You are on page 1of 30

LABORATORIUM GEOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Nomor Tugas : 06
Mata Kuliah : Praktikum Geologi Dasar

LAPORAN AKHIR
PENGENALAN BATUAN BEKU DAN BATUAN
PIROKLASTIK

Nama : Zahra Dilla


NPM : 10070121013
Shift Praktikum : IV (Empat) / 08.00– 10.30 WIB
Hari/ Tanggal Praktikum : Selasa, 22 Februari 2022
Hari/ Tanggal Laporan : Selasa, 01 Maret 2022
Asisten : 1. Indra Karna Wijaksana, S.Pd., M.T.
2. Wahyu Budhi Khorniawa, S.T., M.T.
3. Ir. Sri Indiarto
4. Deni Mildan, S.T., M.T
5. Muhammad Aziz Rahmatullah
6. Roberto Wahab

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Waarahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sholawat serta
salam tidak lupa penulis ucapkan kepad nabi Muhammad SAW yang menjadi
teladan bagi kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini
dengan tepat waktu.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada para
instruktur Laboratorium Geologi Universitas Islam Bandung yang telah
memberikan ilmu serta wawasannya sehingga penulis dapat memahami dan
mengerti mengenai apa yang telah dijelaskan, sehingga akhirnya tersusunlah
laporan akhir. Hal ini penulis lakukan untuk memenuhi tugas laporan akhir
Terlepas dari semua itu, saya penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya
dalam pembuatan laporan akhir ini. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari
pembaca sangat berguna untuk pembuatan laporan ke depannya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bandung, 01 Maret 2022

Zahra Dilla
10070121013

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum ................................................................. 2
1.2.1 Maksud ........................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
2.1 Batuan ..................................................................................................... 3
2.2 Batuan Beku ............................................................................................ 3
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Genesa Batuan Beku .................................. 5
2.4 Mineral Penyusun Batuan Beku ............................................................... 6
2.4.1 Mineral Utama............................................................................. 6
2.4.2 Mineral Tambahan ...................................................................... 6
2.4.3 Mineral Sekunder ........................................................................ 6
2.5 Serie Bowen ............................................................................................. 6
2.6 Batuan Piroklastik .................................................................................... 8
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
3.1 Tugas ..................................................................................................... 10
3.2 Pembahasan .......................................................................................... 10
3.2.1 Deskripsi Batuan Beku .............................................................. 10
3.2.2 Deskripsi Batuan Piroklastik ...................................................... 12
3.2.3 Manfaat Batuan Beku dan Batuan Piroklastik............................ 14
3.2.4 Genesa batuan piroklastik ......................................................... 16
3.2.5 Orogenesa, Serie Bowen, Tubuh Batuan Beku, Rock Cycle ..... 17
BAB IV ANALISIS ............................................................................................. 23
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
FORM PENILAIAN LAPORAN ........................................................................ 26
LAMPIRAN........................................................................................................ 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertambangan didasari dengan salah satu cabang ilmu yaitu ilmu
geologi yang merupakan suatu mineralogi yang mempelajari berbagai bentuk
bumi serta mineral dan batuan dimulai dengan mengetahui sifat fisik dan kimi
dari mineral tersebut. Pertambangan merupakan sebagian atau salah satu
kegiatan yang dilakukan untuk pengambilan endapan galian berharga yang
berharga dari dalam kulit bumi, baik pada permukaan bumi maupun di bawah
permukaan bumi. Hasil dari kegiatan pertambangan ini dapat berupa , minyak
dan gas bumi, bijih emas, perak, batubara, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit,
bijih tembaga, dan lain-lain.
Penguasaan mineral dan batubara oleh negara dikelola oleh pemerintah
pusat, kewenangan pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara diatur dalam undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang mineral dan
batubara. Mineral dan batubara sebagai sumberdaya alam yang tak terbarukan
merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat.
Negara Indonesia memiliki sumber daya alam dengan potensi mineral yang
sangat melimpah yang memiliki tingkat kekerasan yang dapat di ukur dengan
tingkat skala mosh. Hal ini dikarenakan adanya siklus batuan yang di sebabkan
aktivitas dapur magma di perut bumi. Batuan cair yang memiliki suhu atau
tekanan di atas 1000℃ ini selalu bergerak dalam selubung mantel bumi. Lapisan
kerak bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang terus bertumbukan dan
menyisakan banyak retakan di luar mantel. Tekanan dan suhu yang kuat akan
mendorong suatu magma untuk keluar ke permukaan. Batuan-batuan yang telah
ada akan larut dengan cairan superpanas dan bertekanan tinggi saat mulai naik.
Sebagai makhluk hidup tentu saja membutuhkan mineral dalam kehidupan
sehari-hari . Contohnya perlatan dapur, peralatan sekolah hingga kosmetik
kebanyak berasal dari bahan mineral. Bahkan dapat dikatakan bahwa seorang
manusia hidup tidak lepas dan terlepas dari bahan galian industri mineral.

1
2

Dengan perkembangan nya zaman yang semakin maju, mineral-mineral itu dapat
di manfaatkan sesuai dengan bahan mineral itu sendiri yang bisa dimanfaatkan
untuk apa saja.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud
Maksud dilakukannya pembuatan laporan ini yaitu agar dapat mengenal
pengetahuan mengenai ilmu keterbentukkannya batuan beku dan batuan
piroklastik.

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Mengetahui pengertian batuan beku
2. Mengetahui pengertian batuan piroklastik
3. Dapat mendeskripsikan batuan beku dan batuan piroklastik
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Batuan
Batuan merupakan padatan alami yang terbentuk secara alami yang juga
terdiri dari satu atau lebih mineral yang terkandung di dalamnya terikat menjadi
satu. Batuan merupakan unsur penyusun kerak bumi di alam dengan
keterbentukkan batuan yang di sebut dengan siklus, sehingga pembentuknya
tidak terputus.
Semua batuan yang terbentuk di alam terbentuk dari magma, batuan lain
selanjutnya pun terbentuk atau kembali ke batuan induk atau magma. Batuan
yang pertama kali terbentuk yaitu batuan beku yang kemudian mengalami
pelapukan di alam dengan melalui proses pengendapan membentuk batuan
sedimen, kemudian melalui proses metamorf dan proses pembekuan sehingga
menghasilkan batuan metamorf. Batuan piroklastik yaitu batuan yang terbentuk
dari hasil ledakan gunung api akibat dari adanya gaya energi endogen dari
dalam bumi dan pada akhirnya kembali menjadi magma akibat dari proses
tertentu maka dalam pembentukan batuan terjadi secara siklus. Batuan itu
sendiri dapat dibedakan menjadi 4 jenis batuan yang saling betkaitan dan
pembentukkannya, yakni batuan beku, batuan piroklastik, batuan sedimen, dan
batuan metamorf.

2.2 Batuan Beku


Batuan beku yaitu batuan yang terbentuk dari magma yang muncul dari
permukaan kemudian mengalami penurunan suhu (kristalisasi magma), tetapi
tidak semua magma yang menjadi beku terbentuk di atas permukaan, ada juga
batuan beku yang terbentuk di bawah permukaan atau magma mengalami
kristalisasi ketika masih di bawah permukaan bumi. Magma itu berasal dari
batuan semi cair atau batuan yang sudah ada di mantel dan kerak. Biasanya,
proses peleburan ini terjadi di karenakan adanya peningkatan suhu, penurunan
tekanan dan perubahan komposisi.

3
4

Batuan beku dapat di identifikasikan berdasarkan karakteristik batuan beku


itu sendiri, termasuk sifat fisik dan komposisi mineralnya. Berdasarkan
pembentukkannya batuan beku terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Batuan Beku Pultonik atau Intrusive
Batuan beku ini terbentuk dibawah permukaan bumi, setelah magma
mendingin dan mengalami kristalisasi perlahan di dalam kerak bumi
sebelum naik ke permukaan bumi. Batuan intrusive ini umumnya
mempunyai tekstur yang kasar. Contoh dari batuan intrusive yaitu Gabro,
Granit, dan lain-lain.

Sumber : kompasiana.com, 2015


Gambar 1
Batu Granit

2. Batuan Beku Vulkanik atau Extrusive


Batuan beku ini terbentuk ketika magma keluar ke permukaan bumi atau
saat magma berada diatas permukaan bumi sebagai lava atau fragmen
yang membeku. Batuan jenis ini umumnya mempunyai tekstur batuan yang
halus. Contohnya dari batuan extrusive yaitu Diorit, Andesit dan lain-lain.

Sumber : ilmugeografi.com, 2019


Gambar 2
Batu Diorit

Batuan beku memiliki tekstur tertentu yang dimana dapat mengetahui letak
suatu magma membeku. Tekstur ini dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau
hubungan era tantara mineral yang merupakan bagian dari batuan dan anatara
5

mineral dengan massa gelas yang membentuk massa batuan. Tekstur-tekstur


batuan beku ini yaitu:
1. Granularitas
Granularitas ini yaitu besaran butir (ukuran) yang ada pada batuan beku.
Kelompok tekstur ukiran butir itu, yaitu :
a. Faneritik (phaneritic): terdiri dari butiran yang bisa terlihat apabila hanya
dengan mata telanjang.
b. Porfimitik (porphyritic): terdiri dari butiran berbagai ragam ukuran yang
relative berukuran besar pada masa dasar yang lebih halus dan
seragam.
c. Afanitik (aphanitic): terdiri dari butiran atau partikel yang tidak dapat
terlihat apabila hanya dnegan mata telanjang.
2. Kristanilitas
Kristanilitas ini yaitu derajat kekristalan dari suatu batuan beku pada saat
batuan tersebut terbentuk yang digunakan untuk menunjukan beberapa
banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak terbentuk kristal, serta
mencerminkan kecepetan pembekuan magma. Kristal tersebut akan
terbentuk kasar ketika proses pembekuannya berlangsung lambat.
Begitupun sebaliknya saat pembekuaannya berjalan dengan cepat, maka
kristal tersebut akan terbentuk dengan halus.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Genesa Batuan Beku


1. Diferensiasi magma
Diferensiasi magma yaitu suatu bentuk pada proses perubahan magma
yang homogen menjadi berbagai bentuk atau jenis batuan beku dengan
komposisi kimia dan fisika yang berbeda yang nantinya akan mengubah
komposisi magma berdasarkan golongan kandungan magmanya.
Diferensiasi magma ini dipengaruhi oleh tekanan, suhu, kandungan gas
dengan adanya amgma atau batuan lain yang mempengaruhi proses
diferensiasi magma.
2. Asimilasi magma
Asimilasi magma ini merupakan sebuah proses bataun samping (migling)
yang melebur akibat magma yang naik ke permukaan yang menyebabkan
6

magma menjadi asam yang awalnya bersifat basa, di sebabkan karena


komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam.
3. Fraksiniasi magma
Fraksiniasi magma ini yaitu ketika proses pemisahan dari magma asalnya
akan membentuk kristal-kristal akibat adanya gaya gravitasi yang
mengalami pemisahan dengan cairan magma saat terjadinya pendinginin
magma. Pada perkembangan komposisi larutan magma yang baru, kristal
tersebut tidak mengikuti perkembangan komposisi larutan nya atau tetap
utuh dan berhenti bereaksi mengikat unsur lain untuk membentuk mineral
lain.

2.4 Mineral Penyusun Batuan Beku


2.4.1 Mineral Utama
Proses kristalisasi magma akan membentuk mineral utama. Biasanya pada
mineral utama ini akan menentukkan parameter pendeskriprian mineral seperti
warna, nama, kekerasan dll. Pada kelompok mineral felsic biasanya memiliki
mineralnya berwarna terang, dan kekerasannya 2,5-2,7. Contohnya mineral
kuarsa dan feldspar. Sedangkan pada kelompok mineral mafic biasanya
mineralnya berwarna gelap dengan kekerasan 3,0-3,6. Contohnya olivine, biotit,
dll.
2.4.2 Mineral Tambahan
Pada dasarnya mineral tambahan ini terdapat pada batuan dalam jumlah
yang sedikit yang terbentuk karena kristalisasi magma. Contohnya mineral
Zeolite, Magnetit, dan Apatit.
2.4.3 Mineral Sekunder
Mineral sekunder ini yaitu mineral utama yang berubah yang berasal dari
pelapukan reaksi hidrotermal dan hasil metamorphosis pada mineral utama.
Contohnya Kaolin, kalsit, dan klorit.

2.5 Serie Bowen


Suatu proses pembekuan mineral ketika magma mendingin dan mengalami
reaksi yang spesifik yang menjadi faktor utama dalam pembentukkan minera itu
disebut seri rekasi bowen. Mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan
lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi
7

fraksional) ditemukan oleh Norman L.Bowen pada penelitiannya tahun 1929-


1930. Urutan kristalisai mineral pembentuk batuan beku dapat ditunjukan dengan
Seri Reaksi Bowen yang terdiri dari dua golongan.
1. Mineral mafik (berwarna gelap)
2. Mineral felsic (berwarna terang)

Sumber: gurugeografi, 2017.


Gambar 3
Seri Bowen

Olivin yaitu mineral mafik sebelah kiri yang pertama kali terbentuk dengan
tekanan yang tinggi yang dimana ketika selesai pembentukkannya akan
bereaksi dnegan larutan sisa pembentuk piroksen. Maka Olivin dan Piroksan
adalah pasangan “Incongruent Melting”. Biotit terbentuk pada tekanan suhu yang
rendah, maka Biotit termasuk mineral yang terbentuk paling akhir.
Plagioklas yaitu mineral yang paling banyak dan tersebar luas hingga dapat
mewakili mineral yang berada di sebelah kanan. Pada batuan beku seperti
Basalt dan Gabro terdapat Anorthite yang merupakan mineral yang pertama kali
terbentuk karena suhu yang tinggi. Albit yaitu mineral yang terbentuk paling akhir
dengan suhu yang rendah yang tersebar pada batian asam seperti granit. “Solid
Solution” yaitu reaksi kontinue pada plagioklas.
Mineral Potasium Feldspar ke mineral Muscovit dan mineral kuarsa akan
mepertemukan mineral sebelah kanan dan sebelah kiri. Mineral yang paling
stabil diantara semua mineral felsic dan Mafik adalah mmineral kuarsa,
sedangkan mineral yang tidak stabil yaitu mineral yang terbentuk pertama kali
yang mudah berubah menjadi mineral lain. Dua jalur/deret pembentukkan yang
berbeda dapat di gambarkan dengan “Y” pada lengan bagian atas. Deret
Continous (Reaksi yang berkelanjutan) berada pada lengan kanan atas yang
dapat diwakili dengan pembentukkan feldspar plagioklas, dan lengan kiri atas
8

terdapat Deret Discontinous (reaksi yang terputus-putus/tak berlanjut) yang dapat


diwakili dengan formasi mineral ferro-magnesium silikat.

2.6 Batuan Piroklastik


Erupsi gunungapi (volkanisme) yang pada dasarnya mengeluarkan magma
yang dilemparkan (explosive) ke udara akan membentuk batuan beku yaitu
batuan piroklastik. Batuan piroklastik adalah batuan yang susunananya disusun
oleh material hasil dari letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen, yang
kemudian mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapan nya,
lalu setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang
kemudian menjadi batuan piroklastik. Letusan gunung berapi yang mempunyai
material awalnya berbeda, lalu terendapkan sebelum mengalami suatu proses
transportasi oleh media air akan membentuk batuan piroklastik.
Di dalam gunung berapi magma yang bersifat encer bergerak ke
permukaan bumi menerobos melalui celah-celah oleh proses tektonisme,
sehingga jika magma tersebut bertekanan tinggi maka gunung tersebut meletus
dan magma pun terlempar ke udara dan menuju ke permukaan. Akibat dari
letusan tersebut maka selanjutnya terjadi suatu proses pendinginan yang sangat
cepat, sehingga magma membeku dan membentuk gelas (obsidian), dan batuan
apung dengan rongga-rongga yang mengandung gas. Material-material halus
terbentuk karena berat jenisnya yang sangat ringan yang umumnya akan
terbawa jauh oleh udara tetapi pada obsidian dan lapilli berada di sekitar puncak
gunung api atau pada area vulcanic flow.
Ukuran, bentuk fragmen dan tingkat konsolidasinya banyaj digunakan
dalam pengelompokkan piroklastik.
1. Bom vulkanik
Bom vulkanik ini saat terlempar ke udara masih dengan keadaan yang
bersifat lelehan, jadi ketika membeku dan jatuh akan bersifat leleh pijar dan
setelah mendingin akan memiliki permukaan rekah-rekah seluruhnya.
Fragmen ini berukuran lebih besar dari 64 mm.
2. Lapili
Lapili ini akan membentuk batuan yang dinalamakan lapilli anglomerat atau
lapilli breksia apabia memadat tergantung pada bentuk fragmennya.
Biasanya lapilli ini memiliki fragmen yag berukuran antara 64 dan 2 mm.
9

3. Debu vulkanik
Debu vulkanik ini akan memadat dan membatu yang dinamakan tufa yang
mengandung beberapa fragmen dengan ukuran yang besar (lapilli atau
breksi). Biasanya memiliki fragmen yang berukuran kurang dari 2mm
hingga menjadi ukuran debu.
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Deskripsikan 4 batuan beku.
2. Deskripsikan 3 batuan piroklastik.
3. Manfaat batuan beku dan batuan piroklastik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Jelaskan dan gambarkan genesa batuan piroklastik.
5. Gambarkan dan jelaskan Orogenesa, Serie Bowen, Tubuh Batuan Beku
dan Rock Cycle.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Deskripsi Batuan Beku
Parameter Deskripsi
Kode LG/BB/144/2022
Warna Silver
Granularitas Faneritik
Komposisi Mineral Biotite
Ganesa Batuan Instrusif
Jenis Batuan Asam
Nama Batuan Diatomite
Sketsa Foto

10
11

Parameter Deskripsi
Kode LG/BB/021/2022
Warna Dimgray
Granularitas Faneritik
Komposisi Mineral Plagioclasa
Ganesa Batuan Ekstrusif
Jenis Batuan Intermediet
Nama Batuan Peridotite
Sketsa Foto

Parameter Deskripsi
Kode LG/BB/885/2022
Warna Black
Granularitas Afanitik
Komposisi Mineral Pyroxene
Ganesa Batuan Instrusif
Jenis Batuan Basa
Nama Batuan Pyroxene
Sketsa Foto
12

Parameter Deskripsi
Kode LG/BB/003/2022
Warna Rosy Brown
Granularitas Afanitik
Komposisi Mineral Orthoclase
Ganesa Batuan Ekstrusif
Jenis Batuan Asam
Nama Batuan Ironstone
Sketsa Foto

3.2.2 Deskripsi Batuan Piroklastik

Parameter Deskripsi
Kode LG/BP/811/2022
Warna Blanched Almond
Ukuran Butir Debu/Tufa
Bentuk Butir Membundar
Kompaksi Mudah Hancur
Genesa Batuan Fall
Jenis Batuan Piroklastik
Nama Batuan Chalck
Sketsa Foto
13

Parameter Deskripsi
Kode LG/BP/559/2022
Warna Silver
Ukuran Butir Debu/Tufa
Bentuk Butir Menyudut
Kompaksi Udah hancur
Genesa Batuan Flow
Jenis Batuan Piroklastik
Nama Batuan Batulapili
Sketsa Foto

Parameter Deskripsi
Kode LG/BP/811/2022
Warna Rosy Brown
Ukuran Butir Debu/Tufa
Bentuk Butir Membundar
Kompaksi Mudah Hancur
Genesa Batuan Fall
Jenis Batuan Epiklastik
Nama Batuan Lamprophyre
Sketsa Foto
14

3.2.3 Manfaat Batuan Beku dan Batuan Piroklastik


Batuan beku memiliki kegunaannya masing-masing tergantung sifatnya.
Batuan yang pada dasarnya memiliki massa 2,6 biasanya dapat digunakan
sebagai bahan pekerjaan dengan teknik yang berat. Batuan beku memiliki
kerapatan yang tinggi dan tidak harus yang dapat dipakai dalam keperluan
pekerjaan di laut. Batuan beku juga memiliki warna yang indah yang dapat
digunakan sebagai pelapis dinding dan lantai. Batuan ini tidak dapat terpengaruh
oleh asam, hingga baik digunakan dalam suatu daerah industri. Karena batuan
beku ini keras, berat dan memiliki daya tahan yang besar yang dapat digunakan
membangun sebuah pondasi pengeras jalan dan sebagai bahan lantai. Batuan
beku juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat semen yaitu batuan beku
asam (acid), di mana kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit dan Ryolit.
1. Batuan Granit
Batuan granit biasanya digunakan sebagai interior bangunan, karena warna
dari batuan granit ini dapat memperindah ruangan. Selain itu dapat
dijadikan sebagai ubin lantai.
2. Batuan Andesit
Batuan andesit biasanya digunakan dalam bidang konstruksi, karena batu
andesit memiliki tingkat kekerasan yang cukup tinggi. Jadi bangunan jalan
raya maupun gedung bertingkat, menggunakan batuan andesit.
3. Batuan Obsidian
Batuan obsidian terbentuk karena ekstrusi magma yang mendingin dengan
sangat cepat dan tidak memiliki kristal. Biasanya batu obsidian ini dapat
dimanfaatkan menjadi bahan perhiasan dan pembuatan benda tajam.
4. Batuan Diorit
Batuan diorit tersusun dari batuan beku granit dan batu gabro yang
biasanya banyak dimanfaatkan dalam bangunan, yaitu:
a. Sebagai pondasi bangunan.
b. Sebagai pengeras pada jalanan.
c. Sebagai batuan ornamen pada dinding.
5. Batuan Gabro
Batu gabro ini proses terbentuknya dengan cara intrusi yang memiliki
warna yang gelap. Manfaat dari batu gabro ini adalah:
a. Sebagai landasan konstruksi bangunan.
15

b. Sebagai ubin lantai.


Letusan gunung api dari adanya erupsi akan mengakibatkan terbentuknya
batuan piroklastik yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia
di setiap harinya, yaitu:
1. Pumice
Batuan pumice ini memiliki kekuatan yang sangat cukup rendah, biasanya
dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan yang menjadi pengisolasi
panas dan suara karena memiliki ketahanan terhadap api. Selain itu batu
pumice juga dapat menjadi bahan campuran beton.
2. Tufa
Batuan piroklastik mempunyai batu jenis tupai yang didalamnya terdapat
abu vulkanik yang diakibatkan dari hasil letusan gunung api. Batuan ini
memiliki manfaat:
a. Dapat digunakan sebagai interior.
b. Sebagai bahan konstruksi.
c. Digunakan dalam arsitektur
3. Batuan Scoria
Batuan Korea ini yaitu batuan vulkanik yang di mana proses dari
produksinya ada yang permentasi dari lava. Batuan ini berwarna gelap dan
dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Bahan mentah semen, Skor ia memiliki komposisi yang mendominasi
adanya silika, besi, kapur, dan aluminium. Sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan mentah semen.
b. Batuan untuk pembuatan karet ban.
c. Bahan pembuatan pupuk
16

3.2.4 Genesa batuan piroklastik

Gambar 3.1
Genesa Batuan Piroklastik

Gunung api yang mengeluarkan magma dari dalam bumi yang disebabkan
oleh energi yang sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi yang
merupakan proses di mana awalnya terbentuk batuan piroklastik. Magma
membeku dan membentuk gumpalan yang mengeras disebabkan magma
dikeluarkan oleh gunung itu terlepas ke udara lalu menjadi sebuah batu.
Gumpalan-gumpalan itu memiliki tekstur dan struktur tertentu. Sedangkan batu
yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) oleh angin dan air,
batu itu disebut batuan epiklastik.
Endapan piroklastik awalnya terjadi karena adanya jatuhan pada saat
gunung api meletus dan pengendapan yang memiliki ukuran ketebalan yang
sama pada endapannya. Adanya penebalan apabila pada proses dan piroklastik
aliran akan membentuk piroklastik surge.
1. Fall (Piroklastik Jatuhan)
Endapan jatuhan piroklastik mempunyai suatu tebalan yang berukuran
sama disebabkan oleh letusan gunung api yang meledak melemparkan
pada suatu permukaan.
2. Flow (Piroklastik Aliran)
Endapan aliran piroklastik ini berisi batu yang memiliki ukuran atau abu
atau bongkahan yang pada dasarnya saat gunung api meletus dengan
17

kecepatan yang tinggi akan mengalir ke bawah pada saat adanya


longsoran.
3. Piroklastik Surge
Adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran akan membentuk endapan
piroklastik surge dari letusan gunung api yang kemudian mengalir.

3.2.5 Orogenesa, Serie Bowen, Tubuh Batuan Beku, Rock Cycle


1. Orogenesa
Oroganesa merupakan suatu lempeng tektonis yang bergerak sangat cepat
atau dengan waktu yang lebih singkat dan meliputi daerah yang sempit.
Gerakan ini merupakan Gerakan pembentuk pegunungan lipatan maupun
patahan.

Gambar 3.2
Orogenesa
a. Lipatan
Saat kedua lempeng kerak bumi yang saling berhadapan ini
bertabrakan, maka akan menyebabkan lipatan. Pelipatan lapisan
batuan disebabkan karena lapisan batuan pada kerak bumi yang
memperoleh tekanan hebat. Proses pelipatan lapisan batuan ini
merupakan awal pembentukkan pegunungan lipatan. Tekanan dengan
tingkat tenaga yang berlainan pada lapisan batuan dapat membentuk
lipatan yang berbeda. Contohnya pembentukkan pegunungan
Himalaya.
b. Patahan
Patahan dapat disebabkan oleh tekanan dalam bumi jika bekerja pada
lapisan batuan yang tidak elastis atau keras yang bisa mengakibatkan
kerak bumi retak kemudian patah. Pada patahan tersebut terdapat
bagian yang turun, yaitu yang biasa disebut graben (slenk). Graben
18

yang sangat dalam biasanya disebut Ngarai. Contohnya Ngarai Sianok


di Sumatera Barat. Ketika graben tersebut penuh terisi air dan
menggenang, maka akan mewujudkan sebuah danau.
2. Serie Bowen
Suatu proses pembekuan mineral ketika magma mendingin dan mengalami
reaksi yang spesifik yang menjadi faktor utama dalam pembentukkan minera itu
disebut seri rekasi bowen. Mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan
lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi
fraksional) ditemukan oleh Norman L.Bowen pada penelitiannya tahun 1929-
1930. Urutan kristalisai mineral pembentuk batuan beku dapat ditunjukan dengan
Seri Reaksi Bowen yang terdiri dari dua golongan.
a. Mineral mafik (berwarna gelap)
b. Mineral felsic (berwarna terang)

Gambar 3.3
Serie Bowen

Olivin yaitu mineral mafik sebelah kiri yang pertama kali terbentuk dengan
tekanan yang tinggi yang dimana ketika selesai pembentukkannya akan
bereaksi dnegan larutan sisa pembentuk piroksen. Maka Olivin dan Piroksan
adalah pasangan “Incongruent Melting”. Biotit terbentuk pada tekanan suhu yang
rendah, maka Biotit termasuk mineral yang terbentuk paling akhir.
Plagioklas yaitu mineral yang paling banyak dan tersebar luas hingga dapat
mewakili mineral yang berada di sebelah kanan. Pada batuan beku seperti
Basalt dan Gabro terdapat Anorthite yang merupakan mineral yang pertama kali
terbentuk karena suhu yang tinggi. Albit yaitu mineral yang terbentuk paling akhir
19

dengan suhu yang rendah yang tersebar pada batian asam seperti granit. “Solid
Solution” yaitu reaksi kontinue pada plagioklas.
Mineral Potasium Feldspar ke mineral Muscovit dan mineral kuarsa akan
mepertemukan mineral sebelah kanan dan sebelah kiri. Mineral yang paling
stabil diantara semua mineral felsic dan Mafik adalah mmineral kuarsa,
sedangkan mineral yang tidak stabil yaitu mineral yang terbentuk pertama kali
yang mudah berubah menjadi mineral lain. Dua jalur/deret pembentukkan yang
berbeda dapat di gambarkan dengan “Y” pada lengan bagian atas. Deret
Continous (Reaksi yang berkelanjutan) berada pada lengan kanan atas yang
dapat diwakili dengan pembentukkan feldspar plagioklas, dan lengan kiri atas
terdapat Deret Discontinous (reaksi yang terputus-putus/tak berlanjut) yang dapat
diwakili dengan formasi mineral ferro-magnesium silikat.
3. Tubuh Batuan Beku

Gambar 3.4
Tubuh Batuan Beku

Struktur batuan beku mempunyai kedudukan yang berdasarkan pada


perlapisan batuan di sekitarnya. Batuan beku intrusif ini proses pembekuannya
berada di bawah permukaan bumi. Struktur tubuh batuan beku intrusif ini terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Konkordan (Concordant)
Konkordan adalah bagian tubuh batuan beku intrusif yang sejajar
dengan pelapisan di sekitarnya. Tubuh batuan ini memiliki jenis jenis,
yaitu:
20

- Sill, bagian tubuh batuan yang bentuknya lembaran dan sejajar


dengan pelapisan batuan.
- Laccolith, bagian tubuh batuan beku yang bentuknya seperti kubah
(dome), yang di mana lapisan batuan ini asalnya datar menjadi
melengkung akibat penerobosan tugu batuannya dan bagian
dasarnya tetap datar.
- Lapolitj, bagian tubuh batuan yang memiliki diameter yang lebih
besar dari lakolit yang mencapai puluhan sampai ratusan km
dengan kedalaman ribuan meter. Pada dasarnya bentuknya
cembung kebawah kebalikan dari laccolith.
- Paccolith, bagian tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau
antiklin yang telah terbentuk sebelumnya.
b. Diskordan
Diskordan adalah bagian tubuh batuan beku yang memotong lapisan
batuan di sekitarnya. Batuan ini memiliki jenis, yaitu:
- Dike, bagian tubuh batuan yang pelapisan di sekitarnya memotong
dan memiliki bentuk tabular atau memanjang dengan ketebalan
hingga puluhan km dengan panjang ratusan meter.
- Batolith, bagian tubuh batuan yang memiliki ukuran besar yaitu >
100 km² dan membeku pada kedalaman yang sangat dalam.
- Stock, bagian tubuh yang mempunyai kemiripan dengan batolith
tapi ukurannya yang kecil.
4. Rock Cycle
Rock cycle atau siklus batuan ini ditemukan oleh James hutton pada abad
ke-8. Pada dasarnya, bumi ini tersusun oleh empat jenis batuan yaitu
batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf, dan batuan piroklastik.
Batuan tersebut mengalami proses pelapukan dan pembentukan batuan
yang memerlukan waktu atau proses yang sangat lama yang merubah
antara satu kelompok batuan menjadi kelompok batuan lainnya. Semua
batuan yang terbentuk di alam terbentuk dari magma, batuan lain
selanjutnya pun terbentuk atau kembali ke batuan induk atau magma.
Batuan yang pertama kali terbentuk yaitu batuan beku yang kemudian
mengalami pelapukan dialam dengan melalui proses pengendapan
membentuk batuan sedimen, kemudian melalui proses metamorfosis dan
21

proses pembekuan sehingga menghasilkan batuan metamorf. Batuan


piroklastik yaitu batuan yang terbentuk dari hasil ledakan gunung api akibat
dari adanya gaya energi endogen dari dalam bumi dan pada akhirnya
kembali menjadi magma akibat dari proses tertentu maka dalam
pembentukan batuan terjadi secara siklus.

Gambar 3.5
Rock Cycle

a. Pembekuan Magma
Proses penghabluran pada erupsi gunung berapi yang
menyebabkan pembekuan magma dalam bentuk lelehan silikat dan
adanya pendinginan akan membentuk batuan beku.
b. Pelapukan Batuan Beku
Batuan beku akan mengalami pelapukan hingga hancur saat keluar
dari gunung berapi yang membuat tersingkap pada permukaan
bumi dan bersentuhan dengan atmosfer/hidrosfer.
c. Pergerakan Batuan
Pergerakan atau perpindahan batuan beku yang hancur akan terjadi
terus-menerus akibat aliran air atau angin.
d. Sedimentasi
Adanya perekatan mineral pada batuan yang bergerak tersebut
akan mengendap di suatu tempat sehingga menumpuk dan
mengeras kembali yang menghasilkan batuan sedimen.
22

e. Metamorfosis
Ketika adanya peningkatan tekanan dan suhu maka akan terjadi
pengendapan dengan penyesuaian lingkungan dan berubah
menjadi batuan metamorf. Batuan metamorf akan mengalami
kenaikan suhu dan tekanan yang akan meleleh dan menjadi magma
kembali.
BAB IV
ANALISIS

Pada pendeskripsian batuan beku dan batuan piroklastik ada beberapa


parameter yang dijadikan acuan pendeskripsian diantaranya warna, ukuran,
kompaksi, komposisi, genesa, dan jenis merupakan parameter yang digunakan
dalam pendeskripsian. Batuan beku ini memiliki berbagai macam ukuran mineral
yang berukuran besar dan berukuran kecil yang dipengaruhi oleh proses
pembentukkan dan pendinginan magma yang dimana ketika proses pembekuan
magma itu lama maka mineral yang terbentuknya akan semakin besar, biasanya
berupa batuan intrusif dan sebaliknya saat proses pembekuan magma ini cepat
maka akan menyebabkan mineral ini berukuran kecil, biasanya berupa batuan
ekstrusif karena prosesnya yang tergolong cepat dan mineral sulit untuk
menyempurnakannya sendiri.
Batuan piroklastik memiliki berat yang ringan karena termasuk dalam
material yang langsung dikeluarkan oleh magma yang diletuskan baik yang
tadinya berupa padatan yang akan menjadi batuan blok piroklastik ataupun
berupa padatan yang akan membeku selama dietuskan dan cenderung
membentuk bom piroklastis dan buih magma yang menjadi batuan ini berporous.
Batuan piroklastik tidak termasuk ke dalam siklus batuan, karena batuan
piroklastik merupakan batuan yang disebabkan oleh proses vulkanisme atau
letusan gunung api yang dimana tidak semua negara memiliki gunung api.
Hanya beberapa negara atau wilayah saja yang dapat menghasilkan batuan
piroklastik ini disebabkan adanya gunung api.
Lacolith pada tubuh batuan beku itu mendorong lapisan
dikarenakanmagma ini bersifat asam yang menyusup diantara lapisan batuan
yang kemudian menyebabkan lapisan batuan diatasnya terangkat karena adanya
tekanan magma yang kuat.

23
BAB V
KESIMPULAN

1. Batuan beku terbentuk dari proses pendinginan magma dengan proses


kristalisasi baik yang berada dibawah permukaan bumi (Intrusif) atau yang
berada di di atas permukaan bumi (Ekstrusif). Batuan Beku Ekstrusif yaitu
batuan jenis ini biasa dekenal dengan batuan vulkanik yang terbentuk
dipermukaan kerak akibat dari pencairan batuan dalam mantel dan kerak.
Batuan beku ekstrusif lebih cepat mengeras dari batuan beku intrusif.
Batuan beku ekstrusif umumnya memiliki tekstur halus sampai sangat halus
karena lava mendingin dan mengkristal dengan cepat. Batuan beku
memiliki tekstur yang di mana dapat diketahui letak suatu mamanya
membeku.
2. Batuan piroklastik, susunannya disusun oleh material hasil dari letusan
gunung berapi akibat adanya gaya endogen, yang kemudian mengalami
pengendapan sesuai dengan bidang pengendapan nya, lalu setelah proses
pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang kemudian
menjadi batuan piroklastik. Batuan piroklastik ini terbentuk dari hasil letusan
gunung berapi yang memiliki material asalnya yang berbeda, lalu
terendapkan sebelum mengalami suatu proses transportasi oleh media air.
Pendeskripsian pada batuan piroklastik yakni dengan bentuk dan ukuran
butir yang akan dengan mudah mendeskripsikan penentuan indikasi nama
dari batuan tersebut
3. Dalam mendeskripsikan batuan beku dan btuan piroklasttik dapat diperoleh
dengen kita mengetahui warna, tekstur, granularitas, genesa batuan.
Setelah mendeskripsikan batuan sesuai dengan ciri dari batuan itu sendiri
kita dapat mudah untu menentukkan nama batuan tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Amiruddin, Arif, 2014. “Batuan Piroklastik”, geosjepara.blogspot.co.id.


Diakses tanggal 21 Februari 2022 pukul 18.29 WIB.

2. Khairil, Muh Ruhman. 2016. “Geologi Dasar” Kendari.

3. Noor, Djauhari. 2009. “Pengantar Geologi” Bogor: Universitas Pakuan

4. Zikri, Khairul. 2018. “Geologi Umum”, Geografi UNP, Padang: Universitas


Negeri Padang.

5. Zuhdi, Muhammad. 2019. “Buku Ajar Pengantar Geologi”. Duta Pustaka


Ilmu. Mataram.

25
FORM PENILAIAN
LAPORAN

Laporan Akhir

Format Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Dapus


(10) (15) (5) (20) (30) (15) (5)

Total Nilai

26
LAMPIRAN

27

You might also like