Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
NURALIA VINCA ROSEANA
B300180270
Abstrak
Abstract
The purpose of this study was to analyze the effect of gender development index,
gender empowerment index, women's life expectancy, the average length of
schooling for women and the contribution of women's income to the Gross
Regional Domestic Product (GRDP) in the Riau Islands Province. The analytical
method used is panel data regression with a cross section covering 7
regencies/cities in the Riau Islands Province, including Karimun Regency, Bintan
Regency, Natuna Regency, Lingga Regency, Anambas Islands Regency, Batam
City and Tanjungpinang City. While the time series of the data starts from 2017 to
2020. The results show that the average length of schooling for women and the
contribution of women have an effect on the Gross Regional Domestic Product
(GRDP) in the Riau Islands Province. While the gender development index,
gender empowerment index and women's life expectancy have no effect on the
Gross Regional Domestic Product (GRDP) in the Riau Islands Province.
1
1. PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan suatu usaha pertumbuhan dan perubahan terencana
yang dilakukan oleh suatu negara serta pemerintahan dalam rangka pembinaan
suatu bangsa menuju arah yang lebih baik agar tercipta suatu kesejahteraan.
Tujuan dari pembangunan adalah peningkatan kualitas hidup masyarakat. Namun,
ketidaksetaraan gender seringkali menjadi pembatas pilihan yang tesedia bagi
perempuan sehingga hal tersebut juga sangat membatasi kemampuan perempuan
dalam berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan (Harahap, 2014).
Ketidaksetaraan gender ini akan menyebabkan sebuah permasalahan yang
berkaitan dengan produktivitas, efisiensi serta kemajuan pertumbuhan ekonomi
yang dicerminkan oleh pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Perekonomian era global sekarang ini menuntut suatu negara harus
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam rangka mencapai kemajuan
dalam upaya pengentasan kemiskinan. Peningkatan taraf hidup berarti juga
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan
ekonomi adalah kesetaraan, yang artinya seluruh masyarakat memiliki kesamaan
untuk berpartisipasi dan dalam hal memperoleh kesempatan dan hak-haknya tidak
terkecuali kaum perempuan (Arifin, 2018).
Kesetaraan dan pemberdayaan gender merupakan salah satu tujuan dari
Sustainable Development Goals (SDGs) yang dideklarasikan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015, untuk itu diharapkan ketidaksetaraan
gender sudah tidak terjadi lagi agar kualitas sumber daya manusia dapat
meningkat tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Pemberdayaan
perempuan dalam hal ekonomi sangat diperlukan untuk pembangunan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi serta untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Permasalahan
gender ini juga sudah diperhatikan melalui terciptanya Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pengarusutamaan Gender
(PUG). Hal tersebut tentunya merupakan dorongan dari pemerintah agar upaya
pemberdayaan gender segera tercapai. Dasar atau landasan penyusunan kebijakan
mengenai kesetaraan gender di Indonesia terdapat pada Undang-undang Dasar
2
1945 alinea keempat yakni, “...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia...”. Bangsa Indonesia yang dimaksud adalah seluruh
komponen bangsa Indonesia termasuk di dalamnya hak laki-laki dan perempuan.
Indeks pembangunan yang digunakan untuk meminimalisir ketimpangan
gender adalah Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan
Gender (IDG). Hariadinata (2019) IPG menjelaskan mengenai bagaimana
masyarakat dapat memperoleh hasil dari adanya penyelenggaraan pembangunan
yang ditujukan dalam perolehan kemudahan akses pada pendidikan, kesehatan
dan juga memperoleh kehidupan yang layak. Sedangkan IDG adalah indeks yang
mengukur partisipasi perempuan dalam bidang politik, pengambilan keputusan
dan ekonomi.
Ketika nilai IPG dan IDG mendekati 100 artinya ketimpangan
pembangunan gender semakin rendah. Sebaliknya, apabila nilai menjauhi 100
maka ketimpangan pembangunan gender menurut jenis kelamin semakin besar
(Badan Pusat Statistik, 2020). IPG di Provinsi Kepulauan Riau selama periode
2017-2020 dapat dilihat pada Grafik 1.
92.45
92.40 92.40
92.35
92.33
92.30
92.28
92.25
92.23
92.20
92.15
92.10
2017 2018 2019 2020
3
2018 nilai IPG sebesar 92,23 dan 92,28. Selanjutnya, pada tahun 2019 hingga
2020 nilai IPG sebesar 92,33 dan 92,40. Meskipun kenaikannya terbilang tidak
terlalu signifikan tetapi nilai IPG di Provinsi Kepulauan Riau cukup tinggi karena
mendekati 100. Maka dapat dikatakan bahwa capaian IPG di Provinsi Kepulauan
Riau sudah tergolong berhasil.
Jika IPG di Provinsi Kepulauan Riau cenderung meningkat setiap
tahunnya, Indeks Pemberdayaan Gender IDG justru cenderung mengalami
fluktuasi. Hal tersebut dapat dilihat dari Grafik 2 sebagai berikut:
61.00
60.47
60.00
59.59
59.00
58.00
57.00
56.68
56.41
56.00
55.00
54.00
2017 2018 2019 2020
Terlihat dari Grafik 2 bahwa IDG di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun
2017 hingga 2020 mengalami fluktuasi. Penurunan nilai IDG terjadi pada tahun
2018 yang sebelumnya nilai IDG pada tahun 2017 adalah sebesar 56,68 pada
tahun 2018 menjadi 56,41. Sedangkan pada tahun 2019 hingga tahun 2020 nilai
IDG mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,59 dan 60,47. Terjadinya penurunan
capaian IDG antar provinsi dapat dipengaruhi oleh karakteristik penduduk,
kondisi sosial budaya, ekonomi serta kebijakan pada setiap daerah (Kemenpppa,
2020).
Provinsi Kepulauan Riau memiliki 7 wilayah, yaitu Kabupaten Karimun,
Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kabupaten Kepulauan
4
Anambas, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang. Menurut data Badan Pusat
Statistik (2020) capaian IPG di Provinsi Kepulauan Riau sudah tergolong dalam
kategori yang tinggi yaitu 92,33 dimana itu mendekati angka 100. Capaian IDG
Provinsi Kepulauan Riau pada periode 2019-2020 mengalami peningkatan,
namun dibeberapa daerah juga masih mengalami penurunan. IPG dan IDG
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2019-2020 dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. IPG dan IDG Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2019-2020 (Angka Indeks)
IPG IDG
Wilayah
2019 2020 2019 2020
Karimun 90,91 91,25 64,17 64,05
Bintan 93,10 93,12 69,71 69,64
Natuna 91,72 91,67 42,02 42,99
Lingga 89,26 89,25 48,96 48,52
Kepulauan Anambas 90,16 90,27 57,74 62,57
Batam 94,42 94,43 58,4 59,1
Tanjungpinang 96,77 96,79 76,13 76,44
Kepulauan Riau 92,33 92,40 59,59 60,47
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai IPG pada wilayah di Provinsi
Kepulauan Riau cenderung meningkat, namu terjadi penurunan di beberapa
wilayah seperti Kabupaten Natuna pada tahun 2019 sebesar 91,72 turun menjadi
91,67 dan di Kabupaten Lingga pada tahun 2019 sebesar 89,26 menjadi 89,25.
Capaian IPG tertinggi pada tahun 2019 dan 2020 adalah di Kota Tanjungpinang
dengan angka 96,77 dan 96,79. Sedangkan nilai IPG pada periode 2019-2020
terendah adalah di Kabupaten Lingga yaitu sebesar 89,26 dan 89,25. Nilai IDG di
setiap wilayah Provinsi Kepulauan Riau memiliki nilai yang tidak jauh dari rata-
rata IDG di Provinsi Kepulauan Riau. Namun capaian IDG di Kabupaten Natuna
cukup jauh dari nilai rata-rata yakni pada tahun 2019 sebesar 42,02 dan pada
tahun 2020 sebesar 42,99. Capaian IDG pada tahun 2019-2020 tertinggi terjadi di
Kota Tanjungpinang dengan angka sebesar 76,13 dan 76,44 dimana angka
tersebut sudah melampaui rata-rata IDG di Provinsi Kepulauan Riau.
5
Dilihat dari capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG) di Provinsi Kepulauan Riau tentu tidak luput dari
peran serta kaum perempuan dan indikator lain yang menjadi acuan. Menurut
Infarizki et al., (2020) acuan daripada IPG sendiri adalah dimensi pendidikan
(rata-rata lama sekolah perempuan dan harapan lama sekolah perempuan),
kesehatan (angka harapan hidup perempuan) serta standar kehidupan yang layak
(pengeluaran perkapita disesuaikan). Sementara itu capaian IDG sendiri adalah
sejauh mana peran perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik yaitu seperti
partisipasi perempuan dalam parlemen, perempuan sebagai tenaga kerja manajer,
profesional serta sumbangan pendapatan perempuan.
Menurut Mulasari (2015) ketimpangan antara perempuan dan laki-laki
dapat dilihat dari beberapa faktor, antara lain ketimpangan dari sisi kesehatan
yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), dari sisi pendidikan ada Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) dan ada ketimpangan dari sisi kesempatan Kerja seperti
Sumbangan Pendapatan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
2. METODE
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data
panel pada 7 Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dalam rentang waktu 4
tahun. Maka model ekonometrika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1)
di mana:
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)
IPG = Indeks Pembangunan Gender (Angka Indeks)
IDG = Indeks Pemberdayaan Gender (Angka Indeks)
AHH = Angka Harapan Hidup Perempuan (Tahun)
RLS = Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
SPP = Sumbangan Pendapatan Perempuan (%)
ε = Error term (faktor kesalahan)
= Konstanta
= Koefisien regresi variabel independen
6
i = Menunjukkan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau
t = Menunjukkan deret waktu 2017-2020
Log = Operator Logaritma
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu
gabungan dari data time series dengan rentang waktu 2017 hingga 2020 dan data
cross section yang meliputi 7 Wilayah di Provinsi Kepulauan Riau terhadap data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2010,
Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), Angka
Harapan Hidup Perempuan, Rata-rata Lama Sekolah Perempuan dan Sumbangan
Pendapatan Perempuan. Secara umum data penelitian ini diperoleh dari Badan
Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. Informasi lain bersumber dari studi
kepustakaan lain berupa jurnal ilmiah dan buku-buku teks.
7
3.2 Uji Pemilihan Model Data Panel
3.2.1 Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk menentukan model terestimasi antara Common Effects
Model (CEM) atau Fixed Effects Model (FEM). H0 pada Uji Chow menyatakan
bahwa model terestimasi adalah Common Effects Model (CEM) dan HA pada Uji
Chow menyatakan bahwa model terestimasi adalah Fixed Effects Model (FEM).
H0 diterima jika nilai p (p-value) probabilitas atau signifikansi empirik statistik F
> α; H0 ditolak jika nilai p (p-value) probabilitas atau signifikansi empirik
statistik F ≤ α. Hasil pengolahan Uji Chow dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 343,063174 (6, 16) 0,0000
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai p (p-value), probabilitas atau
signifikansi empirik statistik F sebesar 0,0000, maka kriteria pengujian yang
sesuai yaitu prob F < α dengan nilai 0,0000 < 0,01 sehingga H0 ditolak, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model terestimasi adalah Fixed Effects Model
(FEM).
3.2.2 Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan model terestimasi antara Fixed Effects
Model (FEM) atau Random Effects Model (REM). H0 pada Uji Hausman
menyatakan bahwa model terestimasi adalah Fixed Effects Model (FEM) dan HA
pada Uji Hausman menyatakan bahwa model terestimasi adalah Random Effects
Model (REM). H0 diterima jika nilai p (p-value) probabilitas atau signifikansi
empirik statistik Chi-Sq > α; H0 ditolak jika nilai p (p-value) probabilitas atau
signifikansi empirik statistik Chi-Sq ≤ α. Hasil pengolahan Uji Hausman dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Estimasi Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Sq. d.f Prob.
Cross-section random 12,798254 5 0,0253
Sumber: Lampiran 6
8
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa nilai p (p-value), probabilitas atau
signifikansi empirik statistik Chi-Sq sebesar 0,0253, maka kriteria pengujian yang
sesuai yaitu prob Chi-Sq < α dengan nilai 0,0253 < 0,05 sehingga H0 ditolak,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model terestimasi adalah Fixed Effects
Model (FEM).
Berdasarkan hasil estimasi data panel untuk memilih model yang terbaik
dengan uji chow dan uji hausman, maka terpilih model yang terbaik yaitu Fixed
Effects Model (FEM). Hasil estimasi FEM dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Model Estimasi Fixed Effects Model (FEM)
9
≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0, koefisien regresi tidak secara simultan bernilai nol atau model
eksis. H0 akan diterima apabila nilai p (p-value), probabilitas atau signifikansi
empirik statistik F > α; H0 akan ditolak apabila nilai p (p-value), probabilitas atau
signifikansi empirik statistik F ≤ α.
Dari Tabel 5 terlihat bahwa nilai p (p-value), probabilitas atau
signifikansi empirik statistik F bernilai 0,0000 yang berarti < 0,01; sehingga H 0
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa Indeks Pembangunan Gender (IPG),
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan,
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan dan Sumbangan Pendapatan
Perempuan (SPP) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020.
3.3.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan daya ramal dari model statistik
terestimasi. Dari Tabel 5 terlihat R2 pada model Fixed Effects Model (FEM)
sebesar 0,9992, artinya 99,92% variasi variabel Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dapat dijelaskan oleh variabel Indeks Pembangunan Gender (IPG),
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan,
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan dan Sumbangan Pendapatan
Perempuan (SPP). Sedangkan sisanya 0,08% dipengaruhi oleh variabel-variabel
lain yang tidak disertakan dalam model.
10
Domestik Regional Bruto (PDRB), β3 > 0 yaitu Angka Harapan Hidup (AHH)
Perempuan berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), β4 > 0 yaitu Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan berpengaruh
positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), β5 > 0 yaitu
Sumbangan Pendapatan Perempuan (SPP) berpengaruh positif terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). H0 akan ditolak apabila nilai p (p-value),
probabilitas atau signifikansi empirik statistik t < α. H 0 tidak ditolak apabila nilai
p (p-value), probabilitas atau signifikansi empirik statistik t > α. Hasil uji validitas
pengaruh (uji t) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Validitas Pengaruh (Uji t)
Variabel Prob. Kriteria Kesimpulan
IPG 0,3978 > 0,10 IPG tidak berpengaruh signifikan
IDG 0,5640 > 0,10 IDG tidak berpengaruh signifikan
AHH 0,4164 > 0,10 AHH tidak berpengaruh signifikan
RLS 0,0467 < 0,05 RLS berpengaruh signifikan
SPP 0,0840 < 0,10 SPP berpengaruh signifikan
Sumber: Tabel 5
Berdasarkan Tabel 7, probabilitas t-statistik β1 sebesar 0,3978 (> 0,10);
sehingga H0 tidak ditolak, atau Indeks Pembangunan Gender (IPG) tidak
berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi
Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020. Kemudian probabilitas t-statistik β2
sebesar 0,5640 (> 0,10); sehingga H0 tidak ditolak, atau Indeks Pemberdayaan
Gender (IDG) tidak berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020. Lalu probabilitas t-
statistik β3 sebesar 0,4164 (> 0,10); sehingga H0 tidak ditolak, atau Angka
Harapan Hidup (AHH) Perempuan tidak berpengaruh terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020.
Sementara itu, probabilitas t-statistik β4 yaitu sebesar 0,0467 (< 0,05) dengan
koefisien sebesar -0,1751 sehingga H0 ditolak, atau Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) Perempuan berpengaruh negatif terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020. Kemudian
probabilitas t-statistik β5 yaitu sebesar 0,0840 (< 0,10) dengan koefisien sebesar
0,1188 sehingga H0 ditolak, atau Sumbangan Pendapatan Perempuan (SPP)
11
berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020
12
cenderung memiliki Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) lebih tinggi
dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Kepulauan Riau.
Nilai konstanta terendah pada masing-masing Wilayah di Provinsi
Kepulauan Riau adalah Kabupaten Lingga yaitu sebesar -1,004441. Artinya,
terkait dengan pengaruh variabel Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG), Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan, Rata-
rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan dan Sumbangan Pendapatan Perempuan
(SPP) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Lingga
cenderung memiliki Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang cukup
rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Kepulauan Riau.
13
Tabel 8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019 (Persen)
14
tahun 2017-2020. IDG memiliki probabilitas 0,5640 > 0,10 yang berarti setiap
peningkatan dari variabel IDG tidak memiliki pengaruh dan juga tidak
meningkatkan PDRB. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa IDG
berpengaruh positif terhadap PDRB.
Tidak adanya pengaruh Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) terhadap
PDRB di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau disebabkan karena rendahnya
partisipasi perempuan dalam bidang politik dan pengambilan keputusan ekonomi
seperti keterlibatan perempuan di parlemen. Keterlibatan perempuan di parlemen
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Keterlibatan Perempuan di Parlemen Kabupaten/Kota Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 20017-2020 (Persen)
15
terhadap produk domestik regional bruto di Wilayah Karesidenan Kedu tahun
2010-2018. Menurutnya peran perempuan dalam bidang politik dan ekonomi
sudah dapat disetarakan dengan laki-laki.
3.6.3 Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan
Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan tidak berpengaruh terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada
tahun 2017-2020. AHH Perempuan memiliki probabilitas 0,4164 > 0,10 yang
berarti setiap peningkatan dari variabel AHH Perempuan tidak memiliki pengaruh
dan juga tidak meningkatkan PDRB. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal
bahwa AHH Perempuan berpengaruh positif terhadap PDRB.
Tidak berpengaruhnya AHH Perempuan terhadap PDRB disebabkan
karena banyaknya perempuan yang memiliki tingkat kesehatan yang tinggi akan
tetapi tidak memiliki keinginan untuk bekerja. Hal ini terdapat pada Tabel 8 yang
menjelaskan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan masih jauh lebih
rendah apabila dibandingkan dengan laki-laki. Apabila dilihat data AHH
Perempuan di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020 AHH
Perempuan cenderung meningkat pada setiap tahunnya. Justru hal tersebut yang
akan membuat bertambahnya beban pertumbuhan ekonomi karena akan berakibat
pada tingkat kemiskinan yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susiaini et al., (2011) yang
menyatakan bahwa AHH Perempuan tidak berpengaruh terhadap perekonomian di
Kabupaten Musi Rawas, lamanya angka harapan hidup perempuan tidak dapat
meningkatkan perekonomian karena minat dan kesempatan yang diterima
penduduk perempuan dalam kegiatan atau aktivitas ekonomi masih rendah.
Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Paramita (2022) yang
menyatakan bahwa AHH Perempuan berpengaruh positif terhadap PDRB di
Wilayah Eks Karesidenan Kedu pada tahun 2015-2020, menurutnya tingkat
kesehatan yang dalam hal ini adalah AHH Perempuan memiliki peran penting
dalam kualitas sumber daya manusia yang akan berdampak pada produktivitas
efisiensi dan inisiatif seseorang sehingga mampu membuka akses bagi kaum
perempuan dalam berkontribusi terhadap perekonomian daerah.
16
3.6.4 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan berpengaruh negatif terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada
tahun 2017-2020, yang berarti setiap peningkatan dari variabel RLS Perempuan
akan menurunkan nilai PDRB. RLS Perempuan memiliki probabilitas 0,0467 <
0,05. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa RLS Perempuan
berpengaruh positif terhadap PDRB.
Hal ini disebabkan oleh rata-rata lama sekolah perempuan masih kurang
efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena perempuan yang
bekerja seringkali mengambil cuti atau libur karena perannya sebagai perempuan
seperti melahirkan. Hal ini yang menyebabkan kinerja serta hasil produksi yang
dihasilkan tidak semaksimal laki-laki. Hal tersebut pula yang seringkali
menyebabkan banyak perusahaan lebih mengutamakan tenaga kerja laki-laki
daripada perempuan meskipun berpendidikan tinggi. Hal ini tercermin pada Tabel
8 yang menjelaskan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau masih jauh lebih rendah apabila
dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga apabila rata-rata lama sekolah
perempuan naik belum tentu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan penelitian Raynaldhi (2016) yang menyatakan bahwa
rata-rata lama sekolah berpengaruh negatif terhadap perekonomian di Provinsi
Jawa Timur. Hal ini disebabkan oleh tingginya kesenjangan pendidikan antara
daerah perkotaan dan pedesaan, hal lain yang menjadi penyebabnya adalah
besarnya biaya pendidikan sehingga partisipasinya dalam pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan relatif tidak dapat ditingkatkan.
Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arifin (2018) yang
menyatakan bahwa RLS Perempuan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Menurutnya kenaikan sumber saya manusia akan meningkatkan
produktivitas melalui cara yang lebih efisien.
3.6.5 Sumbangan Pendapatan Perempuan (SPP)
Sumbangan Pendapatan Perempuan (SPP) berpengaruh positif terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-
17
2020, yang berarti setiap peningkatan dari variabel SPP maka akan memiliki
pengaruh dan juga akan meningkatkan nilai PDRB di Wilayah Provinsi
Kepulauan Riau. SPP memiliki probabilitas 0,0840 < 0,10. Hal ini sesuai dengan
hipotesis awal bahwa SPP Perempuan berpengaruh positif terhadap PDRB.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azizi (2020) yang
menyatakan Sumbangan Pendapatan Perempuan (SPP) berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurutnya semakin tinggi tingkat pendapatan
perempuan yang dihasilkan dari bekerja atau menghasilkan output untuk
perusahaan, maka akan meningkatkan upah atau pendapatan yang diberikan
perusahaan. Dari peningkatan jumlah output hasil tenaga kerja perempuan
tersebut akan berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi maupun PDRB
wilayah tersebut karena pekerja tidak menimbun atau menabung uangnya. Walid
& Pratama (2020) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan
perempuan, semakin kecil tingkat kemiskinan, sehingga apabila semakin berdaya
seorang perempuan dalam ekonomi, semakin besar pula peluangnya untuk
mendapatkan pekerjaan yang setara dengan laki-laki, sehingga hal terseb ut
mampu meningkatkan upah dan juga produktivitas, yang mana akan berpengaruh
terhadap perekonomian.
4. PENUTUP
1) Hasil analisis menunjukkan bahwa model estimator terbaik untuk melihat
pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini adalah Fixed Effects Model
(FEM)
2) Berdasarkan uji kebaikan (uji F) membuktikan bahwa Indeks Pembangunan
Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), Angka Harapan Hidup
(AHH) Perempuan, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan dan
Sumbangan Pendapatan Perempuan (SPP) berpengaruh terhadap nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB)
3) Uji kebaikan model pada model terestimasi Fixed Effects Model (FEM)
memperlihatkan bahwa model FEM terestimasi eksis dengan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar sebesar 0,9992, artinya 99,92% variasi variabel
18
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dijelaskan oleh variabel
Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG),
Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan, Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Perempuan dan Sumbangan Pendapatan Perempuan (SPP). Sedangkan sisanya
0,08 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam
model.
4) Hasil uji validitas pengaruh (uji t) memperlihatkan bahwa variabel independen
yang memiliki pengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020 adalah Rata-rata
Lama Sekolah (RLS) Perempuan dan Sumbangan Pendapatan Perempuan
(SPP). Sedangkan variabel Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG), Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan tidak
memiliki pengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2017-2020.
5) Berdasarkan tabel efek dan konstanta fixed effects model koefisien dapat
diketahui nilai konstanta dari masing-masing wilayah di Provinsi Kepulauan
Riau. Wilayah dengan nilai konstanta tertinggi adalah Kota Batam dengan
nilai sebesar 2,133690. Sementara wilayah dengan nilai konstanta paling
rendah adalah Kabupaten Lingga yaitu sebesar -1,004441. Sehingga, terkait
dengan pengaruh variabel Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG), Angka Harapan Hidup (AHH) Perempuan,
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Perempuan dan Sumbangan Pendapatan
Perempuan (SPP) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Wilayah Provinsi Kepulauan Riau bahwa Kota Batam memiliki tingkat PDRB
yang lebih tinggi sedangkan Kabupaten Lingga memiliki tingkat PDRB yang
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, S. 2018. “Kesetaraan Gender dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.
Kajian, vol. 23 no. 01, hal. 27-41.
19
Arora, R. U. 2012. “Gender Inequality, Economic Development, and
Globalization: A State Level Analysis of India”. The Journal of
Developing Areas, vol. 46 no. 1, hal. 147-164.
Azizi, M. I. 2020. Determinan Pekerja Perempuan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Skripsi. Universitas Jember.
Badan Pusat Statistik. 2020. Angka Harapan Hidup Menurut Jenis Kelamin.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. Retrieved Maret 5, 2022,
from https://kepri.bps.go.id/indicator/40/252/1/angka-harapan-hidup-
menurut-jenis-kelamin.html
Badan Pusat Statistik. 2020. Indeks Pembangunan Gender. Badan Pusat Statistik
Provinsi Kepulauan Riau. Retrieved Maret 5, 2022, from
https://kepri.bps.go.id/indicator/40/506/1/indeks-pembangunan-gender-
ipg-.html
Badan Pusat Statistik. 2020. Indeks Pemberdayaan Gender. Badan Pusat Statistik
Provinsi Kepulauan Riau. Retrieved Maret 5, 2022, from
https://kepri.bps.go.id/indicator/40/508/1/indeks-pemberdayaan-gender-
idg-.html
Badan Pusat Statistik. 2020. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau (Juta Rupiah). Badan Pusat
Statistik Provinsi Kepulauan Riau. Retrieved Maret 5, 2022, from
https://kepri.bps.go.id/indicator/52/441/1/-seri-2010-pdrb-kabupaten-kota-
atas-harga-konstan.html
Badan Pusat Statistik. 2020. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Jenis Kelamin.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau. Retrieved Maret 5, 2022,
from https://kepri.bps.go.id/indicator/40/604/1/rata-rata-lama-sekolah-rls-
menurut-jenis-kelamin-.html
Badan Pusat Statistik. 2020. Sumbangan Pendapatan Perempuan. Badan Pusat
Statistik Provinsi Kepulauan Riau. Retrieved Maret 5, 2022, from
https://kepri.bps.go.id/indicator/40/605/1/sumbangan-pendapatan-
perempuan.html
Bappenas. 2008. Evaluasi 3 Tahun Pelaksanaan RJMN 2004-2009 Bersama
Menata Perubahan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional. Jakarta: Bappenas.
Bappenas. 2017. Terjemahan Tujuan dan Target Global Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/ Sustaiable Development Goals (SDG’s). Jakarta:
Bappenas.
Harahap R. F. A. 2014. Analisis Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Universitas
Diponegoro.
20
Hariadinata, I. 2019. Ketimpangan Gender dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Ekonomi: Kesehatan, Pendidikan dan Ketenagakerjaan.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Infarizki, A. Y., G. Jalunggono, & L. T. Laut. 2020. “Analisis Pengaruh
Ketimpangan Gender terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Jawa
Tengah Tahun 2010-2018. Dinamic: Directory Journal of Economic, vol.
2 no. 2, hal. 528-547.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2013.
“Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013”. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2020.
“Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2020”. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2021.
“Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2021”. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Lestari, S., S. Marwah, & O. C. Pratiwi. 2017. “Potret Pembangunan Manusia
Berbasis Gender di Kabupaten Banyumas Tahun 2015”. Jurnal LPPM
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, vol. 7 no. 1, hal. 1627-1635.
Mulasari, F. D. 2015. “Peran Gender Perempuan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2012”. Economic Development
Analysis Journal, vol. 4 no. 3, hal. 254-263.
Nazmi, L & A. Jamal. 2018. “Pengaruh Ketimpangan Gender terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan, vol. 3 no. 4, hal. 740-750.
Paramita, N. R. 2022. Analisis Kontribusi Emansipasi Perempuan terhadap
Pembangunan Ekonomi di Wilayah Eks Karesidenan Kedu Tahun 2015-
2020. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Raynaldhi. Y. 2016. “Pengaruh Faktor Penentu Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB Universitas Brawijaya, vol. 4 no. 2, hal. 1-14.
Susiaini., H. Hadiyanto, & B. A. Hermanto. 2011. “Pengaruh Kesetaraan Gender
terhadap Perekonomian Daerah: Studi Kasus di Kabupaten Musi Rawas
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2009”. Jurnal Ekonomi dan
Perencanaan Pembangunan JEPP, vol. 4 no. 01, hal. 8-15.
Walid, W & B. R. Pratama. 2020. “Analysis of Gender Inequality in Poverty
Reduction Program”. Economic Development Analysis Journal, vol. 9 no.
4, hal. 482-497.
21
22