Professional Documents
Culture Documents
Arti Ternak Ruminansia
Arti Ternak Ruminansia
Kriteria ternak jantan yang baik untuk dijadikan bibit yaitu : Masih muda yaitu berumur
sekitar 1,5 tahun; Fisik sehat ditandai dengan mata cerah, sorot mata tajam serta bulu halus
dan mengkilap; Memiliki tubuh besar (sesuai umurnya), sehat, relatif panjang dan tidak cacat;
Memiliki dada dalam yang lebar, berotot kuat dan padat; Memiliki kaki lurus dan kuat;
Memiliki tumit yang tinggi; Tidak memiliki cacat fisik serta bergigi lengkap dan bisa
menutup sempurna; Lincah, nafsu makan besar dan tidak terlalu gemuk karena kegemukan
akan menurunkan birahi ternak jantan tersebut; Memiliki nafsu kawinnya yang aktif dan
besar; Memiliki buah zakar yang normal (2 buah yang sama besar dan kenyal); Memiliki alat
kelamin kenyal dan dapat berereksi; Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar.
Selain bibit jantan, pemilihan bibit betina juga harus yang baik dan berkualitas. Bibit betina
berperan untuk melahirkan anak. Perilaku bibit betina menunjukkan sifat keibuan dan
menunjukkan kasih sayang dalam memelihara dan mengasuh anaknya. Kriteria bibit betina
yang baik di antaranya : Masih muda yaitu berumur sekitar 1 tahun dan maksimal telah
beranak satu kali; Berasal dari induk yang setiap kali beranak melahirkan lebih dari satu ekor;
Fisik sehat ditandai mata bersih dan cerah serta bulu bersih dan mengkilap; Tidak memiliki
cacat fisik; Alat kelamin bersih dan memiliki ambing yang halus, kenyal, tidak bengkak,
tidak menggantung dan putingnya sama besar; Badan tegap serta berotot kuat dan padat;
Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar.
Perkandangan. Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tingkat
keberhasilan suatu usaha peternakan ruminansia kecil. Sesuai dengan fungsinya untuk
memberikan kenyamanan bagi ternak, manusia dan lingkungan, maka pembuatan kandang
harus direncanakan secara baik dan memenuhi beberapa syarat, sebagai berikut : Lokasi ideal
kandang harus jauh dari pemukiman warga, agar tetap tenang dan aman; Kandang dibuat di
daerah yang relatif tinggi dari daerah sekitarnya (agar air hujan tidak tergenang) serta berada
di atas tanah yang padat atau tidak mudah becek ketika hujan; Apabila lokasi peternakan
berada di daerah yang hembusan anginnya kencang, peternak hendaknya menanami
sekeliling kandang dengan pepohonan agar dapat melindungi kandang dari hembusan angin
keras secara langsung; Pertukaran udara baik sehingga udara dalam kandang selalu segar
serta cukup sinar matahari dengan kelembaban sekitar 60–70%; Kandang sebaiknya dibuat
membujur dari arah timur ke barat, diusahakan menghadap timur agar sinar matahari pagi
diusahakan masuk dalam kandang. Sinar matahari sangat berguna membunuh bibit penyakit,
membantu proses pembentukan vitamin D dan mengurangi kelembaban kandang; Jauh dari
sumber mata air yang dipergunakan masyarakat sehingga kotoran ternak tidak mencemari air.
Tiang kandang harus juga dipilih dari bahan yang kuat dan kokoh. Tiang kandang bisa
terbuat dari kayu atau bambu. Agar tidak busuk dan dimakan rayap, tiang kandang diberi alas
atau dasaran dengan beton atau pasangan batu bata. Lantai kandang dibuat dari papan kayu
yang disusun berjajar dengan jarak 1–1,5 cm. Jarak antar kayu atau bambu harus
memudahkan jatuhnya kotoran tetapi tidak membuat kaki ternak terperosok. Tinggi lantai
kandang dari permukaan tanah 75-100 cm. Dinding kandang berfungsi untuk menahan ternak
agar tidak ke luar dari kandang. Dinding harus kuat menahan beban tubuh ternak karena
seringkali ternak membenturkan kepala atau menggosokkan tubuhnya ke dinding kandang.
Dinding kandang bisa dibuat dari papan kayu, bilah bambu atau anyaman bambu. Dinding
dibuat lebih tinggi agar ternak tidak bisa melompat ke luar.
Untuk konstruksi kandang, bahan atap dapat menggunakan rumbia, genteng, asbes atau seng
namun lebih dianjurkan menggunakan bahan berdaya serap panas kecil. Atap dari dedaunan
bisa menyerap panas sehingga pada siang hari ruang kandang tidak terlalu panas namun
sayangnya tidak tahan lama. Untuk itu tetap lebih baik menggunakan genteng sehingga pada
siang hari tidak terlalu panas dan malam hari tidak terlalu dingin serta tahan lama. Bila
memakai atap seng, ternak mudah stress, karena siang hari terlalu panas, malam terlalu dingin
serta bising bila hujan turun. Atap kandang dibuat miring 45º, sehingga bila hujan segera
jatuh ke tanah.
Pada dinding bagian atas tidak perlu terlalu rapat agar memudahkan masuknya sinar matahari
dan sirkulasi udara. Alas dapat terbuat dari bambu, papan, semen atau tanah saja. Bila dengan
bambu/kayu, diberi jarak 1 cm agar mempermudah pembuangan kotoran ke kolong kandang.
Di tengah-tengah kandang, kira-kira 1-1,5 m dibuat celah atau ruang sebagai lorong. Untuk
lorong kandang sebaiknya dibuat dari bahan semen agar tidak mudah becek. Lorong kandang
diperlukan untuk kandang yang memiliki dua baris kandang individual atau lebih. Lorong ini
penting bagi peternak untuk melakukan pemeliharaan. Untuk itu lorong kandang dibuat tidak
boleh terlalu sempit. Apabila panggungnya tinggi, lorong dibuat agak lebar, (lebih dari 1,5 m)
dan bak pakan diletakkan di dinding kandang pada sisi lorong.
Wadah pakan biasanya dibuat dari bambu atau kayu papan yang dibentuk seperti bak
memanjang. Wadah pakan diletakkan menempel di sisi kandang dengan ukuran lebar bawah
30 cm, lebar bagian atas 50 cm dan tinggi 50 cm, serta panjang disesuaikan dengan panjang
kandang. Lebar celah kandang untuk tempat mengeluarkan kepala ternak ketika makan
sekitar 30 cm. Jarak antara dasar tempat pakan dengan lantai kandang setinggi 25 cm. Untuk
tempat minum yang biasa digunakan adalah ember plastik atau wadah lain yang serupa.
Tempat minum ini setelah diisi air bersih disimpan di luar kandang menempel di dinding
kandang tetapi di sisi yang berlainan dengan penempatan wadah pakan. Wadah pakan dan air
minum harus terlindungi dari sinar matahari langsung dan air hujan.
Pakan Penguat. Zat gizi yang dibutuhkan ternak sudah tercukupi dari pakan hijauan asalkan
diberikan dalam jumlah yang cukup. Namun pemberian pakan penguat akan membuat
pertumbuhan ternak lebih optimal. Ternak menyukai pakan dari limbah industri seperti dedak
padi, dedak jagung, ampas tahu, ampas kelapa, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan
bungkil kelapa. Sedangkan untuk limbah pertanian seperti jerami kacang tanah, jerami
kedelai, kulit singkong, jagung halus, bekatul dan umbi-umbian. Pakan penguat seperti ampas
tahu dan segala jenis bungkil mengandung protein tinggi. Pakan yang mengandung protein
tinggi membuat pertumbuhan kambing, terutama kambing muda lebih optimal. Protein
bermanfaat dalam membangun, membentuk dan memperbaiki sel atau jaringan tubuh serta
sebagai cadangan energi.
Jumlah pakan yang harus diberikan untuk pakan segar setiap harinya sebanyak 10–20% dari bobot
tubuh ternak atau untuk pakan kering sebesar 3% dari bobot tubuh ternak. Seekor kambing/domba
dewasa membutuhkan sekitar 14-16% protein dan 60% total nutrien tercerna. Pakan hijauan
diberikan 2–3 kali sehari, berupa campuran rumput dan dedaunan. Cara pemberian seperti ini akan
tercerna lebih efektif dibandingkan dengan pemberian sekaligus. Konsentrat diberikan satu kali
sehari sebanyak 0,5 kg ekor per hari. Sebaiknya konsentrat diberikan 1–2 jam sebelum hijauan
diberikan. Selain pakan, ternak juga membutuhkan air minum. Ternak membutuhkan air minum
antara 1,5–2,5 liter per hari. Kebutuhan air pada ternak bervariasi tergantung pada suhu lingkungan,
bobot badan, jenis pakan yang diberikan dan jenis kambing/domba yang diternakkan. Namun
pemberian air minum umumnya tidak dibatasi. Air minum selalu disediakan untuk ternak. Jika air
minum habis atau tinggal sedikit harus segera ditambah