You are on page 1of 2

PENGARUH POLA ASUH DAN LINGKUNGAN TERHADAP

KARAKTER ANAK
Oleh : Siti Saudah dan Siti Manistia Nengseh
MA As Sholchah Warungdowo

Minimnya akhlak di kalangan generasi muda bukanlah suatu hal yang diinginkan
oleh masyarakat. Karena sepintar apapun seseorang jika belum bisa menjaga tingkah laku
dan perbuatannya maka sama saja hasilnya nol di mata orang lain. Akhlak merupakan
salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap anak. Rasulullah pernah bersabda
yang artinya, ”anak adalah rahasia orang tua”. Abu Zakariyah an Ambari juga berkata,
“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa
ruh”. Dan sebagian ulama‟ mentakwil dengan artian anak adalah rahasia baik buruknya
orang tua. Baik buruk akhlak seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah pola asuh orang tua.

Ada beberapa jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya. Pertama, pola asuh
Otoriter yaitu pola asuh orang tua yang cenderung memerintah dan melarang tanpa peduli
keinginan anak. Kedua, pola asuh Permisif yaitu pola asuh yang terlalu membebaskan,
memanjakan anak tanpa memberi aturan tertentu. Terakhir, pola asuh Demokrasi yaitu
pola asuh yang menitik beratkan kepada kebebasan anak tetapi orang tua juga tetap
memantaunya. Dari ketiga pola asuh tersebut, pola asuh Demokratif merupakan pilihan
terbaik, karena pola asuh ini akan membentuk anak menjadi lebih prercaya diri, berani,
mampu bereskplorasi, dan tidak merasa terkekang.

Pepatah mengatakan, „Buah jatuh tak jauh dari pohonnya‟. Dari kata itu sudah jelas
apa apa yang dilakukan orang tua kebanyakan akan ditiru oleh anaknya. Sebagaimana
yang telah dikatakan Gus Bahauddin Nur Salim, “Jangan mengira bahwa anak nakal itu
tidak ada hubungan nya dengan orang tua, sangat berhubungan. Jika kalian ingin melihat
dirimu, maka lihatlah anakmu”. Dari sini kita bisa melihat bahwa terdapat hubungan pola
asuh terhadap karakter anak. Orang tua yang kurang mementingkan akhlak menyebabkan
anak juga kurang mementingkan akhlak. Maka wajar jika orang tua harus lebih tegas
dalam mendidik anaknya, khusunya mengenai akhlak.

Zaman semakin maju, teknologi semakin canggih, maka dalam hal ketegasan
mengasuh dan mendidik anak, orang tua juga harus memperhatikan pola perkembangan
zaman. Hal ini dilakukan agar anak dapat bertumbuh sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana yang pernah dikatakan Sayyidina Ali bin abi tholib “Didiklah Anak
Anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu”.

Selain pola asuh orang tua, lingkungan juga bisa menjadi faktor yang berpengaruh
dalam pembentukan karakter anak. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
sosial, pendidikan, serta lingkungan pertemanan. Kuatnya pengaruh teman juga dapat
melemahkan ikatan anak dengan orang tua jika tidak dipantau dengan baik. Selain itu,
banyak waktu yang diluangkan anak di luar rumah bersama teman–teman nya membuat
kebiasaan yang dimiliki oleh temannya juga dilakukan olehnya. Jika temannya memiliki
kebiasaan baik maka anak itu juga akan memiliki kebiasaan yang baik dan sebaliknya.

Dalam kitab Ta’limul muta’allim karangan Syaikh Al Zarnuji menjelaskan,


“Jangan kau tanyakan jati diri seseorang, tetapi lihatlah siapa temannya. Karena seseorang
akan mengikuti perilaku temannya”. Ini menunjukkan bahwa seorang itu tergantung
kebiasaan, jalur, dan perjalanan hidup teman atau sahabatnya. Oleh karenanya, orang tua
juga harus mampu mengarahkan anaknya agar bisa itu memilih teman yang baik
akhlaknya agar tertanam dalam dirinya akhlak yang baik juga.

Syeikh bin Baaz mengatakan, “Saudaramu yang sebenarnya adalah yang


menasehatimu, mengingatkanmu dan mengajakmu kepada Allah. Dia mengajarkan jalan
keselamatan sampai engkau berjalan di atas jalan itu, dan dia mengingatkanmu dari jalan
kehancuran dan menjelaskan kepadamu jejaknya akibat dari jalan itu sampai engkau
menjauhinya”.

Pendidikan islam yang diajarkan guru kepada anak juga berpengaruh pada
pembentukan karakter anak yang berakhlak. Guru yang berakhlak akan mengantar
siswanya menjadi berakhlak. Sebagaimana makna Guru, yakni orang yang „digugu‟ dan
„ditiru. Jadi sudah selayaknya guru haru menjadi uswatun hasanah bagi anak didiknya.
Habib Abdul Qodir bin Ahamad Assegaf berkata “Jika ilmu didapatkan dengan cara
belajar, maka adab diperoleh dengan berguru”. Dari kutipan tersebut sudah jelas bahwa
peran guru juga sangatlah penting dalam membentuk karakter anak.

Dari semua pemaparan di atas bisa kita lihat bahwa akhlak anak tidak muncul
begitu saja, tetapi melalui proses pembiasaan dan contoh. Anak tidak bisa serta merta
dituntut menjadi anak yang baik, tetapi anak juga membutuhkan contoh, arahan, kesabaran
dan ketelatenan semua pihak dalam mendidiknya. Oleh karenanya, perlu peran penting dan
kerjasama semua elemen demi terwujudnya generasi emas yang berkarakter mulia.

You might also like