Professional Documents
Culture Documents
TESIS
Oleh :
TESIS
Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc sebagai Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
mengikuti pendidikan Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan (PWD) di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, sebagai Ketua Program Studi
Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaaan (PWD)
Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti perkuliahan.
3. Bapak Ir. Supriadi, MS, sebagai Sekretasis Program Studi Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaaan (PWD) Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti perkuliahan.
4. Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah memberikan masukan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat bagi
penulis sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah memberikan masukan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat
bagi penulis sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan.
6. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak,CA, Bapak Ir. Supriadi, MS dan Bapak
Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat bagi penulis sehingga
penelitian tesis ini dapat diselesaikan
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 April 1983 di Medan, anak ke 1 dari 3 orang
bersaudara dari orang tua bapak Drs. H. Ismail Amar dan ibu Hj. Rusiani S.Pd.
Penulis menikah dengan Siti Aisyah Nasution, S.Pd.I pada tahun 2011 di Medan
dan sudah dikaruniai seorang putri yakni Nur Aimy usia 3 tahun.
Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 067980 Medan mulai tahun
1990 dan tamat tahun 1996, Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan
mulai tahun 1996 dan tamat tahun 1998, Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan mulai
tahun 1998 dan tamat tahun 2001. Penulis melanjutkan ketingkat perguruan tinggi
di Institut Teknologi Medan pada program studi Planologi pada tahun 2001 dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2007.
Pada tahun 2010 penulis lulus sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah
Kabupaten Labuhanbatu Utara, ditugaskan pada Dinas Pekerjaan Umum hingga
sekarang dengan jabatan sebagai Kepala Seksi Irigasi.
ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------------------- i
ABSTRACT -------------------------------------------------------------------------------------- ii
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ---------------------------------------------------------------- v
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------ vi
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------------ viii
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------------------- ix
DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------------ x
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang -------------------------------------------------------------- 1
1.2. Perumusan Masalah -------------------------------------------------------- 3
1.3. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------ 4
1.4. Manfaat Penelitian----------------------------------------------------------- 4
No. Judul
Halaman
No. Judul
Halaman
2.1 Model Struktur Ruang -------------------------------------------------------- 22
2.2 Tipologi Struktur Ruang ------------------------------------------------------ 23
2.3 Kerangka Berpikir ------------------------------------------------------------- 23
3.1 Peta Lokasi Studi ------------------------------------------------------------- 26
4.1 Peta Orientasi Kota Aek Kanopan ------------------------------------------ 40
4.2 Peta Batas Administrasi Kota Aek Kanopan ------------------------------ 41
4.3 Peta Jaringan Jalan Kota Aek Kanopan ----------------------------------- 46
4.4 Peta Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Kota Aek Kanopan ------- 48
4.5 Peta Pembangunan Ruas Jalan Lingkar Eksisting
sampai dengan Tahun 2014 Kota Aek Kanopan ------------------------- 49
4.6 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2010-2014------------------- 52
4.7 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2011 (menurut RUTR)-2014 ---------- 55
4.8 Peta Super Impose Penggunaan Lahan Tahun 2011 (RUTR)-2014 ---- 56
No. Judul
Halaman
1 Kuisioner Penelitian --------------------------------------------------------------------- 66
baik secara alami (fertilitas dan mortalitas), maupun migrasi. Jenis pembangunan
terhadap suatu kawasan harus berdasarkan potensi dan kondisi yang dimiliki suatu
wilayah, harus sesuai dengan kapabilitas, kesesuaian dan daya dukung lahan,
maka diharapkan hasil produksi dan tingkat produktivitas akan lebih tinggi, yang
berarti tingkat keberhasilan yang dicapai adalah optimum atau mencapai tingkat
apabila dikelola dengan baik, akan tetapi pembangunan yang berjalan seringkali
kawasan berorientasi pada pencapaian atau terwujudnya fungsi tertentu dari suatu
salah satu kawasan perkotaan yang berkembang akibat dari pemekaran Kabupaten
lahan dari lahan hijau menjadi lahan terbangun. Jenis aktivitas yang berkembang
pada Kawasan Aek Kanopan adalah permukiman serta perdagangan dan Jasa.
turut menjadi magnet bagi masyarakat luar Kawasan Aek Kanopan untuk
jumlah lahan terbangun di Kawasan Aek Kanopan dan tentunya berdampak pada
dari rencana tata ruang yang ada, meski pemerintah daerah telah menyusun
jalan terhadap perubahan guna lahan di Kawasan Aek Kanopan, antara lain:
dibangun jaringan jalan tahun 2010 dan setelah dibangun jaringan jalan tahun
2014?
menurut RUTR tahun 2011 dengan penggunaan lahan eksisting pada tahun
2014?
Aek Kanopan?
Kanopan sebelum dibangun jaringan jalan tahun 2010 dan setelah dibangun
Aek Kanopan menurut RUTR pada tahun 2011 dengan penggunaan lahan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak,
antara lain :
Labuhanbatu Utara.
Labuhanbatu Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
lapangan pada jam sibuk menunjukkan adanya permasalahan serius pada jalan
penghubung dan jalan keluar-masuk gerbang tol yaitu kemacetan lalu lintas yang
diakibatkan oleh buruknya pelayanan pintu tol, ramp dan jalan non tol, buruknya
Perkembangan Kota Medan (studi kasus jalan Ngumban Surbakti) dengan menitik
prosedur pengadaan tanah, bentuk-bentuk ganti rugi oleh Pemerintah Kota Medan
Jalan Aek Nabara by Pass terhadap kelancaran dan keselamatan lalu lintas,
dan kelancaran lalu lintas di sepanjang ruas jalan Aek Nabara By Pass.
jalan antarkota pada daerah perkotaan Sumatera Utara secara berurutan sebagai
berikut : prioritas pertama adalah ruas jalan lingkar Rantauprapat; prioritas kedua
adalah ruas jalan Penyabungan by pass; prioritas ketiga adalah ruas jalan Pancur
Batu By pass; prioritas keempat adalah Aek Nabara by Pass; prioritas kelima
adalah ruas jalan Sei Rampah; prioritas keenam adalah ruas jalan Perbaungan by
pass; dan prioritas ketujuh adalah ruas jalan Padang Sidimpuan by pass.
bagian dari perencanaan jalan yang dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik.
Sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan. Desain geometric aligument
tersendiri.
lahan, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pembangunan jalan
Karo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ruas jalan memiliki kapasitas
yang mencukupi, namun tingkat kecepatan laju angkutan umum hanya ruas jalan
2.2 Jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala badan jalan, termasuk
yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan
tanah dan/ atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara serta menghubungkan dan
bahwa jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
dan pertumbuhan suatu daerah. Artinya, Insfrastruktur jalan merupakan urat nadi
perundang-undangan jalan.
pembangunan jalan.
a. Sistem jaringan jalan primer, dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
b. Sistem jaringan jalan sekunder, peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
a. Jalan arteri, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
cirri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
kegiatan wilayah.
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
sekunder ketiga.
c. Jalan lokal, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
cirri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan
lingkungan.
rendah.
perkotaan.
- Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi dan jalan
- Jalan propinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
- Jalan kabupaten merupakan jalan lokal sistem jaringan jalan primer yang
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
- Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/ atau
penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan,
arah, dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
- Jalan raya, spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara
dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur paling
- Jalan kecil, spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu
lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar
- Jalan sedang, spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas
jarak sedang dengan pengendalian jarak masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2
(dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh)
meter.
penggunaan lahan agar lebih efektif dan efisien (Dirjen Cipta Karya, 1989).
Pola penggunaan lahan melalui tata guna lahan dapat berfungsi untuk
tanah. Arah perkembangan kota dapat ditandai dengan terjadinya pergeseran tata
guna lahan, misalnya lahan pertanian menjadi lahan non pertanian atau lahan
perdesaan menjadi lahan perkotaan yang terjadi selaras dengan jalan-jalan besar
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dan keterkaitan antara yang satu
dengan yang lain dalam waktu dan ruang. Dengan kata lain, pergerakan
diwujudkan dalam jaringan transportasi dan aktivitas dalam bentuk guna lahan.
biotic dan antibiotik yang dihasilkan dari proses alam yang dikaitkan dengan air,
udara dan zat-zat lain. Sistem ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi
kehidupan dan keberadaan manusia dan habitat serta sumber daya untuk
karena topografi tidak dapat berubah kecuali dalam keadaan yang labil atau
faktor alam. Walaupun begitu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah
mengurangi hambatan.
diikuti oleh tuntutan kebutuhan lahan untuk sarana dan prasarana serta fasilitas
perkotaan (the urban land market). Ini berarti bahwa lahan merupakan
tingkat demand dan supply. Jadi faktor ekonomi menjadi pegangan dalam
ekonomi yang relative lebih baik, karena akan mengurangi biaya perjalanan
dilindungi.
dan belum dibangun untuk dikembangkan pada daerah pinggiran kota. Hal ini
berarti keberadaan jalur transportasi berupa jaringan jalan merupakan salah satu
terkait dalam perencanaan, jaringan infrakstruktur dan fungsi untuk perluasan kota
dengan tujuan terciptanya kerangka fisik dan hokum bagi pembangunan dan
pembebasan tanah.
Semakin tinggi kegiatan masyarakat akan semakin cepat pola penggunaan lahan
untuk kegiatan non pertanian yaitu perekonomian seperti perdagangan, jasa dan
berikut :
olahraga.
tempat ibadah.
dasarnya dipromotori oleh individu, swasta dan pemerintah yang berkaitan dengan
2. Pemanfaatan lahan oleh swasta cenderung untuk mencari keuntungan/ laba dari
sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung
merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang
secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata
ruang. Dalam suatu kota terdapat hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan,
seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan yang ditunjang
dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal.
Ilmu Struktur Ruang Kota merupakan ilmu yang membahas tentang bagaimana
pola-pola penggunaan lahan di kawasan kota. Menurut Hadi Sabari Yunus dalam
buku Struktur Ruang Kota (2000) berpendapat bahwa ada 5 (lima) kategorisasi
studi hubungan spatial dan temporal dari manusia yang dipengaruhi oleh
bahwa jalur transportasi dan titik simpul (pertemuan beberapa jalur transportasi)
dalam suatu sistem transportasi mempunyai peran yang cukup besar terhadap
perkembangan kota.
lingkungan kekotaan dan hal ini dapat diamati dari kenampakan kota secara
fisikal yang antara lain tercermin pada sistem jalan-jalan yang ada, blok-blok
bangunan-bangunan individual.
kota. Pendekatan Ekologi Faktoral, hal ini digunakan untuk menganalisis struktur
sebagai tekniknya.
kota merupakan totalitas lingkungan yang terbentuk oleh 5 unsur, yakni alam
(shells), dan jaringan (network). Dalam perspektif yang berbeda, menurut Patrick
prasarana dan sarana. Unsur pembentuk struktur tata ruang kota dapat pula
citra (image) yang kuat pada setiap orang. Menurutnya ada lima unsur dalam
gambaran mengenai kota yaitu path, edge, district, node, dan landmark. Sebagai
2005:97) yaitu:
pusat pelayanan.
hijau.
Bentuk struktur ruang kota apabila ditinjau dari pusat pelayanan (retail)
1. Monocentric City
Monocentric City adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah penduduknya
belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan yang sekaligus
2. Polycentric City
efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari satu pusat
pelayanan CBD diambil alih oleh pusat pelayanan baru yang dinamakan sub
Sementara itu secara berangsur- angsur berubah dari pusat pelayanan retail (eceran)
dapat mencakup bukan hanya wilayah kota saja, tetapi wilayah sekeliling kota
CBD dan beberapa sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota (regional centre)
akan membentuk kota menjadi polycentric city atau cenderung seperti multiple
a. CBD, yaitu pusat kota lama yang telah menjadi kompleks perkantoran.
dilayani oleh CBD waktu kota belum berkembang dan setelah berkembang
sebagian masih dilayani oleh CBD tetapi sebagian lagi dilayani oleh sub
pusat kota.
c. Sub pusat kota, yaitu pusat pelayanan yang kemudian tumbuh sesuai
perkembangan kota.
wilayah kegiatan kota dan dilayani sepenuhnya oleh sub pusat kota.
e. Urban fringe (kawasan perbatasan kota), yaitu pinggiran kota yang secara
3. Kota Metropolitan
Kota Metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit yang
terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi semuanya
a. Mono Centered
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling terhubung antara
b. Multi Nodal
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat daan sub-sub pusat yang saling
terhubung satu sama lain. Sub-sub pusat selain terhubung langsung dengan
c. Multi Centered
d. Non Centered
Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub pusat. Semua
model memiliki hirarki sama dan saling terhubung antara satu dengan yang
Selain itu beberapa penulis juga menggolongkan tipologi struktur ruang sebagaimana
pada Gambar 2.2.
Kanopan. Untuk melihat kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut
Perubahan Lahan
Pembangunan
Jaringan Jalan Penyimpangan
Jaringan Jalan Penggunaan Lahan
Nilai Lahan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Penggunaan Lahan Aksesibilitas
Efesiensi
Perkembangan
Penduduk
dalam penelitian ini adalah Faktor nilai lahan, aksesibilitas, efisiensi (waktu dan
Kabupaten Labuhanbatu Utara yaitu pada Jl. Tanjung Sari (Lingkungan Aek
Kanopan II), Jl. Sidorukun (Lingkungan Pulo Terutung III), Jl. M. Senen
(Lingkungan Pulo Terutung II) dan Jl. Kamboja (Lingkungan Pulo Terutung
Gelugur). Pemilihan jaringan jalan ini dikarenakan sebagian besar telah mengalami
Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dimulai awal bulan
Maret 2015 sampai dengan bulan Mei 2015. Peta lokasi studi dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
ditetapkan. Penelitian hendaknya dilakukan dengan cermat dan teliti, agar hasil
seksama dalam menentukan jenis data, sumber data, cara mengumpulkan data,
adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
tentang suatu objek, peristiwa, kegiatan atau fenomena yang terjadi. metode
menguraikan hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus yang
berkaitan dengan guna lahan atau struktur ruang kota, dan menganalisanya secara
deskriptif yang diperkuat dengan data dan metode super impose peta untuk
Populasi adalah suatu himpunan unit yang biasanya berupa orang, objek,
2001). Dalam penelitian ini populasi yang dimaksudkan adalah kepala keluarga
yang bermukim di Jl. Tanjung Sari (Lingkungan Aek Kanopan II), Jl. Sidorukun
(Lingkungan Pulo Terutung III), Jl. M. Senen (Lingkungan Pulo Terutung II) dan
2001). Sampel yang akan dipilih dalam penelitian ini dengan menggunakan multi
sebagai berikut :
𝑵
𝒏=
𝑵𝒅𝟐 +𝟏
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = jumlah Populasi
Pada lokasi penelitian yang ditentukan yaitu Jl. Tanjung Sari (Lingkungan
Aek Kanopan II), Jl. Sidorukun (Lingkungan Pulo Terutung III), Jl. M. Senen
(Lingkungan Pulo Terutung II) dan Jl. Kamboja (Lingkungan Pulo Terutung
Berdasarkan jumlah populasi pada tabel di atas, yaitu 3.514 kepala keluarga dan
𝑛
𝑛=
𝑁𝑑2 + 1
3514
𝑛=
3514 𝑥 0.12 + 1
100 orang didistribusikan di 4 (empat) lokasi penelitian, yaitu Jl. Tanjung Sari
(Lingkungan Aek Kanopan II), Jl. Sidorukun (Lingkungan Pulo Terutung III), Jl.
M. Senen (Lingkungan Pulo Terutung II) dan Jl. Kamboja (Lingkungan Pulo
Aek Kanopan (dapat dilihat pada Tabel 3.2) dimana pengambilan sampel
Jumlah Rumah
No Lokasi
Tangga (KK)
1 Lingk. Aek Kanopan II 25
2 Lingk. Pulo Terutung III 25
3 Lingk. Pulo Terutung II 25
4 Lingk. Pulo Terutung Gelugur 25
Jumlah 100
Sumber : Hasil Analisis
berikut :
1. Data Primer
Data primer yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung ke lokasi
penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan
melalui :
(Nawawi, 1993).
b. Wawancara (Interview)
antara dua orang yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan
Teknik tanya jawab berlangsung melalui kontak secara langsung, baik secara
c. Penyebaran kuesioner
digunakan agar arah wawancara tetap terkendali dan tidak menyimpang dari
2. Data Sekunder
sebagai berikut :
Data tata guna lahan merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan instansi lain yang
Data sekunder ini dapat diperoleh dari Badan Pusat Statistik (Labuhanbatu
lebih baik (Sadahiro, 2006). Untuk menjawab beberapa tujuan penelitian dan
hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dalam hal ini dipergunakan
dan pemanfaatan lahan eksisting pada tahun 2014 yang terjadi sesungguhnya
dilapangan.
gambaran tentang suatu objek, peristiwa, kegiatan atau fenomena yang terjadi.
yaitu dengan menguraikan hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus yang berkaitan dengan guna lahan atau struktur ruang kota, dan
Kanopan sebelum dibangun jaringan jalan tahun 2010 dan setelah dibangun
lahan di Kawasan Aek Kanopan pada tahun 2011 (menurut RUTR) dengan
penggunaan lahan eksisting pada tahun 2014, langkah pertama yang dilakukan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak ada faktor-faktor
Jl. Tanjung Sari (Lingkungan Aek Kanopan II), Jl. Sidorukun (Lingkungan Pulo
Terutung III), Jl. M. Senen (Lingkungan Pulo Terutung II) dan Jl. Kamboja
terikat yaitu perubahan guna lahan (Y) dengan variabel bebas (X) yang meliputi
nilai lahan (X1), aksesibilitas (X2), efisiensi (waktu dan biaya) (X3), dan
antara lain :
• Nilai Lahan
• Aksesibilitas
Dimana:
X1 = Nilai Lahan
X2 = Aksesbilitas
model” Model regresi logistik ini dianggap sebagai alat yang tepat untuk
menganalisis data dalam penelitian ini karena variabel dependen dalam penelitian
ini yaitu perubahan penggunaan lahan bersifat dikotomi atau multinominal yaitu
lebih dari satu atribut. Dalam penelitian ini digunakan model logistik dengan dua
binominal pada variabel dependennya (1= jika ada faktor yang mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan di lokasi studi, 0= jika tidak ada faktor yang
• Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang
distribusi normal linier maupun memiliki varian yang sama setiap grup.
• Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variable kontinyu,
Y = f ( 𝑋1 , 𝑋2 , 𝑋3 , 𝑋4 )................................................................(3.2)
Dimana:
𝑋1 = Nilai Lahan
𝑋2 = Aksesibilitas
sebagai berikut:
Dimana:
β0 = intersep
Persamaan (3.3) diestimasi dengan model Logit Binary. Pada model Logit Binary,
studi.
lokasi studi.
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara model dengan data yang diamati
H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara model dengan data yang diamati
Apabila nilai Hosmer and Lemshow signifikan atau lebih kecil dari 0,05 hipotesis 0
ditolak dan model dikatakan tidak fit. Sebaliknya jika tidak signifikan maka
hipotesis 0 tidak dapat ditolak yang berarti data sama dengan model atau model
variabel yang diuji adalah dengan mendasarkan pada nilai wald-ratio (X²- Wald).
Interpretasi dari wald-ratio mirip dengan uji t statistik yang digunakan untuk
kurang dari α = 0,05 maka variabel independen yang diamati berpengaruh secara
1. Jaringan jalan adalah aringan jalan merupakan rangkaian ruas-ruas jalan yang
pertemuan antar ruas-ruas jalan yang ada. Jaringan jalan mempunyai peranan
Perubahan penggunaan lahan tersebut juga bukannya tanpa ada sebab, terdapat
(Bourne, 1982), yaitu: perluasan batas kota, peremajaan pusat kota, perluasan
faktor tersebut sangat berkaitan sehingga dapat disebut sebagai siklus perubahan
penggunaan lahan. Dari hubungan dinamik ini akan timbul bentuk aktivitas yang
(Land irregularities).
3. Penyimpangan lahan di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : nilai lahan,
dan tanah yang tidak diusahakan (unimproved land). Nilai tanah yang tidak
tanah yang diusahakan adalah harga tanah ditambah dengan harga bangunan
guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi
mudah atau susah setiap orang pasti berbeda-beda, karena penilaian ini
dipengaruhi oleh jarak dari dua lokasi. Artinya makin pendek jarak 2 lokasi
bagaimana pada saat terjadi macet, secara otomatis tempat yang kita tuju
bahkan mungkin dekat sekali. Sehingga orang pun akan menganggap bahwa
waktu lebih tepat untuk menentukan aksesibiltas pada suatu tata guna lahan
dari pada jarak. Sebagai contoh 2 lokasi yang berjauhan akan tetapi
dalam hal waktu saat pelaksanaan hingga kapan proyek itu selesai.
HASIL PEMBAHASAN
terdiri dari 21 (dua puluh satu) lingkungan dengan jumlah penduduk sebesar
14,154 jiwa, sedangkan luas wilayah Kelurahan Aek Kanopan 245,76 Ha. Secara
Untuk lebih jelasnya Peta Orientasi dan Peta Administrasi Kelurahan Aek
bergelombang dengan topografi 0-40 meter. Kota Aek Kanopan berada pada
Tipe iklim di Kelurahan Aek Kanopan adalah jenis AF atau iklim tropis
dengan 12 hari hujan/bulan dan curah hujan 280 mm/bulan sepanjang tahun 2014.
Jenis Tanah di Kelurahan Aek Kanopan terdiri dari struktur tanah Pedsolik
merah kekuningan, Hidromorfik kelabu, gleihumas dan regosol. Tanah memiliki sifat
fisik, kimia dan mineralogi yang berbeda-beda dimana hal ini dapat digunakan
Kelurahan Aek Kanopan dilalui oleh 2 (dua) aliran sungai besar yaitu Sungai
2,674 m³/det dengan ketinggian muka air rata-rata 1,45 m dan kondisi air keruh.
Sedangkan kondisi air tanah di kota ini cukup baik dengan kedalaman rata-rata
antara 3 sampai 15 m.
mencapai 14.154 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 3.514 KK. Tingkat
kelamin, jumlah penduduk laki-laki mencapai 7.022 jiwa dan jumlah penduduk
Penggunaan lahan di Kelurahan Aek Kanopan terdiri dari lahan terbangun dan lahan
Tahun 2014
Luas Persentase
No Penggunaan Lahan (Ha) (%)
3 Karet 60 24.41
jalan arteri, kolektor dan jalan lingkungan dengan kondisi jaringan jalan rata-rata
Jaringan jalan arteri meliputi jalan utama (jalan lintas Sumatera), jalan
kolektor, meliputi jaringan Jalan Mayor Siddik, Jalan Angkatan 66 dan Jalan Utama
Perdagangan/jasa dan
2 Jl. Mayor Siddik Kolektor Sekunder Permukiman
Lokasi studi yang diambil sebagai sampel kajian adalah Jl. Tanjung Sari
(Lingkungan Aek Kanopan II), Jl. Sidorukun (Lingkungan Pulo Terutung III), Jl. M.
Senen (Lingkungan Pulo Terutung II) dan Jl. Kamboja (Lingkungan Pulo Terutung
Gelugur) dengan luas lahan 45,38 Ha atau seluas 18,46 % dari luas Kelurahan Aek
Kanopan.
Labuhanbatu Utara, termasuk didalam rencana jalan lingkar (lingkar dalam), dengan
rute Jl. Tanjung Sari – Jl. Sidorukun, Jl. M. Senen – Jl. Kamboja -
eksistingnya saat ini rute jalan tersebut baru mencapai Jl. Tanjung Sari,
Jl. Sidorukun, Jl. M. Senen dan Jl. Kamboja (lihat Gambar 4.4 dan Gambar 4.5).
Pembangunan jaringan jalan lingkar yaitu di Jl. Tanjung Sari (Lingkungan Aek
Kanopan II), Jl. Sidorukun (Lingkungan Pulo Terutung III), Jl. M. Senen (Lingkungan
Pulo Terutung II) dan Jl. Kamboja (Lingkungan Pulo Terutung Gelugur) telah
membawa perubahan guna lahan dari tahun 2010-2014 sebesar 17,33 Ha atau 38,18 %
perumahan sebesar 6,89 Ha, bertambahnya lahan permukiman sebesar 1,05 Ha dan
bertambahnya luas jalan sebesar 0,73 Ha. Sedangkan lahan yang berkurang yaitu ;
kebun campuran berkurang sebesar 4,58 Ha, perkebunan sebesar 2,45 Ha, lahan
kosong sebesar 0,69 Ha dan jalan setapak 0,94 Ha (Tabel 4.4 dan Gambar 4.6).
Tahun 2010-2014
Tanjung Sari.
Meski tidak berubah secara signifikan Jl. Sidorukun juga sudah mengalami
perubahan, dimana lahan kebun kelapa sawit dan karet sudah mulai berubah
II), yang semula kebun kelapa sawit sebagian berubah menjadi Perumahan
Pada awalnya (tahun 2011) Jl. Kamboja (Kp. Gelugur) masih didominasi lahan
kebun campuran, sejak dibukanya ruas jalan bagi rute jalan lingkar, saat ini
permukiman.
6,89 Ha. Dalam arahan RUTR permukiman yang diarahkan hanya permukiman
pendidikan dan kesehatan yang diarahkan belum ada sama sekali. Sedangkan
pengembangan jaringan jalan sudah ada sesuai arahan RUTR. (Tabel 4.5, Gambar
Jumlah
pada lokasi studi yang terdiri dari 4 indikator Nilai Lahan, Aksesibilitas, Efisiensi
pengembangan jaringan jalan terhadap meningkatnya harga lahan pada lokasi studi
adalah 46 orang (46 %) menyata naik dan 41 orang (41 %) menyatakan sangat naik.
Kenaikan nilai lahan pada lokasi studi dapat dilihat dari Nilai Jual Obyek Pajak
(NJOP) serta harga pasaran yang berlaku, dimana saat ini harga lahan sudah
pembangunan jalan masih berkisar Rp. 125.000,00 – Rp. 150.000,00/M2 (Tabel 4.6)
(Orang) (%)
1 Sangat Naik 41 41
2 Naik 46 46
3 Tidak Naik 7 7
4.5.4.2 Aksesibilitas
kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau
aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam
(Magribi, 1999).
(Orang) (%)
1 Sangat Dapat 34 34
2 Dapat 40 40
3 Tidak Dapat 18 18
lokasi lain, sebagian besar responden 40 orang (40 %) menyatakan dapat, 34 orang
(34 %) menyatakan sangat dapat, 18 orang (18 %) menyatakan tidak dapat dn hanya
Jika dilihat dari kondisi lapangan pembangunan jaringan jalan pada lokasi
melalui Jaringan jalan utama. Namun dengan adanya pembangunan jaringan jalan
tersebut saat ini kemudahan, menghemat waktu tempuh serta biaya sudah mulai
dirasakan.
pembangunan jaringan jalan berpengaruh terhadap Efisiensi Waktu dan Biaya dan
28 orang responden menyatakan sangat tersedia. Namun ada juga responden yang
memberi tanggapan tidak tersedianya sarana pendidikan sebanyak 26 orang (26 %).
(Orang) (%)
1 Sangat Tersedia 28 28
2 Tersedia 37 37
3 Tidak Tersedia 26 26
(Orang) (%)
1 Sangat Berkembang 41 41
2 Berkembang 47 47
3 Tidak Berkembang 11 11
jalan pada lokasi studi terjadi pertambahan penduduk yang cukup signifikan.
Penggunaan “Regresi Logistik” pada penelitian ini, hal ini disebabkan karena
penelitian ini ingin menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap
Regresi logisik yang digunakan adalah Binary Logistic Regresion atau regresi
logistik dengan dua kategori pada variabel dependen, 1= jika faktor ada pengaruh,
dan 0= jika faktor tidak memiliki pengaruh pada perubahan guna lahan di lokasi studi.
Uji signifikansi parameter digunakan untuk menguji kebenaran atau kesalahan dari
hasil hipotesis nol dari sampel. Ide dasar yang melatar belakangi pengujian
signifikansi adalah uji statistik (estimasi) dari distribusi sampel dari suatu statistik di
95,0% C.I.for
EXP(B)
Aksesibilit
.187 .545 .117 1 .732 1.205 .414 3.509
as
(0,006 < 0,05). Sedangkan 3 (tiga) variabel lainnya tidak berpengaruh secara
a. Nilai Lahan
Variabel nilai lahan dinyatakan kurang memiliki pengaruh terhadap perubahan guna
lahan pada lokasi studi, dilihat dari nilai p-value 0,716, artinya lebih besar dari
0,05 (0,716 > 0,05). Meski nilai lahan mengalami kenaikan pasca dibangunnya
jaringan jalan pada lokasi studi, namun tidak serta merta nilai lahan tersebut juga
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan guna lahan pada lokasi studi.
b. Aksesibilitas
lahan pada lokasi studi, dilihat dari nilai p-value 0,732, artinya lebih besar dari
0,05 (0,732 > 0,05). Ketersediaan jaringan jalan dilokasi studi sudah barang tentu
penggunaan lahan pada lokasi studi. Dilihat dari kondisi eksisting kurang
yang dibangun masih separuh dari rencana akibat terbentur upaya pembebasan
lahan, akibatnya jaringan jalan yang semula direncanakan akan menjadi alternatif
pergerakan lalu lintas, saat ini hanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat bukan
c. Efisiensi
Variabel Efesiensi (waktu dan biaya) dinyatakan kurang memiliki pengaruh terhadap
perubahan penggunaan lahan pada lokasi studi, dilihar dari nilai p-value 0,774,
artinya lebih besar dari 0,05 (0,774 > 0,05). Dengan dibangunnya jaringan jalan
diharapkan akan dapat mengefesiensikan suatu perjalanan baik dari sisi waktu
maupun biaya. Dilihat dari kondisi eksistingnya faktor efisiensi saat ini belum
memiliki pengaruh secara signifikan hal ini disebabkan belum ada lalu lintas
d. Perkembangan Penduduk
dengan nilai signifikan atau p-value 0,006 (0,006 < 0,05). Perkembangan
pada awalnya lokasi studi merupakan lahan non terbangun akibat dibangunnya
diatas diketahui bahwa nilai odds ratio (pada kolom Exp B) yang dihasilkan
sebesar 0,526 artinya kurang dari 1 atau = 0, oleh karena itu variabel tersebut
5.1 Kesimpulan
yang signifikan pada lokasi studi dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014).
dan bertambahnya luas jalan sebesar 0,73 Ha. Sedangkan lahan yang berkurang
yaitu ; kebun campuran berkurang sebesar 4,58 Ha, perkebunan sebesar 2,45 Ha,
lahan kosong sebesar 0,69 Ha dan jalan setapak 0,94 Ha Besaran penyimpangan
pemanfaatan lahan eksisting pada tahun 2014 dengan pemanfaatan lahan RUTR
2. Variabel perkembangan penduduk memiliki nilai kurang dari 0,05 (0,006 < 0,05)
Sedangkan nilai lahan, aksesibilitas dan efisiensi (waktu dan biaya) memiliki
nilai lebih besar dari 0,05 yang artinya ke tiga variabel tersebut tidak signifikan
Berkaitan dengan hasil penelitian dan rumusan kesimpulan penelitian, maka ada
Tata Ruang (RDTR) sebagai dasar dalam memberikan Izin Mendirikan Bangunan
2. Faktor penyebab kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan pada lokasi studi yang
dan prasarana, seperti : ketersediaan listik, air bersih, pelayanan persampahan dan
Azwar. 2003. “Analisis Manfaat Pembangunan Jalan Tengku Amir Hamzah Terhadap
Pengembangan Wilayah Sekitarnya”.
Chapin, F. Stuart. Jr. And Kaiser. Edward J. 1979. “Urban Land Use Planning”. University
of illionis Press, USA.
Daldjoeni. 1992. “Geografi Baru, Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek”,
Penerbit Alumni, Bandung.
Hutagalung. 2003. “Pengaruh Perkembangan Kota Medan ( Studi Kasus Jalan Ngumban
Surbakti ) Dengan Menitik Beratkan Penelitian Terhadap Pengaruh
Pembangunan Jalan Terhadap Pengembangan Kota”.
Jayadinata, Johara T. 1992. “Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Kota Dan Wilayah”.
Penerbit ITB, Bandung.
Kivell, Philip. 2003. “Land And The City Patters And Processes Of Urban Change”.
Routledge, USA.
Muhammad Muda Adha Hsb. 2013. “Pengaruh Infrastuktur Jalan Terhadap Pengembangan
Wilayah di Rantauprapat”.
Pamoto. 2004. “Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Antar Kota Di Daerah Perkotaan
Sumatera Utara”.
Rumanto. 2002. “Kajian Regulasi Terhadap Jalan Penghubung Antara Pemukiman Dengan
Jalan Tol”.
Sofyan. 2004. “Pengaruh Pembangunan Jalan Aek Nabara By Pass Terhadap Kelancaran
Dan Keselamatan Lalu Lintas”.
Utama. 2002. “Analisis Pemilihan Rute Trase Jalan Km 12,9 Balikpapan – Pelabuhan Laut
Karingan, Kalimantan Timur”.
Yunus, Hadi Sabari. 2000. “Struktur Tata Ruang Kota”. Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Kuesioner ini disebarkan untuk mendapatkan informasi dan data penelitian yang
berjudul : “Analisis Pengaruh Pembangunan Jaringan Jalan Terhadap Perubahan
Guna Lahan di Kawasan Aek Kanopan”. Untuk menyelesaikan Penulisan Tesis
pada Sekolah Pascasarjana Program Studi PWD USU Medan. Peneliti sangat
mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan
lengkap.
No. Resp :
Peneliti – Said Muhammad Abror
I. DATA RESPONDEN
1. Nama : …………………………………………………….
2. Usia : …………………………………………………….
3. Jenis Kelamin : .................................................................................
4. Alamat : …………………………………………………….
…………………………………………………….
1. Apakah pembangunan jaringan jalan pada lokasi tempat tinggal anda, saat ini
telah berdampak terhadap perubahan penggunaan lahan?
2. Sebagai salah dampak dari pembangunan jaringan jalan, apakah harga lahan
dilokasi tempat tinggal anda mengalami kenaikan?
3. Apakah pembangunan jaringan jalan dilokasi tempat tinggal anda saat ini dapat
memberi kemudahan dan kenyamanan ke lokasi lainnya?
4. Apakah pembangunan jaringan jalan dilokasi tempat tinggal anda saat ini
berpengaruh terhadap penghematan waktu dan biaya (efisien) ?
5. Apakah pembangunan jaringan jalan dilokasi tempat tinggal anda saat ini diikuti
dengan perkembangan penduduk?
Tanjung Sari, semula adalah lahan perkebunan kelapa sawit berubah fungsi lahan
perubahan, dimana lahan kebun kelapa sawit dan karet sudah mulai berubah
sejak dibukanya ruas jalan bagi rute jalan lingkar, saat ini lahan kebun campuran