You are on page 1of 19

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN SAINTIFIK, PJBL, DAN PBL

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

1. Cindy Monica (1203311114)

2. Holong Simaremare (1203311116)

3. Sylvia Ramadhani (1203311077)

Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran IPS SD

Dosen Pengampu : Yusra Naution, S.Pd., M.Pd

Kelas : K PGSD’20

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya lah tugas ini
dapat di selesaiakan dengan baik. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Model
Pembelajaran Saintifik, PJBL dan PBL ” Adapun penyusunan makalah ini, merupakan salah
satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengembangan Pembelajaran IPS SD”
yang diberikan oleh dosen Ibu Yusra Nasution, S.Pd., M.Pd

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Bahkan tidak hanya itu, kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini penulis dan
pembaca dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami sadar masih banyak
kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan serta
pengalaman kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 16 Oktober 2022

Penulis Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
1. Pendekatan Saintifik ........................................................................................................ 3
2. Pendekatan PJBL ............................................................................................................. 7
3. Pendekatan Problem Based Learning (PBL) ...................................................................... 11
BAB III ........................................................................................................................... 14
PENUTUP ...................................................................................................................... 14
a. Kesimpulan..................................................................................................................... 14
b. Saran .............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam kurikulum- kurikulum di
Indonesia. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran
yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan peserta didik sekolah untuk mampu
beradaptasi dan bermasyarakat serta menyesuaikan dengan perkembangan dalam era
globalisasi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan,
dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia yang baik dan warga dunia
yang efektif. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah bertujuan sebagai berikut:

1. Mengajabarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan


kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan sosial.
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang

majemuk, baik secara nasional maupun global.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan model pembelajaran yang kondusif
dan menggairahkan peserta didik agar bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai guru
adalah keterampilan mengembangkan model pembelajaran, yaitu keterampilan yang
berhubungan dengan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran di kelas yang dapat
memotivasi dan menggairahkan belajar peserta didik.

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi; (2) pengetahuan pedagogic
(pedagogical knowlegde) yang bisa dilihat dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru; dan (3) Keterampilan mengajar
(teaching skills).

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat


menonton dan ekspositoris sehingga peserta didik kurang antusias dan mengakibatkan

1
pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat
peserta didik karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.

Model pembelajaran IPS yang implementasikan saat ini masih bersifat konvensional
sehingga peserta didik sulit memperoleh pelayanan secara optimal. Bahkan, banyak yang
mementingkan aspek akademis dibandingkan dengan aspek-aspek non-akademis lainnya,
seperti moral, atika, iman, dan taqwa.

Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan melakukan model pembelajaran.
Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, menuntut
kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu melibatkan
peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian model pembelajaran saintifik, PJBL, PBL?

2. Apa saja tujuan dari model pembelajaran saintifik, PJBL, PBL?

3, Bagaimana Langkah-langkah model pembelajaran saintifik, PJBL, dan PBL?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran saintifik, PJBL, PBL

2. Untuk menetahui tujuan dari model pembelajaran saintifik, PJBL, PBL

3. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran saintifik, PJBL, dan PBL

2
BAB II PEMBAHASAN

1. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Saintifik

Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah dalam
kegiatan pembelajarannya.Peserta didik diberikan ruang untuk bereksplorasi terhadap materi
pembelajaran, termasuk dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, serta
mengomunikasikan.

Pengertian Menurut Para Ahli

1. Kemendikbud

Pendekatan saintifik (scientific approach) adalah salah satu model pembelajaran yang dalam
prosesnya memuat kaidah-kaidah keilmuan, mulai dari pengumpulan data dengan observasi,
menanya, melakukan eksperimen, mengolah informasi atau data, hingga mengomunikasikan.

2. Rusman

Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan ruang pada peserta
didik secara luas untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi materi pembelajaran, serta
mampu mengaktualisasikan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang telah dirancang
oleh guru.

b. Tujuan Pendekatan Saintifik

Model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki tujuan sebagai


berikut:

1. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Tujuan pendekatan ini salah satunya adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang diharapkan di antaranya adalah berpikir kritis, analitis, sintesis, serta mampu
menciptakan ide-ide orisinil yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.

3
2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Dengan menerapkan pendekatan ini, guru berharap dapat menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif melalui rangkaian aktivitas yang dirancang secara sistematis.Dengan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, diharapkan pula terciptanya lingkungan
belajar yang aktif dan produktif.

3. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Sistematis

Pendekatan saintifik memiliki karakteristik utama berupa tahapan pembelajaran yang


berlangsung berjalan dengan runtut dan sistematis.Hal tersebut mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir sistematis pada diri peserta didik, baik kemampuan dalam
memahami sebuah masalah, maupun kamampuan dalam menyelesaikan masalah.

4. Meningkatkan Pemahaman Konsep

Dalam praktiknya, pendekatan saintifik mengarahkan aktivitas pembelajaran untuk


menemukan dan mengembangkan konsep secara mandiri.Peserta didik dapat memperoleh
konsep dan pemahaman secara bermakna melalui pendekatan ini.Peserta didik tidak hanya
menerima konsep dalam bentuk hafalan, tetapi mereka juga mendapatkan pemahaman secara
mendalam terhadap konsep tersebut.

5. Meningkatkan Motivasi Belajar

Sebagai bentuk aktivitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, diharapkan
pendekatan ini mampu meningkatkan motivasi belajar.Rangkaian pembelajaran yang
mengharuskan peserta didik untuk lebih aktif dan inovatif ini dapat menciptakan suasana
belajar yang tidak monoton, sehingga peserta didik tidak merasa bosan.

6. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Pendekatan ini diharapkan dapat menghadirkan proses belajar yang dapat memberikan
stimulus kepada peserta didik agar lebih aktif dalam berkomunikasi lewat penyampaian ide,
diskusi pemecahan masalah, diskusi pengolahan data, hingga cara mengomunikasikan hasil
pembelajaran secara lisan maupun tulisan.

c. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

4
1. Mengamati (Observing)

Langkah pertama pada pendekatan ini adalah proses mengamati.Melalui pengamatan, peserta
didik dapat menemukan fakta bahwa terdapat hubungan antara objek pengamatan dengan
materi pembelajaran yang sedang dipelajari bersama guru.Kegiatan pengamatan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu ataupun tidak.Pengamatan dengan alat bisa
dilakukan dengan menggunakan alat-alat untuk kegiatan praktik, misalnya seperti mikroskop
dan sebagainya.

Sedangkan jika tidak menggunakan alat, maka bisa melakukan observasi langsung,
mendengarkan penjelasan guru, menonton tayangan video atau gambar yang relevan, atau
dengan mendengarkan informasi dari radio dan sumber informasi lainnya.

2. Menanya (Questioning)

Kegiatan menanya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam membuat
dan mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi yang dipelajari. Kegiatan ini
memiliki kaitan dengan diskusi terkait informasi yang belum dipahami, informasi tambahan
yang ingin diperoleh, ataupun bentuk klarifikasi dari informasi yang belum jelas.

Kamu harus memiliki kesiapan yang matang dalam menentukan cara atau pemilihan media
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik serta relevan dengan materi, sehingga peserta
didik akan tertarik dan terstimulus dengan baik dalam kegiatan ini.Hal tersebut juga akan
mendorong banyaknya pertanyaan yang muncul dari peserta didik.

Nah, pada kegiatan kali ini, hasil belajar yang dapat kamu cermati dari peserta didik adalah
bagaimana jenis dan kualitas pertanyaan yang muncul.Jenis pertanyaan dapat berupa
pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, atau hipotetik.Sebaiknya, kamu memiliki
kemampuan dalam menganalisis jenis dan kualitas pertanyaan sehingga dapat melakukan
penilaian terhadap pertanyaan yang diajukan secara komprehensif.

3. Mengumpulkan Informasi atau Mencoba (Experimenting)

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan bertanya di tahap sebelumnya.Dalam


pelaksanaannya, kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggali atau mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

5
4. Menalar (Assosiating)

Tahapan penalaran merupakan suatu proses berpikir yang logis dan sistematis terhadap fakta
yang dapat diamati guna memperoleh simpulan dalam bentuk pengetahuan.Kegiatan yang
dapat dilakukan di antaranya adalah:

1. Mengolah informasi yang telah terkumpul.


2. Menganalisis data dengan membuat kategorisasi atau pengelompokan.
3. Menghubungkan fenomena atau informasi ke dalam suatu pola, dan
4. Membuat kesimpulan.

Guru dapat mengarahkan peserta didik dalam melakukan diskusi terkait topik yang dibahas.
Lebih lanjut, guru dapat melakukan penilaian pada tahap ini berupa proses mengembangkan
interpretasi, argumentasi serta kesimpulan terkait informasi dari dua fakta atau konsep.

Pada tahap selanjutnya, guru harus mampu memberikan penilaian terhadap kemampuan
peserta didik dalam mensintesiskan argumentasi serta pembuatan kesimpulan terkait jenis
fakta, konsep, atau pendapat.

Selain itu, hasil belajar lainnya dapat berbentuk struktur baru, pengembangan interpretasi,
argumentasi, serta penarikan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep dari dua
sumber atau lebih yang tidak bertentangan.

5. Mengomunikasikan (Communicating)

Pada tahap akhir, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengomunikasikan hasil dari proses belajar yang telah dilakukan.Peserta didik dapat
mengomunikasikannya dalam bentuk laporan atau makalah yang di dalamnya memuat bagan,
diagram, atau grafik. Pada tingkat lanjut, peserta didik dapat menyusun hasil pembelajaran
dalam bentuk laporan tertulis dan menyajikannya secara sistematis mulai dari proses, hasil,
hingga kesimpulan secara lisan dengan mempresentasikannya di depan kelas. Hasil belajar
yang dapat dilihat dari tahap ini adalah kemampuan dalam menyajikan hasil analisis dalam
bentuk tulisan, grafik, media elektonik, maupun bentuk kreatif lainnya. Adapun bentuk fisik
yang dapat guru nilai secara langsung misalnya berupa laporan tertulis, karya ilmiah, atau
video yang diunggah di media sosial.

6
2. Pendekatan PJBL

a. Pengertian Project Based Learning (PjBL)

Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL) merupakan
pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang
memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk
dipecahkan secara berkelompok.

Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta
didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang
dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.

Grant (2002) mendefinisikan project based learning atau pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu
investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara konstruktif melakukan
pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan
pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.

Sedangkan Made Wena (dalam Lestari, 2015: 14) menyatakan bahwa model Project Based
Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk
mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan
suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan
permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta
memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.

Global SchoolNet (2000) dalam Nurohman melaporkan hasil penelitian the AutoDesk
Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:

a) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

7
b) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,

c) pesertadidikmendesainprosesuntukmenentukansolusiataspermasalahan

atau tantangan yang diajukan,

d) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan

mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,

e) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

f) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah

dijalankan,

g) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,

h) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

(Global SchoolNet, 2000)

Keunggulan penerapan model project based learning yaitu: “(1) meningkatkan motivasi
belajar peserta didik untuk belajar mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai; (2) meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah; (3) membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks; (4) meningkatkan kolaborasi: (5) mendorong peserta didik untuk
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi; (6) meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber; (7) memberikan pengalaman kepada
peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi
waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas; (8)
menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang berkembang sesuai dunia nyata; (9) melibatkan para peserta didik untuk belajar
mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata; (10) membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran”
(Kurniasih dalam Nurfitriyani, 2016)

8
Karakteristik Project Based learning
Seperti yang sudah di uraikan bahwa model Project Based Learning merupakan model
pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan proses sains dan berkaitan dengan
kehidupan nyata atau sehari-hari sehingga karakteristik materi yang sesuai dalam penerapan
model Project Based learning ini yaitu:

• Memiliki kompetensi dasar yang lebih menekankan pada aspek keterampilan atau
pengetahuan pada tingkat penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (memodifikasi,
mencoba, membuat, menggunakan, mengoperasikan, memproduksi, merekonstruksi,
mendemonstrasikan, menciptakan, merancang,menguji, dll )
• Dapat menghasilkan sebuah produk
• Memiliki keterkaitan dengan permasalahan nyata atau kehidupan sehari-hari

b. Langkah-Langkah Pendekatan PJBL

Menurut Rais dalam Lestari (2015) langkah-langkah model pembelajaran Project Based
Learning adalah sebagai berikut:

1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat
memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang
diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project). Perencanaan dilakukan secara
kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik
diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). Pendidik dan peserta didik secara
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu

9
penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang
ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga
harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek.
Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang
lama dalam pengerjaannya, sehingga pendidik meminta peserta didik untuk menyelesaikan
proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam
sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project).
Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor
bagi aktivitas peserta didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana
bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing
masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). Penilaian dilakukan
untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat
masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain
secara bergantian.
6. Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan
peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada

10
tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
selama menyelesaikan proyek.

3. Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning atau PBL atau pembelajaran berbasis masalah adalah metode
pembelajaran yang melibatkan siswa dan guru untuk memecahkan masalah secara bersama-
sama.Siswa mempelajari materi tersebut dan harus terampil mengatasi masalah yang terlibat
di berbagai situasi seperti di kehidupan nyata, sedangkan guru perannya adalah menyodorkan
berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan mendukung pembelajaran siswa.

Dalam pemilihan model pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tujuan
pembelajaran, karakteristik materi, dan karakteristik siswa. Salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatka kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian
belajar adalah model PBL. Hal ini dikarenakan model PBL merupakan suatu model
pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan
berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Suprihatiningrum,
2016)

Hal ini juga diucapkan oleh Ibrahim dan Nur (Trianto, 2011: 96) bahwa pembelajaran
berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan banyak informasi
kepada siswa, tetapi untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, keterampilan intelektual, mempelajari peran orang dewasa juga belajar
mandiri dan mandiri. Melalui PBL yang diterapkan diharapkan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas, dapat menumbuhkan keterampilan komunikasi matematis dan mampu
membentuk kepribadian siswa menjadi belajar mandiri dalam berbagai masalah yang
dihadapi siswa. PBL juga mencoba membantu siswa untuk menjadi pembelajar mandiri dan
diatur sendiri, dibimbing oleh guru yang selalu memberikan semangat dan penghargaan
ketika mereka mengajukan pertanyaan dan menemukan solusi mereka sendiri untuk masalah
nyata, akankah siswa belajar untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri.

11
Menurut Sheryl (dalam Rustam dkk, 2017), Pembelajaran berbasis masalah sebagai metode
pembelajaran, dibangun dengan ide konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran berpusat
pada siswa. Bila menggunakan pembelajaran berbasis masalah, guru membantu siswa fokus
pada pemecahan masalah dalam konteks dunia nyata yang akan mendorong siswa untuk
memikirkan situasi masalah ketika siswa mencoba untuk memecahkan masalah. Model
pembelajaran ini dilakukan melalui kerjasama siswa dalam kelompok-kelompok kecil,
menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru bertindak sebagai
fasilitator dan menggunakan situasi kehidupan nyata sebagai fokus pembelajaran. Siswa akan
bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah nyata dan kompleks yang akan
mengembangkan pemecahan masalah keterampilan, penalaran, komunikasi, dan keterampilan
evaluasi diri melalui pembelajaran berbasis masalah.

b.Karakteristik PBM

Karakteristik atau ciri-ciri Problem Based Learning (PBL) menurut Akınoglu dan Tandogan
(dalam Wardono et al, 2016) sebagai berikut:
1. proses pembelajaran harus dimulai dengan masalah yang didominasi masalah nyata;
2. bahan dan kegiatan belajar harus memperhatikan keadaan agar dapat menarik perhatian
siswa;

3. guru adalah seorang supervisor selama proses pembelajaran;

4. siswa perlu diberi waktu untuk berpikir atau mengumpulkan informasi dan
mengembangkan strategi untuk pemecahan masalah;

5. tingkat kesulitan dari materi yang dipelajari tidak pada tingkat tinggi yang dapat membuat
siswa putus asa;

6. lingkungan belajar nyaman, tenang dan aman harus dibangun sehingga mengembangkan
kemampuan siswa untuk berpikir dan menyelesaikan masalah.

Merencanakan Pembelajaran PBM

1. Memutuskan sasaran dan tujuan


Salah satu cara untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan keterampilan,

12
intelektual, dan investigative, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk
menjadi pelajar yang mandiri. Akan tetapi, kemungkinan yang lebih besar adalah guru hanya
akan menekankan pada satu atau dua tujuan dalam pembelajaran tertentu.
2. Merancang Situasi bermasalah yang tepat
Kenyataannya bahwa situasi bermasalah yang membingungkan atau tidak jelas akan
membangkitkan rasa ingin tahu siswa, sehingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki.
Sebuah situasi bermasalah yang baik harus memenuhi 5 kriteria penting, yaitu :
a. Situasi pemasalahannya autentik. Hal ini berarti bahwa masalahnya harus dikaitkan dengan
pengalaman real siswa dan bukan dengan prinsip-prinsip disiplin akademis tertentu.
b. Masalah itu seharusnya tidak jelas sehingga menciptakan misteri atau teka- teki, hal ini
tidak dapat diselesaikan dengan jawaban sederhana dan membuktikan solusi-solusi alternatif.
Sehingga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dan berdebat.
c. Masalah itu seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektualnya. Dalam permasalahan tersebut harus terdapat ilmu yang dapat dipelajari siswa
secara tidak langsung dan permasalahan tidak jauh dari kehidupan nyata peserta didik.

d. Masalah itu seharusnya cukup luas. Hal ini memberikan kesempatan kepada guru untuk
memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi tetap dalam batasan-batasan yang fisibel bagi
pelajarannya dilihat dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya. e. Masalah yang
baik harus mendapatkan manfaat dari usaha kelompok bukan justru dihalanginya.

3. Mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistic


Dalam hal ini guru sebagai penanggungjawab meyediakan bahan-bahan dan sumber daya
lainnya yang akan digunakan oleh peserta didik.

c. Langkah-langkah PBL

Ibrahim dan Nur (dalam Nurul, 2017) menambahkan bahwa langkah-langkah Problem Based
Learning (PBL) adalah sebagai berikut:

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan kebutuhan


1 Orientasi Siswa pada masalah logistic yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat
dalam pemecahan masalah
Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan tugas belajar yang terkait
2
belajar dengan masalah tersebut

13
Mendodrong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
Membimbing pengalaman
3 sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan
individu/kelompok
dan solusi
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
Mengembangkan dan
4 bahan-bahan untuk dipersentasikan dan membantu mereka
menyajikan hasil karya
untuk berbagi tugas dengan temannya
Membantu siswa merefleksikan atau mengevaluasi proses
Menganalisis dan mengevaluasi
5 penyelididikan yang mereka gunakan dalam menyelesaikan
proses pemecahan masalah
masalah.

Polya (dalam Edy, 2014) Proses pembelajaran matematika di kelas telah mengikuti
pembelajaran berbasis masalah. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah didasarkan
pada empat langkah pemecahan masalah oleh Polya (1971), yaitu: (1) memahami masalah,
(2) merencanakan solusi, (3) memecahkan masalah berdasarkan perencanaan pada langkah
kedua , (4) melihat kembali hasilnya. Untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam
pemecahan masalah ini, guru harus merancang proses pembelajaran dengan memberikan
pengalaman pemecahan masalah yang membutuhkan strategi yang berbeda untuk masalah
yang diberikan.

Implementasi konkret dari langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dapat dibagi


sebagai berikut: (1) menulis aspek apa yang diketahui dalam masalah, aspek ini sebagai
modal awal untuk menyelesaikan masalah, (2) menulis apa yang ditanyakan dalam masalah,
aspek ini adalah tujuan, (3) menulis model matematika dari masalah dengan menggunakan
aspek apa yang diketahui dari masalah, (4) menyelesaikan model pada langkah ketiga, (5)
melihat kembali hasilnya.

BAB III

PENUTUP
a. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

14
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap serta kompetensi
pengetahuan dan keterampilan sesuai
2. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik yang dapat mengembangkan
kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan untuk
memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
3. Penggunaan pendekatan yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik
melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi,
mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu
b. Saran
Makalah ini tentunya disana-sini masih terdapat kelemahan ataupun
kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pihak
manapun demi kesempurnaan makalah ini,
Dan semoga Materi yang tercantum di makalah ini dapat menambah wawasan
pengetahuan kita tentang pendekatan dan model pembelajaran di SD dan dapat
bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

15
Nurul R, dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa.ResearchGate:1-
10

Rosmawati, dkk. 2017.Pengaruh Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Penalaran


Matematis Siswa. ResearchGate:1-9

Reny R, dkk. 2019.Penerapan ModelBased Learning (PBL) Terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa. Journal for Research
in Mathematics Learning. Vol.2, No.1:049-057.

16

You might also like