You are on page 1of 4

ARTINYA:

Budidaya Ternak Ruminansia Kecil


Jenis ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba mudah dipelihara, dapat
memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah dikembangbiakkan dan
pasarnya selalu tersedia.
 Karena kemampuan ternak ini untuk memanfaatkan hijauan sebagai bahan makanan utama
menjadi daging, menempatkan ternak ruminansia kecil sebagai bagian yang cukup penting
artinya bagi perekonomian nasional pada umumnya, maupun kesejahteraan keluarga petani di
pedesaan pada khususnya. Ruminansia kecil tersebar luas di daerah pedesaan dan biasanya
dipelihara dengan tujuan sebagai tabungan hidup maupun sebagai ternak potong/ternak susu
untuk dikonsumsi keluarga di samping kotorannya dapat dipergunakan untuk pupuk yang
baik bagi tanaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya ruminansia kecil
khususnya kambing dan domba yaitu sebagai berikut :
Memilih Bibit. Dalam pengembangbiakkan ternak ruminansia kecil, baik buruknya kualitas
kambing/domba yang diternakkan tergantung pada dua faktor yaitu bibit dan lingkungan
hidup. Pemilihan bibit sangat berpengaruh pada keberhasilan dalam pemeliharaan ternak.
Dalam pengembangbiakkan untuk tujuan pemeliharaan, bibit ternak yang dipilih harus yang
baik dan sehat. Tujuan pemilihan bibit untuk menghasilkan keturunan sekaligus
menghasilkan produksi yang baik. Untuk dikembangbiakkan, bibit ternak yang baik memiliki
kriteria seperti berikut ini:

Kriteria ternak jantan yang baik untuk dijadikan bibit yaitu : Masih muda yaitu berumur
sekitar 1,5 tahun; Fisik sehat ditandai dengan mata cerah, sorot mata tajam serta bulu halus
dan mengkilap; Memiliki tubuh besar (sesuai umurnya), sehat, relatif panjang dan tidak cacat;
Memiliki dada dalam yang lebar, berotot kuat dan padat; Memiliki kaki lurus dan kuat;
Memiliki tumit yang tinggi; Tidak memiliki cacat fisik serta bergigi lengkap dan bisa
menutup sempurna; Lincah, nafsu makan besar dan tidak terlalu gemuk karena kegemukan
akan menurunkan birahi ternak jantan tersebut; Memiliki nafsu kawinnya yang aktif dan
besar; Memiliki buah zakar yang normal (2 buah yang sama besar dan kenyal); Memiliki alat
kelamin kenyal dan dapat berereksi; Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar.

Selain bibit jantan, pemilihan bibit betina juga harus yang baik dan berkualitas. Bibit betina
berperan untuk melahirkan anak. Perilaku bibit betina menunjukkan sifat keibuan dan
menunjukkan kasih sayang dalam memelihara dan mengasuh anaknya. Kriteria bibit betina
yang baik di antaranya : Masih muda yaitu berumur sekitar 1 tahun dan maksimal telah
beranak satu kali; Berasal dari induk yang setiap kali beranak melahirkan lebih dari satu ekor;
Fisik sehat ditandai mata bersih dan cerah serta bulu bersih dan mengkilap; Tidak memiliki
cacat fisik; Alat kelamin bersih dan memiliki ambing yang halus, kenyal, tidak bengkak,
tidak menggantung dan putingnya sama besar; Badan tegap serta berotot kuat dan padat;
Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar.

Perkandangan. Perkandangan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan tingkat
keberhasilan suatu usaha peternakan ruminansia kecil. Sesuai dengan fungsinya untuk
memberikan kenyamanan bagi ternak, manusia dan lingkungan, maka pembuatan kandang
harus direncanakan secara baik dan memenuhi beberapa syarat, sebagai berikut : Lokasi ideal
kandang harus jauh dari pemukiman warga, agar tetap tenang dan aman; Kandang dibuat di
daerah yang relatif tinggi dari daerah sekitarnya (agar air hujan tidak tergenang) serta berada
di atas tanah yang padat atau tidak mudah becek ketika hujan; Apabila lokasi peternakan
berada di daerah yang hembusan anginnya kencang, peternak hendaknya menanami
sekeliling kandang dengan pepohonan agar dapat melindungi kandang dari hembusan angin
keras secara langsung; Pertukaran udara baik sehingga udara dalam kandang selalu segar
serta cukup sinar matahari dengan kelembaban sekitar 60–70%; Kandang sebaiknya dibuat
membujur dari arah timur ke barat, diusahakan menghadap timur agar sinar matahari pagi
diusahakan masuk dalam kandang. Sinar matahari sangat berguna membunuh bibit penyakit,
membantu proses pembentukan vitamin D dan mengurangi kelembaban kandang; Jauh dari
sumber mata air yang dipergunakan masyarakat sehingga kotoran ternak tidak mencemari air.

Pembuatan kandang juga sebaiknya memperhitungkan potensi pengembangan. Untuk ukuran


kandang, perlu disesuaikan dengan jumlah ternak yang akan dipelihara. Seekor kambing atau
domba dewasa membutuhkan 1 x 1,5 m. Dengan begitu kandang seluas 1,5 x 10 m cukup
untuk menempatkan 10 ekor kambing atau domba. Model kandang panggung merupakan
model terbaik untuk pemeliharaan ternak. Pada kandang panggung, kotoran ternak akan jatuh
ke bawah panggung sehingga lantai kandang akan tetap bersih.

Tiang kandang harus juga dipilih dari bahan yang kuat dan kokoh. Tiang kandang bisa
terbuat dari kayu atau bambu. Agar tidak busuk dan dimakan rayap, tiang kandang diberi alas
atau dasaran dengan beton atau pasangan batu bata. Lantai kandang dibuat dari papan kayu
yang disusun berjajar dengan jarak 1–1,5 cm. Jarak antar kayu atau bambu harus
memudahkan jatuhnya kotoran tetapi tidak membuat kaki ternak terperosok. Tinggi lantai
kandang dari permukaan tanah 75-100 cm. Dinding kandang berfungsi untuk menahan ternak
agar tidak ke luar dari kandang. Dinding harus kuat menahan beban tubuh ternak karena
seringkali ternak membenturkan kepala atau menggosokkan tubuhnya ke dinding kandang.
Dinding kandang bisa dibuat dari papan kayu, bilah bambu atau anyaman bambu. Dinding
dibuat lebih tinggi agar ternak tidak bisa melompat ke luar.

Untuk konstruksi kandang, bahan atap dapat menggunakan rumbia, genteng, asbes atau seng
namun lebih dianjurkan menggunakan bahan berdaya serap panas kecil. Atap dari dedaunan
bisa menyerap panas sehingga pada siang hari ruang kandang tidak terlalu panas namun
sayangnya tidak tahan lama. Untuk itu tetap lebih baik menggunakan genteng sehingga pada
siang hari tidak terlalu panas dan malam hari tidak terlalu dingin serta tahan lama. Bila
memakai atap seng, ternak mudah stress, karena siang hari terlalu panas, malam terlalu dingin
serta bising bila hujan turun. Atap kandang dibuat miring 45º, sehingga bila hujan segera
jatuh ke tanah.

Pada dinding bagian atas tidak perlu terlalu rapat agar memudahkan masuknya sinar matahari
dan sirkulasi udara. Alas dapat terbuat dari bambu, papan, semen atau tanah saja. Bila dengan
bambu/kayu, diberi jarak 1 cm agar mempermudah pembuangan kotoran ke kolong kandang.
Di tengah-tengah kandang, kira-kira 1-1,5 m dibuat celah atau ruang sebagai lorong. Untuk
lorong kandang sebaiknya dibuat dari bahan semen agar tidak mudah becek. Lorong kandang
diperlukan untuk kandang yang memiliki dua baris kandang individual atau lebih. Lorong ini
penting bagi peternak untuk melakukan pemeliharaan. Untuk itu lorong kandang dibuat tidak
boleh terlalu sempit. Apabila panggungnya tinggi, lorong dibuat agak lebar, (lebih dari 1,5 m)
dan bak pakan diletakkan di dinding kandang pada sisi lorong.
Wadah pakan biasanya dibuat dari bambu atau kayu papan yang dibentuk seperti bak
memanjang. Wadah pakan diletakkan menempel di sisi kandang dengan ukuran lebar bawah
30 cm, lebar bagian atas 50 cm dan tinggi 50 cm, serta panjang disesuaikan dengan panjang
kandang. Lebar celah kandang untuk tempat mengeluarkan kepala ternak ketika makan
sekitar 30 cm. Jarak antara dasar tempat pakan dengan lantai kandang setinggi 25 cm. Untuk
tempat minum yang biasa digunakan adalah ember plastik atau wadah lain yang serupa.
Tempat minum ini setelah diisi air bersih disimpan di luar kandang menempel di dinding
kandang tetapi di sisi yang berlainan dengan penempatan wadah pakan. Wadah pakan dan air
minum harus terlindungi dari sinar matahari langsung dan air hujan.

Pakan dan Air Minum

Sebelum memulai beternak, perlu untuk mempertimbangkan masalah ketersediaan pakan.


Pakan merupakan elemen penting dan kunci keberhasilan dalam beternak. Pada dasarnya
sumber pakan untuk ternak dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan pakan penguat. Selain
itu terdapat juga pakan tambahan.

Pakan Hijauan Bergizi. Pakan hijauan berupa rumput-rumputan dan dedaunan. Pakan


rumput-rumputan misalnya rumput gajah, rumput lapangan, rumput raja, rumput kolonjono,
rumput benggala. Untuk pakan dedaunan seperti daun singkong, pepaya, waru, nangka serta
daun Leguminoceae atau kacang-kacangan seperti kacang tanah, kedelai, lamtoro, turi, gamal
dan kaliandra. Pakan hijauan yang diberikan sebaiknya tidak hanya satu macam, tetapi terdiri
dari beberapa macam rumput dan dedaunan sekaligus. Ternak akan memperoleh semua gizi
yang dibutuhkan berupa campuran dedaunan dan rumput-rumputan dengan perbandingan 1 :
1. Pemberian pakan dengan komposisi berikut juga membuat ternak tidak cepat bosan
melahap pakan hijau yang tersedia. Hindari pemberian hijauan yang masih muda. Jika
terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan terlebih dahulu selama 3–4 jam, untuk
menghindari terjadinya kembung pada ternak.

Pakan Penguat. Zat gizi yang dibutuhkan ternak sudah tercukupi dari pakan hijauan asalkan
diberikan dalam jumlah yang cukup. Namun pemberian pakan penguat akan membuat
pertumbuhan ternak lebih optimal. Ternak menyukai pakan dari limbah industri seperti dedak
padi, dedak jagung, ampas tahu, ampas kelapa, bungkil kedelai, bungkil kacang tanah dan
bungkil kelapa. Sedangkan untuk limbah pertanian seperti jerami kacang tanah, jerami
kedelai, kulit singkong, jagung halus, bekatul dan umbi-umbian. Pakan penguat seperti ampas
tahu dan segala jenis bungkil mengandung protein tinggi. Pakan yang mengandung protein
tinggi membuat pertumbuhan kambing, terutama kambing muda lebih optimal. Protein
bermanfaat dalam membangun, membentuk dan memperbaiki sel atau jaringan tubuh serta
sebagai cadangan energi.

Pakan Tambahan. Pakan tambahan berguna untuk memenuhi kebutuhan mineral dan


meningkatkan nafsu makan. Selain itu, pakan tambahan ini juga bermanfaat untuk mencukupi
kebutuhan mineral. Sumber pakan tambahan berupa campuran mineral (mineral mix) dari
garam dapur, kapur dan premix.

Jumlah pakan yang harus diberikan untuk pakan segar setiap harinya sebanyak 10–20% dari bobot
tubuh ternak atau untuk pakan kering sebesar 3% dari bobot tubuh ternak. Seekor kambing/domba
dewasa membutuhkan sekitar 14-16% protein dan 60% total nutrien tercerna. Pakan hijauan
diberikan 2–3 kali sehari, berupa campuran rumput dan dedaunan. Cara pemberian seperti ini akan
tercerna lebih efektif dibandingkan dengan pemberian sekaligus. Konsentrat diberikan satu kali
sehari sebanyak 0,5 kg ekor per hari. Sebaiknya konsentrat diberikan 1–2 jam sebelum hijauan
diberikan. Selain pakan, ternak juga membutuhkan air minum. Ternak membutuhkan air minum
antara 1,5–2,5 liter per hari. Kebutuhan air pada ternak bervariasi tergantung pada suhu lingkungan,
bobot badan, jenis pakan yang diberikan dan jenis kambing/domba yang diternakkan. Namun
pemberian air minum umumnya tidak dibatasi. Air minum selalu disediakan untuk ternak. Jika air
minum habis atau tinggal sedikit harus segera ditambah

You might also like