You are on page 1of 8

MAKALAH HERMENEUTIK

Tugas Pribadi

Disusun Oleh:

Nama: Triton Nicodemus Tibi

Nim: 21.10.531

Semester: III

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA

PRODI TEOLOGIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
limpahan rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dengan judul yang saya bahas pada makalah kali ini megenai
“Hermeneutik”

Dalam pembuatan makalah ini tidak jauh dari dukungan teman, keluarga, maupun
dosen yang sangat berharga bagi terciptanya makalah ini.

Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Maha Esa, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena sebagai manusia biasa saya tidak lepas dari kesalahan, maka
dari itu kami mohon dukungan dari berbagai pihak demi kebaikan kedepannya.

Demikianlah makalah ini saya buat, atas perhatian dan kesempatannya untuk
membaca saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Pendapat Para Ahli Tentang Hermeneutik ........................................................................ 2
B. Teks – Teks Alkitab .......................................................................................................... 2
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 4
Kesimpulan ............................................................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 5

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni memahami adalah istilah yang sudah menjadi klasik untuk hermeneutik modern.
Tidak perlu disembunyikan bahwa targetnya adalah literalisme. Literalisme, cara baca atas
teks berdasarkan makna harfianya, terdapat di berbagai bidang, seperti hukum, politik,
jurnalisme, kesusastraan, dan yang paling menantang hermeneutik adalah literalisme dalam
pembacaan teks-teks seperti itu di kontrol oleh otoritas sekaligus dipakai untuk membenarkan
otoritas itu, sehingga dapat ikut mendorong praktik-praktik fundamentalistis, radikalistis, dan
ekstremis dalam agama ataupun mendasari kebijakan-kebijakan otoriter anti demokratis
dalam politik, sejak awal, hermeneutik sudah berurusan dengan literalisme.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana pendapat para ahli tentang hermeneutik
 Bagaimana teks-teks Alkitab

C. Rumusan Masalah
 Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang hermeneutik
 Untuk mengetahui teks-teks Alkitab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendapat Para Ahli Tentang Hermeneutik
Jacques Derrida (1930-2004) menurutnya tentang dekonstruksi, tetapi sebelum itu kita
akan mengenal tentang apa itu dekonstruksi. Dekonstruksi adalah salah satu metode filsafati
yang dilahirkan untuk mengkaji dan menafsirkan teks dari berbagai perspektif. Ia digagas
oleh Derrida, seorang filsuf Prancis. Dekonstruksi berusaha membongkar makna dan sering
dianggap dekat dengan hermeneutik. Lewat dekonstruksi pembaca teks ditantang untuk
mengungkap bagaimana anggapan-anggapan yang ada pada teks tidak selalu absolut, tapi
kontekstual, maka tidak mengacu pada makna final.

Dekonstruksi menurut Derrida merupakan sebuah metode membaca teks secara


sangat cermat hingga pembedaan konseptual hasil ciptaan penulis yang menjadi landasan teks
tersebut tampak tidak konsisten dan paradoks dalam teks tersebut gagal memenuhi
kriterianya sendiri.1

(Lih. Martin McQuillan dalam F. Budi Hardiman). Menurut McQuillan sekurangnya


ada “lima strategi” untuk memahami dekonstruksi, tetapi disini saya akan mengamil strategi
pertama dari McQuillan. Pertama kata “cara” (dalam cara baca) atau “metode” sebetulnya
tidak tepat dipakai untuk dekonstruksi. Dekonstruksi bukan metode, karena seperti dikatakan
McQuillan “tak ada perangkat aturan, tak ada kriteria, tak ada prosedur, tak ada program, tak
ada urutan langkah-langkah, tak ada teori untuk diikuti dalam dekonstruksi”. Akan tetapi ia
juga sekaligus suatu “langkah”. Apakah bukan metode sekaligus langkah metodologis itu
peristiwa pembacaan. Ia tidak bisa diulangi seperti metode; ia aneh dan unik, karena ia adalah
peristiwa. Dekonstruksi itu mustahil karena membiarkan yang lainber2bicara, sehingga
tujuan pemahaman atau lebih tepat sang pemahaman dibuat sia-sia oleh kemunculan yang
lain itu.

B. Teks – Teks Alkitab


Baik Derrida maupun Gadamer berada di bawah pengaruh metafisikus besar abad ke-
20, (F. Budi Hardiman 2015). Disini saya mau merivew pendapat Derrida tentang
dekonstruksi yang berhubungan dengan metafisikus yang menyakut tentang hal-hal yang
nonfisik atau tidak kelihatan (apa yang benar-benar nyata). Seperti inilah yang
mengakibatkan banyak orang percaya tidak pernah menganggap bahwa Allah itu nyata,
sebagaimana tertulis di Alkitab yang terlihat dalam kisah penciptaan pada Kejadian 1:1.

Genesis 1:1

1
Rubina Winnie M, Dekonstruksi Teks Biblikal dan Misoginisme di Tengah-Tengah Fundamentalis
Kristen Zaman Roman-Egypt Pada Film Agora, diakses pada 16 September, 2021.

2
“In the beginning god created the heavens and the earth”2

(“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”)3

Yang menunjukan kebenaran Allah secara nyata baik bagi orang Kristiani, tetapi
disini saya mau meneruskan pendapat Deridda yang tidak sekedar ingin menghadapi tradisi
kebudayaan tertentu, melainkan sesuatu yang jauh lebih mendasar, mengakar, dan
menyeluruh dalam peradaban, yaitu metafisika barat. Artinya, dekonstruksi bukan sekedar
soal memahami teks-teks nyata (benar-benar ada) , entah itu dokumen, buku, atau artefak
kultural, melainkan memahami realitas itu sendiri sebagai suatu keseluruhan, karena
menurutnya taka da hal di luar teks.

2
U-dictionary
3
Alkitab, Kejadian 1:1

3
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Disini saya mengambil pendapat para ahli dari Jacques Deridda dari pemikirannya
tentang metode dekonstruksi tetapi ia juga berada di bawah pengaruh metafisikus, yang saya
ambil tentang teks-teks Alkitab “apa yang benar-benar nyata” dari teks Alkitab Kejadian 1:1
“pada mulanya Allah menmciptakan langit dan bumi”, disini apakah Allah itu ada atau tidak
karena menyangkut “dengan hal-hal yang nonfisik atau tidak kelihatan” dari filsafat
metafisikus.

4
DAFTAR PUSTAKA

You might also like