority sebagai LOTO Controller, telah mendapatkan
pelatihan pengendalian keadaan darurat di ruang terbatas dari pihak ke tiga atau internal SHE
Departemen

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) GL melakukan inspeksi peralatan, perlengkapan kerja, safety device dan APD sebelum pekerjaan
dilakukan dan setelah pekerjaan dilakukan
2) GL dan SH secara bergantian melakukan full observasi dan memeriksa hasil pengukuran kontinyu
dari gas detektor dan sistem ventilasi
3) DH & SHE Leader/Coordinator melakukan overinspeksi & observasi minimal 1x
4) SHE Dept Head akan melakukan pemantauan dan verifikasi pengendalian minimal 1x
5) PM / DPM akan melakukan monitoring - evaluasi efektifitas implementasi pengendalian bekerja
ruang terbatas

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) APD & safety device: SCBA, Gas Detektor yang masih terkalibrasi, life line, Full Body Harness,
Safety helmet, shoes dan hand glove, PASS bila ruang terbatas yang dalam dan melorong
2) Ventilasi dilusi : exhause system berikut flexible ducting dan bukaan lubang
3) Akses masuk ke ruang terbatas : tangga, tripod berikut retrival block, lampu penerangan
4) Fasilitas Keadaan Darurat:
a) SCBA cadangan minimal 2 set
b) Stretcher/tandu lipat : alat transportasi korban dari ketinggian/sebaliknya
c) Scop Stretcher : alat untuk memindahkan korban
d) Spinal Board : alat untuk penanganan korban patah tulang punggung
e) Collar Neck : berguna untuk menstabilkan leher korban
f) Immobilation : berguna menstabilkan kepala korban
SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DI RUANG TERBATAS
(CONFINED SPACE ENTRY)

11. BEKERJA DI RUANG TERBATAS (CONFINED SPACE ENTRY) - Lanjutan

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - LANJUTAN


4) Fasilitas Keadaan Darurat:
g) Trauma Kit (mitela, bidai, kasa, gudel, elastis perban) : Penanganan trauma sementara korban
kecelakaan
h) Oxigen terapi : Penangan bantuan pernafasan

1.4 ASPEK SYSTEM


1) High Risk Plan yang disusun oleh DH user dan disetujui oleh PM / DPM
2) PKH dari Dept Head User
3) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL) dan telah direview oleh SH, DH, SHE SH/DH dan
PM/DPM
4) Work permit untuk pekerjaan ruang terbatas proses persetujuannya oleh PM / DPM
5) Monitoring & evaluasi efektifitas high risk plan untuk bekerja di ruang terbatas setelah pekerjaan
diselesaikan dan dilaporkan ke PM/DPM

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN PANAS
(Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah meledak/terbakar atau pekerjaan
yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan panas)

12. BEKERJA DENGAN PANAS (Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah
meledak/terbakar atau pekerjaan yang di luar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan
panas)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Pekerja (Welder): Memiliki sertifikasi kompetensi pengelas yang diakui oleh LSP (sesuai
persyaratan) keahlian, memahami prinsip dasar pencegahan kebakaran, pemahaman terhadap bahan
mudah menyala dan meledak (mengacu pada NFPA (National Fire Protection Asosiation), dan telah
mendapat pelatihan penanggulangan kebakaran
2) Pengawas ( GL ): Memiliki kompetensi pengawas Operational (POP atau Pra POP), memahami
prinsip dasar pencegahan kebakaran, pemahaman terhadap bahan mudah menyala dan meledak
(mengacu pada NFPA (National Fire Protection Asosiation), dan telah mendapat pelatihan
penanggulangan kebakaran

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) Pengawas menunjuk seorang sebagai fire watch atau pemantau api yang bertugas mengawasi
pekerjaan pengelasan dengan cara:
a) Melakukan metode cold work (pembasahan permukaan bahan bakar dengan semprotan air
selama pekerjaan berlangsung dan pada periode 30 - 60 menit setelah pekerjaan selesai
dilakukan
b) Memastikan sumber panas dibatasi di area pengelasan
c) Bertanggung jawab untuk menghentikan pengelasan ketika kondisi tidak aman
Apabila area pengelasan tidak dapat terlihat dari satu titik, maka pengawas menambah petugas fire
watch, setelah periode pengamatan selama 1 jam, area kerja pengelasan dipantau secara berkala
selama 3 jam
2) Membuat dan mengobservasi JSAO
3) Sosialisasi standar prosedur kerja terkait :
a) Penggunaan APD
b) Fasilitas proteksi kebakaran
c) P2H alat las
d) Cara untuk memeriksa kandungan hidrokarbon atau gas lain yang mudah terbakar (Gas
Detector)
4) Pengawasan Melekat :
a) GL melakukan inspeksi per 30 menit sekali
b) SH melakukan over inspeksi 1 jam sekali
c) DH melakukan over inspeksi 6 jam sekali
d) PM/DPM melakukan over inspeksi 1 hari sekali (random)

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN PANAS
(Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah meledak/terbakar atau pekerjaan
yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan panas)

12. BEKERJA DENGAN PANAS - Lanjutan


1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR
1) Tipe alat pengelasan : manual, automatic, dan semi automatic
Mesin las listrik :
a) Dilengkapi alat penurun tegangan otomatis
b) Harus menggunakan kabel dan pemegang elektroda yang berisolator sempurna
c) Pemegang elektroda (stang las) harus diletakkan pada tempat yang berisolator atau digantungkan
bila tidak digunakan
d) Grounding harus tersambung dengan dengan baik
e) Tersedia elektroda saat pengelasan
f) Dalam keadaan istirahat atau tidak mengelas, mesin las harus dimatikan
Tabung Oxy Acetelyne :
a) Selang dan sambungan dalam kondisi baik (tidak ada kebocoran dan penyambungan dengan
metode crimping)
b) Flashback Arrestor terpasang di torch (stang blender) dan regulator
c) Regulator dalam kondisi baik (tidak bocor, gauge berfungsi dengan baik)
2) Pengaturan dan pengawasan lingkungan
a) Ventilasi : Membuang debu asap dan gas sehingga udara di dalam ruang kerja tetap bersih
b) Exhaust Fan
3) Pengelasan dekat bahan mudah terbakar/meledak :
a) Tangki harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar, dan cat yang mudah terbakar
b) Menggunakan gas detector
c) Lantai pengelasan bersih dari tumpahan bahan mudah terbakar
d) Melapisi lantai yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar dengan terpal tahan api atau
dengan bahan yang tidak mudah terbakar
e) Menutupi semua lubang di dinding dan lantai dengan fire stop material. Tutup semua akses pintu
untuk mencegah percikan api berpindah ketempat lain
f) Pindahkan semua cairan mudah terbakar dari area pengelasan, atau lindungi dengan welding
blanket, welding pads, dan welding curtain jika bahan cairan mudah terbakar tidak bisa
dipindahkan dari lokasi pengelasan
4) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran : posisi sistem proteksi kebakaran, baik sistem proteksi
aktif ataupun sistem proteksi pasif mudah terjangkau
5) Melakukan boxing (pembatasan) :
a) Radius 11 meter horizontal & radius 5 - 15 meter vertikal dari titik lokasi pengelasan
b) Jika bahan bakar tidak dapat dipindahkan, maka lindungi bahan bakar dengan cara menutupi
dengan welding pad/welding blanket atau membatasi penyebaran sumber panas agar tetap
dilokasi pengelasan dengan welding curtain
c) Welding pad : Tahan paparan panas (maksimal 500°F (260°C))
6) Alat Pelindung Diri:
Menggunakan APD yang tepat dan sesuai dengan jenis pekerjaan dan pastikan dalam keadaan baik
a) Hand Gloves/Sarung tangan kulit jenis 2 jari & 5 jari (apabila tangan berkeringat maka untuk
menghindari bahaya listrik bagian dalamnya harus dilapisi dengan sarung tangan katun)
b) Ear muff
c) Welding & Dust mask : Pelindung debu & pelindung racun

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
BEKERJA DENGAN PANAS
(Pengelasan yang terdapat atau dekat bahan yang mudah meledak/terbakar atau pekerjaan
yang diluar area workshop yang tidak dirancang untuk pekerjaan panas)

12. BEKERJA DENGAN PANAS - Lanjutan


1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR - LANJUTAN
d) Pelindung muka : Helmet pelindung muka (kedok las)
e) Ear plug
f) Safety shoes
g) Safety goggles
h) Apron
i) Full body suit
7) Bahan mudah terbakar/cairan mudah terbakar, meliputi:
a) Berada di dalam konstruksi bangunan berjarak kurang dari 11 meter dari titik kegiatan
b) Berjarak lebih dari 11 m (35 ft) dari titik kegiatan tetapi dapat terbakar dengan mudah oleh
percikan api
c) Lubang di dinding atau lubang di lantai di dalam radius 11 m (35 ft) yang menampakkan bahan
yang mudah terbakar di area sekitarnya, termasuk ruang tersembunyi di dinding atau lantai
d) Berlokasi dekat dengan sisi belakang dari partisi, dinding, langit - langit atau atap dan cenderung
mudah terbakar
8) Pengelasan/Pemotongan drum bekas bahan bakar :
a) Tutup drum dalam posisi terbuka
b) Drum bersih dari oil / fuel / grease ( bahan bakar )

1.4 ASPEK SYSTEM


1) P2H mesin las/oxy acetilyne
2) Pemeriksaan awal (Pre-check) lokasi pengelasan
3) Surat ijin bekerja panas dari PM / DPM
4) JSAO
5) Isolation system (LOTO)
6) Melakukan monitoring suhu pada bahan mudah terbakar pada saat aktivitas pengelasan berlangsung.
Stop pengelasan jika terdeteksi titik panas pada bahan
7) Melakukan pengukuran gas dengan menggunakan detektor gas
8) Kontrol Pengawas :
a) Checklist Observasi
b) Checklist inspeksi
c) Laporan Pengawas

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM


PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
REMOVE INSTAL RODA HEAVY DUTY DUMP TRUCK
TYPE DISC WHEEL (unit HD785-7. HD465-7)
DAN TYPE RIM WHEEL (730E, HD 1500-5/7) DI JALAN AKTIF

13. REMOVE INSTAL RODA HEAVY DUTY DUMP TRUCK TYPE DISC WHEEL (unit HD785-7.
HD465-7) DAN TYPE RIM WHEEL (730E, HD 1500-5/7) DI JALAN AKTIF

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Memiliki authority mengoperasikan Tyre Handler
2) Pekerjaan dilakukan minimal minimal 3 orang : 1 operator tyre handler dan 2 orang tyreman
3) Pekerja menggunakan APD (Sarung tangan katun, Ear Plug / Ear Muff/ Safety Glasses, Safety
Helmet, Safety Shoes) saat bekerja
4) Pekerja sudah mendapatkan Training : Tyre Utilization
5) Jika dikerjakan di jalan aktif harus terdapa Traffic Man

1.2 ASPEK SUPERVISI


1) GL melakukan pengawasan dan observasi hingga pekerjaan selesai

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan Kerja dan alat bantu kerja:
a) Tyre Handler :
- WA500 lebar attactment 3 mtr (untuk Disc Type Wheel)
- WA600 + attachment 5.5 mtr untuk 730E (untuk Rim Type Wheel)
- WA500 + attactment 4.5 mtr untuk HD1500-5/7 (untuk Rim Type Wheel)
b) Kompresor Kap. 10 s/d 12 Bar
c) Hydraulic Jack :
- Kapasitas minimal HD785 : 100 ton dan HD465 : 80 ton (untuk Disc Type Wheel)
- Kapasitas minimal 150 ton single action (untuk Rim Type Wheel)
d) Stand Jack, SWL Min. HD785: 100 ton, HD465: 80 ton dan HD1500-5/7 & 730E: 150 ton
e) Impact Hanger untuk Rim Type Wheel (optional)
f) Impact Wrench : Pneumatic, sq. Drive 1/2“ torsi max 650 Nm
g) Torque wrench (Pneumatic / electric / manual) torsi 500-2100 Nm
h) Socket Impact : Hexagon for heavy duty, ukuran 46 mm untuk HD785 dan HD465, ukuran 41
mm untuk 730E dan 50 mm untuk HD1500-5/7
i) Wheel Chock for heavy duty (2 piece)
j) Wedge Band Remover (local made) untuk 730E dan HD1500-5/7
k) Spacer Remover (local made) untuk 730E dan HD1500-5/7
l) Automatic Inflator include hose reel dan snap on chuck large bore
m) Hand Tool : Pry Bar, Core remover, Cap remover, Tread Depth OTR, Wire Brush, pressure
gauge OTR, open end wrench uk. 13, 17, 19, 24 dan 27 mm
n) Alat marking stud & Nut
2) Komponen Kerja : Roda sesuai standart PTMS no.TYR/10/015/STD, ukuran tyre dan rim pada unit
3) Material kerja : Anti Karat (WD40), anti seize, Penetran Oil, marker / cat semprot (putih)"
4) Dump Truck diparkir dengan benar dan aman pada tempatnya
5) Posisikan lock out switch pada posisi off dan pasang Lock Out dan Danger Tags
6) Pasang Wheel Chock pada bagian sisi ban yang tidak akan dibongkar
7) Penerangan/tower lamp dan lampu penerangan portable untuk mekanik (jika dikerjakan malam hari
di jalan aktif/di luar workshop, penerangan min 200 lux)
8) Tumpukan material di depan dan belakang unit (10 meter) dan traffic cone (25 meter)
1.4 ASPEK SYSTEM
1) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
2) P2H tyre handler dan peralatan kerja lainnya
3) Form Penggantian ban harian
SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
MOUNTING BIG TYRE

14. MOUNTING BIG TYRE (DUMP TRUCK dan NPE)

1.1 ASPEK PEOPLE


1) Memiliki authority mengoperasikan Tyre Handler
2) Minimal 2 orang : 1 operator tyre handler dan 1 orang tyre man
3) Pekerja menggunakan APD (Sarung tangan katun, Ear Plug / Ear Muff/ Safety Glasses, Safety
Helmet, Safety Shoes) saat bekerja
4) Pekerja sudah mendapatkan Training : Tyre Utilization
5) Untuk Pekerja baru sudah mendapatkan orientasi minimal 3x untuk aktivitas tersebut

1.2 ASPEK SUPERVISI


GL mengetahui pekerjaan yang dilakukan dan melakukan observasi

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan Kerja dan alat bantu kerja:
a) Tyre Handler :
- WA600 lebar attachment 5 mtr untuk 730E.
- WA500 lebar attactment 4.5 mtr s/d 2 mtr untuk HD1500, HD785, HD465, WA800,
WA600, WA500, GD24H, GD825, GD755, GD705
b) Kompresor Kap. 10 s/d 12 Bar
c) Automatic Inflator include hose reel dan snap on chuck large bore
d) Stand Assembling
e) Soft Hammer kap. 5 kg
f) Air grinding
g) Hand Tool : Pry Bar, Core remover, Cap remover, open end wrench uk. 13, 27 mm
h) Hose deflator untuk pengurangan pressure tyre

2) Komponen Kerja : Tyre dan Rim sesuai spesifikasi standar PTMS no.TYR/10/015/STD, Ukuran Tyre
dan Rim Pada Unit, serta o-ring dan valve set
3) Material kerja : Mounting Paste, Tyre coolant
4) Bendera sebagai tanda saat ada crew tyre yang masuk ke dalam Rim / Tyre saat proses mounting /
demounting
5) jarak aman saat pengisian angin : Untuk ukuran tyre di atas 14.00R25, batas aman saat proses
pengisian angin adalah 6 meter di posisi di belakang tread
6) Rambu dan demarkasi saat proses penambahan angin.

1.4 ASPEK SYSTEM


1) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
2) P2H tyre handler dan peralatan kerja lainnya
3) Form Mounting demounting tyre
4) Tahapan Pemompaan Tyre (mengikuti STD : TYR/10/001/STD)

Gambar jarak aman saat pengisian angin

Gambar Bendera crew tyre Gambar Tahapan Pemompaan Tyre SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM
PENGELOLAAN & PENGENDALIAN HIGH RISK
(HIGH RISK CONTROL PROTOCOL)
DEMOUNTING BIG TYRE

15. DEMOUNTING BIG TYRE


1.1 ASPEK PEOPLE
1) Memiliki authority mengoperasikan Tyre Handler
2) Minimal 2 orang : 1 operator tyre handler dan 1 orang tyre man
3) Pekerja menggunakan APD (Sarung tangan katun, Ear Plug / Ear Muff/ Safety Glasses, Safety
Helmet, Safety Shoes) saat bekerja
4) Pekerja sudah mendapatkan Training : Tyre Utilization
5) Untuk Pekerja baru sudah mendapatkan orientasi minimal 3x untuk aktivitas tersebut

1.2 ASPEK SUPERVISI


GL mengetahui pekerjaan yang dilakukan dan melakukan observasi

1.3 ASPEK INFRASTRUKTUR


1) Peralatan Kerja dan alat bantu kerja:
a) Tyre Handler :
- WA600 lebar attachment 5 mtr untuk 730E.
- WA500 lebar attactment 4.5 mtr s/d 2 mtr untuk HD1500, HD785, HD465, WA800,
WA600, WA500, GD24H, GD825, GD755, GD705
b) Bead breaker
c) Hand Tool : Pry Bar, Core remover, Cap remover, open end wrench uk. 13, 27 mm

2) Komponen Kerja : Roda sesuai spesifikasi standar PTMS no.TYR/10/015/STD, Ukuran Tyre dan
Rim Pada Unit
3) Material kerja : Anti Korosi
4) Bendera sebagai tanda saat ada crew tyre yang masuk ke dalam Rim / Tyre saat proses mounting /
demounting

1.4 ASPEK SYSTEM


1) JSA yang dibuat oleh Pengawas (minimal GL)
2) P2H tyre handler dan peralatan kerja lainnya
3) Form Mounting demounting tyre

SKB No: JIEP/SHE/20/88/MM

You might also like